Setelah mendengar cerita Mom Sandra, Nabilah yakin sekali kalau Bara yang dimaksud adalah Robin. Ia merasa bersyukur ternyata anaknya dalam keadaan baik-baik saja. Rasa kehilangan Nabilah sedikit terobati dengan mendengar kabar Robin. "Nanti aku kenalkan kepadamu, kalau mereka sudah menyusulku ke sini," ujar Mom Sandra yang dijawab anggukan oleh Nabilah. Nabilah menduga Sadewa telah menculik anaknya. Ia berdoa semoga bapak mertuanya itu segera diberikan hidayah untuk segera mengembalikan Robin. Sekali lagi Nabilah yakin dengan yang namanya kekuatan doa."Nyonya saya mau pulang dulu untuk ambil baju!" pamit Nabilah yang dijawab anggukan oleh Mom Sandra. Hans menyarankan untuk sementara waktu Nabilah sebaiknya tinggal bersama Mom Sandra. Dengan begitu ia bisa mengawasi kedua wanita itu secara bersamaan karena Bara telah menitipkan istrinya. Jadi mereka juga bisa saling menjaga satu sama lain.Nabilah menyetujui hal itu, tetapi harus pulang untuk berpamitan sama Pak Jamal dulu.***S
Lucy pergi ke suatu tempat untuk menemui pria yang selama ini menjadi tangan kanannya. Ia tampak terkejut mendengar penjelasan tentang penyekapan Mom Sandra, Jesy dan Bara yang dilakukan oleh Sadewa. "Kurang ajar, ternyata Sadewa sudah berani membohongiku. Dia ingin memiliki anak lagi rupanya!" ujar Lucy yang merasa ditipu mentah-mentah. Jujur ia takut posisinya sebagai Nyonya Sadewa akan tersingkirkan"Tepat sekali, kalau tidak mana mungkin Sadewa rela menukar Mom Sandra dengan Jesy. Kamu tahu sendiri kan ia masih sangat mencintai mantan istrinya itu," ujar pria itu yang membuat Lucy semakin cemas.Lucy kembali bertanya, "Ini tidak bisa dibiarkan, sekarang Jesy ada di mana?" "Di rumah orang tuanya, seminggu sekali Sadewa datang ke sana," jawab pria itu memberitahu. Lucy tampak geram sekali karena keluarga Jesy pasti akan menjaganya dengan ketat. "Sesuai janjimu, kalau Jesy sampai hamil itu menjadi urusanmu! Lalu buat apa dia menyekap Bara karena anak itu sudah diusir dan dicoret d
Abas tampak terkejut akan kedatangan Nabilah yang tiba-tiba ingin mencabut laporannya. Setelah menanyakan alasannya, ia diperlihatkan surat yang ditulis dari Bara. 'Bilah, Abang baik-baik saja dan sedang berusaha mencari Robin. Jadi tidak usah mencari Abang, apalagi sampai melapor ke polisi!'"Pasti Robin ditekan untuk menulisnya, kalau memang dari dia kenapa tidak ngomong langsung saja by phone!" ujar Abas yang terdengar sangat masuk akal. "Saya setuju dengan pendapat Pak Abas. Lalu bagaimana perkembangan kasusnya, Pak?" tanya Hans yang ikut mengantar Nabilah. Abas kemudian memberitahu, "Kami sudah bekerjasama dengan kepolisian Singapura untuk menyelidiki hilangnya Bara dan kasus penculikan Robin semoga ada titik terang. Salah satu keluarga Beno baru saja beli mobil baru dan katanya hadiah dari yang bersangkutan.""Bukankah itu wajar Kak karena keluarga Beno memang orang berada?" tanya Nabilah tidak heran. "Kamu benar, tapi kita sedang mengumpulkan bukti kalau uang itu memang has
Setelah beberapa hari dirawat oleh ayahnya, kondisi Robin kian membaik. Anak itu sudah tidak demam dan ceria lagi. Seperti malam ini Bara sedang menemani Robin belajar mengenal nama-nama binatang. Setelah memegang dahi Robin, Bara kemudian berucap, "Alhamdulillah, anak ayah sudah sembuh. Binatang apa ini?" tanya pria itu sambil menunjuk sebuah gambar. "Lion, kalau yang ini Tiger," jawab Robin dengan comel. "Pintar, siapa yang ajarin Robin bahasa inggris?" puji Bara sambil bertanya. "Papi, aku juga bisa suara harimau, rawrrrr," jawab Robin dengan polos. Bara tersenyum dan tahu kalau ayahnya memang menyayangi Robin. Ia mengakui Sadewa adalah ayah terbaik yang akan melakukan apa pun untuk membuatnya bahagia. Tidak peduli dirinya salah atau benar, pasti akan selalu didukung. Tidak lama setelah membaca nama-nama bintang, Robin sudah tertidur pulas. Setelah menyelimuti putranya, Bara kemudian menuju ke balkon. Ia tampak termangu sambil menatap rembulan yang menggantung di angkasa.Tib
