Sam tampak terkejut dan tidak mengerti apa kesalahannya, ketika mendengar keputusan Sadewa yang menyuruh risign untuk sementara waktu. Awalnya ia tidak terima karena sudah menjalankan tugas dengan sebaik mungkin. Lagipula Sam melakukan semua itu untuk membela diri. Akan tetapi, setelah mendengarkan penjelasan Sadewa, pria itu dapat memahami kemungkinan yang akan terjadi."Aparat hukum sedang menyelidiki tewasnya Mr Ben. Aku rasa lebih baik kamu menghilang dulu karena polisi menerjunkan personil terhebatnya untuk mengusut kasus itu. Nanti kalau situasi sudah aman kamu boleh kembali bekerja lagi!" ujar Sadewa yang membuat Sam berpikir sebab akibatnya. "Baiklah, saya rasa itu saran yang bagus Tuan, permisi!" ujar Sam yang tahu Sadewa tidak mau terseret dalam kecerobohannya karena tidak memerintahkan untuk mengambil tindakan yang melawan hukum. Sam akhirnya meninggalkan kediaman Sadewa dan entah pergi ke mana untuk bersembunyi. "Sam kenapa risign, Pi?" tanya Bryan ingin tahu. "Dia me
Malam kian merambat jauh, Nabilah sedang berdiri di depan jendela. Ia menatap nanar rembulan yang bersinar terang di gelapnya langit. Ada kesedihan dan kehilangan yang terpancar dari sorot matanya. "Bilah baru bangun atau belum tidur?" tanya Bara yang baru masuk kamar setelah bercakap-cakap dengan Hans. Nabilah tertunduk dan menjawab dengan sendu, "Bilah belum mengantuk." Bara memeluk istrinya dari belakang dan menebak, "Pasti Bilah sedang memikirkan Robin.""Kira-kira Robin sekarang sudah bisa apa Bang?" tanya Nabilah yang ingin tahu perkembangan buah hatinya. "Terakhir Abang bersamanya, Robin sudah mengenal nama-nama binatang dalam bahasa inggris dan menirukan suaranya. Katanya dia mau jadi polisi biar bisa jagain Ibu," jawab Bara yang membuat Nabilah jadi berkaca-kaca. Nabilah menyeka air matanya yang hendak tumpah dan meminta, "Bang, besok kita coba dateng ke rumah papi yuk!" "Bilah di rumah saja ya, biar Abang yang ke sana!" sahut Bara yang dijawab gelengan oleh Nabilah. "
Bryan yang mengetahui kedatangan Bara, langsung menemui ayahnya. Akan tetapi, ia harus menunggu beberapa saat karena Sadewa sedang bermain dengan Robin. "Kenapa Papi tidak mengizinkan Kak Bara masuk?" tanya Bryan ketika melihat Sadewa meninggalkan Robin. Mendengar itu Sadewa balik bertanya, "Buat apa, aku tidak mengundangnya?" "Papi mungkin bisa membuang Kak Bara dari keluarga Sadewa.Tapi darah Papi tetap mengalir di tubuhnya sampai kapan pun juga. Jadi maafkanlah semua kesalahan Kak Bara!" ujar Bryan yang membuat Sadewa menatapnya dengan tajam. Sadewa menyahuti dengan sinis,"Kamu bisa bilang seperti itu karena tidak pernah merasakan menjadi seorang ayah. Satu hal yang perlu kamu ingat, aku tidak pernah membuangnya, dia sendiri yang minta nama Sadewa dihapus!" "Kalau begitu kembalikan Robin, Papi tidak berhak memilikinya!" sahut Bryan kemudian. "Tidak akan, Robin milikku karena aku yang telah menyelamatkan nyawanya dua kali!" tegas Sadewa sambil berlalu. "Oh ya, jangan coba-cob
Sadewa sangat marah sekali setelah mengetahui Bryan pergi ke mana saja. Ia langsung menemui putranya itu yang baru saja tiba di rumah."Kamu menemui siapa di apartemen itu?" tanya Sadewa sambil menatap Bryan dengan tajam. "Apartemen apa sih Pi, aku kan sudah bilang mau ketemu klien," jawab Bryan dengan setenang mungkin. Jangan sampai ayahnya tahu, kalau ia habis bertemu Bara.Sadewa kembali bertanya dengan nada lantang, "Katakan dengan jujur! Sebelum kamu bertemu Mr Jack pergi ke mana?" Bryan merasa terpojok dan menduga pasti bodyguard baru itu yang telah memberitahu ayahnya. Mau tidak mau ia harus menjawab dengan jujur, "Aku menemui Monica.""Jadi selama ini kamu diam-diam masih menjalin hubungan dengan wanita itu? Harus berapa kali Papi katakan jangan berhubungan dengannya lagi!" Sadewa memarahi Bryan yang tidak mau menuruti kata-katanya. "Aku mencintainya, lagi pula Kak Bara sudah mempunyai istri yang sangat dicintai. Terus salahku di mana?" sahut Bryan yang merasa benar. Sadew
