Setelah melakukan serangkaian tes kesehatan dan dinyatakan cocok untuk mendapatkan transplantasi sumsum tulang belakang dari Robin, Bryan menolaknya. Padahal Lucy sudah membujuknya dengan segala cara, tetapi tetap saja tidak mau. Bahkan Sadewa yang masih dalam masa penyembuhan sampai datang untuk bicara dengan Bryan dan semua pun sia-sia."Cukup Mi, Pi, aku lelah. Tolong kalian jangan memaksa lagi. Ikhlaskan saja apa pun yang terjadi nanti!" pinta Bryan yang seolah siap kapan pun ajalnya akan menjemput.Lucy pun menyerah membujuk putranya dan hanya bisa terus menangis. Sementara itu Sadewa juga sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi."Aku akan bicara dengannya, tolong tinggalkan kami berdua!" pinta Robin yang akan bicara dengan Bryan. Sadewa dan Lucy segera pergi dan kini hanya tinggal Bryan dan Robin. "Kau harus sembuh, demi Papi dan Mami. Aku akan membantumu mengelola perusahaan semampuku!" janji Bara dengan ramah. Bryan tersenyum simpul dan berkata, "Omong kosong, kau bisa apa
Tujuh tahun yang lalu, Monica diundang menghadiri pesta ulang tahun salah satu teman sosialitanya. Tanpa disangka ia bertemu dengan Bryan di acara itu. Mereka kemudian berpesta dengan minum sampanye. "Kamu kenapa Monica?" tanya Bryan ketika melihat calon kakak iparnya itu tampak resah. "Entahlah, sepertinya aku tidak enak badan," sahut Monica yang merasakan tubuhnya tiba-tiba jadi demam."Pasti kamu masuk angin, sudah istirahat di kamar saja!" seru Cindy teman Monica. Monica menyetujui saran temannya dan masuk ke kamar tamu. Setelah sejenak menenangkan diri, ia merasakan tubuhnya masih panas, padahal memakai baju yang terbuka. Wanita itu segera membesarkan volume AC, tetapi rasa panas tidak hilang juga dan semakin menjadi. Justru Monica merasakan ada dorongan gejolak yang mendesak ke luar dari tubuhnya. "Monica apa kamu, baik-baik saja?" tanya Bryan yang tiba-tiba masuk ke kamar itu. "Tolong aku, tubuhku panas sekali rasanya!" sahut Monica yang semakin gelisah. Bryan kemudian me
Sadewa tampak terkejut ketika melihat Monica. "Pergilah, Bara butuh istirahat!" serunya dengan tatapan tidak suka. Monica segera ke luar dari kamar inap Robin dengan kesedihan yang mendalam. "Jangan percaya apa pun yang dikatakan oleh Monica! Dia itu wanita ular, setelah mengkhianatimu lalu mencampakkan Bryan karna sakit!" seru Sadewa mengingatkan. "Kenapa Papi berkata seperti itu?" tanya Robin ingin tahu. Sadewa memberitahu hal yang berbeda, "Dia mengajukan gugatan, setelah tahu Bryan sakit. Kamu mau tahu tujuannya apa? Monica ingin kembali kepadamu karena kalau Bryan meninggal karena kau akan jadi pewaris tunggal."Robin tampak mengernyitkan dahinya karena bingung harus percaya yang mana. Dia harus tanya sama Bryan, kalau ingin mengetahui kebenarannya. "Sekarang makanlah, habis itu minum obat kamu perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih!" seru Sadewa yang dijawab anggukan oleh Robin. Akibat pengaruh obat yang harus diminumnya, Robin pun tertidur pulas. Sehingga ia tidak sa
Sudah seminggu Nabilah tidak mendapat kabar dari Robin. Hanya Mom Sandra yang sering menelepon, untuk menanyakan keadaannya sambil meyakinkan, kalau Robin pasti akan kembali. "Mom, juga lose kontak dengan Robin. Tapi Mom yakin dia pasti akan pulang untuk kita. Kamu yang sabar ya!" ujar Mom Sandra dari seberang sana. "Iya Mom, Bilah akan selalu menunggu Bang Robin pulang," sahut Nabilah dalam kerinduan. "Bilah, kirim nomor rekeningmu Nak. Mom akan transfer nafkah buat kamu!" seru Mom Sandra yang ingin mengambil alih tanggungjawab Robin untuk sementara waktu. "Tidak usah Mom, uang dari Bang Robin masih ada!" jawab Nabilah sungkan, padahal Ibunya sedang butuh biaya buat berobat. Sementara uang yang dimilikinya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Setelah merasa keadaan Nabilah baik-baik saja, Mom Sandra mengakhiri percakapan mereka, "Ya sudah, kalau ada apa-apa langsung hubungi Momi. Salam untuk kedua orang tuamu ya!" "Iya Mom, terima kasih atas perhatiannya," ucap Nabilah menyudah
