Share

Bab 37. Keputusan Robin

Author: Aryan Lee
last update Last Updated: 2024-08-26 21:39:35

Sambil menunggu jawaban Sadewa atas tawarannya, Robin menepati janjinya untuk menemui Nabilah. Akan tetapi, ketika ia sampai di rumah mertuanya, Pak Jamal dan Bu Asma tidak ada di tempat. Jadi Robin hanya bertemu dengan istrinya saja.

"Bagaimana keadaan Ibu?" tanya Robin membuka pembicaraan.

"Alhamdulillah sudah membaik, sekarang sedang diantar berobat sama Bapak," jawab Nabilah memberitahu kondisi Bu Asma. "Maaf ya Bang, Bilah nggak jadi ikut sama momi, kalau bisa kita tinggal di sini saja. Sampai kondisi ibu sehat seperti sedia kala!" pinta Nabilah yang sudah janji tidak pergi meninggalkan ibunya.

Robin tidak menanyakan alasan Nabilah minta tinggal di rumah orang tuanya karena mengerti akan kekhawatiran Bu Asama. Ia tampak mengangguk kecil dan menyahuti, "Iya nggak apa-apa. Lebih baik Bilah tinggal di sini karena kemungkinan Abang akan pergi lagi."

"Abang mau ke mana?" tanya Nabilah ingin tahu.

"Abang nggak bisa cerita sekarang. Pada intinya ada sedikit masalah yang harus Abang se
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 37b. Kepergian Robin

    "Jangan percaya Om, Sadewa hanya berpura-pura saja, agar aku mau pulang!" sahut Robin dengan yakinnya dan tidak mau tertipu lagi.Nabilah yang mendengar percakapan itu kemudian bertanya, "Siapa yang sakit Bang?""Bukan siapa-siapa, tidak penting. Abang mau tidur, nanti bangunkan kalau Bapak dan Ibu sudah pulang!" sahut Robin sambil merebahkan tubuhnya di kasur.Baru saja Nabilah ke luar dari kamar, tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata Mom Sandra yang menghubunginya. Mereka kemudian terlibat yang cukup lama dan serius.Ketika bakda ashar, Nabilah membangunkan Robin yang sedang tertidur pulas. "Bangun Bang, sudah mau ashar. Lagipula tidak baik tidur sebelum magrib!" seru Nabilah sambil mengguncang bahu suaminya.Robin tampak menggeliat dan segera bangun. Ia tersenyum melihat Nabilah sudah mandi sore, begitu segar dan harum. "Abang mau mandi?" tanya Nabilah yang dijawab anggukan oleh Robin. Setelah Robin membasuh diri, azan ashar pun berkumandang. Ia kemudian mengganti pakaiannya d

    Last Updated : 2024-08-26
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 38. Bara Sadewa

    Di salah satu ruang ICU rumah sakit elit di Singapura, Sadewa tampak terbaring kritis. Beberapa alat medis tampak terpasang di tubuhnya. Sementara itu Lucy hanya bisa melihat dari kaca pintu."Tenanglah Nyonya, semua akan baik-baik saja. Saya yakin sekali Tuan Muda Bara akan kembali setelah mengetahui ancaman kita," ujar Sam kepala keamanan keluarga Sadewa."Cobaan ini sangat berat sekali, aku tidak sanggup menerimanya!" lirih Lucy yang belum siap ditinggal Sadewa untuk selamanya. "Tidak ada gunanya menangis, lebih baik kau berdoa untuk kesembuhan Sadewa, Lucy!" seru Robin yang datang dengan penampilan seperti Bara. Tanpa brewok dan rambut gondrongnya. Lucy menoleh dan tampak terkejut melihat kedatangan Robin. Seketika tangisnya langsung berhenti dan menatap anak tirinya itu dengan penuh kemarahan. "Dasar anak tidak tahu diri bisa-bisanya kamu memberikan papi pilihan yang sulit. Ingat Bara, kamu telah menikmati hasil jerih payah suami dan anakku. Mereka kerja keras untuk membangu

    Last Updated : 2024-08-26
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 39. Keluarga Sadewa

