Lucy sangat marah sekali dan tidak terima Sadewa menikah dengan Jesy. Ia benar-benar merasa diduakan, meskipun Sadewa bilang pernikahan itu hanya untuk menyelamatkan aib yang ditorehkan oleh Bara. "Semua gara-gara Bara, memang sialan anak itu!" gerutu Lucy dengan geram. "Tenanglah Lucy, Sadewa sudah bilang pernikahan itu cuma sementara!" seru seorang pria dengan tenang. Lucy kembali mencurahkan kegundahan hatinya, "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, kalau Sadewa meniduri wanita itu bagaimana?" "Anggap saja kalian impas, biarkan dia mencari kepuasan dengan wanita itu. Agar hubungan kita tetap berjalan dengan baik!" sahut pria itu sambil mengelus bahu Lucy. Lucy menepis tangan pria itu dengan kasar dan berkata, "Dasar bodoh, mereka bisa mempunyai anak lagi!" Pria itu tampak berpikir sejenak dan mengerti apa yang Lucy takutkan. "Bukankah itu hal yang mudah, pasti kamu punya banyak cara untuk membuat wanita itu tidak bisa hamil kan?" "Kalau mudah aku tidak akan datang menemuimu
"Robin," panggil Nabilah lagi. "Aku ada di sini," sahut Bara yang baru saja selesai melaksanakan salat. Ia segera bangkit dan menggenggam tangan istrinya dengan erat. Nabilah membuka mata dengan perlahan. Pandangannya tampak samar dan berputar. Setelah beberapa saat ia baru bisa melihat dengan jelas. Nabilah tidak menyangka dirinya masih hidup. Padahal ia mengira tidak akan selamat karena terakhir kali hanya merasakan tubuhnya diangkat dan semua jadi gelap. "Allahuakbar," ucap Nabilah sambil terisak karena masih diberi kesempatan hidup. "Abang, Robin mana?" tanya wanita itu ketika menyadari ada Bara di sisinya. "Sama Bapak," sahut Bara terpaksa berbohong karena tidak mau membuat keadaan Nabilah semakin drop. Ia juga tidak bertanya soal penyekapan itu.Masih dengan suara yang lemah, Nabilah kemudian meminta, "Jangan pergi Bang, Bilah takut!" "Iya, Abang janji mulai saat ini akan selalu bersama Bilah, selamanya!" ucap Bara yang membuat Nabilah jadi tenang. Ia segera memanggil tenag
Setelah mendapatkan perawatan selama seminggu di rumah sakit, Nabilah diperbolehkan pulang. Ia terlihat senang sekali karena akan berjumpa dengan buah hatinya.Ketika sampai di rumah Pak Jamal, Bara segera merangkul istrinya yang masih sedikit lemas. Semoga saja Nabilah tidak syok setelah tahu kebenaran tentang Robin."Assalamualaikum, Robin, Ibu pulang Nak," ucap Nabilah dengan penuh kerinduan. "Waalaikumsalam," sahut Pak Jamal sambil membukakan pintu. Nabilah langsung menyalami tangan ayahnya dan bertanya, "Robin mana Pak?" Pak Jamal tampak terdiam sambil menatap putrinya dengan sendu. Tanpa menunggu jawaban dari ayahnya, Nabilah segera mencari Robin di kamar, tetapi tidak ada. "Pak, Robin di mana?" tanya Nabilah sambil menatap ayahnya dengan saksama. Bara langsung memeluk Nabilah dan menyahuti, "Robin belum ditemukan.""Tidak mungkin, Abang bohong kan?" tanya Nabilah yang dijawab gelengan kepala oleh Bara. "Ayo cari anak kita, Bang!" serunya sambil terisak dan meronta."Polis
Sadewa tersenyum dan menjelaskan, "Ketika kamu koma, Bara diasuh oleh asisten dan tukang kebun. Mereka sepasang suami istri yang dipanggil Ibu dan Bapak. Nama Robin itu karena dia suka diceritain kisah Robin Hood sebelum tidur. Jadi kamu harus maklum dan jangan dengarkan kalau Bara suka bicara aneh karena dia masih kecil."Mom Sandra tampak mengangguk kecil. Ia diceritakan kalau habis bangun dari koma akibat jatuh dari lantai atas karena kebakaran yang melanda rumah mereka. Jadi tidak ada satu kenangan dari masa lalu yang tersisa."Bara, sama Papi ya. Momi mau diperiksa sama Pak Dokter dulu!" seru Mom Sadewa yang dijawab anggukan oleh Robin. Sadewa kemudian duduk di hadapan Robin dan bicara dengan lemah lembut. "Papi kan sudah bilang, momi lagi sakit jadi kamu tidak boleh bilang tentang ibu, ayah dan Robin!""Iya Pi, tapi kapan aku boleh ketemu sama ibu dan ayah?" tanya Robin yang kangen dengan kedua orang tuanya. "Papi sedang mencari Ibu dan ayah kamu. Entah meraka pergi ke mana,"
