Kinara dan Amel keluar dari kelas menuju pos satpam di depan kampus. Kinara menitipkan tas ransel berisi pakaian dan perlengkapannya yang disiapkan tadi siang sebelum berangkat ke kampus. Dia menitipkan pada pos satpam kampus agar tidak membawanya masuk ke dalam kelas ujian.
"Pak, makasih udah dijagain tasnya," ucap Kinara pada pak Joko.
"Sama-sama Neng. Emang mau ke mana kok bawa tas ransel gede banget?" tanya pak Joko.
"Liburan dong, Pak. Kan ujian sudah selesai, waktunya otak kita istirahat," sahut Amel.
"Yaudah, selamat bersenang-senang ya, Neng. Jangan lupa oleh-oleh buat pak Joko," pinta pak Joko.
Kinara dan Amel mengacungkan jempol pada pak Jok
Pagi ini Kinara dan Amel jalan-jalan di sekitar Villa untuk menikmati udara segar puncak Bogor. Keduanya begitu antusias dengan liburan kali ini. Kinara sejenak benar-benar melupakan masalah yang datang silih berganti dalam hidupnya terutama setelah mengenal Arjuna. Dia bisa menyegarkan otak dan hatinya sehingga lebih tenang dan damai. Apalagi Amel, sahabatnya itu selalu perhatian dan menanyakan apapun kebutuhannya. Beruntungnya Kinara memiliki sahabat sebaik Amel.Setelah puas jalan-jalan, Kinara dan Amel kembali ke Villa untuk sarapan. Villa milik keluarga Amel ini selalu dibersihkan oleh Bi Inem dan pak Burhan, yaitu pasangan suami istri yang dipercaya keluarga Amel untuk merawat Villa. Pagi ini sarapan pun sudah tersedia di meja makan. Bi Nem bagun pagi-pagi untuk menyiapkan semuanya."Huek ..." Kinara menutup mulutny
"Pak Arya!""Loh, kamu di sini?" tanya Arya.Arya melepaskan tangannya dari tubuh Kinara. Dia melihat Kinara dengan khawatir karena wajahnya tampak pucat dan tidak bersemangat."Iya, Pak. Saya sama Amel," Jawab kinara."Kamu sakit? Wajahmu pucat, loh.""Saya tidak apa-apa kok, Pak. Hanya kurang enak badan," jawab kinara."Pak Arya sendiri ngapain disini? Bukannya dosen masih masuk?""Aku dapat tugas dari kampus untuk melakukan penelitian di sini selama 3 hari," jawab Arya."Oh, gi
Arjuna membawa Kinara untuk ikut naik ke mobilnya. Awalnya Kinara menolak karena malas harus bersama Arjuna lagi, dia ingin kembali ke Villa dan istirahat dengan tenang. Namun, Arjuna tetap meminta Kinara untuk ikut dan tidak ada pilihan lain selain setuju. Meskipun Kinara menolak, Arjuna tetap akan memaksa apapun yang terjadi. Kinara hanya diam saat berada di dalam mobil, dia tidak berniat berkata apapun pada Arjuna. Kinara sesekali hanya melirik suaminya itu. Dia heran saat bersama Arjuna rasa mual di perutnya tiba-tiba hilang. Bahkan, saat makan bakso tadi dia tidak memuntahkannya kembali. Apa janin dalam perutnya ingin dekat-dekat dengan ayahnya? Mungkin saja. Padahal, Kinara ingin menjauh dulu dari Arjuna. Kinara bahkan tidak bisa menahan dirinya saat bertemu Arjuna tadi, rasanya ingin memeluknya begitu lama. Kinara mengusap perutnya perlahan, hanya gerakan halus agar Arjuna tidak curiga. Dia memang belum berniat untuk mengatakan kehamilannya pada Arjuna. "Jun, kita mau kemana
