"Kinara kalung itu ...."Kinara melihat kalungnya dan kembali menatap Safira. Wanita paruh baya itu sedikit terkejut, namun tetap tenang."Kenapa, Bu?""Eh, bagus ya kalungnya, antik gitu. Dapat dari mana?" tanya Safira. "Kalung ini dari Ibu Diana, Bu. Katanya ditemukan berada di dekat tubuhku waktu bayi," jelas Kinara. "Oh gitu...." ucap SafiraSafira dan Ardi saling pandang. Sementara Kinara sedang berbicara dengan Arjuna sehingga tidak memperhatikan bagaimana keadaan mertuanya itu"Juna ...." Kinara dan Arjuna menatap Safira yang berubah menjadi pucat. "Ada apa, Bu?" tanya Arjuna."Ibu, nggak enak badan, tiba-tiba pusing, ibu mau ke kamar sekarang.""Papa juga mau istirahat," ucap Ardi. "Aku antar Bu--" "Tidak usah, aku bisa sendiri!" perkataan Kinara di potong Safira dengan ketus. Kinara terdiam. Ada yang berubah dari nada bicara ibu mertuanya itu. Safira terlihat baik-baik saja dan menyambut dengan senang hati kedatangannya dan Arjuna, tapi tiba-tiba mengatakan pusing dan i
Kinara menatap Safira yang masuk ke dalam rumah. Kinara memanggil beberapa kali namun tidak ada respon dari mertuanya itu. Kinara yakin Safira mendengarnya, namun sengaja menghindar."Ibu kenapa? Apa salahku, ya? Kemarin waktu datang semua baik-baik saja, tapi setelah melihat kalung ini, ibu jadi ...." "Apa ibu mengenal orang tuaku?" monolog Kinara. Kinara memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, hingga suara klakson tiba-tiba saja mengagetkannya. Mobil Arjuna sudah berada di sampingnya. Kinara segera masuk dan Arjuna melajukan mobilnya menuju kantor. Sesampainya di kantor, Kinara menyapa beberapa karyawan di sana terutama bagian OB, karena dari sanalah Kinara mulai dekat dengan Arjuna. Alex dan lainnya menyambut Kinara dengan baik, bahkan dua office girl yang sempat meremehkan, sekarang bersikap baik padanya. Kinara segera menuju ruangan Arjuna setelah menyapa karyawan yang dikenalnya. Disana sudah ada Arjuna dan Argan yang sedang mendiskusikan sesuatu. Kinara duduk di so
"Tulisan ini..."Kinara membuka ponselnya dan mencari gallery. Setelah ketemu, dia buka sebuah foto tulisan pada kertas yang ditinggalkan seseorang di dekat tubuhnya waktu bayi. Kinara zoom untuk membandingkan dengan tulisan pada memo yang baru saja ditemukannya. Mirip, bahkan sangat mirip. Kinara kembali membaca memo itu, sepertinya memo ini sudah lama ditulis dan tersimpan di laci Arjuna. Sebuah memo untuk Arjuna yang ditulis oleh si pengirim atas nama Safira.Kinara duduk di kursi dengan perasaan yang campur aduk. Bisa saja tulisan beberapa orang memiliki kemiripan, tapi ini seperti saling berkaitan. Sikap aneh Safira setelah melihat kalung Kinara dan tulisan yang memiliki kemiripan, sudah cukup untuk dijadikan bukti bahwa Safira memiliki keterkaitan dengan orang tuanya. Perasaan takut, khawatir dan cemas menjadi satu membuat Kinara tidak bisa berpikir jernih. Dia bingung harus melakukan apa setelah ini, sementara Safira masih bertahan menjauhinya, tidak mungkin Kinara bertanya lan