    Setelah pulang ke kediaman Sadewa, Robin tetap melakukan kebiasaannya sebagai preman kampung. Ia suka pergi sebelum subuh dan pulang sehabis isya. Sadewa tidak melarangnya, asalkan Sam turut serta untuk mengetahui apa saja kegiatan Robin di luar sana. Bagi Sadewa Kehadiran Robin seperti obat yang mujarab untuk kesembuhannya."Tuan Bara pergi ke mesjid untuk salat, mulai dari subuh sampai isya. Selebihnya lebih banyak menghabiskan waktu di gym," ujar Sam melaporkan kegiatan Robin by phone. "Dia benar-benar sudah berubah menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya," ujar Sadewa yang tidak menyangka sama sekali karena sudah hapal betul kebiasaan putranya itu yang suka minum dan main perempuan. Sam pun membenarkan, "Benar Tuan, terkadang saya seperti baru mengenalnya.""Terus jaga dan lindungi dia!" seru Sadewa mengakhiri percakapan itu. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang baik. Akan tetapi, keadaan dan pergaulan membuat setiap anak mempunyai pilihan hidupnya se

    Last Updated : 2024-08-26
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 40. Kedatanganmu

    Setelah melakukan serangkaian tes kesehatan dan dinyatakan cocok untuk mendapatkan transplantasi sumsum tulang belakang dari Robin, Bryan menolaknya. Padahal Lucy sudah membujuknya dengan segala cara, tetapi tetap saja tidak mau. Bahkan Sadewa yang masih dalam masa penyembuhan sampai datang untuk bicara dengan Bryan dan semua pun sia-sia."Cukup Mi, Pi, aku lelah. Tolong kalian jangan memaksa lagi. Ikhlaskan saja apa pun yang terjadi nanti!" pinta Bryan yang seolah siap kapan pun ajalnya akan menjemput.Lucy pun menyerah membujuk putranya dan hanya bisa terus menangis. Sementara itu Sadewa juga sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi."Aku akan bicara dengannya, tolong tinggalkan kami berdua!" pinta Robin yang akan bicara dengan Bryan. Sadewa dan Lucy segera pergi dan kini hanya tinggal Bryan dan Robin. "Kau harus sembuh, demi Papi dan Mami. Aku akan membantumu mengelola perusahaan semampuku!" janji Bara dengan ramah. Bryan tersenyum simpul dan berkata, "Omong kosong, kau bisa apa

    Last Updated : 2024-08-26
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 41. Rahasia Masa Lalu

    Tujuh tahun yang lalu, Monica diundang menghadiri pesta ulang tahun salah satu teman sosialitanya. Tanpa disangka ia bertemu dengan Bryan di acara itu. Mereka kemudian berpesta dengan minum sampanye. "Kamu kenapa Monica?" tanya Bryan ketika melihat calon kakak iparnya itu tampak resah. "Entahlah, sepertinya aku tidak enak badan," sahut Monica yang merasakan tubuhnya tiba-tiba jadi demam."Pasti kamu masuk angin, sudah istirahat di kamar saja!" seru Cindy teman Monica. Monica menyetujui saran temannya dan masuk ke kamar tamu. Setelah sejenak menenangkan diri, ia merasakan tubuhnya masih panas, padahal memakai baju yang terbuka. Wanita itu segera membesarkan volume AC, tetapi rasa panas tidak hilang juga dan semakin menjadi. Justru Monica merasakan ada dorongan gejolak yang mendesak ke luar dari tubuhnya. "Monica apa kamu, baik-baik saja?" tanya Bryan yang tiba-tiba masuk ke kamar itu. "Tolong aku, tubuhku panas sekali rasanya!" sahut Monica yang semakin gelisah. Bryan kemudian me

    Last Updated : 2024-08-31
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 41b. Rencana Robin 2

    Sadewa tampak terkejut ketika melihat Monica. "Pergilah, Bara butuh istirahat!" serunya dengan tatapan tidak suka. Monica segera ke luar dari kamar inap Robin dengan kesedihan yang mendalam. "Jangan percaya apa pun yang dikatakan oleh Monica! Dia itu wanita ular, setelah mengkhianatimu lalu mencampakkan Bryan karna sakit!" seru Sadewa mengingatkan. "Kenapa Papi berkata seperti itu?" tanya Robin ingin tahu. Sadewa memberitahu hal yang berbeda, "Dia mengajukan gugatan, setelah tahu Bryan sakit. Kamu mau tahu tujuannya apa? Monica ingin kembali kepadamu karena kalau Bryan meninggal karena kau akan jadi pewaris tunggal."Robin tampak mengernyitkan dahinya karena bingung harus percaya yang mana. Dia harus tanya sama Bryan, kalau ingin mengetahui kebenarannya. "Sekarang makanlah, habis itu minum obat kamu perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih!" seru Sadewa yang dijawab anggukan oleh Robin. Akibat pengaruh obat yang harus diminumnya, Robin pun tertidur pulas. Sehingga ia tidak sa

    Last Updated : 2024-08-31
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 42. Menunggumu