"Kamu menuduhku?" Kinara tidak habis pikir dengan perkataan Arjuna barusan.Kinara menggelengkan kepalanya karena muak dengan sandiwara Indira yang memojokkannya. Dia lebih muak lagi dengan perkataan Arjuna yang menuduhnya dan lebih percaya pada pacarnya itu yang jelas-jelas selingkuh. Dua melihat Indira tersenyum puas karena berhasil meyakinkan Arjuna dengan sandiwaranya. Kinara melangkah pergi menuju pintu kamar, namun langkahnya terhenti karena Arjuna memanggilnya."Kinar, tunggu!"Arjuna menghampiri Kinara dan berdiri di depannya."Apa lagi? Aku tidak melakukan apapun! Kalau kamu mengajakku ke sini untuk menuduhku, lebih baik aku pulang. Aku muak denganmu dan dengan sandiwara pacarmu itu!" tegas Kinara. "Kamu tidak boleh pergi, Kinar.""Apa lagi?" Mata kinara mulai berkaca-kaca melihat Arjuna. "Kamu tidak akan pergi kemana-mana, karena kamu tidak salah apapun, Kinar!" tegas Arjuna. "Maksudmu apa? Jangan mempermainkanku, Jun!" ucap Kinara. "Sudah puas dengan sandiwara konyolmu
[Arjuna Pov] Saat aku berjalan menuju kantor, aku melihat seorang wanita yang menurutku cantik dan murah senyum. Dia sudah siap dengan pekerjaannya sebagai office girl di kantorku. Aku lewat dan menyapanya yang sedang membersihkan lantai dan dia tersenyum ramah padaku. Entah kenapa Jantungku berdetak lebih cepat daripada biasanya. Aku berusaha menepis perasaan aneh yang hinggap di dadaku ini. Hingga siang hari tepat sebelum jam istirahat, aku tidak sengaja lewat ruangan OB dan ku lihat wanita itu yang baru aku tahu namanya adalah Kinara, sedang dihubungi seseorang. Aku mendengar percakapan itu dan ku lihat wajahnya menjadi sedih. Aku dengar orang tuanya sedang butuh biaya untuk operasi. Dan biaya itu sangatlah besar baginya. Segera ku hampiri Kinara dan ku tegur dia karena menerima panggilan pribadi di waktu jam kerja. Kinara tampak takut, namun aku kemudian mengajaknya makan siang dan memberikan penawaran untuknya, bahwa akan ku urus semua biaya pengobatan orang tuanya asal dia mau
Kinara meletakkan ponselnya kembali di atas meja dengan gelisah. Dia baru saja berganti nomor dan ada yang menghubunginya dengan ancaman yang tidak main-main. Tidak ada yang tahu nomor itu selain Amel dan tidak mungkin Amel yang mengirimkan ancaman itu. Kinara mondar-mandir memikirkan nomer siapa itu. Salah kirim pun tidak mungkin karena terdapat nama 'Kinara' di pesan itu."Siapa? Apa Indira?"Kinara mondar mandir lagi dengan gelisah. Dia kemudian menuju kamar tidur dan segera berbaring di samping Amel yang sudah terlelap. Kinara berusaha menutup matanya tapi isi pesan itu terbayang-bayang di pikirannya. Perasaan takut itu tiba-tiba hadir, dia menarik selimut dan menutupi tubuhnya dari kaki sampai kepala. Kinara mencoba mengingat apa ada seseorang yang terlibat sesuatu dengannya hingga orang itu kecewa, namun tidak ada nama lagi selain Indira. Kinara terus memikirkannya hingga matanya tertutup dan terlelap.Malam berganti pagi, Kinara dan Amel sudah bangun, mandi dan bersiap dengan a
Kinara membuka matanya perlahan, beberapa kali dia meringis karena rasa sakit di punggung dan kepalanya. Setelah matanya benar-benar terbuka, Kinara hanya melihat ruangan kosong yang sudah usang dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Dia melihat dirinya sendiri yang duduk diatas kursi dengan tali yang melilit di tubuhnya dan dihubungkan di sandaran kursi sehingga dia tidak bisa bergerak. Tali itu sengaja diikat terlalu kencang untuk mengikis ruang geraknya. Dimana ini? Kenapa aku di sini? batin Kinara. Kinara mencoba mengingat kejadian sebelumnya, saat dia keluar dari toilet, seseorang memukul pundaknya dan membekap mulutnya, setelah itu dia tidak ingat apapun. Dan sekarang dia berada di ruangan ini dengan posisi diikat di atas kursi. Apa aku diculik? Apa si pengirim pesan kemarin yang melakukannya? Tapi dimana dia? batin Kinara. Kinara takut, karena bisa saja seseorang merencanakan kejahatan padanya, namun dia juga penasaran siapa yang melakukan ini semua. Apa Indira?Kinara men
