Sadewa tersenyum dan menjelaskan, "Ketika kamu koma, Bara diasuh oleh asisten dan tukang kebun. Mereka sepasang suami istri yang dipanggil Ibu dan Bapak. Nama Robin itu karena dia suka diceritain kisah Robin Hood sebelum tidur. Jadi kamu harus maklum dan jangan dengarkan kalau Bara suka bicara aneh karena dia masih kecil."Mom Sandra tampak mengangguk kecil. Ia diceritakan kalau habis bangun dari koma akibat jatuh dari lantai atas karena kebakaran yang melanda rumah mereka. Jadi tidak ada satu kenangan dari masa lalu yang tersisa."Bara, sama Papi ya. Momi mau diperiksa sama Pak Dokter dulu!" seru Mom Sadewa yang dijawab anggukan oleh Robin. Sadewa kemudian duduk di hadapan Robin dan bicara dengan lemah lembut. "Papi kan sudah bilang, momi lagi sakit jadi kamu tidak boleh bilang tentang ibu, ayah dan Robin!""Iya Pi, tapi kapan aku boleh ketemu sama ibu dan ayah?" tanya Robin yang kangen dengan kedua orang tuanya. "Papi sedang mencari Ibu dan ayah kamu. Entah meraka pergi ke mana,"
Hari demi hari kondisi Nabilah dipenuhi dengan kesedihan. Ia selalu menangis sambil memegang barang-barang Robin. Mulai dari mainan, baju sampai foto. Bara selalu mendampingi Nabilah agar kuat menghadapi cobaan ini. "Kamu ada di mana, Nak?" tanya Nabilah sambil memeluk foto Robin."Kita cari Robin yuk, sambil muter-muter. Tapi kamu makan dulu!" bujuk Bara yang merasa sedih melihat kondisi istrinya. Sambil menggeleng Nabilah menolak, "Bilah, tidak lapar Bang!" "Biar Bapak yang menyuapi Bilah. Kamu makan dan istirahatlah. Ingat kamu harus kuat dan jangan sampai sakit!" seru Pak Jamal yang melihat Bara sangat lelah karena kurang tidur. Bara tampak mengangguk dan segera ke luar dari kamar. "Dulu ketika, mendapat kabar Kakakmu telah tewas. Dunia Bapak dan Ibu seketika langsung runtuh. Tentu kamu masih ingat, bagaimana keadaan Ibu waktu itu. Sampai kamu jatuh sakit karena harus merawat dan menjaga Ibu," ujar Pak Jamal yang membuat Nabilah tertegun. Nabilah teringat bagaimana membujuk
"Dengan bukti rekaman CCTV ini aku akan menyeret Sadewa ke meja hijau, kalau dia tidak mau menyerahkan Sandra secara baik-baik," ujar Hans yang siap menuntut Sadewa secara hukum."Tapi Om harus hati-hati, dengan kekuasaan yang dimilikinya dia seperti ular yang sulit ditangkap. Bahkan media massa bisa dibungkamnya dengan mudah!" pesan Bara yang tahu ayahnya sulit disentuh secara hukum. Hans memberikan pendapatnya, "Kita harus pintar dan sedikit licik untuk menghadapinya.""Iya, aku akan cari cara untuk bicara dengan keluarga Sadewa," ujar Bara mengakhiri percakapan itu.Bara mencoba menghubungi Bryan, Jesy dan Monica. Akan tetapi, nomor kontak mereka tidak ada yang aktif satu pun. Hanya Sam yang dapat diajak berkomunikasi. "Apa yang bisa kubantu?" tanya Sam langsung to the point. "Aku ingin bicara dengan Bryan!" pinta Bara yang ingin bicara empat mata dengan adiknya. "Jangan, Bryan diancam oleh Tuan Sadewa untuk tidak membantumu. Semua orang yang berhubungan dengan keluarga Sadewa
Mentari tampak bersinar dengan cerah Sebuah mobil mewah berhenti di salah satu resort elit di kota Batam. Seorang wanita cantik dan dua bodyguard segera turun dari kendaraan itu. Lalu ia masuk ke salah satu kamar, di mana seseorang sudah menunggunya. Jesy tampak tersenyum ketika melihat Sadewa karena hari ini pria itu janji akan membebaskannya. "Om, aku sudah siap," ujar Jesy yang sudah tidak sabar menyandang status barunya sebagai janda kembang. Sadewa berbalik dan menatap Jesy dengan intens. Ia mengakui wanita itu memang cantik dan memikat hati. Menurutnya bodoh sekali Bara menolak perjodohan itu demi seorang wanita biasa seperti Nabilah. Jesy tampak menunduk ketika melihat Sadewa memakai kemeja tidak dikancing. Sehingga memperlihatkan perutnya yang kotak-kotak. Sadewa memang memiliki karisma yang masih mampu membuat wanita jatuh cinta. Ia masih bisa bersaing dengan pria lebih muda, meskipun tidak setampan Bara atau Bryan. "Benar kamu sudah siap?" tanya Sadewa yang dijawab ang
