Kinara memejamkan matanya setelah Arjuna keluar dari ruangan. Dia bisa tidur dengan nyenyak beberapa menit sebelum Arjuna kembali dari membeli martabak. Kinara masih memejamkan matanya namun bisa merasakan sebuah tangan menyingkirkan rambutnya kemudian mengelus pipi dan mendaratkan ciuman di keningnya. Kinara terusik dan mulai membuka matanya perlahan. "Sudah bangun?" tanya Arjuna. "Hm." "Tidurmu nyenyak?" "Hanya tidur sebentar, tapi cukup untuk mengistirahatkan tubuhku," jawab Kinara. Kinara mendudukkan tubuhnya dibantu oleh Arjuna. Setelah duduknya nyaman, Arjuna mengambil Kantong plastik berisi martabak manis dan diberikannya kepada Kinara. "Makasih, Jun." Kinara menerima martabak itu dan mulai memakannya. Sementara Arjuna, daritadi hanya mengamati Kinara makan, sesekali dia tersenyum karena makan Kinara terlihat seperti anak kecil dan belepotan kemana-mana. "Jangan melihatku seperti itu, aku jadi nggam napsu makan," ucap Kinara. "Nggak napsu makan, tapi makannya rakus!" b
"Juna...."Kinara menatap Arjuna dengan mata yang berkaca-kaca. Arjuna bingung kenapa tiba-tiba reaksi Kinara seperti itu setelah membaca pesan yang masuk dalam ponselnya. Segera dia ambil ponsel itu dan membacanya."Juna, aku sudah tidak apa-apa, kita kembali ke Jakarta sekarang," ucap Kinara."Tunggu dulu. Nih! Ibu Linda telepon." Arjuna memberikan ponselnya pada Kinara agar bisa berbicara dengan ibu Linda.Pesan itu dari ibu Linda yang mengatakan bahwa keadaan Ibu Diana memburuk dan dibawa ke rumah sakit. Kemarin Kinara sempat menghubungi ibu Linda dengan nomor barunya karena tiba-tiba teringat dengan ibu Diana.Arjuna menunggu Kinara menyelesaikan teleponnya. Dia melihat istrinya menangis dan itu membuatnya tidak tega, segera ia memegang tangan kiri Kinara untuk menguatkannya.Panggilan selesai dan Kinara mengusap air matanya dan merasa lebih tenang. Arjuna ikut mengusap air mata yang membasahi pipi Kinara dengan lembut."Bagaimana?""Ibu Diana dibawa ke rumah sakit. Kata Ibu Lin
"Sebenarnya Kinar sudah berusaha, namun dia belum hamil juga, Bu," ucap Arjuna. Safira yang awalnya kira akan mendapatkan kabar baik, tiba-tiba terlihat agak lemas mendengar perkataan Arjuna. Lisa yang sejak tadi menunjukkan ekspresi cemas, sekarang bisa tersenyum dengan puas karena Kinara dan dirinya sama-sama belum hamil. Berbeda dengan Kinara yang terkejut, namun memilih mengikuti alur yang direncanakan Arjuna. "Yasudah, tidak apa-apa, kalian bisa berusaha lagi. Jangan menyerah, masih banyak waktu." Safira memberikan semangat kepada kedua putranya. "Ibu dan papa harap, kalian segera memiliki anak. Anak itu sumber kebahagian dalam rumah tangga, yang menguatkan cinta kalian, dan pastinya suasana rumah akan menjadi lebih berwarna dengan hadirnya anak-anak, " jelas Safira. Arjuna dan Rama hanya mengangguk mendengar penuturan dari Safira. Arjuna melihat raut kekecewaan di muka ibunya. Ia sengaja melakukan ini, dan akan memberitahukan secara personal kepada ibunya itu. Keluarga itu
Kinara kembali dari toilet dan ikut makan bersama Arjuna dan lainnya. Dia berusaha untuk tetap tenang dan tidak memikirkan telepon dan pesan yang masuk ke ponselnya tadi. Kinara akan memberitahu Arjuna setelah mereka sampai di rumah."Makan yang banyak, Kinar, ibu mau dua cucu ibu sehat dan berkembang dengan baik," ucap ibu sumringah."Iya, Bu. Kinar makannya banyak, kok. Tanya saja sama Juna," balas Kinara sambil melirik ke suaminya."Tapi, Bu. Kok aneh, ya. Kalau aku lagi gak dekat Juna, bawaannya pengen muntah terus, mual banget. Tapi kalau dekat sama Juna, hilang mualnya dan gak pernah muntah.""Itu namanya bawaan bayi, Kinara," sahut Agatha."Mereka kayaknya pengen dekat-dekat sama ayahnya. Ngerti banget calon cucu nenek. Gemes, jadi pengen lihat dan gendong kalian," ucap Safira."Masih lama, Bu," sahut Arjuna.Kinara dan lainnya selesai makan, Safira pulang bersama Agatha, sementara Kinara berada satu mobil dengan Arjuna. "Mau langsung pulang, apa mampir dulu?" tanya Arjuna. "
