Share

Bab 46b. Pulangnya Robin

Author: Aryan Lee
last update Last Updated: 2024-09-02 21:20:47

Remon kemudian bertanya, "Nama lengkap kamu siapa?"

"Muhammad Robin," jawab anak itu kembali.

Wajah Bara langsung terlihat tidak suka mendengarnya karena mengingatkan pada sosok yang ingin dilupakan.

"Cuma kebetulan nama saja, kau suapi dia, aku mau tidur dulu. Besok baru kita antar ke kantor polisi!" seru Tigor yang merasa lelah sekali.

"Aku juga cape, temani ya!" Remon juga pergi tidur meninggalkan Robin dan Bara berdua.

Bara menghembuskan napasnya dengan kasar dan segera menyuapi anak itu. Ia kemudian mulai mencari tahu Robin anak siapa dan tinggalnya di mana, tetapi bocah itu tidak tahu apa-apa.

"Kata ibu umurku tiga," ujar Robin sambil menunjukan tiga jarinya.

Entah mengapa Bara langsung terpikat dengan pesona anak itu, meskipun tidak suka melihat mata teduhnya. Ia

kagum karena masih kecil tapi ngomongnya sudah jelas.

"Aku sudah kenyang Om brewok," ujar Robin sambil menelan kunyahan nasi di mulutnya.

Bara tersenyum ketika Robin memanggilnya dengan sebutan itu. Senyum yang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 47. Pilihan yang Sulit

    "Sama-sama, Bu. Lain kali lebih hati-hati menjaga anaknya!" sahut Remon sambil berpesan. Sebenarnya ia mendapat tugas mengantar Robin ke kantor polisi karena Tigor dan Bara ada urusan mendadak. Akan tetapi, di tengah jalan anak itu ingat arah pulang. "Iya Bang, maaf kalau anak saya sudah merepotkan. Sekali terima kasih," ucap Nabilah yang dijawab anggukan oleh Remon. Setelah Nabilah mengucapkan terima kasih kepada warga yang telah membantunya mencari Robin, mereka kemudian pulang ke rumah masing-masing. "Setelah membuat kami semua panik, akhirnya kamu pulang juga!" ujar seorang wanita sambil berkacak pinggang. "Maaf Bule, Robin belum mengerti apa yang dilakukannya itu berbahaya," ucap Nabilah ketika melihat istri pamannya marah. Wanita bernama Ayu itu tampak tersenyum simpul dan menyahuti, "Didik anakmu dengan benar, jangan sampai ngerepotin orang lagi!" "Iya Bule," jawab Nabilah yang langsung menasehati putranya, "Robin, lain kali jangan ikutin badut dan main jauh-ja

    Last Updated : 2024-09-02
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 47b. Aku Pulang

    "Aku tidak mau menyakiti Monica. Sebenarnya aku sudah menikah dan istriku ikut mengalami kecelakaan itu juga. Tapi setelah aku sembuh dan mencarinya, dia meninggalkanku begitu saja," ujar Bara yang membuat Bryan terkejut mendengarnya. Bryan memberikan pendapatnya, "Istri kakak tidak mungkin pergi begitu saja. Pasti dia punya alasan yang kuat.""Aku juga berpikir begitu, tapi jika benar begitu kenapa sampai sekarang dia tidak menemuiku di indonesia," ujar Bara yang tidak mengerti jalan pikiran Nabilah. "Kamu sendiri kenapa belum juga rujuk dengan Monica?" "Papi dan Mami melarang keras aku rujuk dengan Monica karena dia dianggap sebagai penyebab keretakan keluarga kita. Jadi kami lebih baik berteman saja," sahut Bryan yang tidak mau menentang kedua orang tuanya. Bara tampak tersenyum simpul dan menebak, "Teman tapi mesra kan? Aku akan membantumu bersatu lagi Monica.""Jangan Kak, aku tidak mau hubunganmu dengan Papi jadi memburuk lagi!" seru Bryan menolak keinginan Bara. "Kau tena

    Last Updated : 2024-09-02
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 48. Aku dan Kenangan

