"Nona Floretta! Nona Floretta! Anda mau kemana?" Seorang wanita berpakaian baby sitter mengejar seorang anak berusia tujuh tahun yang berlari sangat cepat, begitu pintu mobil terbuka.
Siang ini, Floretta minta diantar sang Nenek untuk pergi jalan-jalan. Namun, bocah berusia tujuh tahun itu mencari kesempatan untuk melarikan diri dari mobil saat masih di tengah jalan.Floretta butuh pelampiasan atas kesedihan yang melanda. Kehilangan dua orang tua adalah pukulan terberat dalam hidupnya. Tak ada yang bisa menghibur kesedihan, meskipun semua keluarga Fletcher sudah berusaha sekuat tenaga untuk memberi apapun yang dibutuhkan Floretta Fletcher."Nona Floretta, Anda mau kemana?" Terus memanggil nama gadis kecil tersebut, baby sitter itu sudah ketakutan setengah mati. Takut akan dimarahi oleh Nyonya Besar yang ikut mengejar di belakang.Namun, Floretta mempunyai sepasang kaki yang bisa bergerak sangat cepat. Dia bisa meninggalkan dua manusia dewasa yang berlari jauh di belakang, tertinggal begitu jauh."Floretta! Kamu mau kemana?" Nyonya Besar Fletcher---Nenek Floretta sangat khawatir. Dia adalah cucu pertama yang bernasib malang.Kejar-kejaran tak dapat dihindari. Floretta tidak ingin mendengarkan panggilan dari baby sitter ataupun sang Nenek. Gadis kecil itu hanya ingin terus berlari, tanpa memedulikan apapun. Dia hanya ingin melepaskan tekanan yang menghimpit jiwanya yang dilanda kesedihan.Ketika menemukan sebuah bangku besi di pinggir jalan, akhirnya gadis kecil itu berhenti dan duduk di sana, sendirian.Dada gadis kecil itu naik turun karena terlalu lelah berlari. Dia duduk di bangku pinggir jalan dengan linglung, tak tahu harus berbuat apa.Ada kesedihan yang masih menggenggam hati Floretta karena kehilangan dua orang tuanya. Isak tangis seketika terdengar."Papa, kenapa Papa dan Mama harus pergi? Tiap malam Flow tidak bisa tidur, Pa. Paman sangat sibuk, tidak bisa menemani Flow tidur tiap malam." Isak tangis terdengar mengiris hati.Selama ini Floretta bukan anak yang mudah bergaul dengan orang lain. Jika tidak cocok dengan orang, dia cenderung menutup diri. Hal itulah yang membuat Nyonya Besar Fletcher sangat sedih."Kamu kenapa sendirian di sini?" Floretta mengangkat wajahnya perlahan ketika mendengar suara seorang gadis yang menyapanya.Sebuah wajah penuh senyuman terpampang di depan mata Floretta, ketika gadis kecil itu menatap sosok yang menyapanya. Itu bukan baby sitter atau neneknya. Dia adalah orang asing. Diam-diam, Floretta baru menyadari bahwa dia terlalu jauh berlari meninggalkan mobilnya."Apa kamu sangat sedih? Kalau begitu kita sama!" ucap gadis itu. Dia adalah Eleanor Wilson. Kebetulan sekali dia sedang pulang dari kantor. Tanpa sengaja melewati Eleanor yang sedang terisak. Rasa iba mengundangnya untuk datang."Kalau begitu, aku temani duduk di sini, boleh, kan?" lanjut Eleanor dengan mata penuh harap.Tak menanggapi, Floretta tidak pernah bicara dengan orang asing sebelumnya. Namun, gadis kecil itu tak bergerak dari duduknya. Bahkan ketika Eleanor ikut duduk di sisinya, gadis kecil itu hanya diam saja.Eleanor mendengus kesal. Nasibnya sangat menyebalkan beberapa hari terakhir."Aku sangat sial hari ini, kekasihku meninggalkanku dan mewariskan hutang sangat banyak padaku." Entah kenapa Eleanor harus begitu jujur pada orang asing. Terlebih, pada seorang gadis kecil seperti Floretta. Dia hanya ingin meluapkan rasa kesal yang bertumpuk-tumpuk di dalam hati supaya tidak tertekan.Mendengarnya, Floretta tiba-tiba tertarik untuk menyimak. Ditatapnya gadis cantik yang berusia jauh di atasnya tersebut dengan tatap iba."Kakak, kamu sangat sial!" tukasnya