Share

Bab 25. Pengorbanan Robin

Penulis: Aryan Lee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-09 21:37:30

"Pergi dan cepat selamatkan Nabilah!" seru Robin sambil memegang dadanya.

Peluru panas dari senjata api milik Briptu Abas akhirnya menembus dada Robin. Ia juga sempat melayangkan tembakan ke arah pria bertopeng, tetapi meleset dan berhasil melarikan diri. Bersamaan dengan itu beberapa polisi menyerbu masuk. Mereka segera membantu Abas membebaskan Nabilah dan sisanya melakukan pengejaran.

"Abang Robin," panggil Nabilah sambil menghambur dan memeluk tubuh suaminya yang ambruk bersimbah darah. "Tolong, bertahanlah Bang, tolong!" pintanya dengan panik dan khawatir.

Sambil menahan sakit di dadanya Robin kemudian berkata, "Na-nabilah kamu kutalak." Tiba-tiba matanya terpejam.

"Abang, tolong!" pekik Nabilah sambil berderai air mata.

"Ayo kita bawa Robin ke rumah sakit!" ujar Abas yang hendak memapah Robin.

"Biar aku saja yang membawanya ke rumah sakit. Sebaiknya kamu kejar orang itu dan jangan biarkan dia bebas!" seru Risa yang datang bersama Tigor.

Tigor kemudian memapah Robin dan mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
abas ambil kesempatan dalam kesempitan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 25b. Air Mata Nabilah

    "Kakak terpaksa karena Robin terus mendesak," jawab Abas yang segera menceritakan alasannya menembak Robin. Ketika Robin sedang memiting Abas, sempat terjadi percakapan singkat yang membuat pria itu harus mengambil sebuah keputusan terbilang cukup nekat. "Apabila aku berhasil menghabisimu, maka aku akan dakwa melakukan pembunuh berencana. Tapi jika sebaliknya pasti dia menembakmu karena aku melihat ada pistol di pinggangnya. Setelah itu dia akan memiliki Nabilah tanpa penghalang," ujar Robin yang membuat Abas berpikir. "Jadi kita harus bagaimana, dia menyandera Nabilah?" tanya Abas yang bingung harus melakukan apa. "Tembak aku, kau tidak datang sendirian kan begitupun denganku. Ketika mendengar suara tembakan, mereka akan langsung menyerbu tempat ini dan membantumu untuk menyelamatkan Nabilah. Cepat lakukan!" seru Robin dengan sebuah rencana yang sudah dipikirkannya dengan matang. Abas menolak perintah Robin, "Aku tidak selicik itu!" "Cepat waktu kita tidak banyak atau kita aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 26. Sadarnya Robin

    "Panggil dokter, Robin sudah siuman!" ujar Risa dengan senang, meskipun tidak suka pria yang dicintainya menyebut nama wanita lain. Tidak lama kemudian dokter dan suster dateng untuk memeriksa kondisi Robin. "Alhamdulillah, pasien sudah melewati masa kritisnya. Tapi masih membutuhkan perawatan yang intensif agar lukanya cepat sembuh!" ujar dokter sambil menyarankan. "Tolong berikan perawatan yang terbaik Dok. Saya akan bayar, berapa pun biayanya!" seru Risa yang ingin Robin sembuh seperti sedia kala.Dokter kemudian menyahuti, "Kami akan memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin. Tapi tolong bantu kesembuhan pasien dengan doa juga!" Dokter tidak bisa memastikan karenamanusia hanya bisa berusaha dan hasilnya hanya tetap Allah yang menentukan.Beberapa saat kemudian kesadaran Robin sudah kembali. Akan tetapi, ia terlihat lemah karena luka di dadanya masih basah dan terasa sakit sekali. "Syukurlah, akhirnya kau selamat juga Bin," ujar Tigor dengan senangnya. "Nabilah mana?" tany

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 26b. Cinta atau Harta

    Nabilah sedang sakit!" ujar Abas yang membuat Robin terkejut. Tiba-tiba luka tembak di dadanya berdenyut nyeri ketika mendengar Nabilah sakit. "Nanti dia juga akan sembuh," sahut Robin yang tidak mau menjadi penghalang bersatunya Nabilah dan Abas. "Aku pasti akan datang ke rumah Pak Jamal, tapi bukan menjenguk Nabilah. Melainkan untuk membebaskannya.""Terserah kamu, atas nama kepolisian dan secara pribadi aku mengucapkan terima kasih. Atas tindakan nekat yang kamu lakukan, kita semua bisa selamat. Jujur kau memang hebat baik dalam bertarung maupun menganalisa sebuah kasus. Sepertinya aku harus belajar banyak darimu," ucap Abas sambil memuji. Robin tampak tersenyum simpul dan menyahuti, "Kau terlalu berlebihan, sebenarnya dirimu juga hebat. Tapi sayang cepat emosi ketika seseorang yang kau cintai terancam keselamatannya.""Iya, aku memang gampang panik. Sepertinya aku harus belajar banyak darimu," sahut Abas mengakui kekurangannya."Sampaikan salamku untuk Nabilah katakan kepadan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 27. Sebuah Janji