Kinara penasaran dengan apa yang dibicarakan Arjuna, Safira dan Ardi, untung saja pintu masih sedikit terbuka sehingga Kinara bisa melihat dan mendengar percakapan mereka bertiga. Kinara tidak melihat ada Lisa ataupun Rama. Kemungkinan mereka sudah pulang lebih dulu.Jantung Kinara berdetak lebih cepat ketika Arjuna membuka pembicaraan tentang dirinya."Kenapa sikap ibu berubah pada Kinar? Apa dia melakukan kesalahan?" tanya Arjuna.Safira dan Ardi hanya diam. Safira menunduk dan meremas kedua tangannya. Arjuna semakin heran dengan sikap orang tuanya, terutama Safira. "Ibu jangan begini. Harusnya ibu bilang, jangan diam saja lalu menjauhi Kinar, dia jadi bingung dengan sikap ibu yang sekarang," jelas Arjuna. "Setiap ibu melihat Kinar, ibu akan sakit hati," jawab Safira."Maksud ibu? Ibu begitu bahagia aku menikah dengan Kinar, lalu kenapa bisa begini?" tanya Arjuna. "Sejak awal ibu melihat Kinar, wajahnya mengingatkanku pada seseorang. Namun, di dunia ini banyak orang memiliki kemi
Kinara berlari meninggalkan rumah Safira dan pulang ke rumahnya. Dia tidak mau bertemu dengan Arjuna dulu karena perasaannya kini masih campur aduk. Kinara memutuskan untuk tidur di kamar tamu dan untuk menenangkan diri, Kinara mengunci kamar dari dalam. Awalnya, Kinara ingin pergi jauh dari sini, setidaknya jangan pulang ke rumah Arjuna, namun dia memikirkan tentang kondisi tubuhnya, anaknya dan keadaan di luar yang tidak aman karena peneror itu belum ditangkap. Arjuna sampai di rumah dan mencari keberadaan Kinara. Mata Arjuna langsung tertuju pada kamar tamu. Kinara tidak mungkin berada di kamar mereka karena saat ini kondisinya yang tidak stabil. "Kinar? Kamu di dalam?" teriak Arjuna sambil menggedor pintu."Kinar, bukalah. Kita harus bicara," ucap Arjuna. Kinara diam. Dia tidak berniat membalas panggilan Arjuna. Kenyataan bahwa orang tuanya meninggal karena ulah keluarga ini, meninggalkan luka dan kecewa yang begitu dalam. "Kinar! Keluarlah! Kita harus bicara," ucap Arjuna. "
Kinara dan Arjuna membuka pintu, di depan mereka sudah berdiri Safira dan Ardi. Kinara hanya diam melihat mertuanya itu, sampai pelukan hangat Kinara rasakan dari Safira."Maafkan Ibu, Kinar," ucap Safira dengan gemetar.Kinara bingung harus merespon seperti apa karena tubuhnya terasa kaku dan mulutnya juga tidak mampu berucap apapun. Untuk beberapa saat posisi mereka masih sama, Safira masih memeluk Kinara dengan tangis yang sejak tadi belum berhenti, begitu pula Kinara yang hanya mematung dengan air mata yang mengalir deras."Maafkan Ibu, Kinar," kembali Safira mengulang perkataannya untuk meyakinkan Kinara bahwa maaf itu tulus.Kinara mulai merespon, dia melepas pelukan Safira dan menatap lekat wanita paruh baya di depannya. Wanita yang sangat dia sayangi dan bahkan dia anggap sebagai ibunya sendiri. Kinara yang begitu kagum dengan sosok Safira, sejak pertama bertemu sudah mendapatkan kehangatan dan cinta dari wanita itu. Haruskah kini ia egois? Tidak. Kinara memikirkan banyak hal
"Halo?""Oh, baiklah."Arjuna menutup panggilan itu dan memberikan ponselnya pada Kinara."Siapa?" tanya Kinara."Pengantar makanan online yang kamu pesan. Aku akan mengambilnya keluar," jawab Arjuna.Kinara mengangguk dan Arjuna keluar untuk mengambil makanan. Kinara bermain dengan ponselnya sebentar lalu meletakkannya di atas nakas. Baru saja dia meletakkan ponsel itu, suara panggilan masuk kembali berdering.Kinara mengambil kembali ponsel itu dan melihat nomor asing lagi. Segera Kinara angkat namun tidak ada jawaban dari si penelepon, hingga sambungan itu terputus. Kinara menggelengkan kepalanya, Kinara pikir, mungkin saja orang iseng.Arjuna kembali dengan beberapa kantong plastik di tangannya. Kinara hendak menghampiri Arjuna namun ponselnya kembali berdering. Kali ini bukan panggilan melainkan chat masuk.Kinara membuka pesan itu dan terkejut setelah membacanya. Kinara memberikan ponselnya pada Arjuna dan segera menghubungi nomor itu namun sudah tidak aktif lagi. "Tidak aktif,