antusias. Ternyata ada juga orang yang lebih sial dari dirinya."Ya, aku sangat sial. Setiap bulan aku harus membayar hutang mantan pacarku $1.800. Itu jumlah yang sangat besar." Eleanor menjeda ucapannya beberapa saat sambil membuang napas gusar."Kalau kamu, kenapa kamu menangis di sini? Apa kamu juga sedang bernasib sial sepertiku?" tanya Eleanor dengan wajah memelas.Hening. Floretta masih ragu untuk berkata jujur. Namun, akhirnya dia memutuskan untuk bercerita pada Eleanor."Papa dan mamaku meninggal, sekarang aku tinggal bersama Kakek dan Nenek. Ada juga pamanku yang sangat tampan. Aku ingin ditemani jalan-jalan pamanku, tapi dia sangat sibuk." Eleanor berbincang dengan santai, tapi ada kesedihan dalam untaian kalimatnya."Aah, ternyata kamu sedang mendapatkan musibah. Tapi kamu sangat beruntung, pasti kakek dan nenekmu sangat menyayangimu.""Iya, mereka menyayangiku, tapi aku lebih suka bersama paman." Eleanor manggut-manggut mendengarkan Floretta bercerita.Mereka, dua orang asing yang bertemu di tempat ini dalam masalah masing-masing. Tanpa sungkan bercerita satu sama lain."Jangan bersedih, ya. Kamu harus menjalani hidup dengan bahagia, bersama siapapun, kamu harus bahagia. Aku juga, meski aku harus bekerja paruh waktu sepulang dari kantor. Aku akan melakukannya. Tidak boleh menyerah dengan nasib sial, bukan?" Eleanor memberi semangat diri sendiri juga pada Floretta"Kakak, siapa namamu?" tanya Floretta penuh minat."Aku Eleanor, kamu bisa memanggilku Elle. Nama kamu siapa?""Floretta." Bocah kecil itu tersenyum senang. Berkenalan dengan gadis muda yang bisa membuatnya merasa tidak canggung untuk mengungkapkan keluh kesahnya. Padahal mereka baru saja kenal."Nona Floretta! Untunglah Anda baik-baik saja." Sang Baby sitter sudah berhasil mengejar. Napasnya tersengal karena berlari mengejar majikan kecilnya."Floretta, siapa dia?" tanya Eleanor."Dia perawatku." Mendengarnya, Eleanor merasa lega. Dia tak perlu repot mengantarkan Floretta pulang, karena sudah ada yang menyusulnya."Nona, terima kasih. Anda sudah menjaga majikan saya di tempat ini." Baby sitter itu mengucapkan terima kasih."Tidak masalah, saya kebetulan sedang luang." Eleanor berkata sopan."Kakak, kalau kita ketemu lagi, aku pasti akan mengenalkanmu dengan pamanku yang tampan." Floretta berkata dengan wajah serius."Ha-ha-ha, baiklah. Kalau begitu, sampaikan salamku untuk pamanmu yang tampan itu, okay!" Eleanor membungkuk saat bicara dengan Floretta yang bersiap pergi."Kakak, kamu harus bersemangat. Selamat tinggal." Floretta bergegas pergi."Okay, semoga kamu selalu bahagia, Flow." Eleanor melambaikan tangan. Aah, hanya berbicara dengan anak kecil, membuatnya merasa sangat lega."Baiklah, Elle kita tunggu saja panggilan dari keluarga itu. Aku harap, bisa bekerja menjadi baby sitter di malam hari. Aku hari ini berhasil menghibur anak kecil, bukankah aku berbakat bicara dengan anak kecil?" Eleanor menyemangati diri. Dia sudah memasukkan lamaran kerja secara daring pada iklan yang ditunjukkan Fiona tempo hari.****Eleanor datang ke alamat yang tertera di iklan yang dimuat di situs lowongan kerja yang dibacanya tempo hari. Ada panggilan interview untuk datang hari ini di kediaman Fletcher.Dia sangat membutuhkan pekerjaan paruh waktu itu, sehingga merasa begitu senang ketika mendapatkan panggilan interview. Sepulang dari kantor, dia bergegas untuk datang."Ternyata yang membutuhkan baby sitter anak berusia tujuh tahun adalah keluarga kaya." Eleanor bergumam pelan saat turun dari taksi. Sebuah kediaman yang sangat mewah terpampang di depan mata."Tak heran, mereka menawarkan gaji yang tinggi hanya