Setelah beberapa hari mengamati kediaman Sadewa, Bara tidak juga melihat keluarganya. Ia memutuskan pergi ke Singapura lagi untuk mengetahui apa yang telah terjadi. Semoga feelingnya kali ini salah. Apalagi ketika ia mencoba menghubungi semua nomor keluarga Sadewa tidak ada yang aktif satu pun. "Abang pergi ke Singapura sebentar ya dan kamu tidak usah ikut!" pamit Bara yang membuat Nabilah jadi bertanya-tanya. "Memangnya kenapa Bilah nggak boleh ikut, Bang. Bukankah kata papi Bilah harus datang lagi kalau mau ketemu sama Robin?" tanya Nabilah meminta penjelasan. Bara tidak bisa menceritakan kecurigaannya karena tidak mau membuat Nabilah jadi was-was. "Nanti juga Bilah akan tahu, doakan biar usaha Abang bertemu Robin berhasil!""Amin .., hati-hati ya Bang!" pesan Nabilah sambil menyalami tangan Bara. Bara segera terbang ke Singapura dan ketika sampai di negara itu langsung menuju kediaman Sadewa. "Tolong sampaikan kepada Tuan Sadewa, aku mau bicara empat mata!" ujar Bara kepada s
Pak Jamal sangat terkejut ketika mendengar Bara mengatakan apa yang sedang Nabilah alami. Ia kemudian berucap, "Alhamdulillah .., kamu harus yakin akan kehendak Allah jadi jangan takut. Istrimu akan kuat dan semua akan baik-baik saja. Asalkan kamu selalu ada di sisi Nabilah untuk memberikannya cinta dan kasih sayang!" sarannya memberikan semangat. "Iya Pak," sahut Bara dengan perasaan yang lebih tenang. "Ya sudah Bapak pulang dulu. Untuk menyiapkan keperluan kalian selama di rumah sakit," ujar Pak Jamal yang dijawab anggukan oleh Bara. Bara segera menemani Nabilah yang masih belum sadarkan diri. Ia menatap istrinya dengan perasaan haru. Tidak lama kemudian Nabilah siuman dan tampak heran berada di rumah sakit. "Kenapa Bilah ada di sini Bang?" tanya Nabilah sambil menatap Bara dengan sayu. "Bilah pingsan, Abang harap kamu jangan sedih lagi ya karena ada kabar baik yang butuh perjuangan kita," ujar Bara sambil menggenggam tangan istrinya dengan erat. Mendengar itu Nabilah kemudian
Sejauh dan bersembunyi di mana pun. Aku yakin suatu hari nanti, sang waktu akan mempertemukan kami dengan Robin," lirih Bara sambil menatap foto putranya dalam kerinduan. Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Bara yang tidak punya apa-apa sejak hartanya diambil oleh Sadewa kini sudah mempunyai penghasilan tetap. Belum lagi rezeki terbesar yang akan ia terima kelak yaitu lahirnya sang buah hati ke dua. "Alhamdulillah ya Allah, atas karunia rezeki yang Engkau berikan," ucap Bara ketika melihat pendapatan hasil kerjanya. Namun, Bara dan istrinya tetap hidup dalam kesederhanaan. Orang-orang tetap mengenalnya sebagai Robin Hood yang ringan tangan. Bukan sudah bisa melupakan atau merelakan kepergian Robin. Akan tetapi, hidup harus terus berjalan. Bara dan Nabilah mencoba ikhlas dan sabar menghadapi setiap ujian hidup yang mereka alami. Terkadang Allah membungkus anugerahnya dengan berbagai macam cobaan hidup. Agar manusia mengerti akan makna rasa syukur yang sesungguhnya. "Seb
Tidak terasa kandungan Nabilah sudah berusia tujuh bulan. Ia mulai gelisah dan sering terjaga setiap tidur malam. Seolah bayi itu sudah tidak sabar menunggu waktu kelahirannya di dunia ini. Untuk menghilangkan keresahan hatinya, terkadang Nabilah memikirkan Robin. "Ibu sayang Robin, sehat-sehat ya Nak di mana pun kamu berada!" lirih Nabilah sambil mengelus foto putranya. Sementara itu detektif swasta yang disewa Bara untuk mencari Robin tidak juga melacak jejak keluarga Sadewa. Entah di mana mereka kini berada. Kesedihan Nabilah kehilangan putranya berangsur berubah menjadi keihklasan. Ia hanya bisa berdoa dan berharap Sadewa menyayangi serta mendidik putranya dengan baik. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Nabilah segera beranjak dan membukakannya. Ternyata Mom Sandra yang datang sambil membawa puding buah-buahan. "Ini Momi bawakan cemilan, ada Bara nggak?" jawab Mom Sandra sambil bertanya. "Lagi ke luar Mom sama Bang Tigor," jawab Nabilah memberitahu.Mom Sandra kemudian