Kinara sudah berada di taman dan mengunggah foto dirinya di media sosial, tidak lupa ia berikan caption sedih dan ingin sendiri. Siapa tahu dengan begini si peneror akan melihat postingannya dan datang ke taman.Perasaan Kinara tidak karuan, takut, cemas dan khawatir bercampur menjadi satu. Dia harus hati-hati sebisa mungkin agar tidak membahayakan dirinya dan juga calon bayinya.Arjuna, Argan dan beberapa orang suruhan Arjuna sudah berada di taman itu dengan posisi bersembunyi serapi mungkin, agar tidak menimbulkan kecurigaan peneror itu.Rencana berubah, awalnya Kinara akan berada di taman itu sendiri. Namun akan menimbulkan kecurigaan jika dia hanya sendiri saja, untuk itu Kinara meminta bantuan Amel. Amel setuju untuk membantu setelah mendengar cerita dari Kinara. Sahabatnya satu itu memang bisa diandalkan dalam hal apapun. Kinara dan Amel, baik keduanya mengunggah foto di media sosial. Mereka berpura-pura sedang piknik di taman itu dengan membawa beberapa makanan dan minuman. B
Kinara dan Arjuna sampai di rumah sakit untuk menjenguk Lisa. Keadaan Lisa membaik. Ibu dan Rama bisa bernapas lega karena setelah ini bisa dibawa pulang. Dua hari kemudian Lisa bisa di bawa pulang untuk mendapatkan perawatan di rumah. Setelah dari rumah sakit itu, Kinara memberitahu Arjuna tentang pesan yang menanyakan Kinara itu dan meminta Argan untuk menyelidikinya. Argan bertindak dengan cepat dan hari ini Kinara diajak oleh Arjuna menuju alamat seseorang yang mengirim pesan itu. Argan melacak alamat orang itu dan berhasil menemukannya. "Mas, benaran ini tidak apa-apa kita ke rumah orang itu? Beneran bukan orang jahat, 'kan?" tanya Kinara. "Bukan, Sayang. Argan sudah menyelidikinya, bukankah kamu ingin tahu siapa yang mengirim pesan itu? Kinara mengangguk. Dia sangat ingin tahu. Dia menatap suaminya yang sedang menyetir. Sepertinya, Arjuna sudah tahu dan belum memberitahukan pada Kinara. Setah menempuh perjalanan satu jam , akhirnya Kinara dan Arjuna sampai di sebuah rumah m
Tanpa aba-aba, Arjuna mendaratkan bibirnya di bibir Kinara dan melumatnya dengan rakus. Kinara harus menggunakan lipstik lagi setelah ciuman itu berakhir."Mas, udah! Kita harus berangkat ke kantor polisi," ucap Kinara sambil meremas kemeja Arjuna. Dia tidak peduli jika kemeja yang suaminya kenakan itu kusut kembali karena ulah tangannya.Bibir Arjuna masih bertahan di leher Kinara dan satu tangannya dia masukkan ke dalam blouse milik istrinya. Arjuna menaikkan penutup bukit kembar sang istri dan meremasnya pelan."Mas ... uhh," lenguh Kinara."Tambah gede banget, Sayang," ucap Arjuna sambil menggigit pelan daun telinga Kinara."Mas, Sudah dong, nanti kita terlambat, uhh ..."Arjuna seperti tidak mendengar perkataan dari Kinara. Bukannya berhenti, dia justru menarik blouse Kinara keatas hingga terekspos kedua bukit kembarnya yang menantang. "Mas, mau ap--uhh." Kinara mencengkeram rambut Arjuna karena kini bibirnya yang mulai aktif menyentuh dan memanjakan ujung kedua benda kenyal mi