Satu minggu Kinara berada di panti asuhan. Hari ini Arjuna akan menjemputnya untuk pulang ke rumah. Kinara sudah siap dan menunggu kedatangan Arjuna. Sebenarnya, Kinara masih ingin berada di panti. Setiap sudut bangunan ini mengingatkan kenangannya dengan ibu Diana. Kinara masih ingin mengenang banyak hal lagi, namun dia punya kewajiban lain yaitu keluarganya. Dia berjanji pada ibu Linda akan sering berkunjung ke panti dan makam ibu Diana.Panti asuhan ini memang bukan tempatnya ditemukan dulu. Satu minggu setelah Kinara kecil menjadi bagian dari panti, seluruh penghuni panti pindah ke bangunan baru karena bangunan lama yang sudah tidak layak huni. Bangunan panti lama telah berubah alih fungsi menjadi bangunan lain. Dan disinilah, Kinara dibesarkan dari kecil sampai sekarang. Tidak kurang cinta yang diberikan oleh ibu panti di sini. Kinara juga sangat menyayangi kakak dan adik-adiknya. Beruntungnya, Kinara bertemu dengan Arjuna, kehidupan panti lebih baik, dan adik-adiknya mendapatkan
Kinara membuka matanya perlahan dan melihat Arjuna duduk di sebelahnya dengan wajah marah. Kinara mengingat kejadian sebelumnya, ia menarik tubuh Lisa, namun terdorong dan jatuh. Ia merasakan sakit di perutnya dan membuat Arjuna panik. Arjuna langsung menggendongnya menuju parkiran dan setelah berada di dalam mobil Kinara tidak sadarkan diri. "Lain kali lakukan hal gila seperti tadi dan aku pastikan akan memarahimu tujuh hari tujuh malam!" tegas Arjuna. Kinara menelan ludahnya kasar. Arjuna menunjukkan wajah seriusnya dan tiba-tiba nyali Kinara mendadak menciut. Meskipun begitu, dia lega tubuhnya sudah membaik dan perutnya sudah tidak sakit lagi. "Juna bagaimana dengan--" Kinara memegang perutnya. "Mereka baik-baik saja," sahut Arjuna. Kinara mengucap syukur berkali-kali. Dia sempat khawatir karena perutnya tiba-tiba sakit. Mulai sekarang dia harus berhati-hati dan tidak membahayakan kandungannya lagi. "Maaf, Jun. Jangan memasang muka begitu, aku jadi takut padamu," protes Kinar
"Kinara kalung itu ...."Kinara melihat kalungnya dan kembali menatap Safira. Wanita paruh baya itu sedikit terkejut, namun tetap tenang."Kenapa, Bu?""Eh, bagus ya kalungnya, antik gitu. Dapat dari mana?" tanya Safira. "Kalung ini dari Ibu Diana, Bu. Katanya ditemukan berada di dekat tubuhku waktu bayi," jelas Kinara. "Oh gitu...." ucap SafiraSafira dan Ardi saling pandang. Sementara Kinara sedang berbicara dengan Arjuna sehingga tidak memperhatikan bagaimana keadaan mertuanya itu"Juna ...." Kinara dan Arjuna menatap Safira yang berubah menjadi pucat. "Ada apa, Bu?" tanya Arjuna."Ibu, nggak enak badan, tiba-tiba pusing, ibu mau ke kamar sekarang.""Papa juga mau istirahat," ucap Ardi. "Aku antar Bu--" "Tidak usah, aku bisa sendiri!" perkataan Kinara di potong Safira dengan ketus. Kinara terdiam. Ada yang berubah dari nada bicara ibu mertuanya itu. Safira terlihat baik-baik saja dan menyambut dengan senang hati kedatangannya dan Arjuna, tapi tiba-tiba mengatakan pusing dan i
Kinara menatap Safira yang masuk ke dalam rumah. Kinara memanggil beberapa kali namun tidak ada respon dari mertuanya itu. Kinara yakin Safira mendengarnya, namun sengaja menghindar."Ibu kenapa? Apa salahku, ya? Kemarin waktu datang semua baik-baik saja, tapi setelah melihat kalung ini, ibu jadi ...." "Apa ibu mengenal orang tuaku?" monolog Kinara. Kinara memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, hingga suara klakson tiba-tiba saja mengagetkannya. Mobil Arjuna sudah berada di sampingnya. Kinara segera masuk dan Arjuna melajukan mobilnya menuju kantor. Sesampainya di kantor, Kinara menyapa beberapa karyawan di sana terutama bagian OB, karena dari sanalah Kinara mulai dekat dengan Arjuna. Alex dan lainnya menyambut Kinara dengan baik, bahkan dua office girl yang sempat meremehkan, sekarang bersikap baik padanya. Kinara segera menuju ruangan Arjuna setelah menyapa karyawan yang dikenalnya. Disana sudah ada Arjuna dan Argan yang sedang mendiskusikan sesuatu. Kinara duduk di so