untuk pekerjaan baby sitter," gumamnya sekali lagi. Beberapa kali menarik napas panjang untuk menyiapkan diri dalam interview kali ini."Baiklah, asalkan mendapatkan tambahan uang. Pekerjaan apapun, aku bisa melakukannya." Eleanor berkata meyakinkan dirinya. Hanya pekerjaan menemani tidur seorang anak berumur tujuh tahun, bukanlah hal yang sulit.Dia bahkan merawat kedua adiknya sepeninggal dua orang tua mereka. Meski saat itu adik-adiknya juga sudah sekolah menengah, bukan lagi anak kecil."Saya mendapatkan panggilan interview untuk lamaran kerja baby sitter di rumah ini. Katanya, saya harus datang sekarang," terangnya ketika security bertanya kepentingan apa yang membawa Eleanor datang ke tempat ini."Aah, apakah Anda Nona Eleanor Wilson?" tanya Security tersebut."Benar.""Tuan Aaron Fletcher sudah menunggu Anda di dalam." Dipersilakan untuk masuk, Eleanor sangat mengagumi kediaman mewah yang didatanginya ini."Mungkin dia pemilik sebuah perusahaan besar di negara ini," gumamnya lagi.Eleanor melangkah menuju pintu utama kediaman yang begitu megah. Sesampai di sana, Edger--asisten pribadi Aaron Fletcher sudah menunggu di selasar."Saya Eleanor Wilson," ucapnya memperkenalkan diri."Nona Wilson, Tuan Aaron Fletcher sudah menunggu Anda. Mari saya antarkan Anda ke dalam." Edger menyapa Eleanor dengan sopan."Terima kasih, Pak Edger."Edger memberikan gambaran tentang apa saja tugas Eleanor jika diterima bekerja di kediaman ini. Dia menyimak dengan serius."Jadi, saya hanya bertugas di malam hari, kan, Pak? Soalnya pagi sampai siang saya harus bekerja." Eleanor kembali memastikan jam kerja."Benar, Nona kami mengalami sulit tidur. Jika malam, dia akan tantrum dan menangis keras karena trauma. Jadi, kami mencari orang yang bisa menemani Nona kami tidur di malam hari dan menenangkannya."Eleanor manggut-manggut mendengarnya."Apakah Tuan Aaron Fletcher ayah anak itu?" tebak Eleanor sok tahu.Edger tersenyum kecil, "Anda akan mengetahuinya jika sudah resmi bekerja di sini, Nona."Asisten pribadi itu membawa Eleanor ke sebuah ruangan untuk menunggu, sementara dia meminta izin pada Aaron Fletcher untuk membawa Eleanor Wilson masuk.Tak berapa lama, gadis itu sudah diminta untuk masuk. Di dalam sana, Aaron Fletcher sedang sibuk di balik meja dengan pekerjaan yang dibawanya pulang dari kantor."Anda Nona Eleanor Wilson?" tanya Aaron tanpa memandang gadis itu sama sekali. Pria itu sibuk menekuri lembar curiculum vitae miliknya."Ya, benar, Tuan Fletcher.""Baik, Nona Wilson. Saya sudah mempelajari latar belakang Anda. Anda bekerja di perusahaan saat siang hari, tidak mempunyai pengalaman merawat anak sebelumnya. Apakah Anda yakin bisa melakukannya?" tanya Aaron Fletcher datar tanpa memandang Eleanor sama sekali."Benar, saya memang tidak mempunyai latar belakang sebagai pengasuh. Namun, saya rasa saya bisa bergaul dengan anak-anak. Tidak terlalu sulit mengajak mereka bergaul." Eleanor sangat yakin. Sebaliknya, Aaron tersenyum tipis. Selama tiga bulan ini, mereka sudah berganti baby sitter tiga kali. Floretta tidak mudah dihadapi, apalagi saat dia mulai tantrum."Baiklah, karena Anda merasa begitu yakin. Saya mengizinkan Anda langsung bekerja. Satu bulan ke depan adalah masa percobaan untuk Anda. Jika Anda bisa membuat keponakan saya merasa nyaman, maka saya akan memperpanjang kerja Anda. Jika tidak, hanya cukup satu bulan saja.""Baik, Tuan Fletcher.""Kalau begitu, malam ini Anda sudah bisa bertugas. Asisten saya akan menjelaskan detail apa yang harus Anda lakukan di rumah saya.""Baik, saya mengerti. Saya permisi dulu." Eleanor mendengus pelan. Pria tampan yang ada di hadapannya