Kinara hanya terkekeh melihat suaminya itu meninggalkan kamar. Menggemaskan! "Ah, capek sekali. Semoga kalian nggak apa-apa ya, Nak." Kinara mengusap perutnya sebentar, kemudian memposisikan tidurnya agar lebih nyaman."Juna dapat telurnya nggak ya? Rasanya nggak bisa tidur kalau nggak makan telur," gumam Kinara."Nggak apa-apa ya Nak, biarkan papa kalian berjuang dong. Pastinya papa akan melakukan apapun untuk kalian dan untuk mama." Kinara berusaha mengajak bicara anaknya yang masih berada di dalam perut.Kinara bosan menyalakan televisi sambil menunggu Arjuna pulang dan membawa telur. Kinara ingat dengan Lisa. Bagaimana keadaan kakak sepupunya itu? Dia harap Lisa baik-baik saja. Kinara mengambil ponselnya yang ada di atas nakas dan mengirim pesan pada ponsel Lisa. Ia mengatakan akan ke rumah sakit besok untuk menjenguknya setelah pulang dari kantor polisi.Setelah selesai menulis chat pada Lisa, Kinara mengambil remot televisi dan mengubah salurannya. Daripada dia bosan tidak mela
"Tapi, kenapa kamu menutupi tubuhmu dengan selimut? Dingin?" tanya Arjuna. "Nggak! Sebenarnya...."Kinara malu untuk bilang pada Arjuna. Hari ini dengan berani dia menggunakan Lingerie yang ada di dalam lemarinya. Dia tidak tahu kenapa berpikir untuk memakainya dan sekarang dia malu sendiri untuk mengatakan pada Arjuna.Duh, aku jadi malu. Aku harus bilang apa pada Juna, kenapa aku kepikiran memakainya sih? Batin Kinara."Itu ... Aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Kinara dan berbalik. Kinara hendak berjalan namun tubuhnya dipegang oleh Arjuna. Kinara tidak bisa melangkah. Dia menunduk karena malu saat Arjuna membalikkan tubuhnya dan memegang dagu Kinara agar mendongak."Kenapa mendadak ingin ke kamar mandi, Hm?" tanya Arjuna dengan nada sensual membuat buku kuduk Kinara merinding."Itu ... Aku ... Mas!" teriak Kinara karena kini selimut yang menutup tubuhnya lolos dan melorot ke bawah.Kinara menunduk untuk melihat tubuhnya yang terbalut oleh Lingerie tipis berwarna merah. Dia malu
Kinara melihat ponselnya dan ada bunyi notifikasi chat dari seseorang yang membuat Kinara terkejut. "Jun...." "Ada apa?"Kinara memberikan ponselnya pada Arjuna. Ada chat dari nomor yang tidak di kenal. Isi chat itu menanyakan apakah benar ini adalah nomor Kinara. Ia tidak tahu chat dari siapa itu, dan apakah teror itu belum berakhir? Seharusnya sudah berakhir karena Arya dan Handika sudah tertangkap. Kinara terkejut, karena ia masih trauma dengan sms nomer asing. Arjuna melihat isi chat dari ponsel Kinara. Ia mencatat nomer itu di ponselnya dan memberikannya kembali pada Kinara. "Seharusnya teror itu sudah berakhir, Kinar. Tapi, aku harus memastikan lagi, aku akan minta Argan untuk menyelidikinya. Sekarang kita makan dulu," ucap Arjuna sambil memegang tangan istrinya itu. Arjuna tahu Kinara cemas dengan chat itu dan ia harus menenangkannya. Kinara sedang hamil anaknya dan Arjuna tidak ingin istrinya itu cemas, banyak pikiran dan berpengaruh pada bayi mereka. "Jangan dipikirkan,
Setelah mengunjungi Lisa dan memastikan keadaannya baik-baik saja. Safira dan Rama menyuruh Arjuna dan Kinara pulang ke rumah. Sebenarnya Rama juga meminta Safira pulang dan istirahat, namun Safira bersikukuh untuk menemani Lisa di rumah sakit. Dia harus memastikan Lisa segera sembuh dan merawat anak menantunya itu."Kalian pulanglah. Pastikan Kinar istirahat dengan baik, Jun. Kinar sedang hamil dan ibu nggak mau kesehatannya menurun.""Baik, Bu. Ibu yakin nggak pulang?" tanya Arjuna."Ibu akan menjaga Lisa, lagipula ibu nggak apa-apa. Satu lagi, Kinar masih syok dengan kenyataan ini. Kamu harus bisa menenangkan pikirannya, Jun," pinta ibu."Baik, Bu."Kinara keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju Arjuna. Safira mendekat dan memeluk Kinara dengan hangat."Istirahat ya, Kinar. Jangan banyak pikiran, yang terjadi sudah terjadi. Sudah menjadi jalan bagi Arya untuk mendekam di penjara," ucap Ibu."Iya, Bu. Kinar berusaha melupakan kejadian hari ini dan menata hati untuk ikhlas meneri