Sadewa sangat terkejut dan marah sekali ketika mendengar laporan dari salah satu bodyguard yang memberitahu Jesy berhasil kabur. "Kami semua dibius dan CCTV diresort dimatikan. Jadi tidak ada petunjuk siapa yang telah membantu Miss Jesy melarikan diri. Tapi yang terakhir berkunjung adalah ibunya," ujar salah satu pria yang ditugaskan menjaga Jesy."Kurang ajar, berani sekali orang itu bermain api denganku. Cari Jesy sampai ketemu dan beri pelajaran orang yang telah membantunya kabur!" seru Sadewa dengan penuh kemarahan.Setelah sejam kemudian, orang tua Jesy menghubungi Sadewa. Mereka mengatakan tidak membebaskan Jesy dan siap menanggung resikonya kalau berbohong. Sadewa kemudian memanggil Sam untuk mencaritahu siapa orang yang membantu istri mudanya kabur dan menceritakan kronologi kejadiannya. "Menurutmu siapa yang bisa melumpuhkan para bodyguard itu dengan mudah?" tanya Sadewa dengan serius. Sam menjawab singkat, "Bara atau Hans, pasti mereka bekerjasama dan sengaja menculik Mis
Bara tampak menggeliat ketika sinar lampu menyorot matanya. Ia terkejut berada di sebuah ruangan dengan kedua tangannya terikat rantai ke atas. Begitupun dengan kedua kakinya. Seketika ia sadar telah dijebak oleh Sam. Tiba-tiba terdengar suar pintu terbuka. Seraut wajah tersenyum sambil menatap ketidakberdayaannya."Sudah aku bilang kau tidak akan mampu melawanku!" ujar Sadewa sambil menggulung kemeja yang dikenakannya sampai siku. "Jadi jangan salahkan, kalau aku berubah jadi kejam!" Ia memukul perut dan wajah Bara dengan sekencangnya."Pengecut kalau berani hadapi aku secara jantan!" tantang Bara yang menjadi bulan-bulanan Sadewa. Sadewa tersenyum simpul dan menyahuti, "Menangkap seekor singa tidak harus menjadi pawangnya! Kau memang hebat Bara, tetapi jiwamu terlalu lemah. Wanita kampung itu telah merubahmu menjadi pria yang bucin. Makanya dia aku suruh pergi, seharusnya kau paham itu!""Kenapa kau sangat licik dan tega melakukan semua ini?" tanya Bara yang tidak menyangka Sadewa
Hari demi hari berlalu, Bara belum juga pulang. Nabilah menatap penuh harap ke arah jalanan suaminya kembali dengan selamat. Namun, kali ini Nabilah tidak menangis seperti yang sudah-sudah. Seolah dia sudah tahu dan siap, kalau suaminya tidak akan pulang. Apalagi ponsel Bara tidak bisa dihubungi"Serahkan semuanya kepada Allah, Nak. Teruslah berdoa untuk keselamatan suami dan anakmu!" ujar Pak Jamal yang tahu kecemasan putrinya. "Sebenarnya malam sebelum Bang Bara pergi Bilah bermimpi. Kami sedang naik perahu berdua di laut mencari ikan. Tiba-tiba datang sebuah ombak besar menghantam. Bang Bara tergulung ombak, tetapi aku tetap berada di atas perahu dan pulang dengan selamat," ujar Nabilah yang baru menceritakan mimpinya. Ia ingin mencegah kepergian Bara waktu itu. Akan tetapi, sebuah harapan membungkam mulutnya.Pak Jamal kembali menimpali, "Perasaan Bapak juga tidak enak ketika melepaskan Bara pergi. Tapi kita tidak bisa mencegah takdir yang akan terjadi." Tiba-tiba sebuah ponsel
Setelah mendengar cerita Mom Sandra, Nabilah yakin sekali kalau Bara yang dimaksud adalah Robin. Ia merasa bersyukur ternyata anaknya dalam keadaan baik-baik saja. Rasa kehilangan Nabilah sedikit terobati dengan mendengar kabar Robin. "Nanti aku kenalkan kepadamu, kalau mereka sudah menyusulku ke sini," ujar Mom Sandra yang dijawab anggukan oleh Nabilah. Nabilah menduga Sadewa telah menculik anaknya. Ia berdoa semoga bapak mertuanya itu segera diberikan hidayah untuk segera mengembalikan Robin. Sekali lagi Nabilah yakin dengan yang namanya kekuatan doa."Nyonya saya mau pulang dulu untuk ambil baju!" pamit Nabilah yang dijawab anggukan oleh Mom Sandra. Hans menyarankan untuk sementara waktu Nabilah sebaiknya tinggal bersama Mom Sandra. Dengan begitu ia bisa mengawasi kedua wanita itu secara bersamaan karena Bara telah menitipkan istrinya. Jadi mereka juga bisa saling menjaga satu sama lain.Nabilah menyetujui hal itu, tetapi harus pulang untuk berpamitan sama Pak Jamal dulu.***S