itu sama sekali tidak memandang Eleanor selama wawancara, seakan tak menganggap penting dirinya.Pada saat Eleanor akan berbalik, Aaron Fletcher mengangkat wajahnya. Dua pasang netra itu saling bertukar pandang selama sepersekian detik.Eleanor mengangguk di detik berikutnya dan berlalu dari sana. Aaron hanya mengangguk dengan ekspresi datar, menatap punggung Eleanor yang semakin menjauh dengan wajah tanpa ekspresi. Di kedalaman matanya, dia merasa sosok di depannya itu seakan tidak asing, tapi dia lupa dimana pernah melihatnya.Mendengus pelan, Aaron kembali menekuri pekerjaannya semula.Bersambung"Flow, pamanmu memberi kabar pada Nenek. Malam ini ada baby sitter baru yang akan menemanimu tidur." Nyonya Besar Fletcher berbicara dengan Floretta di meja makan ketika tiba waktu makan malam.Floretta tidak menyahut. Dia hanya menundukkan kepala menekuri piring dan sendok di meja makan. Yang diinginkannya, sang Paman bisa menemani tidur setiap malam. Namun, Aaron sangat sibuk hingga larut. Kadang kala paman tampannya itu harus ke luar kota, tak bisa memenuhi keinginan Floretta.Malam kali ini pun, Aaron Fletcher harus menghadiri undangan makan malam dari salah seorang rekan bisnis. Jadi, mereka hanya bertiga di meja makan."Flow, Nenek tahu kamu ingin ditemani pamanmu, tapi akhir-akhir ini pamanmu sangat sibuk." Nyonya Besar Fletcher mencoba memberi pengertian. Usia tujuh tahun, seharusnya sudah bisa memahami kesibukan orang lain."Iya, aku mengerti." Floretta tak menanggapi lebih jauh. Dia harus terima nasib. Paling-paling hanya harus menangis semalaman karena tidak bisa memejamkan
Hari masih sangat pagi, tapi Eleanor Wilson harus segera pulang untuk menyiapkan diri masuk kerja. Bagaimana pun, pekerjaan di Kantor adalah pekerjaan utama. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaan utama demi pekerjaan paruh waktu. Gegas, gadis cantik berambut pirang itu mulai mengemasi barangnya."Kak Elle, apa kamu mau pulang?" tanya Floretta yang baru saja membuka mata. Gadis kecil yang masih berbaring di ranjang itu menatap Eleanor dengan wajah serius."Flow, kamu sudah bangun? Bagaimana tidurmu? Apa aku sangat berisik?" Elle membalas sapaan Flow sambil berkemas. Semalam, gadis kecil itu tidur dengan nyenyak. Flow tidak membiarkan Elle berhenti bercerita tentang perselingkuhan kekasihnya sampai Flow tertidur. Untuk pertama kalinya sejak beberapa bulan ini, Floretta bisa tidur dengan nyenyak."Hmm, aku tidur sangat nyenyak. Terima kasih, Kak," sahut Floretta.Eleanor tersenyum puas. Dia benar-benar sangat bersyukur. Tuhan memberi jalan keluar dari semua masalah yang selama beberapa h
Sebuah mobil sedan Mercedez Benz Maybach S-Class warna hitam melesat menuju Mansion mewah keluarga Fletcher. Aaron yang ada di dalamnya, terlihat tidak sabar untuk sampai rumah. Hari ini adalah hari pertama Floretta kembali sekolah. Dia ingin mendengarkan cerita dari sang Keponakan tercintanya tentang pengalaman di sekolah hari ini. Kebetulan, Aaron tidak ada acara, ada waktu luang untuk menemani Floretta malam ini.Pada saat yang sama, di jalan menuju kompleks Mansion elit milik Keluarga Fletcher, seorang gadis melangkah menyusuri jalanan. Eleanor Wilson yang baru pulang kerja, terburu-buru datang ke rumah mewah tersebut untuk mengerjakan kerjaan paruh waktu yang sudah menunggunya. Mobil sedan mewah itu melewati Eleanor begitu saja. Aaron hanya melirik sekilas, gadis yang berjalan tanpa beban tersebut tanpa ada keinginan untuk memberi tumpangan."Tuan Aaron, bukankah itu Nona Eleanor Wilson?" Edger sang Asisten pribadi memberi tahu. Aaron hanya menoleh sekilas tanpa memberi komentar.
