Kinara dan Arjuna membuka pintu, di depan mereka sudah berdiri Safira dan Ardi. Kinara hanya diam melihat mertuanya itu, sampai pelukan hangat Kinara rasakan dari Safira."Maafkan Ibu, Kinar," ucap Safira dengan gemetar.Kinara bingung harus merespon seperti apa karena tubuhnya terasa kaku dan mulutnya juga tidak mampu berucap apapun. Untuk beberapa saat posisi mereka masih sama, Safira masih memeluk Kinara dengan tangis yang sejak tadi belum berhenti, begitu pula Kinara yang hanya mematung dengan air mata yang mengalir deras."Maafkan Ibu, Kinar," kembali Safira mengulang perkataannya untuk meyakinkan Kinara bahwa maaf itu tulus.Kinara mulai merespon, dia melepas pelukan Safira dan menatap lekat wanita paruh baya di depannya. Wanita yang sangat dia sayangi dan bahkan dia anggap sebagai ibunya sendiri. Kinara yang begitu kagum dengan sosok Safira, sejak pertama bertemu sudah mendapatkan kehangatan dan cinta dari wanita itu. Haruskah kini ia egois? Tidak. Kinara memikirkan banyak hal
"Halo?""Oh, baiklah."Arjuna menutup panggilan itu dan memberikan ponselnya pada Kinara."Siapa?" tanya Kinara."Pengantar makanan online yang kamu pesan. Aku akan mengambilnya keluar," jawab Arjuna.Kinara mengangguk dan Arjuna keluar untuk mengambil makanan. Kinara bermain dengan ponselnya sebentar lalu meletakkannya di atas nakas. Baru saja dia meletakkan ponsel itu, suara panggilan masuk kembali berdering.Kinara mengambil kembali ponsel itu dan melihat nomor asing lagi. Segera Kinara angkat namun tidak ada jawaban dari si penelepon, hingga sambungan itu terputus. Kinara menggelengkan kepalanya, Kinara pikir, mungkin saja orang iseng.Arjuna kembali dengan beberapa kantong plastik di tangannya. Kinara hendak menghampiri Arjuna namun ponselnya kembali berdering. Kali ini bukan panggilan melainkan chat masuk.Kinara membuka pesan itu dan terkejut setelah membacanya. Kinara memberikan ponselnya pada Arjuna dan segera menghubungi nomor itu namun sudah tidak aktif lagi. "Tidak aktif,
Kinara sudah berada di taman dan mengunggah foto dirinya di media sosial, tidak lupa ia berikan caption sedih dan ingin sendiri. Siapa tahu dengan begini si peneror akan melihat postingannya dan datang ke taman.Perasaan Kinara tidak karuan, takut, cemas dan khawatir bercampur menjadi satu. Dia harus hati-hati sebisa mungkin agar tidak membahayakan dirinya dan juga calon bayinya.Arjuna, Argan dan beberapa orang suruhan Arjuna sudah berada di taman itu dengan posisi bersembunyi serapi mungkin, agar tidak menimbulkan kecurigaan peneror itu.Rencana berubah, awalnya Kinara akan berada di taman itu sendiri. Namun akan menimbulkan kecurigaan jika dia hanya sendiri saja, untuk itu Kinara meminta bantuan Amel. Amel setuju untuk membantu setelah mendengar cerita dari Kinara. Sahabatnya satu itu memang bisa diandalkan dalam hal apapun. Kinara dan Amel, baik keduanya mengunggah foto di media sosial. Mereka berpura-pura sedang piknik di taman itu dengan membawa beberapa makanan dan minuman. B
"Jun, ada masalah apa di kantor?" tanya Kinara setelah mertuanya pulang."Ada sedikit masalah di kantor utama. Aku besok harus bekerja di sana untuk memastikan," jawab Arjuna.Kinara memperhatikan suaminya, sepertinya bukan hanya masalah kecil karena terlihat gelisah di wajah Arjuna."Aku boleh ikut?" tanya Kinara.Arjuna yang sudah berbaring di samping Kinara menoleh untuk menatap istrinya. Arjuna hanya diam memperhatikan Kinara, kemudian tersenyum manis. "Nggak mau jauh-jauh dariku, ya?" goda Arjuna. "Hahaha, iya kayaknya. Bukan aku loh, tapi anakmu," jawab Kinara.Arjuna membawa Kinara ke dalam dekapannya. Perasaannya kembali tenang saat berada di posisi seperti ini."Ada apa, Jun? Jujurlah padaku," ucap Kinara."Wajahmu menunjukkan kecemasan," ucap Kinara lagi.Arjuna menghela napas dan menghembuskannya perlahan. Sepertinya dia harus jujur pada Kinara."Masalah satu selesai muncul lagi masalah lainnya. Hidup memang seperti itu, ya?" tanya Arjuna."Dan masalah itu pasti ada jalan
"Memastikan sesuatu.""Kemana?" tanya Kinara."Ayo ikut, Kinar."Arjuna pergi meninggalkan ruangannya dan diikuti oleh Kinara. Sejak tadi wajah Arjuna menunjukkan kecemasan. Kinara tidak tahu apa yang Arjuna temukan dari berkas laporan keuangan yang bertumpuk tadi. Kinara yakin, ada sesuatu yang mungkin saja memang berhubungan dengan Rama, sehingga Arjuna tampak cemas dan khawatir.Kinara hanya diam mengikuti langkah Arjuna meninggalkan kantor dan masuk ke dalam mobil. Kinara tidak tahu mereka akan pergi kemana, lebih baik ia bertanya nanti saja, karena sekarang Arjuna seperti tidak ingin diajak bicara serius dulu.Mobil berhenti di salah satu bank terbesar di negara ini. Kinara mengikuti langkah Arjuna dan duduk di kursi tunggu. Arjuna yang memang sudah kenal dengan pihak bank karena kerja sama bisnis, langsung menuju bagian dalam. Kinara menunggu di luar sambil bermain ponselnya.Kinara membuka pesan dari Amel. Sahabatnya itu mengirimkan beberapa foto saat dirinya di Bogor kemarin.