Door...Kinara menutup matanya sejak tadi menunggu suara tembakan. Hingga suara tembakan itu Kinara dengar, dia telah siap dengan semuanya. Jika memang dia berakhir disini semoga orang-orang yang ditinggalkannya lebih dulu, hidup bahagia dan mengenangnya sebagai manusia yang baik. Kinara pikir semuanya telah berakhir, namun dia tidak merasakan sakit apapun di tubuhnya, justru terdengar teriakan Indira. Kinara perlahan membuka mata, yang dia lihat pertama kali adalah sosok Argan yang sedang berjongkok di depannya sambil melepaskan ikatan tali yang melilit tubuhnya.Setelah terlepas, Argan membantu Kinara berdiri. Dia melihat Arjuna dan Arya sudah memegang tubuh Indira dan Leon. Argan bilang kalau tadi sebelum tembakan diarahkan padanya, Arjuna datang dan segan sigap mengarahkan tembakannya ke arah lain sehingga tembakan tidak mengenai Kinara.Arjuna dan Arya menali kedua tangan Indira dan Leon menggunakan tali tambang dengan kencang agar mereka berdua tidak bisa kabur. Rencananya setel
Kinara dan Arjuna sampai di rumah sakit untuk menjenguk Lisa. Keadaan Lisa membaik. Ibu dan Rama bisa bernapas lega karena setelah ini bisa dibawa pulang. Dua hari kemudian Lisa bisa di bawa pulang untuk mendapatkan perawatan di rumah. Setelah dari rumah sakit itu, Kinara memberitahu Arjuna tentang pesan yang menanyakan Kinara itu dan meminta Argan untuk menyelidikinya. Argan bertindak dengan cepat dan hari ini Kinara diajak oleh Arjuna menuju alamat seseorang yang mengirim pesan itu. Argan melacak alamat orang itu dan berhasil menemukannya. "Mas, benaran ini tidak apa-apa kita ke rumah orang itu? Beneran bukan orang jahat, 'kan?" tanya Kinara. "Bukan, Sayang. Argan sudah menyelidikinya, bukankah kamu ingin tahu siapa yang mengirim pesan itu? Kinara mengangguk. Dia sangat ingin tahu. Dia menatap suaminya yang sedang menyetir. Sepertinya, Arjuna sudah tahu dan belum memberitahukan pada Kinara. Setah menempuh perjalanan satu jam , akhirnya Kinara dan Arjuna sampai di sebuah rumah m
Tanpa aba-aba, Arjuna mendaratkan bibirnya di bibir Kinara dan melumatnya dengan rakus. Kinara harus menggunakan lipstik lagi setelah ciuman itu berakhir."Mas, udah! Kita harus berangkat ke kantor polisi," ucap Kinara sambil meremas kemeja Arjuna. Dia tidak peduli jika kemeja yang suaminya kenakan itu kusut kembali karena ulah tangannya.Bibir Arjuna masih bertahan di leher Kinara dan satu tangannya dia masukkan ke dalam blouse milik istrinya. Arjuna menaikkan penutup bukit kembar sang istri dan meremasnya pelan."Mas ... uhh," lenguh Kinara."Tambah gede banget, Sayang," ucap Arjuna sambil menggigit pelan daun telinga Kinara."Mas, Sudah dong, nanti kita terlambat, uhh ..."Arjuna seperti tidak mendengar perkataan dari Kinara. Bukannya berhenti, dia justru menarik blouse Kinara keatas hingga terekspos kedua bukit kembarnya yang menantang. "Mas, mau ap--uhh." Kinara mencengkeram rambut Arjuna karena kini bibirnya yang mulai aktif menyentuh dan memanjakan ujung kedua benda kenyal mi