Formasi Keluarga Fletcher saat ini hanya terdiri dari Tuan dan Nyonya Besar Fletcher, Aaron Fletcher dan Floretta. Mereka sedang menikmati sarapan di ruang makan dengan tenang. Rumah menjadi lebih tenang sejak kedatangan Eleanor Wilson. Nyonya Besar Fletcher tak lagi sakit kepala memikirkan Floretta, karena beberapa hari terakhir, cucu semata wayangnya itu tak lagi tantrum.Bahkan suara tangis Floretta sudah menghilang sama sekali dari rumah ini. Tiga orang dewasa itu melirik Floretta yang sibuk melahap sarapan dengan penuh semangat. "Flow, kamu terlihat begitu bersemangat hari ini," ucap Nyonya Besar Fletcher dengan dahi berkerut."Oma, apa Anda lupa, hari ini aku akan jalan-jalan dengan Kak Elle." Floretta menjawab semringah. Hari ini adalah akhir pekan. Seperti yang telah dijanjikan Eleanor sebelumnya, jika Floretta bersedia kembali ke sekolah, dia akan menemani Floretta jalan-jalan. Gadis kecil itu sudah tidak sabar menunggu datangnya hari ini."Apakah Nona Wilson masih di kama
"Paman Aaron, Kak Elle, ayo kita main bersama." Perbincangan antara Aaron dan Eleanor terjeda dengan suara Floretta yang memanggil nama mereka. Sontak, keduanya menoleh. Floretta berdiri di kejauhan menatap sendu, berharap bisa dua orang dewasa itu mau menemani bermain bersama.Aaron dan Eleanor tanpa sadar saling bertukar pandang sepersekian detik. Pembicaraan mereka belum selesai, Floretta sudah memotongnya di tengah jalan."Apa kamu belum lelah, Flow? Mari kita makan di restoran!" seru Aaron yang merasa segan untuk ikut serta.Floretta menggeleng cepat. Dia masih ingin bermain di tempat ini. "Aku ingin bermain bersama Paman Aaron dan Kak Elle," balas Floretta setengah merajuk.Melihat Aaron Fletcher yang enggan, Eleanor mengambil inisiatif untuk membujuk gadis kecil itu."Flow, mari kita bermain bersama. Paman Aaron masih ada sedikit pekerjaan," bujuk Eleanor."Tidak, aku ingin bermain bertiga." Floretta kali ini tidak bisa dibujuk."Tapi, Flow. Paman Aaron hanya mengantar kita sa
Suasana di dalam mobil terasa begitu canggung. Eleanor merasa setiap gerak-geriknya selalu diawasi oleh Aaron Fletcher. Apalagi Floretta saat ini sedang tertidur nyenyak karena kelelahan setelah seharian bermain. Tak ada yang berinisiatif untuk membuka pembicaraan, hingga mobil meluncur di pelataran Mansion mewah Keluarga Fletcher. Baik Aaron maupun Eleanor terjebak dalam kebisuan. Begitu mobil berhenti, Eleanor bermaksud ingin menggendong Floretta ke kamarnya. "Nona Wilson, tolong bawakan tas Floretta!" titah Aaron Fletcher datar dan dingin."Yes, Sir." Bagaimana mungkin Eleanor tidak tahu maksud dari majikannya. Aaron menyuruhnya membawakan tas, karena pria itu yang akan menggendong Floretta. Eleanor tahu itu, tapi ... apakah Aaron tidak bisa memilih bahasa yang lebih enak didengar? Misalnya, 'biar saya saja yang menggendong Floretta, Nona Wilson!'. Atau, dia bisa berkata, 'Anda tentu lelah, Nona Wilson. Biar saya saja yang menggendong Floretta.'Eleanor Wilson hanya bisa mengelu
Eleanor dan Fiona duduk berdua di salah satu sudut kantin saat makan siang. Dua sahabat itu makan siang seperti biasanya. Sejak Eleanor bekerja paruh waktu, keduanya nyaris tidak pernah bertemu selain jam kantor."Aku kesepian, kamu sangat sibuk sekarang, El," keluh Fiona sambil memberengut. Eleanor hanya mendengus pelan membenarkan perkataan Fiona. "Bahkan kamu bekerja di akhir pekan, El. Apakah mereka sama sekali tidak ingin memberimu waktu beristirahat?" imbuh Fiona dengan wajah kesal. Biasanya, Fiona akan menginap di rumah Fiona tiap akhir pekan, atau mengajaknya bersenang-senang di luar sana. "Itu ... sebenarnya akhir pekan aku tetap libur. Hanya saja kemarin, Floretta minta diantar jalan-jalan. Jadi---""Kamu bekerja lembur?" "Tidak, itu ... aku melakukannya bukan karenw pekerjaan.""Hah? Kamu bekerja amal untuk keluarga kaya?" Fiona tidak bisa menerima alasan Eleanor sama sekali. Bisa-bisanya dia mau menghabiskan waktu akhir pekan seharian tanpa dibayar oleh mereka. "Ini b