    "Kak Abas," batin Nabilah yang tidak menyangka akan bertemu dengan pria itu lagi di sini. Abas kemudian bertanya, "Sudah lama kita tidak bertemu, kamu mau ke mana?" meskipun memakai masker ia masih bisa mengenali Nabilah."Bilah mau pulang kampung, Kak" jawab Nabilah dengan jujur. "Ibu aku mau itu," rengek Robin ketika melihat aneka minuman dingin lima ribuan. Abas segera mengambil kesempatan ini untuk berbicara lebih lama lagi dengan Nabilah. "Anak kamu sepertinya haus, kita beli minum yuk sambil ngobrol sebentar!" ajaknya yang tidak langsung dijawab oleh Nabilah. Abas segera membeli minuman tiga gelas berikut cemilannya dan memberikannya dua untuk Nabilah dan Robin. Mereka akhirnya kembali duduk di bangku. "Terima kasih Om," ucap Robin sambil menyedot minumannya itu dengan senangnya. "Sama-sama pinter," balas Abas yang kagum dengan anak itu. "Robin waktu itu menemuiku dan menanyakan dirimu. Sebenarnya apa yang telah terjadi, kalian berpisah atau kamu kabur?" tanya Abas memulai

    Last Updated : 2024-09-05
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 49. Dalam Ingatanku

    Hari demi hari Nabilah lalui sebagai penjaga rumah dinas milik Abas. Ia mengurus kediaman itu dengan sebaik mungkin dan terlihat asri karena tanaman di halaman terawat rapi. "Ibu, aku mau main!" pinta Robin yang bosan berada di rumah terus. Nabilah yang sedang tidak melakukan apa pun segera menyetujui, "Ayo kita jalan-jalan keliling komplek!" Ia merasa perlu kenal juga dengan tetangga sekitar.Namun, bisik-bisik tetangga mulai berdendang ketika melihat Nabilah ke luar rumah. "Masa iya sih, asisten rumah tangga cantik seperti itu. Sudah punya anak lagi. Jangan-jangan dia istri mudanya Briptu Abas?" ujar ibu-ibu sambil melirik ke arah Nabilah yang sedang ngumpul di teras salah satu warga."Saya juga berpikir begitu Bu, nggak masuk akal kalau wanita itu cuma asisten," sahut ibu-ibu yang lainnya. Mereka langsung terdiam ketikan Nabilah lewat bersama Robin. "Permisi Bu," ucap Nabilah sambil mengangguk. "Iya Mba," sahut ibu-ibu itu sambil pura-pura tersenyum. Ketika Nabilah sudah men

    Last Updated : 2024-09-05
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 49b. Kamu Selalu di Hatiku

    "Dia bukan Bara, San," ujar Hans dari belakang Mom Sandra. Hari ini ia mendampingi istrinya karena Bara ada pekerjaan penting yang tidak bisa dihandle oleh Remon dan Tigor. "Iya, dia bukan anakku karena Sadewa telah membawanya dengan cara yang licik," lirih Mom Sandra dengan sendu.Hans kemudian memberitahu, "Bukan begitu, tapi Bara sekarang sudah dewasa dan berusia tiga puluh lima tahun!" "Memangnya sekarang tahun berapa?" tanya Mom Sandra jadi bingung.Hans menyebutkan angka tahun yang membuat sebuah ingatan mendesak masuk, sehingga kepala Mom Sandra jadi sakit dan membuatnya limbung. Untung Hans segera menangkap tubuh istrinya dan mereka duduk di bangku taman. Sementara itu Abas masih bermain bola bersama Robin. Hari ini pria itu sengaja datang untuk melihat keadaan Nabilah dan anaknya. Ia juga membelikan Robin beberapa mainan, salah satunya adalah bola. Ketika bocah itu minta main bola, Abas membawanya ke taman yang ada tanah lapang dan berumput. "Robin tadi bicara sama sia

    Last Updated : 2024-09-05
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 50. Menggapai Rindu

    itu memang lucu sekali, masih kecil sudah pinter ngomong. Seandainya Nabilah tidak pergi, mungkin kau sudah punya anak sepantaran dengan Robin. Sabar ya, cinta itu tidak harus memiliki!" ujar Tigor menyemangati."Hemm." Robin enggan membahas soal Nabilah lagi, meskipun tidak memungkiri terkadang hatinya merindu. "Cinta itu omong kosong. Lebih baik aku kerja," sahut Tigor yang patah hati karena Risa tidak mau menikah dengannya dan memilih pergi ke luar negeri. Angin berembus semilir membelai wajah Bara. Seolah mengatakan apakah ada rindu yang ingin dititipkan untuk seseorang nan jauh di sana. Ia menghela nafasnya dengan perlahan, berusaha meredam gejolak kerinduan yang semakin menyesakan dada. Ada cinta dan benci yang menuntunnya untuk pergi mencari pujaan hati. Akan tetapi, tidak tahu ke mana kaki harus melangkah. Jujur semakin Bara berusaha melupakan Nabilah, perasaan itu semakin besar. Ternyata benar kata pepatah rindu itu berat. Seperti halnya dengan Bara yang harus meraba rindu