    Sudah seminggu Nabilah tidak mendapat kabar dari Robin. Hanya Mom Sandra yang sering menelepon, untuk menanyakan keadaannya sambil meyakinkan, kalau Robin pasti akan kembali. "Mom, juga lose kontak dengan Robin. Tapi Mom yakin dia pasti akan pulang untuk kita. Kamu yang sabar ya!" ujar Mom Sandra dari seberang sana. "Iya Mom, Bilah akan selalu menunggu Bang Robin pulang," sahut Nabilah dalam kerinduan. "Bilah, kirim nomor rekeningmu Nak. Mom akan transfer nafkah buat kamu!" seru Mom Sandra yang ingin mengambil alih tanggungjawab Robin untuk sementara waktu. "Tidak usah Mom, uang dari Bang Robin masih ada!" jawab Nabilah sungkan, padahal Ibunya sedang butuh biaya buat berobat. Sementara uang yang dimilikinya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Setelah merasa keadaan Nabilah baik-baik saja, Mom Sandra mengakhiri percakapan mereka, "Ya sudah, kalau ada apa-apa langsung hubungi Momi. Salam untuk kedua orang tuamu ya!" "Iya Mom, terima kasih atas perhatiannya," ucap Nabilah menyudah

    Last Updated : 2024-08-31
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 42b. Di Suatu Tempat

    Setelah seminggu dirawat, Robin sudah diperbolehkan pulang. Dengan syarat harus cek up setiap ada keluhan. Ia dan Sam meninggalkan rumah sakit ketika menjelang sore hari. Akan tetapi, pria itu tidak langsung pulang ke kediaman Sadewa. Melainkan pergi ke suatu tempat yang menjadi titik awal perubahan di dalam hidupnya."Buat apa kita ke sini?" tanya Sam dengan heran. "Aku sedang teringat dengan Faisal," jawab Robin sambil menelisik tempat itu yang telah banyak berubah. Lebih ramai tidak sepi seperti lima tahun yang lalu."Aku pesimis kasus itu dapat terungkap karena tidak ada bukti dan saksi yang bisa memberikan petunjuk siapa pelakunya. Jadi buat apa kamu minta Tuan Sadewa mengusutnya kembali? Aku rasa itu sama saja kamu ingin pergi dari kehidupan keluarga Sadewa secara halus," ujar Sam yang mulai menebak jalan pikiran Robin. Robin terdiam karena yang dikatakan oleh Sam benar dan tepat. Ia memang tidak tahu bagaimana sosok orang-orang yang membunuh Faisal karena bersembunyi ketaku

    Last Updated : 2024-08-31

Latest chapter

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 9. POV Nabilah

    Aku adalah seorang gadis desa yang mencintai seorang preman kampung bernama Robin. Berawal dari gagalnya pernikahanku, kami akhirnya bersatu karena takdir. Awalnya aku takut melihat Robin yang brewokan dan tampak beringas. Akan tetapi, ternyata dia pria yang bertanggungjawab dan baik hati. Sebenarnya aku sempat bimbang ketika Kak Abas kembali dan menyatakan ingin ta'aruf denganku. Pria yang dahulu aku kagumi karena kesalehannya. Seandainya belum menikah dengan Robin, mungkin aku akan menerima niat tulus Abas. Apalagi ibuku sangat merestui aku bersatu dengannya.Namun, ketika Robin rela mengorbankan nyawa, membuatku sadar cinta ini untuknya. Setelah memutuskan memilih untuk menjadi suamiku, akhirnya aku tahu kalau nama asli Robin adalah Bara Sadewa. Salah satu putra konglomerat dari Singapura. Majikan kakakku yang sudah tiada.Tidak seperti kisah Cinderella, cerita cintaku penuh dengan air mata. Terlebih ketika Sadewa memintaku pergi dari kehidupan Bara untuk selamanya. Aku dianggap

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 8. Akhir yang Indah

    "Cukup Abang!" seru Nabilah yang datang bersama anak-anaknya. Bara mendengus kesal karena rencananya memberikan Bryan ganjaran digagalkan Nabilah. Padahal sebentar lagi adiknya itu sudah mau menangis."Om Bryan," panggil Robin sambil berlari menghampiri pamannya dengan penuh kerinduan.Azza juga tidak mau ketinggalan dan ikut mengejar sambil memanggil dengan suara cadelnya, "Om Bian."Bryan langsung menyambut kedua keponakannya itu dengan pelukan hangat. "Robin sudah besar sekarang dan tambah ganteng, kalau Azza cantik dan pinter," puji Bryan yang sudah lama tidak bertemu dengan kedua keponakannya itu. "Selamat datang Om Bryan, kenalkan nama aku Salsabilah," ujar Nabilah sambil menggendong putri bungsunya. "Tambah satu lagi keponakan Om, lucu sekali kamu." Bryan langsung menggendong Salsa dan menciumnya. Kalau Robin mirip dengan Nabilah, Azza lebih condong ke Mom Sandra. Maka Salsa mempunyai paras Bara versi perempuannya.Sementara itu Bara hanya memperhatikan saja, Bryan disambu