Di ruangan kerja Aaron Fletcher, Edger berdiri tegap di depan meja kerja majikan. Waktu makan siang sudah datang, tapi majikannya masih begitu sibuk dengan pekerjaannya. Aaron Fletcher adalah seorang penggila kerja. Baginya, untuk waktu sama dengan uang. Tak heran dengan usianya yang masih begitu muda, dia membawa kesuksesan besar untuk perusahaannya."Tuan Aaron Fletcher, Anda ingin saya menyiapkan makan siang di sini, atau kita pergi ke restoran?" tanya Edger seperti biasa. Jika tidak diingatkan, CEO tampan itu akan melewatkan waktu makan siang begitu saja.Aaron mengangkat wajah dan menarik napas panjang."Mari kita cari restoran yang enak hari ini!" Aaron bangkit dari duduknya, melangkah keluar dari ruangan di detik berikutnya."Yes, Sir." Edger menyejajarinya segera.Di dalam mobil, Aaron Fletcher teringat dengan tugas tambahan uang diberikannya pada Edger. Akhir-akhir ini, asisten pribadinya itu makin sibuk. Sang Majikan membutuhkan semua informasi berkaitan Eleanor Wilson seseg
"Kita berjumpa kembali, El!" sapa Grace Harper ketika keduanya saling berhadap-hadapan. Dua wanita cantik itu saling melempar pandang. Grace Harper mengangkat dagu dengan angkuh, sedangkan Eleanor hanya membalas dengan tatapan datar. Jika bukan karena pekerjaan, Eleanor malas berurusan dengan Grace yang sangat merepotkan itu. Sialnya, mereka seakan telah diikat oleh takdir. Selalu saja dipertemukan di dalam setiap kesempatan. Cukup menguji kesabaran."Sepertinya, Aaron tidak keberatan kamu kembali bekerja sebagai staf dengan gaji rendah, El?" sindirnya.Tak ingin menanggapi ejekan Grace, istri Aaron Fletcher itu tetap bersikap tenang dan tersenyum tipis. Namun, senyumnya hanya di bibir saja, lengkungannya tak sampai di mata."Selamat bekerja kembali, Nona Harper," balasnya."Tentu saja harus kembali bekerja. JK sudah membayarku begitu mahal, tanggung jawabku adalah memenuhi apa yang telah menjadi kesepakatan kami." Grace mengangkat dagunya angkuh. Kesombongam jelas tampak dari kalim
"Pagi, El! Aaa, akhirnya kamu muncul juga," pekik Fiona semringah saat bertemu di foyer gedung kantor mereka. Tega sekali sahabat baiknya itu tidak memberi kabar kalau sudah pulang dari bulan madu. Tiba-tiba datang ke kantor tanpa konfirmasi lebih dahulu. Tidak tahu apa, kalau dia sudah menahan rindu karena ditinggal bulan madu Eleanor begitu lama. Huh....Menanggapi Fiona yang exiting melihatnya muncul tiba-tiba, Eleanor hanya tersenyum lebar sambil merentangkan tangannya menyambut pelukan Fiona."Kukira, Nyonya Eleanor Fletcher tidak akan kembali lagi ke NIC. Tak disangka, Nyonya Fletcher masih membutuhkan pekerjaan dengan gaji rendah ini," dengkus Fiona."Ha-ha-ha, mulutmu itu jahat sekali." "Bukankah sekarang, Anda sudah menjadi Nyonya Aaron Fletcher. Orang terkaya nomor tiga di Negara ini? Kenapa masih tertarik bekerja dengan gaji rendah yang bahkan jika dikumpulkan setahun pun belum cukup untuk membeli baju kerja yang Anda pakai sekarang, Nyonya, hmm?" Fiona menjawab dengan me
