Eleanor Wilson beberapa kali menekan bel apartemen Harry Walker dengan geram. Beberapa hari ini, ada pria yang selalu datang ke rumahnya menagih hutang. Pria itu memberi ancaman kalau Eleanor tidak membayar tagihan bulanan, mereka akan mengambil alih rumahnya.
Enam bulan yang lalu, Harry meminjam banyak uang pada pria yang menurut pengakuannya adalah teman lamanya. Sialnya, Harry menjadikan sertifikat rumah milik Eleanor untuk dijadikan jaminan hutang."Harry Walker, buka pintunya!" seru Eleanor tak sabar. Sudah lebih dari lima belas menit menunggu seperti orang bodoh, tapi pria itu masih tidak mau membuka pintu.Jika tidak terpaksa, Eleanor tidak akan menginjakkan kakinya di apartemen pria berengsek ini lagi. Keadaannya sekarang akan sangat sulit. Gajinya hanya 3.800 dollar, dia masih harus mengirimi uang untuk dua adiknya yang masih kuliah di kota lain. Jika dipaksa untuk membayar hutang tiap bulan dengan nominal sebesar 1.800 dollar tiap bulan, dia tentu saja tidak sanggup.Mau tidak mau, Eleanor harus berurusan dengan Harry Walker hari ini. Meski dia sangat benci.Tiba-tiba pintu terbuka, wajah Harry menyembul dari balik pintu."Ada apa?" tanya Harry datar begitu melihat Eleanor.Semenjak kejadian di bandara, keduanya tak saling menghubungi satu sama lain. Harry Walker sudah menetapkan pilihan untuk bersama dengan selingkuhannya yang merupakan adik dari Bosnya tempat dia bekerja.Eleanor juga tidak sudi untuk mempertahankan hubungan dengan pria toxic seperti Harry.Sialnya, kali ini dia harus datang karena masih ada urusan yang belum selesai antara Eleanor dengan Harry.Tak menjawab pertanyaan pria berengsek tersebut, Eleanor menyerahkan surat tagihan hutang yang diberikan oleh pria yang beberapa hari ini menerornya."Kamu lupa dengan kewajibanmu?!" tukas Eleanor kesal.Harry Walker membaca surat itu acuh tak acuh. Dengan wajah menyebalkan, dia melempar kembali surat itu pada Eleanor."Kita sudah putus, apakah aku yang harus membayar hutang-hutangmu?" ucap Harry sambil menatap Eleanor meremehkan. Eleanor tertegun mendengarnya. Apa pria ini menderita alzheimer?"Ini hutangmu. Apa kamu lupa?" Eleanor kaget melihat reaksi Harry yang berusaha mangkir dari tanggung jawab.Harry menyeringai, "apa kamu tidak bisa membacanya? Bukankah tagihan itu atas namamu?""Kamu mau lari dari tanggung jawab setelah membawa uangnya?" Harry sama sekali tidak menyangka, pria yang selama ini dianggapnya paling baik sedunia ternyata setoxic ini."Tunjukkan buktinya padaku, Elle! Jika tidak bisa menunjukkan bukti, aku bisa menuntutmu melakukan pencemaran nama baik!" sahut Harry menyeringai."Shit!" Sepasang netra Eleanor melotot saking kesalnya.Harry tertawa keras, "sebaiknya Anda segera pergi dari rumah saya, Nona Eleanor Wilson. Kekasih saya akan segera datang. Jangan sampai dia berpikir macam-macam tentang kita!""Begitu? Bahkan uang yang kamu pinjam ini untuk membeli apartemen sialan ini, kamu meminjam memakai namaku dengan jaminan rumahku!" Baru kali ini Eleanor merasa menjadi orang bodoh sedunia."Nona Eleanor Wilson, saya ingatkan sekali lagi. Jika Anda tidak mempunyai bukti, sebaiknya jangan menyebarkan berita bohong ini. Atau saya akan menuntut Anda!" Harry sama sekali tidak mempunyai rasa bersalah.Ini adalah definisi pria tidak tahu diri dan tidak tahu berterimakasih.Sial!Tak ada gunanya berdebat dengan Harry Walker. Dia sudah tidak ada niat baik, Eleanor tak bisa berbuat apa-apa. Selama ini dia terlalu bodoh. Selalu memberi kelonggaran apa yang diinginkan pria itu tanpa rasa curiga sedikitpun.Eleanor mendengus. Ternyata, pria seperti ini yang telah dipacarinya selama dua tahun ini. Dia baru tahu watak asli Harry yang sebenarnya tidak lebih dari seorang pecundang.Eleanor Wilson pergi dari sana dengan kepala berdenyut. Kemana dia akan mendapatkan uang $1.800 untuk cicilan tiap bulan.