"Papa mau membicarakan apa?" tanya Rama."Kalian sengaja berkumpul disini? Untuk membicarakan apa?" tanya Lisa ketus."Sabarlah, Lis. Papa belum bicara," sahut ibu.Seketika suasana menjadi hening kembali. Ardi beberapa kali menghela napas, hanya untuk menahan emosinya. Duduklah dulu, Ram, Lis..., " ucap Ardi. Rama dan Lisa duduk di kursi depan meja Ardi, sementara Kinara dan lainnya duduk di sofa. Suasana menjadi tegang saat semuanya terdiam. "Rama, papa tahu kamu sudah bekerja dengan keras selama ini. Perusahaan semakin berkembang berkat usahamu dan juga Lisa. Papa menghargai itu semua dan sangat berterima kasih," ucap Ardi. "Tentu saja, Pa. Aku dan Rama berjuang keras untuk perusahaan ini. Sekarang papa tahu, 'kan? Siapa yang lebih pantas memimpin perusahaan?" jelas Lisa dengan percaya diri. "Iya, sekarang papa tahu, siapa yang berhak memimpin perusahaan ini, untuk itu kalian papa panggil kesini." "Baiklah, kalau begitu," ucap Rama. "Arjuna yang akan memimpin perusahaan," uc
"Dendam? Ayahmu? Apa maksudmu?" tanya Rama.Lisa belum menjawab pertanyaan dari Rama. Ia masih bertahan memalingkan muka."Lis, jawab!""Bukankah orang tuamu sudah tiada karena sakit, apa hubungannya dengan keluargaku?" tanya Rama lagi.Kinara semakin penasaran dengan cerita Lisa. Dendam karena apa, sampai harus mengorbankan dirinya masuk di keluarga ini."Kenapa diam! Jawab!" bentak Rama."Kecilkan suaramu, Ram. Jangan membentak ku!" ancam Lisa."Kalau begitu katakan!" ucap Rama."Aku ... aku adalah korban dari kekejaman keluargamu!" isak tangis Lisa pecah seketika."Keluargaku, Kenapa?" tanya Rama dengan Nada yang diturunkan."Kalian ingat kecelakaan 20 tahun yang lalu?" DegDegBaik Kinara, Arjuna dan lainnya terkejut dengan pengakuan Lisa. Kinara beberapa kali mengerjapkan matanya untuk menahan air mata yang hampir jatuh. Maksud Lisa apa? Bukankah 20 tahun yang kecelakaan itu telah menewaskan orang tua Kinara. Atau... "20 tahun lalu, apa maksud kamu?" tanya Ardi. "Kalian ingat?
Lisa melihat Safira dan Ardi, kemudian beralih ke Arjuna dan terakhir Rama. Begitu banyak penyesalan yang telah dia lakukan terutama berhubungan dengan suaminya itu. Lisa sering menjadi pemarah dan Rama dengan sabar menenangkannya. Lisa sering menolak ajakan berhubungan suami istri dan Rama dengan sabar menunggu, dan masih banyak keegoisan Lisa, namun ditanggapi dengan sabar oleh Rama.Lisa menyesal telah melukai hati Rama begitu dalam. Lisa tahu Rama sangat mencintainya. Jujur saja, Lisa mulai jatuh hati dengan suaminya itu setelah satu tahun pernikahan mereka. Namun, Lisa tidak ingin mengubah rencana awal dirinya masuk ke keluarga Atmaga. Kini, ada penyesalan yang begitu dalam di hati Lisa. Dia telah menyakiti orang yang di sayanginya. Rama begitu sabar menghadapi apapun keadaan Lisa, meskipun tidak ada anak diantara mereka, Rama tetap berusaha meyakinkan untuk tidak menyerah, sementara dirinya justru menolak kehadiran anak itu."Sudahlah, Kinara. Aku tahu kesalahanku sangat besar.