Grace Harper memandang Loli dengan mata yang menyala. Hatinya berdesir menahan kemarahan begitu mendengar Loli melaporkan apa yang didengarnya semalam. “Kenapa?” gumamnya, “Kenapa Eleanor harus hamil? Seharusnya itu aku!” Grace Harper meraung lepas kendali. Grace tak menyangka Aaron akan melangkah sejauh itu dengan Eleanor Wilson."Nona, tolong tenang dulu." Loli ikut panik melihat Grace yang tak bisa mengendalikan diri. Kesabarannya sedang teruji. “Nona Harper, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Mungkin ada alasan yang kita belum ketahui. Mungkin saja---”Grace menggelengkan kepala. “Tidak, Loli. Aku mengenal Aaron lebih baik dari siapapun. Jika dia sudah mengatakan menginginkan bayi dari Eleanor, itu artinya Aaron memang mencintainya. Aku tidak bisa menerima hal ini. Aaron hanya boleh menjadi milikku saja!”Loli menggigit bibirnya kebingungan. “Nona, aku janji. Aku akan mencari tahu lebih lanjut. Selagi Nona memikirkan rencana untuk mencegah kehamilan Nyo
Aaron duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer yang sudah tidak dia sentuh selama beberapa menit. Pikirannya sedang tidak tenang. Besok, Eleanor sudah kembali bekerja. Kebiasaan yang sudah terlanjur terjalin beberapa pekan ini telah menjadikannya nyaman selalu berada di sisi Eleanor. Tiba-tiba dia merasa tidak nyaman dengan situasi yang akan dialaminya besok. Tepatnya, dia tidak siap.Jujur, Aaron terlalu over thinking dengan keadaan itu. Namun ego dan keangkuhannya menghalangi untuk mengungkapkan perasaan sebenarnya. Merasa kesal dengan keadaan ini, Aaron Fletcher bangkit. Dia memutuskan untuk kembali ke dalam kamar. Eleanor tengah sibuk dengan di depan laptop saat dia tiba. "Bisakah, jangan bawa pekerjaan ke dalam kamar. Aku tidak nyaman melihatnya!" protesnya sambil membuang pandangan tak suka. Seperti biasanya, setiap ucapannya hanya memancing emosi Eleanor.Eleanor menghela napas panjang. Padahal, Aaron juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja. Dia merasa
Di tengah hiruk-pikuk Bandara kota London, Grace Harper berjalan tergesa menuju pintu keluar. Tak sendiri, kali ini super model itu melakukan perjalanan berdua dengan seorang gadis muda. Ya, dia membawa Penelope ikut serta untuk diangkatnya sebagai asisten pribadi.Akhirnya, dia memutuskan untuk membawa gadis itu ke London. Grace membutuhkan seorang asisten pribadi untuk membantu pekerjaannya.“Sebagai asisten pribadi,” mulai Grace dengan suara yang tegas ketika mereka telah berada di dalam mobil. “Tugas utamamu adalah memastikan bahwa jadwalku terorganisir dengan sempurna. Setiap pertemuan, setiap sesi foto, setiap perjalanan harus direncanakan dengan detail jangan sampai ada hal yang tak terlewatkan!"Di sampingnya, Penelope, asisten pribadinya yang baru, menatap dengan penuh perhatian. Menjadi asisten pribado dari seorang super model kelas dunia adalah sebuah keberuntungan baginya. Penelope sangat menyukai pekerjaan barunya ini.Grace menatap Penelope tajam, dia butuh memastikan ga
Di dalam helikopter yang menderu, pasangan suami istri duduk berdampingan. Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela, menerangi rambut pirang mereka yang berkilau. Mata sebiru samudra milik Eleanor Wilson menatap keluar penuh dengan kekaguman. Sejak menikah dengan Aaron Fletcher, dia mempunyai kehidupan jet set seperti ini. Bertolak belakang dengan kehidupannya semasa lajang.Membiarkan Aaron yang berekspresi datar menggenggam erat tangan lembutnya. Eleanor haeus mulai terbiasa dengan temperamen pria itu yang naik turun seperti roller coaster. Hidup Eleanor memang seroller coaster itu sejak menikah dengannya.Suara rotor yang berputar mengisi dinding kebisuan yang tercipta sejak berangkat dari Blue Sea tadi. Di atas awan, jauh dari keramaian dunia, Eleanor merasa bebas dan hidup, siap untuk menjelajahi keindahan yang belum terjamah. Hanya sesekali saja Aaron mengajaknya berbicara tentang rencana mereka setiba di London. "Mungkin saja, kita mulai sibuk dengan pekerjaan ma