****"Kalian udah denger berita tentang Eleanor Wilson yang dicampakkan kekasihnya?" Bisik-bisik di kantor tempat kerja Eleanor makin santer terdengar.Kejadian perselingkuhan Harry Walker disaksikan beberapa rekan kerja di kantornya. Di kantor, Eleanor cukup populer. Dia dianggap mempunyai kecantikan paling sempurna dibanding yang lainnya. Ternyata bisa juga seroang gadis tercantik diselingkuhi kekasihnya. Tentu saja ini menjadi gosip paling hangat di kantor."Eh, apa, iya? Gimana-gimana, aku ketinggalan berita!""Ya, gitu. Dia dicampakkan Mr. Harry Walker di Airport. Ish, kasihan banget sih. Apa gunanya wajah cantik seperti bidadari, kalau ternyata tetap saja dicampakkan!" sahut pembawa berita."Nah bener, mendingan aku yang cantik biasa, tapi kekasihku setia!"Bisik-bisik di kantor pasca kejadian putusnya Eleanor dengan Harry menjadi headline di setiap sudut kantor. Bahkan mereka bergerombol meninggalkan kubikel masing-masing demi acara gosip yang terlalu menarik untuk dilewatkan."Kerjaan sih lancar, sayang banget nasibnya sangat buruk dalam percintaan."Fiona yang baru saja sampai kantor mendengarkan semua itu dengan geram. Dimana empati dan simpati semua orang?"Kalian ini kerja apa gosip sih?!" Fiona yang baru saja datang menegur kelakuan orang-orang ini. Kalau sudah bergosip, tidak tahu tempat. Dimana aja tetap gosip."Lagian kenapa kamu yang sensi, kita nggak ngomongin kamu!""Iya, kenapa kamu sewot?""Eh, berisik! Kalian mau aku laporin Bos?!" Fiona berkata galak.Semua orang kembali ke kubikel masing-masing dengan wajah kesal, setelah mendapatkan teguran dari Fiona. Mereka tahu Fiona tidak hanya mengancam.Setelah memastikan semua orang kembali ke meja masing-masing, Fiona baru duduk di kubikelnya segera. Tak berapa lama kemudian, Eleanor yang sedang digosipkan datang. Mereka masih bisik-bisik dengan bangku sebelahnya, ketika Eleanor berjalan melewati mereka."Lagi ada gosip baru?" tanya Eleanor.Tak menjawab pertanyaan Eleanor, mereka semua lebih tertarik untuk melanjutkan gosip yang tadi sudah reda."Aneh banget sih!" gumamnya sambil melewati mereka."Mereka gosipin kamu," sahut Fiona dengan wajah badmood."Aku?""Ya, karena kamu diselingkuhin, dicampakkan.""Lah, ini baru out of the box," sahut Eleanor terkekeh."Sesama wanita, dia harusnya marah sama gadis yang merebut kekasih orang, kenapa malah aku dihujat gara-gara diselingkuhi?"Eleanor merasa amazing dengan nasib yang menimpanya. Teman-temannya bukannya bersimpati padanya karena diselingkuhi, malah dihujat ramai-ramai.Bener-bener sial. Nasibnya hari ini sangat sial.Bukan hanya diselingkuhi, Eleanor bahkan masih harus menanggung hutang Harry Walker ratusan ribu dollar.Eleanor tak bersemangat kerja hari ini. Baginya, ini adalah hutang yang sangat besar. Dia tak mampu menanggung cicilan sebanyak itu dengan gajinya hari ini. Masalahnya, dia masih harus mengirim uang untuk keluarganya juga."Kamu kenapa?" Fiona menatap Eleanor curiga."Fiona, aku butuh pekerjaan paruh waktu," sahutnya."Kenapa? Gajimu sekarang bukankah sudah cukup untuk menjalani hidup?" Fiona merasa kehidupan Eleanor tidak terlalu mengejar kemewahan, kenapa masih harus bekerja paruh waktu?"Aku harus membayar cicilan