"Menggelikan sekali. Lebih baik kalian mati semua!" teriak Arya.Arya mengarahkan pistolnya pada ketiga wanita di depannya. Namun, pistol itu dia arahkan tepat pada Safira terlebih dahulu. Arya sudah menutup mata dan hatinya dengan kebencian dan dendam. Dia tidak peduli dengan apapun yang ada disekitarnya, penjelasan dari Safira mental dan tidak bisa merubah keputusannya untuk menghabisi nyawa wanita itu. Bahkan kini, bukan hanya Safira, tapi Kinara dan juga Lisa ikut menjadi sasarannya.Kinara sekali lagi meminta Arya untuk menarik pistolnya dan memperbaiki semuanya, namun sekuat apapun Kinara meyakinkan Arya, laki-laki itu tidak bergeming sama sekali. Dia sudah larut dengan kebencian yang menggerogoti tubuhnya."Pak izinkan kami, terutama ibu kami untuk memperbaiki semuanya. Aku yakin dalam hati nuranimu masih ada sisi baik, Pak." Kinara berusaha memohon lagi pada Arya, dia harap Arya masih memiliki hati untuk membiarkan mereka hidup.Juna ku mohon, datanglah tepat waktu, aku gak m
Kinara tidak mengerti dengan situasi ini. Jadi, selama ini Arya memiliki dendam pada keluarga Atmaga, terutama pada Safira. Karena Safira lah, orang tuanya stres kemudian bunuh diri dan mamanya hingga sekarang masih dirawat di rumah sakit jiwa."Maaf, Nak Arya. Semua memang salahku. Aku dan papamu memang dulu saling mencintai, tapi sejak kami dijodohkan oleh keluarga masing-masing, aku sudah minta maaf ke papamu dan meminta untuk mengakhiri hubungan kami. Aku meyakinkan papamu untuk menerima mamamu, begitu juga aku yang menerima papa Arjuna.""Tunggu dulu, Pak Arya. Tindakan ibu Safira benar. Dia ingin papamu kembali ke mamamu. Itu adalah tindakan yang benar," ucap Kinara."Memang, tapi, harusnya kamu tidak meninggalkannya begitu saja, bukan? Kamu bisa memberikan pengertian padanya! Laki-laki itu menyakiti mamaku seumur hidupnya dan hanya mencintaimu. Lalu, kenapa kalian harus bertemu lagi, hingga kamu meminta untuk lari bersama? Seharusnya kamu tidak memintanya bertemu, karena saat i
Perjalanan, Arya hanya diam sementara Kinara dan lainnya terus bercerita banyak hal. Kinara agak heran dengan Arya yang mendadak diam. Dia juga tidak melihat keramahan Arya seperti biasanya. Kinara ingin bertanya sesuatu namun segera dia urungkan. Kinara melihat jalan sekitar dan ini bukanlah jalan menuju rumah Atmaga. Ada yang aneh dan berbeda dengan Arya. Kinara yang awalnya ragu akhirnya berani untuk bertanya. Dia ingin bertanya namun Lisa berkata lebih dulu. "Loh, ini bukan jalan ke rumah kita, 'kan?" tanya Lisa. "Benar, loh nak Arya salah jalan," tegur Safira. "Pak Arya kita salah jalan, kita mau kemana pak?" tanya Kinara mulai khawatir dengan diamnya Arya sejak tadi. "Nak Arya, kita mau ke mana?" tanya Safira. Kinara semakin khawatir dengan perubahan sikap Arya. Dia khawatir kalau Arya berhubung dengan kasus teror yang menimpanya. "Pak!" "Kalian ikut saya," ucap Arya. "Maksudnya apa?" tanya Lisa. "Pak Arya, maksudnya ikut itu apa? Dan kemana? Sikap pak Arya aneh, tidak