Kinara hanya terkekeh melihat suaminya itu meninggalkan kamar. Menggemaskan! "Ah, capek sekali. Semoga kalian nggak apa-apa ya, Nak." Kinara mengusap perutnya sebentar, kemudian memposisikan tidurnya agar lebih nyaman."Juna dapat telurnya nggak ya? Rasanya nggak bisa tidur kalau nggak makan telur," gumam Kinara."Nggak apa-apa ya Nak, biarkan papa kalian berjuang dong. Pastinya papa akan melakukan apapun untuk kalian dan untuk mama." Kinara berusaha mengajak bicara anaknya yang masih berada di dalam perut.Kinara bosan menyalakan televisi sambil menunggu Arjuna pulang dan membawa telur. Kinara ingat dengan Lisa. Bagaimana keadaan kakak sepupunya itu? Dia harap Lisa baik-baik saja. Kinara mengambil ponselnya yang ada di atas nakas dan mengirim pesan pada ponsel Lisa. Ia mengatakan akan ke rumah sakit besok untuk menjenguknya setelah pulang dari kantor polisi.Setelah selesai menulis chat pada Lisa, Kinara mengambil remot televisi dan mengubah salurannya. Daripada dia bosan tidak mela
"Tapi, kenapa kamu menutupi tubuhmu dengan selimut? Dingin?" tanya Arjuna. "Nggak! Sebenarnya...."Kinara malu untuk bilang pada Arjuna. Hari ini dengan berani dia menggunakan Lingerie yang ada di dalam lemarinya. Dia tidak tahu kenapa berpikir untuk memakainya dan sekarang dia malu sendiri untuk mengatakan pada Arjuna.Duh, aku jadi malu. Aku harus bilang apa pada Juna, kenapa aku kepikiran memakainya sih? Batin Kinara."Itu ... Aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Kinara dan berbalik. Kinara hendak berjalan namun tubuhnya dipegang oleh Arjuna. Kinara tidak bisa melangkah. Dia menunduk karena malu saat Arjuna membalikkan tubuhnya dan memegang dagu Kinara agar mendongak."Kenapa mendadak ingin ke kamar mandi, Hm?" tanya Arjuna dengan nada sensual membuat buku kuduk Kinara merinding."Itu ... Aku ... Mas!" teriak Kinara karena kini selimut yang menutup tubuhnya lolos dan melorot ke bawah.Kinara menunduk untuk melihat tubuhnya yang terbalut oleh Lingerie tipis berwarna merah. Dia malu
Kinara melihat ponselnya dan ada bunyi notifikasi chat dari seseorang yang membuat Kinara terkejut. "Jun...." "Ada apa?"Kinara memberikan ponselnya pada Arjuna. Ada chat dari nomor yang tidak di kenal. Isi chat itu menanyakan apakah benar ini adalah nomor Kinara. Ia tidak tahu chat dari siapa itu, dan apakah teror itu belum berakhir? Seharusnya sudah berakhir karena Arya dan Handika sudah tertangkap. Kinara terkejut, karena ia masih trauma dengan sms nomer asing. Arjuna melihat isi chat dari ponsel Kinara. Ia mencatat nomer itu di ponselnya dan memberikannya kembali pada Kinara. "Seharusnya teror itu sudah berakhir, Kinar. Tapi, aku harus memastikan lagi, aku akan minta Argan untuk menyelidikinya. Sekarang kita makan dulu," ucap Arjuna sambil memegang tangan istrinya itu. Arjuna tahu Kinara cemas dengan chat itu dan ia harus menenangkannya. Kinara sedang hamil anaknya dan Arjuna tidak ingin istrinya itu cemas, banyak pikiran dan berpengaruh pada bayi mereka. "Jangan dipikirkan,
Setelah mengunjungi Lisa dan memastikan keadaannya baik-baik saja. Safira dan Rama menyuruh Arjuna dan Kinara pulang ke rumah. Sebenarnya Rama juga meminta Safira pulang dan istirahat, namun Safira bersikukuh untuk menemani Lisa di rumah sakit. Dia harus memastikan Lisa segera sembuh dan merawat anak menantunya itu."Kalian pulanglah. Pastikan Kinar istirahat dengan baik, Jun. Kinar sedang hamil dan ibu nggak mau kesehatannya menurun.""Baik, Bu. Ibu yakin nggak pulang?" tanya Arjuna."Ibu akan menjaga Lisa, lagipula ibu nggak apa-apa. Satu lagi, Kinar masih syok dengan kenyataan ini. Kamu harus bisa menenangkan pikirannya, Jun," pinta ibu."Baik, Bu."Kinara keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju Arjuna. Safira mendekat dan memeluk Kinara dengan hangat."Istirahat ya, Kinar. Jangan banyak pikiran, yang terjadi sudah terjadi. Sudah menjadi jalan bagi Arya untuk mendekam di penjara," ucap Ibu."Iya, Bu. Kinar berusaha melupakan kejadian hari ini dan menata hati untuk ikhlas meneri