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 7. Sang Pewaris

    Ketika Bara dan keluarganya sedang mengalami ujian ekonomi, Nabilah melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Salsabilah Azizah Erlangga. Kehadiran Bayi itu menjadi penyemangat atas apa yang sedang mereka hadapi. Di mana Nabilah dan Bara memulai semuanya dari nol lagi.Bara menjadi suami siaga, selalu membantu istrinya dalam segala hal. Terutama dalam mengurus Robin dan Azza yang sedang aktif bermain. Sehingga membuat Nabilah merasa beruntung memiliki pendamping hidup sepertinya. "Anak-anak bagaimana Bang?" tanya Nabilah ketika sedang menyusui putrinya."Aman, Robin sudah bisa momong. Dia dewasa sekali, bahkan mengajari Azza mengaji dan mengenal nama-nama binatang pakai bahasa Inggris," jawab Bara yang membuat Nabilah jadi bangga. "Robin memang pintar dan cepat daya tangkapnya," jawab Nabilah yang membuat Bara mengangguk kecil.Kondisi kesehatan Mom Sandra kian menurun setelah kepergian Hans. Sehingga membuat Bara jadi sedih dan cemas. "Kita ke rumah sakit ya Mom!" ajak Ba

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 6. POV Bara

    Tidak terasa sudah hampir setahun aku kembali menjalani kehidupan yang sederhana, bersama Nabilah, Robin dan Azza, di kampung Rantau. Entah mengapa aku merasa nyaman tinggal di kampung itu. Mungkin di tempat ini telah menjadi titik balik dalam pencarian jati diriku. Aku merasa Nabilah adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Allah. Dari rahimnya lahir dua buah hatiku yang lucu dan menggemaskan. Dia adalah sosok ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Selalu sabar dalam mengurus dan membesarkan anak-anak. Semoga kami bisa mendidik mereka menjadi pribadi yang soleh dan soleha serta istiqomah. "Terima kasih karena sudah mencintaiku," ucapku sambil memeluk Nabilah ketika anak-anak sedang tidur. Hanya disaat seperti ini kami memiliki waktu berdua."Terima kasih juga, sudah menjadi pelindung Bilah dan anak-anak," sahut Nabilah sambil menatapku dengan penuh cinta. Aku kemudian mengecup kening Nabilah lalu bibir dan terakhir perutnya yang membesar. Ya Nabilah sedang mengandung an

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 5. Rencana Sempurna

    Setelah ayahnya meninggal, Bryan merasa tidak sanggup menjalankan perusahaan seorang diri. Apalagi kondisinya gampang drop, kalau terlalu banyak berpikir atau kelelahan. Bryan juga tidak percaya dengan wakilnya di kantor. Sehingga ia mengikuti saran Bara untuk menjual semua harta Sadewa. "Jika harta warisan memberatkanmu maka lepaskanlah. Jadi kamu bisa tenang menjalani hidup ini!" saran Bara setelah menimbang baik dan buruknya ke depan nanti."Terima kasih sudah memberikan masukan. Aku akan merelakan semua warisanku karena harta tidak dibawa mati," ujar Bryan menyetujui rencana Bara. Ia ingin melepaskan beban sebagai ahli waris keluarga Sadewa yang selama ini membuatnya tertekan dalam ketakutan.Tanpa memberitahu siapa pun, Bryan menjual satu persatu aset milik keluarga Sadewa. Mulai dari vila, mansion, pulau pribadi hingga saham. Kini seorang Billionaire dari Inggris yang memiliki perusahaan Sadewa Corp. Hanya kediaman Sadewa yang masih tersisa. Ia dan Bara sepakat tidak akan menj

