Kinara kembali dari toilet dan ikut makan bersama Arjuna dan lainnya. Dia berusaha untuk tetap tenang dan tidak memikirkan telepon dan pesan yang masuk ke ponselnya tadi. Kinara akan memberitahu Arjuna setelah mereka sampai di rumah."Makan yang banyak, Kinar, ibu mau dua cucu ibu sehat dan berkembang dengan baik," ucap ibu sumringah."Iya, Bu. Kinar makannya banyak, kok. Tanya saja sama Juna," balas Kinara sambil melirik ke suaminya."Tapi, Bu. Kok aneh, ya. Kalau aku lagi gak dekat Juna, bawaannya pengen muntah terus, mual banget. Tapi kalau dekat sama Juna, hilang mualnya dan gak pernah muntah.""Itu namanya bawaan bayi, Kinara," sahut Agatha."Mereka kayaknya pengen dekat-dekat sama ayahnya. Ngerti banget calon cucu nenek. Gemes, jadi pengen lihat dan gendong kalian," ucap Safira."Masih lama, Bu," sahut Arjuna.Kinara dan lainnya selesai makan, Safira pulang bersama Agatha, sementara Kinara berada satu mobil dengan Arjuna. "Mau langsung pulang, apa mampir dulu?" tanya Arjuna. "
Satu minggu Kinara berada di panti asuhan. Hari ini Arjuna akan menjemputnya untuk pulang ke rumah. Kinara sudah siap dan menunggu kedatangan Arjuna. Sebenarnya, Kinara masih ingin berada di panti. Setiap sudut bangunan ini mengingatkan kenangannya dengan ibu Diana. Kinara masih ingin mengenang banyak hal lagi, namun dia punya kewajiban lain yaitu keluarganya. Dia berjanji pada ibu Linda akan sering berkunjung ke panti dan makam ibu Diana.Panti asuhan ini memang bukan tempatnya ditemukan dulu. Satu minggu setelah Kinara kecil menjadi bagian dari panti, seluruh penghuni panti pindah ke bangunan baru karena bangunan lama yang sudah tidak layak huni. Bangunan panti lama telah berubah alih fungsi menjadi bangunan lain. Dan disinilah, Kinara dibesarkan dari kecil sampai sekarang. Tidak kurang cinta yang diberikan oleh ibu panti di sini. Kinara juga sangat menyayangi kakak dan adik-adiknya. Beruntungnya, Kinara bertemu dengan Arjuna, kehidupan panti lebih baik, dan adik-adiknya mendapatkan
Kinara membuka matanya perlahan dan melihat Arjuna duduk di sebelahnya dengan wajah marah. Kinara mengingat kejadian sebelumnya, ia menarik tubuh Lisa, namun terdorong dan jatuh. Ia merasakan sakit di perutnya dan membuat Arjuna panik. Arjuna langsung menggendongnya menuju parkiran dan setelah berada di dalam mobil Kinara tidak sadarkan diri. "Lain kali lakukan hal gila seperti tadi dan aku pastikan akan memarahimu tujuh hari tujuh malam!" tegas Arjuna. Kinara menelan ludahnya kasar. Arjuna menunjukkan wajah seriusnya dan tiba-tiba nyali Kinara mendadak menciut. Meskipun begitu, dia lega tubuhnya sudah membaik dan perutnya sudah tidak sakit lagi. "Juna bagaimana dengan--" Kinara memegang perutnya. "Mereka baik-baik saja," sahut Arjuna. Kinara mengucap syukur berkali-kali. Dia sempat khawatir karena perutnya tiba-tiba sakit. Mulai sekarang dia harus berhati-hati dan tidak membahayakan kandungannya lagi. "Maaf, Jun. Jangan memasang muka begitu, aku jadi takut padamu," protes Kinar
"Kinara kalung itu ...."Kinara melihat kalungnya dan kembali menatap Safira. Wanita paruh baya itu sedikit terkejut, namun tetap tenang."Kenapa, Bu?""Eh, bagus ya kalungnya, antik gitu. Dapat dari mana?" tanya Safira. "Kalung ini dari Ibu Diana, Bu. Katanya ditemukan berada di dekat tubuhku waktu bayi," jelas Kinara. "Oh gitu...." ucap SafiraSafira dan Ardi saling pandang. Sementara Kinara sedang berbicara dengan Arjuna sehingga tidak memperhatikan bagaimana keadaan mertuanya itu"Juna ...." Kinara dan Arjuna menatap Safira yang berubah menjadi pucat. "Ada apa, Bu?" tanya Arjuna."Ibu, nggak enak badan, tiba-tiba pusing, ibu mau ke kamar sekarang.""Papa juga mau istirahat," ucap Ardi. "Aku antar Bu--" "Tidak usah, aku bisa sendiri!" perkataan Kinara di potong Safira dengan ketus. Kinara terdiam. Ada yang berubah dari nada bicara ibu mertuanya itu. Safira terlihat baik-baik saja dan menyambut dengan senang hati kedatangannya dan Arjuna, tapi tiba-tiba mengatakan pusing dan i