Hari demi hari kondisi Nabilah dipenuhi dengan kesedihan. Ia selalu menangis sambil memegang barang-barang Robin. Mulai dari mainan, baju sampai foto. Bara selalu mendampingi Nabilah agar kuat menghadapi cobaan ini. "Kamu ada di mana, Nak?" tanya Nabilah sambil memeluk foto Robin."Kita cari Robin yuk, sambil muter-muter. Tapi kamu makan dulu!" bujuk Bara yang merasa sedih melihat kondisi istrinya. Sambil menggeleng Nabilah menolak, "Bilah, tidak lapar Bang!" "Biar Bapak yang menyuapi Bilah. Kamu makan dan istirahatlah. Ingat kamu harus kuat dan jangan sampai sakit!" seru Pak Jamal yang melihat Bara sangat lelah karena kurang tidur. Bara tampak mengangguk dan segera ke luar dari kamar. "Dulu ketika, mendapat kabar Kakakmu telah tewas. Dunia Bapak dan Ibu seketika langsung runtuh. Tentu kamu masih ingat, bagaimana keadaan Ibu waktu itu. Sampai kamu jatuh sakit karena harus merawat dan menjaga Ibu," ujar Pak Jamal yang membuat Nabilah tertegun. Nabilah teringat bagaimana membujuk
"Dengan bukti rekaman CCTV ini aku akan menyeret Sadewa ke meja hijau, kalau dia tidak mau menyerahkan Sandra secara baik-baik," ujar Hans yang siap menuntut Sadewa secara hukum."Tapi Om harus hati-hati, dengan kekuasaan yang dimilikinya dia seperti ular yang sulit ditangkap. Bahkan media massa bisa dibungkamnya dengan mudah!" pesan Bara yang tahu ayahnya sulit disentuh secara hukum. Hans memberikan pendapatnya, "Kita harus pintar dan sedikit licik untuk menghadapinya.""Iya, aku akan cari cara untuk bicara dengan keluarga Sadewa," ujar Bara mengakhiri percakapan itu.Bara mencoba menghubungi Bryan, Jesy dan Monica. Akan tetapi, nomor kontak mereka tidak ada yang aktif satu pun. Hanya Sam yang dapat diajak berkomunikasi. "Apa yang bisa kubantu?" tanya Sam langsung to the point. "Aku ingin bicara dengan Bryan!" pinta Bara yang ingin bicara empat mata dengan adiknya. "Jangan, Bryan diancam oleh Tuan Sadewa untuk tidak membantumu. Semua orang yang berhubungan dengan keluarga Sadewa
Mentari tampak bersinar dengan cerah Sebuah mobil mewah berhenti di salah satu resort elit di kota Batam. Seorang wanita cantik dan dua bodyguard segera turun dari kendaraan itu. Lalu ia masuk ke salah satu kamar, di mana seseorang sudah menunggunya. Jesy tampak tersenyum ketika melihat Sadewa karena hari ini pria itu janji akan membebaskannya. "Om, aku sudah siap," ujar Jesy yang sudah tidak sabar menyandang status barunya sebagai janda kembang. Sadewa berbalik dan menatap Jesy dengan intens. Ia mengakui wanita itu memang cantik dan memikat hati. Menurutnya bodoh sekali Bara menolak perjodohan itu demi seorang wanita biasa seperti Nabilah. Jesy tampak menunduk ketika melihat Sadewa memakai kemeja tidak dikancing. Sehingga memperlihatkan perutnya yang kotak-kotak. Sadewa memang memiliki karisma yang masih mampu membuat wanita jatuh cinta. Ia masih bisa bersaing dengan pria lebih muda, meskipun tidak setampan Bara atau Bryan. "Benar kamu sudah siap?" tanya Sadewa yang dijawab ang
Sadewa sangat terkejut dan marah sekali ketika mendengar laporan dari salah satu bodyguard yang memberitahu Jesy berhasil kabur. "Kami semua dibius dan CCTV diresort dimatikan. Jadi tidak ada petunjuk siapa yang telah membantu Miss Jesy melarikan diri. Tapi yang terakhir berkunjung adalah ibunya," ujar salah satu pria yang ditugaskan menjaga Jesy."Kurang ajar, berani sekali orang itu bermain api denganku. Cari Jesy sampai ketemu dan beri pelajaran orang yang telah membantunya kabur!" seru Sadewa dengan penuh kemarahan.Setelah sejam kemudian, orang tua Jesy menghubungi Sadewa. Mereka mengatakan tidak membebaskan Jesy dan siap menanggung resikonya kalau berbohong. Sadewa kemudian memanggil Sam untuk mencaritahu siapa orang yang membantu istri mudanya kabur dan menceritakan kronologi kejadiannya. "Menurutmu siapa yang bisa melumpuhkan para bodyguard itu dengan mudah?" tanya Sadewa dengan serius. Sam menjawab singkat, "Bara atau Hans, pasti mereka bekerjasama dan sengaja menculik Mis