    Gerimis menyapa bumi, Nabilah memandang semua itu dengan tatapan sendu. Tidak ada senyum yang tersungging dari bibirnya. Ia ibarat bunga yang layu di bawah tetesan hujan. Nabilah terus memikirkan keadaan suaminya dan menyesal telah pergi waktu itu. Seharusnya apa pun yang terjadi ia tetap berada di sisi Robin.Nabilah tidak peduli ketika pintu kamarnya terbuka. Bahkan ia enggan menoleh untuk mengetahui siapa gerangan yang datang. Pak Jamal dan Bu Asma duduk di samping putrinya menemai Abas yang datang menjenguk."Kakak sudah bertemu dengan Robin. Keadaanya baik-baik saja dan titip salam untuk Bilah!" ujar Abas memberitahu yang membuat Nabilah menoleh. "Benarkah, kapan Bang Robin pulang?" tanya Nabilah setelah beberapa hari membungkam dalam kesedihan. Abas menatap Nabilah dengan saksama. Ia dapat melihat cinta yang besar dari mata teduh gadis itu, tetapi entah untuk siapa. Namun, dirinya tidak habis pikir. Kenapa Robin merelakan nyawanya untuk Nabilah. Apakah mungkin pria itu mencint

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 27b. Perginya Robin

    "Janji jadi suami Nabilah," jawab Robin kembali. "Apa yang membuatmu merasa tidak pantas menjadi suami Nabilah? Uang kau banyak, bertanggungjawab, rajin salat?" tanya Tigor dengan heran.Robin tahu Tigor ingin mengetahui rahasia dirinya. Ia kemudian berkata tanpa memberikan jawaban, "Nabilah gadis soleha dan aku preman kampung. Sampai kapan pun kami tidak akan pernah bisa bersatu.""Kau mungkin bisa pergi dari kampung ini, tapi tidak akan pernah dapat melupakan Nabilah!" ujar Tigor dengan yakin. "Kau memang benar, aku tidak akan pernah bisa melupakan Nabilah. Apalagi janji yang membuat kami harus bersama, tapi aku harus pergi," batin Robin yang akan menjalankan sebuah tanggungjawab. "Aku mau istirahat dulu!" ujar pria itu yang segera masuk ke ruang pribadinya. Ia kemudian menghidupkan ponsel dan membaca email penting yang membuatnya sangat terkejut."Kau harus kembali atau akan kehilangan untuk selamanya!" Jantung Robin langsung berdetak cepat ketika melihat seorang wanita terbari

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 28. Menunggu Janji

    Hari berganti hari, sudah hampir sebulan Robin tidak juga menepati janjinya datang ke rumah Pak Jamal. Padahal sudah dicari ke mana-mana, bahkan Abas juga tidak bisa menemukan Robin yang seperti hilang ditelan bumi. Nabilah tetap beraktivitas seperti biasa dan selalu menunggu kedatangan suaminya. Sehingga bisik-bisik tetangga pun mulai terdengar pedas. Ada yang bilang Nabilah selalu sial memiliki suami. Apalagi sekarang statusnya digantung oleh Robin."Nabilah menunggu kedatangan Robin seperti pungguk merindukan bulan," ujar tetangga di sekitar rumah Pak Jamal. Ibu-ibu yang lainnya pun ikut menimpali, "Iya kasihan banget Nabilah, mau menikah lagi juga tidak bisa karena masih jadi istri orang.""Saya juga heran kenapa nasib dia apes terus dalam urusan asmara. Eh sekalinya dapat jodoh preman dan sekarang ditinggal pula," sahut warga lainnya. Nabilah yang kebetulan lewat tidak sengaja mendengar percakapan itu. Gunjingan warga seperti ribuan jarum yang menusuk hatinya. Mereka langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 28b. Keputusan Nabilah