hutang $1.800 tiap bulan.""Hutang? Kamu punya hutang?" tanya Fiona tak percaya. Sahabatnya tidak pernah bercerita jika dia mempunyai hutang sebelumnya.Eleanor malu untuk bercerita. Jika Fiona tahu, dia pasti akan memarahinya habis-habisan karena terlalu bodoh. Namun, jika tidak cerita, Fiona masih akan mengejar."Hutangnya pria brengsek itu," bisiknya sambil menutupkan telunjuknya di bibir."Brengsek!" Fiona membanting tumpukan buku menimbulkan suara keras. Semua orang yang sibuk bekerja seketika berhenti. Kini, Fiona dan Eleanor menjadi perhatian semua pasang mata."Eeh, maaf. Kalian lanjutkan pekerjaan kalian!" Fiona berdiri meminta maaf."Trus gimana?""Bantu aku cari pekerjaan paruh waktu!" pinta Fiona.Tak ada gunanya menyesali nasib. Sekarang, dia harus memperjuangkan habis-habisan untuk mendapatkan rumahnya kembali. Pengalaman pahit yang didapatkannya dari Harry Walker akan menjadi pelajaran yang tidak akan dilupakan seumur hidup.Beberapa tahun dia bekerja. Bahkan, dia rela hidup hemat. Ketika mendapatkan bonus dari perusahaan, selalu ditabung supaya bisa merenovasi rumah peninggalan orang tuanya itu. Sekarang nasibnya sedemikian buruk."Harry harus bertanggung jawab!" Fiona membalas berbisik."Aku sudah ke sana, dia tidak mengakui hutangnya. Aku sangat bodoh selama ini!" Eleanor hanya bisa menyesali setelah sudah seperti ini."Sudahlah, aku akan membantumu mencari lowongan pekerjaan paruh waktu." Fiona berkata memberi semangat, meski hatinya sangat dongkol setengah mati.Jujur, Fiona ingin memarahi Eleanor, tapi ketika melihat wajahnya yang memelas, Fiona tak tega. Nasib sahabatnya ini sangat mengenaskan. Sudah diselingkuhi, masih harus menanggung hutang pria yang berselingkuh. Kurang ajar sekali pria itu."Ayo kita bekerja!" Eleanor tak ingin sedih berlarut-larut. Untuk apa menyesali nasib terlalu lama? Alih-alih hutangnya akan lunas, itu hanya akan membuatnya depresi saja. Lebih baik memandang positif semua musibah yang datang. Dia pasti akan bisa melewati semua ini dengan baik, jika berusaha bersungguh-sungguh."Ayo bekerja!" sahut Fiona sambil menghela napas dalam-dalam.Untung saja Eleanor Wilson bukan orang yang mudah putus asa. Fiona tak perlu banyak khawatir. Dia hanya harus menguatkan sahabatnya itu dan membantunya mencari lowongan kerja paruh waktu.Saat makan siang, Fiona membaca situs yang berisi lowongan pekerjaan paruh waktu di London untuk Eleanor."Elle, lihat!""Butuh Baby sitter untuk anak berusia tujuh tahun?" Eleanor mengeja salah satu ruang yang ditunjukkan oleh Fiona."Kenapa terdengar aneh? Anak tujuh tahun masih membutuhkan baby sitter?" Eleanor merasa ini bukan pekerjaan yang cocok untuknya."Baca dulu! Mereka hanya membutuhkan orang yang bisa menemani sampai bocah itu bisa tidur saja. Gajinya yang ditawarkan cukup besar. Mereka pasti sangat kaya!" Fiona masih bersikukuh untuk membujuk Eleanor. Samar-samar, Fiona merasa bahwa ini adalah pekerjaan yang cocok untuk Eleanor bisa mendapatkan uang untuk membayar cicilan hutang.Bersambung"Nona Floretta! Nona Floretta! Anda mau kemana?" Seorang wanita berpakaian baby sitter mengejar seorang anak berusia tujuh tahun yang berlari sangat cepat, begitu pintu mobil terbuka.Siang ini, Floretta minta diantar sang Nenek untuk pergi jalan-jalan. Namun, bocah berusia tujuh tahun itu mencari kesempatan untuk melarikan diri dari mobil saat masih di tengah jalan.Floretta butuh pelampiasan atas kesedihan yang melanda. Kehilangan dua orang tua adalah pukulan terberat dalam hidupnya. Tak ada yang bisa menghibur kesedihan, meskipun semua keluarga Fletcher sudah berusaha sekuat tenaga untuk memberi apapun yang dibutuhkan Floretta Fletcher."Nona Floretta, Anda mau kemana?" Terus memanggil nama gadis kecil tersebut, baby sitter itu sudah ketakutan setengah mati. Takut akan dimarahi oleh Nyonya Besar yang ikut mengejar di belakang.Namun, Floretta mempunyai sepasang kaki yang bisa bergerak sangat cepat. Dia bisa meninggalkan dua manusia dewasa yang berlari jauh di belakang, tertinggal b