"Menggelikan sekali. Lebih baik kalian mati semua!" teriak Arya.Arya mengarahkan pistolnya pada ketiga wanita di depannya. Namun, pistol itu dia arahkan tepat pada Safira terlebih dahulu. Arya sudah menutup mata dan hatinya dengan kebencian dan dendam. Dia tidak peduli dengan apapun yang ada disekitarnya, penjelasan dari Safira mental dan tidak bisa merubah keputusannya untuk menghabisi nyawa wanita itu. Bahkan kini, bukan hanya Safira, tapi Kinara dan juga Lisa ikut menjadi sasarannya.Kinara sekali lagi meminta Arya untuk menarik pistolnya dan memperbaiki semuanya, namun sekuat apapun Kinara meyakinkan Arya, laki-laki itu tidak bergeming sama sekali. Dia sudah larut dengan kebencian yang menggerogoti tubuhnya."Pak izinkan kami, terutama ibu kami untuk memperbaiki semuanya. Aku yakin dalam hati nuranimu masih ada sisi baik, Pak." Kinara berusaha memohon lagi pada Arya, dia harap Arya masih memiliki hati untuk membiarkan mereka hidup.Juna ku mohon, datanglah tepat waktu, aku gak m
Kinara tidak mengerti dengan situasi ini. Jadi, selama ini Arya memiliki dendam pada keluarga Atmaga, terutama pada Safira. Karena Safira lah, orang tuanya stres kemudian bunuh diri dan mamanya hingga sekarang masih dirawat di rumah sakit jiwa."Maaf, Nak Arya. Semua memang salahku. Aku dan papamu memang dulu saling mencintai, tapi sejak kami dijodohkan oleh keluarga masing-masing, aku sudah minta maaf ke papamu dan meminta untuk mengakhiri hubungan kami. Aku meyakinkan papamu untuk menerima mamamu, begitu juga aku yang menerima papa Arjuna.""Tunggu dulu, Pak Arya. Tindakan ibu Safira benar. Dia ingin papamu kembali ke mamamu. Itu adalah tindakan yang benar," ucap Kinara."Memang, tapi, harusnya kamu tidak meninggalkannya begitu saja, bukan? Kamu bisa memberikan pengertian padanya! Laki-laki itu menyakiti mamaku seumur hidupnya dan hanya mencintaimu. Lalu, kenapa kalian harus bertemu lagi, hingga kamu meminta untuk lari bersama? Seharusnya kamu tidak memintanya bertemu, karena saat i
Perjalanan, Arya hanya diam sementara Kinara dan lainnya terus bercerita banyak hal. Kinara agak heran dengan Arya yang mendadak diam. Dia juga tidak melihat keramahan Arya seperti biasanya. Kinara ingin bertanya sesuatu namun segera dia urungkan. Kinara melihat jalan sekitar dan ini bukanlah jalan menuju rumah Atmaga. Ada yang aneh dan berbeda dengan Arya. Kinara yang awalnya ragu akhirnya berani untuk bertanya. Dia ingin bertanya namun Lisa berkata lebih dulu. "Loh, ini bukan jalan ke rumah kita, 'kan?" tanya Lisa. "Benar, loh nak Arya salah jalan," tegur Safira. "Pak Arya kita salah jalan, kita mau kemana pak?" tanya Kinara mulai khawatir dengan diamnya Arya sejak tadi. "Nak Arya, kita mau ke mana?" tanya Safira. Kinara semakin khawatir dengan perubahan sikap Arya. Dia khawatir kalau Arya berhubung dengan kasus teror yang menimpanya. "Pak!" "Kalian ikut saya," ucap Arya. "Maksudnya apa?" tanya Lisa. "Pak Arya, maksudnya ikut itu apa? Dan kemana? Sikap pak Arya aneh, tidak