Pria berbadan besar itu pun ambruk ditembak oleh Sam. Ia datang tepat waktu bersama para pengawal dan Tuannya. Sadewa langsung menghambur memeluk Robin yang menangis karena jatuh tersandung batu. "Papi, Om-om jahat pukuli ayah, hu .., hu ...." Robin mengadukan apa yang telah terjadi. "Jangan takut, Papi akan melindungimu!" sahut Sadewa segera menghampiri Bara. Ia tampak tertegun melihat kondisi putranya yang babak belur. Setelah melihat Robin selamat, Bara langsung tidak sadarkan diri di tempat. Sadewa segera memerintahkan Sam untuk meringkus dan menyekap para penyusup. Ia juga menyuruh penjaga membawa Bara ke helikopter dan mereka segera meninggalkan tempat itu. Mentari tampak bersinar di ufuk timur, Bara membuka matanya dengan perlahan. Ia merasakan tubuhnya sakit dan perih semua. Aroma obat menyeruak indra penciumannya. Akhirnya Bara sadar berada di salah satu kamar rumah sakit."Robin," panggil Bara dengan tubuh yang lebam dan terluka. "Dia sedang tidur dan baik-baik saja,"
Sadewa kemudian membawa Robin ke kediaman Sadewa. Ia memerintahkan semua asisten serta penjaga untuk melindungi dan melayani cucunya itu.Sadewa langsung mengajak Robin untuk sarapan bersama keluarga Sadewa. Kehadiran anak itu tentu saja membuat Lucy dan Bryan tampak heran. "Siapa nama kamu ganteng dan umurnya berapa?" tanya Bryan sambil tersenyum ramah.Robin langsung menjawab, "Muhammad Robin, umur aku tiga." "Panggil dia Bara!" seru Sadewa yang membuat Bryan dan Lucy saling pandang."Bara itu nama ayah," jawab Robin yang membuat Sadewa tertegun.Bryan kembali bertanya, "Robin tahu dari mana itu nama ayah?" "Aku dengar ibu panggil ayah, Abang Bara, begitu," jawab Robin yang membuat Bryan tertawa kecil."Pinter banget sih kamu," puji Bryan yang jadi tahu kalau bocah itu pasti anak Bara. Ia sangat menyukai Robin yang comel dan merasa seperti seorang ayah sedang bicara dengan putranya. Sadewa terlihat tidak suka dan berseru, "Jangan bicara kalau sedang makan!" Setelah sarapan ia me
'Maaf Nabilah aku tidak bisa menikahimu. Mungkin kita belum berjodoh.' Tangan Nabilah langsung gemetar ketika membaca pesan dari calon imamnya. Andai ia menerima kabar itu jauh sebelum hari akad, pasti dirinya akan ikhlas menerima. Akan tetapi, kenapa harus sekarang? Di saat acara ijab qabul akan dilaksanakan dan para tamu sudah berdatangan. "Nabilah, coba telepon kenapa Sofyan dan keluarganya belum juga datang!" seru Bu Asma yang tiba-tiba masuk ke kamar pengantin. Hanya saja, ia tertegun kala melihat Nabilah menangis. "Kenapa kamu menangis, apa yang telah terjadi?" tanyanya, heran. Sambil menyeka air mata Nabilah menjawab, "Sofyan tidak akan datang, Bu." "Menangnya kenapa?" tanya Bu Asma yang terkejut mendengarnya. Nabilah tampak mengeleng sambil menunjukan pesan itu. Bu Asma tampak syok sekali dan langsung pingsan. "Ibu, bangun!" pekik Nabilah dengan panik karena ibunya punya penyakit jantung. Tidak lama kemudian ayah Nabilah datang dan sangat terkejut melihat istrinya
Di sisi lain, seorang pria tampak mengepalkan tangannya dengan keras ketika datang ke mesjid dan mendengar kata sah. Ia segera meninggalkan tempat itu dengan amarah yang menggebu. Kalau saja mobilnya tidak mogok, pasti dia sudah menggantikan Sofyan untuk menikah dengan Nabilah! "Sial, kenapa preman kampung itu yang beruntung!" gerutu pria itu dengan kesal. Sebenarnya pria itu sudah pernah melamar, tetapi Nabilah menolaknya. Padahal kedua pihak keluarga telah setuju karena ia adalah anak juragan empang dari kampung sebelah. Justru ketika seorang ustad yang jauh lebih miskin darinya diterima oleh Nabilah. Apalagi sekarang kenapa preman kampung itu yang menjadi pengantin penggantinya. "Awas kau Nabilah, aku akan buat dirimu menyesal telah menolakku!" ancam pria itu sambil berlalu. Sampai kapan pun ia tidak akan terima atas penghinaan ini. Acara pernikahan itu tetap dilanjutkan untuk menyambut para tamu undangan. Akan tetapi, hanya beberapa jam saja dengan alasan kondisi pen