"Flow, pamanmu memberi kabar pada Nenek. Malam ini ada baby sitter baru yang akan menemanimu tidur." Nyonya Besar Fletcher berbicara dengan Floretta di meja makan ketika tiba waktu makan malam.Floretta tidak menyahut. Dia hanya menundukkan kepala menekuri piring dan sendok di meja makan. Yang diinginkannya, sang Paman bisa menemani tidur setiap malam. Namun, Aaron sangat sibuk hingga larut. Kadang kala paman tampannya itu harus ke luar kota, tak bisa memenuhi keinginan Floretta.Malam kali ini pun, Aaron Fletcher harus menghadiri undangan makan malam dari salah seorang rekan bisnis. Jadi, mereka hanya bertiga di meja makan."Flow, Nenek tahu kamu ingin ditemani pamanmu, tapi akhir-akhir ini pamanmu sangat sibuk." Nyonya Besar Fletcher mencoba memberi pengertian. Usia tujuh tahun, seharusnya sudah bisa memahami kesibukan orang lain."Iya, aku mengerti." Floretta tak menanggapi lebih jauh. Dia harus terima nasib. Paling-paling hanya harus menangis semalaman karena tidak bisa memejamkan
Hari masih sangat pagi, tapi Eleanor Wilson harus segera pulang untuk menyiapkan diri masuk kerja. Bagaimana pun, pekerjaan di Kantor adalah pekerjaan utama. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaan utama demi pekerjaan paruh waktu. Gegas, gadis cantik berambut pirang itu mulai mengemasi barangnya."Kak Elle, apa kamu mau pulang?" tanya Floretta yang baru saja membuka mata. Gadis kecil yang masih berbaring di ranjang itu menatap Eleanor dengan wajah serius."Flow, kamu sudah bangun? Bagaimana tidurmu? Apa aku sangat berisik?" Elle membalas sapaan Flow sambil berkemas. Semalam, gadis kecil itu tidur dengan nyenyak. Flow tidak membiarkan Elle berhenti bercerita tentang perselingkuhan kekasihnya sampai Flow tertidur. Untuk pertama kalinya sejak beberapa bulan ini, Floretta bisa tidur dengan nyenyak."Hmm, aku tidur sangat nyenyak. Terima kasih, Kak," sahut Floretta.Eleanor tersenyum puas. Dia benar-benar sangat bersyukur. Tuhan memberi jalan keluar dari semua masalah yang selama beberapa h
Sebuah mobil sedan Mercedez Benz Maybach S-Class warna hitam melesat menuju Mansion mewah keluarga Fletcher. Aaron yang ada di dalamnya, terlihat tidak sabar untuk sampai rumah. Hari ini adalah hari pertama Floretta kembali sekolah. Dia ingin mendengarkan cerita dari sang Keponakan tercintanya tentang pengalaman di sekolah hari ini. Kebetulan, Aaron tidak ada acara, ada waktu luang untuk menemani Floretta malam ini.Pada saat yang sama, di jalan menuju kompleks Mansion elit milik Keluarga Fletcher, seorang gadis melangkah menyusuri jalanan. Eleanor Wilson yang baru pulang kerja, terburu-buru datang ke rumah mewah tersebut untuk mengerjakan kerjaan paruh waktu yang sudah menunggunya. Mobil sedan mewah itu melewati Eleanor begitu saja. Aaron hanya melirik sekilas, gadis yang berjalan tanpa beban tersebut tanpa ada keinginan untuk memberi tumpangan."Tuan Aaron, bukankah itu Nona Eleanor Wilson?" Edger sang Asisten pribadi memberi tahu. Aaron hanya menoleh sekilas tanpa memberi komentar.
