"Selamat jalan, Bibi," tukas Floretta yang mengantar Eleanor sampai di selasar. Gadis kecil berumur tujuh tahun itu sangat proaktiv. Begitu Aaron menyinggung makan malam di luar, Floretta langsung mengerti. Dia sama sekali tidak keberatan harus meminjamkan Bibi Elle sementara waktu pada Aaron. Diam-diam, sang Paman mengulum senyuman. Terlalu gengsi untuk menampakkan rasa bahagia di depan Floretta ataupun Eleanor."Paman, Anda harus berjanji akan memperlakukan Bibi dengan baik!" pesan Floretta. "Apa menurutmu, aku orang jahat?""Tidak, tidak. Paman Aaron adalah pria terbaik di dunia ini. Pasti akan memperlakukan bibiku dengan baik." Aaron mengamati tubuh Floretta dan menggendongnya sebentar."Bibi Elle sangat sial. Ada orang jahat yang membuatnya sangat menderita," bisiknya pelan di telinga Aaron. Bocah itu menjeda ucapannya beberapa saat, lalu kembali melanjutkan, "jika bisa, Paman harus menghiburnya. Okay?!" Aaron tidak langsung menjawab. Floretta menunggu pria itu membuka mulutn
"El, kamu dipanggil Bu Manager!" Fabiola yang baru saja keluar dari ruangan Manager, menghampiri Eleanor yang tengah sibuk membalas email dari seorang klien. Sontak, gadis cantik itu mengangkat kepala. Bibirnya mengeja sebuah kalimat, "ada apa?" Fabiola hanya mengendikkan bahunya seraya melenggang pergi. Eleanor menatap Fiona penuh tanya, tapi gadis itu juga hanya bisa melakukan hal yang sama, mengendikkan bahu tanda tak tahu apa-apa.Tak punya pilihan selain bergegas masuk ke ruangan Manager. "Ada tugas penting untukmu, El!" Begitu masuk ruangan, sang Manager segera menyambut Eleanor dengan pekerjaan yang harus dilakukannya."Kabar gembira yang sudah kita tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Akhirnya, JK setuju dengan konsep iklan yang kamu rancang." Lolita sang Manager tersenyum semringah tak bisa disembunyikan. Mempunyai anak buah yang selalu mempunyai ide segar seperti Eleanor, sungguh membuatnya tak kehilangan kesempatan."Waah, akhirnya mereka setuju dengan konsep kita," seru
Semenjak berada di dalam mobil, mereka tak saling bicara sama sekali. Bahkan ketika keduanya memasuki restoran, tak ada kalimat sapaan yang terdengar. Aaron Fletcher tak menyapanya, Eleanor juga malas untuk mengawali pembicaraan. Agak lain memang, pria itu sengaja menjemput untuk mengajak makan siang, tapi tidak mengajaknya bicara sama sekali. Tidak jauh berbeda seperti berkencan dengan patung. Huh...."Mau makan apa?" Aaron Fletcher mendengus pelan, karena terpaksa harus mengawali pembicaraan. "Terserah." "Setidaknya, pilihlah menu yang kamu suka!" geram pria itu saat melihat Eleanor tak begitu antusias.Padahal dia sudah meluangkan waktunya yang berharga untuk mengajaknya makan siang, tapi Eleanor malah tidak menyambutnya dengan suka cita. "Restoran ini sangat mewah, semua makanannya pasti enak. Aku bisa menerima makanan apapun di tempat ini!" sahutnya."Benarkah? Beruntung sekali aku menikahi wanita yang tidak pilih-pilih makanan," sindir Aaron sambil mendengus kasar.Terpaksa,
"Jadi, kamu janjian makan siang dengan pria itu?" Begitu mobil sedan mewah milik Aaron Fletcher meluncur meninggalkan restoran, itulah kalimat pertama yang diucapkannya.Meski pria itu tetap berwajah datar dan dingin, tapi ada intonasi kemarahan dalam kalimat yang diucapkannya. Eleanor yang duduk di sisinya tak berminat untuk menjawab. Untuk apa? Aaron Fletcher sudah mempunyai persepsi, jika dia menjelaskan kalau sama sekali tidak janjian untuk makan siang dengan James, apakah Aaron akan mempercayainya?Lebih baik mendinginkan kepalanya sendiri yang saat ini sedang diterjang gelombang kebuntuan, karena ternyata Grace Harper telah mengetahui bahwa Eleanor Wilson yang bertanggung jawab dalam sesi pemotretan dan syuting iklan.Pembagian tugas yang telah disusunya bersama Fiona ternyata tidak berguna. Huh...."Ada hubungan apa kamu dengannya?!" Aaro. Merasa geram, karena Eleanor mengabaikan dirinya."Aku tidak paham, siapa maksudmu?" sahutnya sambil memijat kepalanya yang tiba-tiba berde