    "Kampung Rantau akan dirubah menjadi perumahan seperti kampung Jawara. Kasihan penduduk yang sudah menetap berpuluh-puluh tahun harus hengkang dari sini, kecuali mereka memiliki surat rumah," ujar Tigor memberitahu. Robin tampak berpikir sejenak dan berujar, "Nanti aku pikirkan caranya membantu penduduk. Sekarang aku mau ke rumah Nabilah dulu, jaga dirimu baik-baik sobat!" ujar Robin sambil beranjak. "Mana nomormu yang baru!" seru Tigor kemudian. Tanpa menoleh lagi Robin mengatakan, "Masih yang lama sudah aktif lagi kok."Terdengar suara bel berdering, menandakan jam pelajaran telah berakhir. Setelah salat zuhur para siswa tampak berhamburan ke luar dari Madrasah. Setelah murid-murid sudah pulang semua, kini para guru yang mulai kembali ke rumah mereka.Sepasang mata elang terus mengawasi pintu gerbang. Seolah sedang menunggu kekasih yang sudah lama tak bersua. Namun, keinginan itu berubah jadi pertanyaan. Ketika melihat Pak Jamal pulang sendiri. Di mana kah pujaan hati berada. Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 29. Rencana Robin

    Setelah bertemu dengan Robin, kesehatan Nabilah semakin membaik karena semangatnya untuk sembuh begitu besar. Ia ingin memenuhi janjinya untuk memberikan senyuman ketika menyambut kedatangan Robin nanti.Tentu saja Abas sudah diberitahu akan keputusan Nabilah yang memilih tetap menjadi istri Robin. Pria itu tidak marah atau dendam karena menurutnya Nabilah berhak untuk memilih. Lagipula cinta tidak harus memiliki dan kalau jodoh pasti tidak akan ke mana. Kini ia akan fokus pada karirnya saja dulu. Untuk menangani kasus-kasus selanjutnya."Maaf ya Nak Abas, Bapak tidak bisa memaksakan kehendak. Nabilah sendiri yang memutuskan untuk memilih. Padahal Robin sudah siap menjatuhkan talak!" ucap Pak Jamal apa adanya. "Iya Pak, saya sangat mengerti, mungkin Robin adalah jodoh Nabilah," sahut Abas kemudian. Beda halnya dengan Bu Asma, sejak mengetahui Nabilah lebih memilih Robin menjadi suaminya daripada Abas. Bu Asma belum ikhlas memberikan restu dan terpaksa mau tidak mau menuruti kemauan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-11

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 9. POV Nabilah

    Aku adalah seorang gadis desa yang mencintai seorang preman kampung bernama Robin. Berawal dari gagalnya pernikahanku, kami akhirnya bersatu karena takdir. Awalnya aku takut melihat Robin yang brewokan dan tampak beringas. Akan tetapi, ternyata dia pria yang bertanggungjawab dan baik hati. Sebenarnya aku sempat bimbang ketika Kak Abas kembali dan menyatakan ingin ta'aruf denganku. Pria yang dahulu aku kagumi karena kesalehannya. Seandainya belum menikah dengan Robin, mungkin aku akan menerima niat tulus Abas. Apalagi ibuku sangat merestui aku bersatu dengannya.Namun, ketika Robin rela mengorbankan nyawa, membuatku sadar cinta ini untuknya. Setelah memutuskan memilih untuk menjadi suamiku, akhirnya aku tahu kalau nama asli Robin adalah Bara Sadewa. Salah satu putra konglomerat dari Singapura. Majikan kakakku yang sudah tiada.Tidak seperti kisah Cinderella, cerita cintaku penuh dengan air mata. Terlebih ketika Sadewa memintaku pergi dari kehidupan Bara untuk selamanya. Aku dianggap

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 8. Akhir yang Indah

    "Cukup Abang!" seru Nabilah yang datang bersama anak-anaknya. Bara mendengus kesal karena rencananya memberikan Bryan ganjaran digagalkan Nabilah. Padahal sebentar lagi adiknya itu sudah mau menangis."Om Bryan," panggil Robin sambil berlari menghampiri pamannya dengan penuh kerinduan.Azza juga tidak mau ketinggalan dan ikut mengejar sambil memanggil dengan suara cadelnya, "Om Bian."Bryan langsung menyambut kedua keponakannya itu dengan pelukan hangat. "Robin sudah besar sekarang dan tambah ganteng, kalau Azza cantik dan pinter," puji Bryan yang sudah lama tidak bertemu dengan kedua keponakannya itu. "Selamat datang Om Bryan, kenalkan nama aku Salsabilah," ujar Nabilah sambil menggendong putri bungsunya. "Tambah satu lagi keponakan Om, lucu sekali kamu." Bryan langsung menggendong Salsa dan menciumnya. Kalau Robin mirip dengan Nabilah, Azza lebih condong ke Mom Sandra. Maka Salsa mempunyai paras Bara versi perempuannya.Sementara itu Bara hanya memperhatikan saja, Bryan disambu