Kinara menatap Safira yang masuk ke dalam rumah. Kinara memanggil beberapa kali namun tidak ada respon dari mertuanya itu. Kinara yakin Safira mendengarnya, namun sengaja menghindar."Ibu kenapa? Apa salahku, ya? Kemarin waktu datang semua baik-baik saja, tapi setelah melihat kalung ini, ibu jadi ...." "Apa ibu mengenal orang tuaku?" monolog Kinara. Kinara memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, hingga suara klakson tiba-tiba saja mengagetkannya. Mobil Arjuna sudah berada di sampingnya. Kinara segera masuk dan Arjuna melajukan mobilnya menuju kantor. Sesampainya di kantor, Kinara menyapa beberapa karyawan di sana terutama bagian OB, karena dari sanalah Kinara mulai dekat dengan Arjuna. Alex dan lainnya menyambut Kinara dengan baik, bahkan dua office girl yang sempat meremehkan, sekarang bersikap baik padanya. Kinara segera menuju ruangan Arjuna setelah menyapa karyawan yang dikenalnya. Disana sudah ada Arjuna dan Argan yang sedang mendiskusikan sesuatu. Kinara duduk di so
"Tulisan ini..."Kinara membuka ponselnya dan mencari gallery. Setelah ketemu, dia buka sebuah foto tulisan pada kertas yang ditinggalkan seseorang di dekat tubuhnya waktu bayi. Kinara zoom untuk membandingkan dengan tulisan pada memo yang baru saja ditemukannya. Mirip, bahkan sangat mirip. Kinara kembali membaca memo itu, sepertinya memo ini sudah lama ditulis dan tersimpan di laci Arjuna. Sebuah memo untuk Arjuna yang ditulis oleh si pengirim atas nama Safira.Kinara duduk di kursi dengan perasaan yang campur aduk. Bisa saja tulisan beberapa orang memiliki kemiripan, tapi ini seperti saling berkaitan. Sikap aneh Safira setelah melihat kalung Kinara dan tulisan yang memiliki kemiripan, sudah cukup untuk dijadikan bukti bahwa Safira memiliki keterkaitan dengan orang tuanya. Perasaan takut, khawatir dan cemas menjadi satu membuat Kinara tidak bisa berpikir jernih. Dia bingung harus melakukan apa setelah ini, sementara Safira masih bertahan menjauhinya, tidak mungkin Kinara bertanya lan
Kinara penasaran dengan apa yang dibicarakan Arjuna, Safira dan Ardi, untung saja pintu masih sedikit terbuka sehingga Kinara bisa melihat dan mendengar percakapan mereka bertiga. Kinara tidak melihat ada Lisa ataupun Rama. Kemungkinan mereka sudah pulang lebih dulu.Jantung Kinara berdetak lebih cepat ketika Arjuna membuka pembicaraan tentang dirinya."Kenapa sikap ibu berubah pada Kinar? Apa dia melakukan kesalahan?" tanya Arjuna.Safira dan Ardi hanya diam. Safira menunduk dan meremas kedua tangannya. Arjuna semakin heran dengan sikap orang tuanya, terutama Safira. "Ibu jangan begini. Harusnya ibu bilang, jangan diam saja lalu menjauhi Kinar, dia jadi bingung dengan sikap ibu yang sekarang," jelas Arjuna. "Setiap ibu melihat Kinar, ibu akan sakit hati," jawab Safira."Maksud ibu? Ibu begitu bahagia aku menikah dengan Kinar, lalu kenapa bisa begini?" tanya Arjuna. "Sejak awal ibu melihat Kinar, wajahnya mengingatkanku pada seseorang. Namun, di dunia ini banyak orang memiliki kemi
Kinara berlari meninggalkan rumah Safira dan pulang ke rumahnya. Dia tidak mau bertemu dengan Arjuna dulu karena perasaannya kini masih campur aduk. Kinara memutuskan untuk tidur di kamar tamu dan untuk menenangkan diri, Kinara mengunci kamar dari dalam. Awalnya, Kinara ingin pergi jauh dari sini, setidaknya jangan pulang ke rumah Arjuna, namun dia memikirkan tentang kondisi tubuhnya, anaknya dan keadaan di luar yang tidak aman karena peneror itu belum ditangkap. Arjuna sampai di rumah dan mencari keberadaan Kinara. Mata Arjuna langsung tertuju pada kamar tamu. Kinara tidak mungkin berada di kamar mereka karena saat ini kondisinya yang tidak stabil. "Kinar? Kamu di dalam?" teriak Arjuna sambil menggedor pintu."Kinar, bukalah. Kita harus bicara," ucap Arjuna. Kinara diam. Dia tidak berniat membalas panggilan Arjuna. Kenyataan bahwa orang tuanya meninggal karena ulah keluarga ini, meninggalkan luka dan kecewa yang begitu dalam. "Kinar! Keluarlah! Kita harus bicara," ucap Arjuna. "