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 4. Keputusan Bryan

    "Aku ingin mengucapkan bela sungkawa secara langsung kepadamu dan Bara. Tapi sepertinya kehadiranku tidak tepat, maaf sudah mengganggu permisi," ucap Monica yang hendak pergi. "Tidak apa-apa Monica, terima kasih kamu sudah datang. Silahkan duduk!" cegah Bara yang menghargai kedatangan Monica sebagai seorang tamu. "Bilah, tolong buatkan minum ya!" serunya kemudian. Monica segera masuk dan menyalami semua orang yang ada di sana. "Dilanjut ya, kami mau siap-siap buat tahlilan nanti malam!" seru Mom Sandra yang segera meninggalkan tempat itu bersama Hans dan Pak Jamal. Bara juga segera menyusul dengan berkata, "Aku mau bantu Nabilah dulu, takut Robin nakalin adiknya!" Ia ingin memberikan kesempatan Bryan dan Monica bicara dari hati ke hati. Bryan kemudian mengajak Monica ke serambi rumah. Setelah mereka bicara sebentar, Monica pamitan untuk pulang."Mau ke mana Monica, kenapa buru-buru pulang?" tanya Bara yang datang bersama Nabilah sambil membawa suguhan. "Tidak apa-apa, aku turut

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 3b. Rahasia yang Terkuak

    Setelah mendapatkan perawatan yang intensif, kondisi Bryan perlahan mulai membaik. Selama di rumah sakit, Bara selalu menemani dan mensuportnya. Agar Bryan siap menerima takdir dan semangat lagi untuk menjalani hidupnya. "Terima kasih sudah merawataku Kak!" ucap Bryan ketika baru saja masuk ke mobil dan meninggalkan rumah sakit. "Aku sudab memutuskan untuk pindah ke Singapura lagi. Banyak hal yang harus diselesaikan, bisa saja besok aku akan menyusul papi bukan?" ujar Bryan yang pasrah akan takdir hidupnya."Aku yakin kamu akan melakukan yang terbaik. Sekarang papi sudah tidak ada menikahlah dengan Monica. Dia masih menunggumu sampai saat ini!" saran Bara agar Bryan tidak patang asa menjalani kehidupannya. Namun, Bryan menolak usul Bara dan memberikan alasannya, "Aku dan Monica tidak akan bersatu lagi karena keluarganya minta lima puluh persen bagian harta keluarga Sadewa."Bara cukup terkejut mendengarnya dan bertanya, "Kenapa tidak kamu berikan?" "Aku tidak akan membiarkan mere

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 3. Air Mata Bryan

    Bara langsung menghubungi Bryan melalui vidio call untuk memberitahu kalau ayah mereka sudah tiada. Tentu saja kabar itu membuat adiknya sangat terkejut dan syok. "Papi sudah tiada, tadi habis salat subuh beliau telah pergi," ujar Bara dengan suara yang bergetar. "Inalillahi wainnalillahirojiun, ya Allah aku baru mau terbang ke Singapura untuk menghadiri rapat komisaris. Habis itu ke Jakarta, menjenguk Papi. kenapa kakak nggak bilang kalau Papi sakit. Aku pasti pergi dari kemarin?" ucap Bryan dengan suara yang parau. Bara memberikan penjelasan, "Papi tidak sakit, aku pun tidak tahu kalau beliau mau berpulang. Cuma semalaman aku menemaninya yang tidak tidur. Ternyata Papi tidur menjelang pagi untuk selamanya." Mereka kemudian membahas di mana Sadewa akan dikebumikan. Akhirnya Kakak beradik itu sepakat ayah mereka dikuburkan di salah satu pemakaman elit di Indonesia saja. "Sepertinya kami tidak mungkin menguburkan setelah zuhur, kasihan papi kalau kelamaan. Jadi kemungkinan kamu t

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 2. Pesan Terakhir

    Nabilah tampak terkejut ketika suaminya sudah pulang dari inggris, padahal baru dua hari. Namun, ia tidak berani bertanya karena Bara terlihat begitu lelah. Setelah istirahat dan makan baru mereka memulai pembicaraan."Kenapa sudah pulang, bagaimana kabar papi, Bang?" tanya Nabilah ingin tahu. "Papi baik-baik saja, Abang sudah pulang karena kita mau pindah rumah," jawab Bara yang membuat Nabilah terkejut. "Kita mau pindah ke mana Bang?" tanya Nabilah ketika mendengar keinginan Bara. Selama ini mereka menempati rumah Pak Jamal. "Ke rumah papi dan mami di Jakarta," jawab Bara yang segera menjelaskan alasannya. "Apakah Bilah siap dan bersedia membantu Abang?"Nabilah mengangguk seraya menjawab, "Insya Allah Bilah siap lahir batin mendukung dan menemani Abang untuk menjadi anak yang berbakti." Ia akan mengikuti ke mana pun Bara mengajaknya. "Ya sudah, kamu siap-siap ya, rapikan semua pakaian kita. Abang mau ngomong sama Bapak!" serunya kemudian. Bara segera menemui Pak Jamal dan men

DMCA.com Protection Status