    Last Updated : 2024-09-05
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 50b. Pengusiran Nabilah

    "Saya yang seharusnya bertanya, siapa kamu. Kenapa ada di rumah suamiku?" sahut wanita itu sambil melangkah masuk dan melihat Robin yang sedang menonton televisi dengan anteng."Saya asisten dan penjaga di rumah ini. Berarti Mbak, istrinya Kak Abas?" jawab Nabilah sambil menebak.Wanita itu menatap Nabilah dengan saksama dan bertanya dengan sinis, "Kamu kira saya bodoh, mana ada seorang asisten memanggil majikannya dengan sebutan Kak. Sudah berapa lama kamu menikah dengan suamiku?""Astagfirullahalazim, saya memanggil Kak Abas karena kami kawan lama dan tidak punya hubungan apa-apa." Nabilah kembali menjelaskan. "Alasan saya tidak percaya, tapi kalau kamu memang tidak punya hubungan apa-apa dengan suamiku, pergi dari rumah ini sekarang juga!" Wanita itu mengusir Nabilah karena terbakar cemburu. Sementara itu di luar rumah para tetangga menonton keributan antara Nabilah dan Istri Abas. "Tuh kan bener kata saya, Nabilah itu istri muda Pak Abas. Buktinya dilabrak sama istri sahnya,"

    Last Updated : 2024-09-05
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 51. Sang Penyelamat

    Sebuah mobil terlihat meluncur di bawah hujan dan menuju ke salah satu apartemen elit di selatan Jakarta. Ketika sampai basemen seorang wanita cantik segera turun dari kendaraan itu dan membukakan pintu tengah. Ternyata dia tidak sendiri, tetapi bersama seorang perempuan dan anak kecil."Ayo masuk, anggap saja rumah sendiri!" seru wanita penampilan modis itu dengan ramah. "Terima kasih Mbak," ucap Nabilah sambil menggendong Robin yang menggigil kedinginan. Wanita itu tersenyum dengan manis dan menyahuti, "Sama-sama, keringkan tubuh anakmu kasihan dia kedinginan!" serunya sambil memberikan sebuah handuk dan segera ke luar dari kamar itu.Tidak lama kemudian wanita itu sudah kembali lagi dan telah berganti pakaian. Ia juga membawa beberapa stel baju hangat dewasa dan menyarankan, "Pakaian kamu basah, sebaiknya ganti baju. Tapi aku tidak punya gamis, adanya ini!""Tidak apa-apa Mbak, ini juga sudah cukup," sahut Nabilah. "Ya sudah kamu ganti dulu, biar anakmu aku yang jagain!" saran

    Last Updated : 2024-09-09

Latest chapter

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 9. POV Nabilah

    Aku adalah seorang gadis desa yang mencintai seorang preman kampung bernama Robin. Berawal dari gagalnya pernikahanku, kami akhirnya bersatu karena takdir. Awalnya aku takut melihat Robin yang brewokan dan tampak beringas. Akan tetapi, ternyata dia pria yang bertanggungjawab dan baik hati. Sebenarnya aku sempat bimbang ketika Kak Abas kembali dan menyatakan ingin ta'aruf denganku. Pria yang dahulu aku kagumi karena kesalehannya. Seandainya belum menikah dengan Robin, mungkin aku akan menerima niat tulus Abas. Apalagi ibuku sangat merestui aku bersatu dengannya.Namun, ketika Robin rela mengorbankan nyawa, membuatku sadar cinta ini untuknya. Setelah memutuskan memilih untuk menjadi suamiku, akhirnya aku tahu kalau nama asli Robin adalah Bara Sadewa. Salah satu putra konglomerat dari Singapura. Majikan kakakku yang sudah tiada.Tidak seperti kisah Cinderella, cerita cintaku penuh dengan air mata. Terlebih ketika Sadewa memintaku pergi dari kehidupan Bara untuk selamanya. Aku dianggap

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 8. Akhir yang Indah

    "Cukup Abang!" seru Nabilah yang datang bersama anak-anaknya. Bara mendengus kesal karena rencananya memberikan Bryan ganjaran digagalkan Nabilah. Padahal sebentar lagi adiknya itu sudah mau menangis."Om Bryan," panggil Robin sambil berlari menghampiri pamannya dengan penuh kerinduan.Azza juga tidak mau ketinggalan dan ikut mengejar sambil memanggil dengan suara cadelnya, "Om Bian."Bryan langsung menyambut kedua keponakannya itu dengan pelukan hangat. "Robin sudah besar sekarang dan tambah ganteng, kalau Azza cantik dan pinter," puji Bryan yang sudah lama tidak bertemu dengan kedua keponakannya itu. "Selamat datang Om Bryan, kenalkan nama aku Salsabilah," ujar Nabilah sambil menggendong putri bungsunya. "Tambah satu lagi keponakan Om, lucu sekali kamu." Bryan langsung menggendong Salsa dan menciumnya. Kalau Robin mirip dengan Nabilah, Azza lebih condong ke Mom Sandra. Maka Salsa mempunyai paras Bara versi perempuannya.Sementara itu Bara hanya memperhatikan saja, Bryan disambu