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 7. Sang Pewaris

    Ketika Bara dan keluarganya sedang mengalami ujian ekonomi, Nabilah melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Salsabilah Azizah Erlangga. Kehadiran Bayi itu menjadi penyemangat atas apa yang sedang mereka hadapi. Di mana Nabilah dan Bara memulai semuanya dari nol lagi.Bara menjadi suami siaga, selalu membantu istrinya dalam segala hal. Terutama dalam mengurus Robin dan Azza yang sedang aktif bermain. Sehingga membuat Nabilah merasa beruntung memiliki pendamping hidup sepertinya. "Anak-anak bagaimana Bang?" tanya Nabilah ketika sedang menyusui putrinya."Aman, Robin sudah bisa momong. Dia dewasa sekali, bahkan mengajari Azza mengaji dan mengenal nama-nama binatang pakai bahasa Inggris," jawab Bara yang membuat Nabilah jadi bangga. "Robin memang pintar dan cepat daya tangkapnya," jawab Nabilah yang membuat Bara mengangguk kecil.Kondisi kesehatan Mom Sandra kian menurun setelah kepergian Hans. Sehingga membuat Bara jadi sedih dan cemas. "Kita ke rumah sakit ya Mom!" ajak Ba

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 6. POV Bara

    Tidak terasa sudah hampir setahun aku kembali menjalani kehidupan yang sederhana, bersama Nabilah, Robin dan Azza, di kampung Rantau. Entah mengapa aku merasa nyaman tinggal di kampung itu. Mungkin di tempat ini telah menjadi titik balik dalam pencarian jati diriku. Aku merasa Nabilah adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Allah. Dari rahimnya lahir dua buah hatiku yang lucu dan menggemaskan. Dia adalah sosok ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Selalu sabar dalam mengurus dan membesarkan anak-anak. Semoga kami bisa mendidik mereka menjadi pribadi yang soleh dan soleha serta istiqomah. "Terima kasih karena sudah mencintaiku," ucapku sambil memeluk Nabilah ketika anak-anak sedang tidur. Hanya disaat seperti ini kami memiliki waktu berdua."Terima kasih juga, sudah menjadi pelindung Bilah dan anak-anak," sahut Nabilah sambil menatapku dengan penuh cinta. Aku kemudian mengecup kening Nabilah lalu bibir dan terakhir perutnya yang membesar. Ya Nabilah sedang mengandung an

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 5. Rencana Sempurna

    Setelah ayahnya meninggal, Bryan merasa tidak sanggup menjalankan perusahaan seorang diri. Apalagi kondisinya gampang drop, kalau terlalu banyak berpikir atau kelelahan. Bryan juga tidak percaya dengan wakilnya di kantor. Sehingga ia mengikuti saran Bara untuk menjual semua harta Sadewa. "Jika harta warisan memberatkanmu maka lepaskanlah. Jadi kamu bisa tenang menjalani hidup ini!" saran Bara setelah menimbang baik dan buruknya ke depan nanti."Terima kasih sudah memberikan masukan. Aku akan merelakan semua warisanku karena harta tidak dibawa mati," ujar Bryan menyetujui rencana Bara. Ia ingin melepaskan beban sebagai ahli waris keluarga Sadewa yang selama ini membuatnya tertekan dalam ketakutan.Tanpa memberitahu siapa pun, Bryan menjual satu persatu aset milik keluarga Sadewa. Mulai dari vila, mansion, pulau pribadi hingga saham. Kini seorang Billionaire dari Inggris yang memiliki perusahaan Sadewa Corp. Hanya kediaman Sadewa yang masih tersisa. Ia dan Bara sepakat tidak akan menj