Formasi Keluarga Fletcher saat ini hanya terdiri dari Tuan dan Nyonya Besar Fletcher, Aaron Fletcher dan Floretta. Mereka sedang menikmati sarapan di ruang makan dengan tenang. Rumah menjadi lebih tenang sejak kedatangan Eleanor Wilson. Nyonya Besar Fletcher tak lagi sakit kepala memikirkan Floretta, karena beberapa hari terakhir, cucu semata wayangnya itu tak lagi tantrum.Bahkan suara tangis Floretta sudah menghilang sama sekali dari rumah ini. Tiga orang dewasa itu melirik Floretta yang sibuk melahap sarapan dengan penuh semangat. "Flow, kamu terlihat begitu bersemangat hari ini," ucap Nyonya Besar Fletcher dengan dahi berkerut."Oma, apa Anda lupa, hari ini aku akan jalan-jalan dengan Kak Elle." Floretta menjawab semringah. Hari ini adalah akhir pekan. Seperti yang telah dijanjikan Eleanor sebelumnya, jika Floretta bersedia kembali ke sekolah, dia akan menemani Floretta jalan-jalan. Gadis kecil itu sudah tidak sabar menunggu datangnya hari ini."Apakah Nona Wilson masih di kama
"Paman Aaron, Kak Elle, ayo kita main bersama." Perbincangan antara Aaron dan Eleanor terjeda dengan suara Floretta yang memanggil nama mereka. Sontak, keduanya menoleh. Floretta berdiri di kejauhan menatap sendu, berharap bisa dua orang dewasa itu mau menemani bermain bersama.Aaron dan Eleanor tanpa sadar saling bertukar pandang sepersekian detik. Pembicaraan mereka belum selesai, Floretta sudah memotongnya di tengah jalan."Apa kamu belum lelah, Flow? Mari kita makan di restoran!" seru Aaron yang merasa segan untuk ikut serta.Floretta menggeleng cepat. Dia masih ingin bermain di tempat ini. "Aku ingin bermain bersama Paman Aaron dan Kak Elle," balas Floretta setengah merajuk.Melihat Aaron Fletcher yang enggan, Eleanor mengambil inisiatif untuk membujuk gadis kecil itu."Flow, mari kita bermain bersama. Paman Aaron masih ada sedikit pekerjaan," bujuk Eleanor."Tidak, aku ingin bermain bertiga." Floretta kali ini tidak bisa dibujuk."Tapi, Flow. Paman Aaron hanya mengantar kita sa
Suasana di dalam mobil terasa begitu canggung. Eleanor merasa setiap gerak-geriknya selalu diawasi oleh Aaron Fletcher. Apalagi Floretta saat ini sedang tertidur nyenyak karena kelelahan setelah seharian bermain. Tak ada yang berinisiatif untuk membuka pembicaraan, hingga mobil meluncur di pelataran Mansion mewah Keluarga Fletcher. Baik Aaron maupun Eleanor terjebak dalam kebisuan. Begitu mobil berhenti, Eleanor bermaksud ingin menggendong Floretta ke kamarnya. "Nona Wilson, tolong bawakan tas Floretta!" titah Aaron Fletcher datar dan dingin."Yes, Sir." Bagaimana mungkin Eleanor tidak tahu maksud dari majikannya. Aaron menyuruhnya membawakan tas, karena pria itu yang akan menggendong Floretta. Eleanor tahu itu, tapi ... apakah Aaron tidak bisa memilih bahasa yang lebih enak didengar? Misalnya, 'biar saya saja yang menggendong Floretta, Nona Wilson!'. Atau, dia bisa berkata, 'Anda tentu lelah, Nona Wilson. Biar saya saja yang menggendong Floretta.'Eleanor Wilson hanya bisa mengelu
Eleanor dan Fiona duduk berdua di salah satu sudut kantin saat makan siang. Dua sahabat itu makan siang seperti biasanya. Sejak Eleanor bekerja paruh waktu, keduanya nyaris tidak pernah bertemu selain jam kantor."Aku kesepian, kamu sangat sibuk sekarang, El," keluh Fiona sambil memberengut. Eleanor hanya mendengus pelan membenarkan perkataan Fiona. "Bahkan kamu bekerja di akhir pekan, El. Apakah mereka sama sekali tidak ingin memberimu waktu beristirahat?" imbuh Fiona dengan wajah kesal. Biasanya, Fiona akan menginap di rumah Fiona tiap akhir pekan, atau mengajaknya bersenang-senang di luar sana. "Itu ... sebenarnya akhir pekan aku tetap libur. Hanya saja kemarin, Floretta minta diantar jalan-jalan. Jadi---""Kamu bekerja lembur?" "Tidak, itu ... aku melakukannya bukan karenw pekerjaan.""Hah? Kamu bekerja amal untuk keluarga kaya?" Fiona tidak bisa menerima alasan Eleanor sama sekali. Bisa-bisanya dia mau menghabiskan waktu akhir pekan seharian tanpa dibayar oleh mereka. "Ini b