"Berisitirahatlah di kamar ini!" titah Aaron Fletcher tak bisa dibantah. Dia terang-terangan membawa Eleanor ke kamar pribadinya tanpa sungkan."Aaron, aku---" "Apakah aku harus memaksamu, hmm?" Aaron menancapkan tatapan setajam elang, meruntuhkan nyali. Kepala Eleanor tertunduk tak melawan demi mendengar ancaman tersebut. Dia tahu seberingas apa pria ini jika dia menantangnya. Lebih baik dia tidak memancing Aaron Fletcher untuk berbuat hal konyol dan tidak masuk akal.Aaron tak melepaskan cengkeraman tangannya, bahkan saat Eleanor telah didudukkan di tepi ranjang."Jika aku kembali nanti dan tidak menemukanmu di sini, kamu bisa bayangkan apa yang akan kulakukan padamu, bukan?" ancamnya seraya meraih ujung kaki Eleanor untuk melepaskan high heels-nya."Aku bisa melepasnya sendiri," ucapnya seraya menarik kakinya menjauh. Keduanya saling bertatapan sepersekian detik. Berakhir dengan Eleanor yang membuang pandangan ke arah lain terlebih dahulu, tak tahan harus berlomba dengan tatapan
"Bagaimana menurutmu, Fiona?" Amber berjalan mondar-mandir dengan resah. Tekanan yang diterimanya dari Aaron Fletcher dan Grace Harper membuatnya sakit kepala. Keduanya menginginkan hal yang saling bertentangan satu sama lain.Fiona tidak menjawab. Dia mengendikkan bahunya lemah. Situasinya memang serba tidak menguntungkan bagi NIC. "JK dan NIC sudah bekerja sama beberapa tahun, takutnya ... mereka akan kecewa jika Elle mengundurkan diri sekarang," cicitnya pelan."Seharusnya tidak masalah sih siapa yang akan menghandle proyek ini. Asalkan kita kerjakan sesuai dengan konsep yang telah mereka setujui, bukankah tidak masalah proyek ini dikerjakan siapapun?" Fiona tidak habis pikir, kenapa Amber begitu peduli?"Grace Harper mengatakan, dia hanya akan menyetujui sesi pemotretan jika Eleanor yang menghubunginya secara pribadi." Rahang Fiona hampir melorot sampai di lantai mendengarnya. Tidak disangka, gadis itu benar-benar menggunakan kekuasaan dengan sewenang-wenang. Dia menggunakan nam
"Ada apa denganmu, Grace? Kenapa kamu mempersulit tim dari NIC?" Siang ini, Manager Periklanan JK--- Kimberly memanggil Grace Harper untuk datang ke perusahaan. Dia mendapatkan laporan dari Amber bahwa tim NIC sudah menghubungi Grace untuk sesi pemotretan, tapi dia tidak merespon. "Apa maksudmu dengan kalimat aku mempersulit mereka?" Grace memasang wajah polos tanpa dosa. "Manager operasional NIC menelponku, katanya tim dibawahnya sudah berusaha menghubungimu sejak kemarin, tapi kamu belum merespon, Grace. Why?" tukasnya.Kimberly tidak suka dengan penundaan. Baginya waktu adalah uang. Makin cepat pekerjaan diselesaikan, makin bagus. Apalagi Grace Harper adalah seorang profesional di bidangnya. Harusnya dia tahu mekanisme kerja ketika terikat kontrak dengan perusahaan bonafit seperti JK."Ada banyak orang yang menyandarkan hidupnya dari perusahaan kami, Grace. Jangan sampai kamu membuat mereka jadi gelandangan, dengan cara kerjamu yang buruk!" lanjutnya.Ada kekecewaan yang ditangk
Ketukan suara high heels brand Christian Louboutin yang menginjak lantai marmer mewah di foyer kediaman keluarga Fletcher menciptakan nada seiring langkah pemiliknya yang anggun dan elegan. Seorang gadis berpakaian pelayan membukakan pintu dan mempersilakan Grace Harper masuk ke sana.Seorang gadis pelayan menatapnya dari ujung sepatu sampai ujung rambut Grace. Penampilan super model dunia itu memang mencengangkan. Tak pernah melewatkan hal kecil yang bisa menunjang penampilannya supaya terlihat sempurna."Nona Harper, Anda sangat cantik hari ini," puji gadis berpakaian pelayan tersebut."Apakah aku pernah tidak cantik?" "Tidak, tidak. Anda sangat sempurna. Mana mungkin Anda pernah tidak cantik," ulang gadis itu memperbaiki kalimatnya.Terbit seringaian dari sudut bibir Grace saat mendengarnya."Apakah semua baik-baik saja, Loli?" Grace melirik gadis bernama Loli tersebut. Lalu, Loli memangkas jarak antara keduanya."Nona Wilson semalam tidur di kamar Tuan Aaron," bisik Loli di teling