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 4. Keputusan Bryan

    "Aku ingin mengucapkan bela sungkawa secara langsung kepadamu dan Bara. Tapi sepertinya kehadiranku tidak tepat, maaf sudah mengganggu permisi," ucap Monica yang hendak pergi. "Tidak apa-apa Monica, terima kasih kamu sudah datang. Silahkan duduk!" cegah Bara yang menghargai kedatangan Monica sebagai seorang tamu. "Bilah, tolong buatkan minum ya!" serunya kemudian. Monica segera masuk dan menyalami semua orang yang ada di sana. "Dilanjut ya, kami mau siap-siap buat tahlilan nanti malam!" seru Mom Sandra yang segera meninggalkan tempat itu bersama Hans dan Pak Jamal. Bara juga segera menyusul dengan berkata, "Aku mau bantu Nabilah dulu, takut Robin nakalin adiknya!" Ia ingin memberikan kesempatan Bryan dan Monica bicara dari hati ke hati. Bryan kemudian mengajak Monica ke serambi rumah. Setelah mereka bicara sebentar, Monica pamitan untuk pulang."Mau ke mana Monica, kenapa buru-buru pulang?" tanya Bara yang datang bersama Nabilah sambil membawa suguhan. "Tidak apa-apa, aku turut

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 3b. Rahasia yang Terkuak

    Setelah mendapatkan perawatan yang intensif, kondisi Bryan perlahan mulai membaik. Selama di rumah sakit, Bara selalu menemani dan mensuportnya. Agar Bryan siap menerima takdir dan semangat lagi untuk menjalani hidupnya. "Terima kasih sudah merawataku Kak!" ucap Bryan ketika baru saja masuk ke mobil dan meninggalkan rumah sakit. "Aku sudab memutuskan untuk pindah ke Singapura lagi. Banyak hal yang harus diselesaikan, bisa saja besok aku akan menyusul papi bukan?" ujar Bryan yang pasrah akan takdir hidupnya."Aku yakin kamu akan melakukan yang terbaik. Sekarang papi sudah tidak ada menikahlah dengan Monica. Dia masih menunggumu sampai saat ini!" saran Bara agar Bryan tidak patang asa menjalani kehidupannya. Namun, Bryan menolak usul Bara dan memberikan alasannya, "Aku dan Monica tidak akan bersatu lagi karena keluarganya minta lima puluh persen bagian harta keluarga Sadewa."Bara cukup terkejut mendengarnya dan bertanya, "Kenapa tidak kamu berikan?" "Aku tidak akan membiarkan mere

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 3. Air Mata Bryan

    Bara langsung menghubungi Bryan melalui vidio call untuk memberitahu kalau ayah mereka sudah tiada. Tentu saja kabar itu membuat adiknya sangat terkejut dan syok. "Papi sudah tiada, tadi habis salat subuh beliau telah pergi," ujar Bara dengan suara yang bergetar. "Inalillahi wainnalillahirojiun, ya Allah aku baru mau terbang ke Singapura untuk menghadiri rapat komisaris. Habis itu ke Jakarta, menjenguk Papi. kenapa kakak nggak bilang kalau Papi sakit. Aku pasti pergi dari kemarin?" ucap Bryan dengan suara yang parau. Bara memberikan penjelasan, "Papi tidak sakit, aku pun tidak tahu kalau beliau mau berpulang. Cuma semalaman aku menemaninya yang tidak tidur. Ternyata Papi tidur menjelang pagi untuk selamanya." Mereka kemudian membahas di mana Sadewa akan dikebumikan. Akhirnya Kakak beradik itu sepakat ayah mereka dikuburkan di salah satu pemakaman elit di Indonesia saja. "Sepertinya kami tidak mungkin menguburkan setelah zuhur, kasihan papi kalau kelamaan. Jadi kemungkinan kamu t

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 2. Pesan Terakhir

    Nabilah tampak terkejut ketika suaminya sudah pulang dari inggris, padahal baru dua hari. Namun, ia tidak berani bertanya karena Bara terlihat begitu lelah. Setelah istirahat dan makan baru mereka memulai pembicaraan."Kenapa sudah pulang, bagaimana kabar papi, Bang?" tanya Nabilah ingin tahu. "Papi baik-baik saja, Abang sudah pulang karena kita mau pindah rumah," jawab Bara yang membuat Nabilah terkejut. "Kita mau pindah ke mana Bang?" tanya Nabilah ketika mendengar keinginan Bara. Selama ini mereka menempati rumah Pak Jamal. "Ke rumah papi dan mami di Jakarta," jawab Bara yang segera menjelaskan alasannya. "Apakah Bilah siap dan bersedia membantu Abang?"Nabilah mengangguk seraya menjawab, "Insya Allah Bilah siap lahir batin mendukung dan menemani Abang untuk menjadi anak yang berbakti." Ia akan mengikuti ke mana pun Bara mengajaknya. "Ya sudah, kamu siap-siap ya, rapikan semua pakaian kita. Abang mau ngomong sama Bapak!" serunya kemudian. Bara segera menemui Pak Jamal dan men

DMCA.com Protection Status