Setelah seminggu dirawat, Robin sudah diperbolehkan pulang. Dengan syarat harus cek up setiap ada keluhan. Ia dan Sam meninggalkan rumah sakit ketika menjelang sore hari. Akan tetapi, pria itu tidak langsung pulang ke kediaman Sadewa. Melainkan pergi ke suatu tempat yang menjadi titik awal perubahan di dalam hidupnya."Buat apa kita ke sini?" tanya Sam dengan heran. "Aku sedang teringat dengan Faisal," jawab Robin sambil menelisik tempat itu yang telah banyak berubah. Lebih ramai tidak sepi seperti lima tahun yang lalu."Aku pesimis kasus itu dapat terungkap karena tidak ada bukti dan saksi yang bisa memberikan petunjuk siapa pelakunya. Jadi buat apa kamu minta Tuan Sadewa mengusutnya kembali? Aku rasa itu sama saja kamu ingin pergi dari kehidupan keluarga Sadewa secara halus," ujar Sam yang mulai menebak jalan pikiran Robin. Robin terdiam karena yang dikatakan oleh Sam benar dan tepat. Ia memang tidak tahu bagaimana sosok orang-orang yang membunuh Faisal karena bersembunyi ketaku
Robin menyewa sebuah kamar hotel bintang lima. Setelah beberapa jam kemudian ia, baru ke luar menemui Sam yang menunggunya di loby. "Kita harus pulang, baru saja Tuan Sadewa telepon dan bertanya kenapa belum sampai rumah. Aku bilang kita sedang di klub," jawab Sam memberitahu. "Apakah Mami Lucy selalu di rumah sakit menemani Bryan?" tanya Robin ingin tahu. Sam langsung menjawab,"Nggak selalu, kalau tidak salah besok Nyonya Lucy ada pertemuan dengan teman sosialitanya. Ada apa memangnya?" Ia balik bertanya. "Aku ingin menjenguk Bryan, tapi nggak mau ada Mami Lucy," jawab Robin yang ingin bicara sesuatu dengan adik tirinya itu. "Bisa diatur, sekarang ayo kita pulang. Jangan lagi bermain api yang pernah membuatmu terbakar!" ajak Sam yang dijawab anggukan oleh Robin. Sementara itu Sadewa tampak menghela nafas panjang ketika mendapat laporan, kalau Robin dan Sam berada di salah satu hotel. Sam memang bisa dipercaya, tetapi terkadang dia suka berpihak kepada putranya. Jadi diam-diam S
Robin menoleh dan tercengang melihat Mom Sandra. Akan tetapi, ia lebih terkejut melihat kedatangan istrinya. Pria itu segera menarik tangannya dari pinggang Monica.Rasa cemburu langsung membakar hati Nabilah ketika melihat suaminya sedang merangkul pinggang wanita cantik. Ia segera pergi dari tempat itu dengan mata yang berkaca-kaca. "Cepat kejar dia!" seru Mom Sandra dengan kesal. "Saya mau bicara sama kamu!" sambungnya sambil menatap Monica dengan tajam. Tanpa membuang waktu lagi Robin segera mengejar istrinya. Nabilah memang diajak Mom Sandra ke Singapura ketika mertuanya itu datang untuk bersilahturahmi. Niat hati ingin menemui suaminya, tetapi ia justru melihat Robin sedang bersama wanita lain. Sungguh hatinya sakit sekali."Nabilah tunggu, Abang akan jelaskan semuanya!" seru Robin sambil meraih tangan istrinya itu. "Jadi karena wanita itu Abang mematikan ponsel karena tidak mau diganggu?" tanya Nabilah yang sudah terbakar cemburu. "Ikut Abang, kita bicarakan semuanya secar
Robin mencerita masa lalunya yang bisa dikatakan buruk. Ia pasrah jika Nabilah minta dicerai sekarang juga dan siap kehilangan cinta untuk yang kedua kalinya. Jika hal itu sampai terjadi, Robin memutuskan tidak akan menikah lagi. Sementara itu Nabilah tampak mendengarkan dengan saksama. Kata demi kata yang Robin ucapkan dengan penuh kejujuran. Ia mengakui apa yang dialami Robin sangat menyakitkan. Seandainya hal itu terjadi pada dirinya, belum tentu bisa sekuat itu."Sekarang Bilah sudah tahu semua tentang Abang. Jadi keputusan ada di tangan Bilah, Abang siap menerimanya," ujar Robin dalam kepasrahan. "Bilah tetap mencintai Abang karena itu adalah masa lalu," ujar Nabilah yang membuat Robin terkejut. Menurutnya tidak adil jika seseorang harus dianggap buruk karena masa lalunya. Robin tidak bisa berkata-kata karena keputusan Nabilah di luar prediksinya. Ia memeluk istrinya itu dan menghujani dengan banyak ciuman. "Terima kasih, Bilah masih mau menerima Abang yang bejad ini," ucap R