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 7. Sang Pewaris

    Ketika Bara dan keluarganya sedang mengalami ujian ekonomi, Nabilah melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Salsabilah Azizah Erlangga. Kehadiran Bayi itu menjadi penyemangat atas apa yang sedang mereka hadapi. Di mana Nabilah dan Bara memulai semuanya dari nol lagi.Bara menjadi suami siaga, selalu membantu istrinya dalam segala hal. Terutama dalam mengurus Robin dan Azza yang sedang aktif bermain. Sehingga membuat Nabilah merasa beruntung memiliki pendamping hidup sepertinya. "Anak-anak bagaimana Bang?" tanya Nabilah ketika sedang menyusui putrinya."Aman, Robin sudah bisa momong. Dia dewasa sekali, bahkan mengajari Azza mengaji dan mengenal nama-nama binatang pakai bahasa Inggris," jawab Bara yang membuat Nabilah jadi bangga. "Robin memang pintar dan cepat daya tangkapnya," jawab Nabilah yang membuat Bara mengangguk kecil.Kondisi kesehatan Mom Sandra kian menurun setelah kepergian Hans. Sehingga membuat Bara jadi sedih dan cemas. "Kita ke rumah sakit ya Mom!" ajak Ba

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 6. POV Bara

    Tidak terasa sudah hampir setahun aku kembali menjalani kehidupan yang sederhana, bersama Nabilah, Robin dan Azza, di kampung Rantau. Entah mengapa aku merasa nyaman tinggal di kampung itu. Mungkin di tempat ini telah menjadi titik balik dalam pencarian jati diriku. Aku merasa Nabilah adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Allah. Dari rahimnya lahir dua buah hatiku yang lucu dan menggemaskan. Dia adalah sosok ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Selalu sabar dalam mengurus dan membesarkan anak-anak. Semoga kami bisa mendidik mereka menjadi pribadi yang soleh dan soleha serta istiqomah. "Terima kasih karena sudah mencintaiku," ucapku sambil memeluk Nabilah ketika anak-anak sedang tidur. Hanya disaat seperti ini kami memiliki waktu berdua."Terima kasih juga, sudah menjadi pelindung Bilah dan anak-anak," sahut Nabilah sambil menatapku dengan penuh cinta. Aku kemudian mengecup kening Nabilah lalu bibir dan terakhir perutnya yang membesar. Ya Nabilah sedang mengandung an

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 5. Rencana Sempurna

    Setelah ayahnya meninggal, Bryan merasa tidak sanggup menjalankan perusahaan seorang diri. Apalagi kondisinya gampang drop, kalau terlalu banyak berpikir atau kelelahan. Bryan juga tidak percaya dengan wakilnya di kantor. Sehingga ia mengikuti saran Bara untuk menjual semua harta Sadewa. "Jika harta warisan memberatkanmu maka lepaskanlah. Jadi kamu bisa tenang menjalani hidup ini!" saran Bara setelah menimbang baik dan buruknya ke depan nanti."Terima kasih sudah memberikan masukan. Aku akan merelakan semua warisanku karena harta tidak dibawa mati," ujar Bryan menyetujui rencana Bara. Ia ingin melepaskan beban sebagai ahli waris keluarga Sadewa yang selama ini membuatnya tertekan dalam ketakutan.Tanpa memberitahu siapa pun, Bryan menjual satu persatu aset milik keluarga Sadewa. Mulai dari vila, mansion, pulau pribadi hingga saham. Kini seorang Billionaire dari Inggris yang memiliki perusahaan Sadewa Corp. Hanya kediaman Sadewa yang masih tersisa. Ia dan Bara sepakat tidak akan menj