"Syukurlah kalau kalian sudah kembali." Rose menyambut menantu dan putranya di meja makan dengan senyum semringah. Fernando juga ikut bernapas lega. Melihat Aaron yang sudah bisa tersenyum tanpa beban, jauh berbeda dari terakhir kali mereka sarapan bersama.Diakui atau tidak, keberadaan Eleanor telah mengubah semua kebiasaan di keluarga mereka. Aaron terlihat lebih bahagia saat ada Eleanor di sisinya. Bahkan mungkin CEO Morgan Co itu tidak menyadarinya. Namun, semua itu jelas terlihat di mata Rose dan Fernando."Son, wajahmu terlihat lebih segar hari ini." Entah sebagai bentuk pujian atau hanya sekedar mengungkapkan perasaannya saja, Fernando berkata jujur."Ya, hari ini cukup menyenangkan," sahut Aaron acuh tak acuh.Tak hanya Aaron, senyum Floretta juga begitu lebar hari ini. "Bibi, akhirnya Bibi kbali ke Blue Sea," timpal Floretta ikut nimbrung."Apa kamu masih betah di tempat ini, Flow?" tanya Aaron menatap serius."Aku masih ingin berada di sini seminggu lagi." Floretta sangat m
Sepasang kekasih turun dari helikopter dengan senyuman mengembang, mengundang perhatian orang-orang yang sedang berlibur di Blue Sea. Selama beberapa hari terakhir keduanya menjadi sorotan gosip paling panas di kota kecil tersebut. Gosip tentang retaknya rumah tangga Aaron Fletcher dan Eleanor Wilson tengah menjadi hot issue yang menjadi trend perbincangan publik. Bukan tanpa sebab, ada pihak-pihak tertentu yang sengaja membesarkan kabar tersebut supaya membuat nama Keluarga Fletcher mencuat ke permukaan.Keluarga Fletcher yang mempunyai kekayaan jutaan triliun, selama ini selalu menghindari media sorotan media. Dengan adanya berita itu, Rose dan Fernando tak bisa menikmati liburan dengan tenang. "Apa kamu kelaparan, Baby?" tanya Aaron Fletcher sembari menggandeng mesra tangan Eleanor."Tidak, tidak, kamu sudah bertanya padaku sepuluh kali dalam dua jam terakhir," sahut Eleanor merasa konyol. Apakah mengatakan lapar begitu tabu di depan pria ini? Padahal dia hanya mengatakannya sat
"Apa kamu sakit?" tanya Aaron yang memperhatikan Eleanor yang tampak pucat. Wanita itu menggelengkan kapala, mereka saat ini dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk Eric.Hari ini, Aaron akan bertemu dengan saudara iparnya untuk pertama kali. Sebelumnya, Aaron hanya mempunyai Tifanny sebagai satu-satunya saudara ipar. Ternyata, sekarang dia mempunyai dua."Aku hanya sedikit lapar," sahut Eleanor lemah. 'Lapar lagi? Bukankah tadi kita habis sarapan?' batin Aaron sambil menatap serius seakan tak percaya dengan ucapan istrinya."Hmm, aku mudah lapar sekarang. Mungkin udara Newcastle yang nyaman membuat nafsu makanku bertambah besar." Eleanor berkata sekenanya."Apa kamu sangat berhemat selama di sini, El? Jangan merusak nama baikku, El. Bagaimana bisa istri seorang Aaron Fletcher kelaparan sampak pucat seperti ini? Dimana harga diriku! Beli apapun yang kamu inginkan!" Aaron mulai mengomel."Aku tidak berhemat, hanya sedikit lelah." "Jangan mengalihkan pembicaraan. Kamu tadi