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 4. Keputusan Bryan

    "Aku ingin mengucapkan bela sungkawa secara langsung kepadamu dan Bara. Tapi sepertinya kehadiranku tidak tepat, maaf sudah mengganggu permisi," ucap Monica yang hendak pergi. "Tidak apa-apa Monica, terima kasih kamu sudah datang. Silahkan duduk!" cegah Bara yang menghargai kedatangan Monica sebagai seorang tamu. "Bilah, tolong buatkan minum ya!" serunya kemudian. Monica segera masuk dan menyalami semua orang yang ada di sana. "Dilanjut ya, kami mau siap-siap buat tahlilan nanti malam!" seru Mom Sandra yang segera meninggalkan tempat itu bersama Hans dan Pak Jamal. Bara juga segera menyusul dengan berkata, "Aku mau bantu Nabilah dulu, takut Robin nakalin adiknya!" Ia ingin memberikan kesempatan Bryan dan Monica bicara dari hati ke hati. Bryan kemudian mengajak Monica ke serambi rumah. Setelah mereka bicara sebentar, Monica pamitan untuk pulang."Mau ke mana Monica, kenapa buru-buru pulang?" tanya Bara yang datang bersama Nabilah sambil membawa suguhan. "Tidak apa-apa, aku turut

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 3b. Rahasia yang Terkuak

    Setelah mendapatkan perawatan yang intensif, kondisi Bryan perlahan mulai membaik. Selama di rumah sakit, Bara selalu menemani dan mensuportnya. Agar Bryan siap menerima takdir dan semangat lagi untuk menjalani hidupnya. "Terima kasih sudah merawataku Kak!" ucap Bryan ketika baru saja masuk ke mobil dan meninggalkan rumah sakit. "Aku sudab memutuskan untuk pindah ke Singapura lagi. Banyak hal yang harus diselesaikan, bisa saja besok aku akan menyusul papi bukan?" ujar Bryan yang pasrah akan takdir hidupnya."Aku yakin kamu akan melakukan yang terbaik. Sekarang papi sudah tidak ada menikahlah dengan Monica. Dia masih menunggumu sampai saat ini!" saran Bara agar Bryan tidak patang asa menjalani kehidupannya. Namun, Bryan menolak usul Bara dan memberikan alasannya, "Aku dan Monica tidak akan bersatu lagi karena keluarganya minta lima puluh persen bagian harta keluarga Sadewa."Bara cukup terkejut mendengarnya dan bertanya, "Kenapa tidak kamu berikan?" "Aku tidak akan membiarkan mere

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 3. Air Mata Bryan

    Bara langsung menghubungi Bryan melalui vidio call untuk memberitahu kalau ayah mereka sudah tiada. Tentu saja kabar itu membuat adiknya sangat terkejut dan syok. "Papi sudah tiada, tadi habis salat subuh beliau telah pergi," ujar Bara dengan suara yang bergetar. "Inalillahi wainnalillahirojiun, ya Allah aku baru mau terbang ke Singapura untuk menghadiri rapat komisaris. Habis itu ke Jakarta, menjenguk Papi. kenapa kakak nggak bilang kalau Papi sakit. Aku pasti pergi dari kemarin?" ucap Bryan dengan suara yang parau. Bara memberikan penjelasan, "Papi tidak sakit, aku pun tidak tahu kalau beliau mau berpulang. Cuma semalaman aku menemaninya yang tidak tidur. Ternyata Papi tidur menjelang pagi untuk selamanya." Mereka kemudian membahas di mana Sadewa akan dikebumikan. Akhirnya Kakak beradik itu sepakat ayah mereka dikuburkan di salah satu pemakaman elit di Indonesia saja. "Sepertinya kami tidak mungkin menguburkan setelah zuhur, kasihan papi kalau kelamaan. Jadi kemungkinan kamu t

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 2. Pesan Terakhir

    Nabilah tampak terkejut ketika suaminya sudah pulang dari inggris, padahal baru dua hari. Namun, ia tidak berani bertanya karena Bara terlihat begitu lelah. Setelah istirahat dan makan baru mereka memulai pembicaraan."Kenapa sudah pulang, bagaimana kabar papi, Bang?" tanya Nabilah ingin tahu. "Papi baik-baik saja, Abang sudah pulang karena kita mau pindah rumah," jawab Bara yang membuat Nabilah terkejut. "Kita mau pindah ke mana Bang?" tanya Nabilah ketika mendengar keinginan Bara. Selama ini mereka menempati rumah Pak Jamal. "Ke rumah papi dan mami di Jakarta," jawab Bara yang segera menjelaskan alasannya. "Apakah Bilah siap dan bersedia membantu Abang?"Nabilah mengangguk seraya menjawab, "Insya Allah Bilah siap lahir batin mendukung dan menemani Abang untuk menjadi anak yang berbakti." Ia akan mengikuti ke mana pun Bara mengajaknya. "Ya sudah, kamu siap-siap ya, rapikan semua pakaian kita. Abang mau ngomong sama Bapak!" serunya kemudian. Bara segera menemui Pak Jamal dan men

DMCA.com Protection Status