Formasi Keluarga Fletcher saat ini hanya terdiri dari Tuan dan Nyonya Besar Fletcher, Aaron Fletcher dan Floretta. Mereka sedang menikmati sarapan di ruang makan dengan tenang. Rumah menjadi lebih tenang sejak kedatangan Eleanor Wilson. Nyonya Besar Fletcher tak lagi sakit kepala memikirkan Floretta, karena beberapa hari terakhir, cucu semata wayangnya itu tak lagi tantrum.
Bahkan suara tangis Floretta sudah menghilang sama sekali dari rumah ini.Tiga orang dewasa itu melirik Floretta yang sibuk melahap sarapan dengan penuh semangat."Flow, kamu terlihat begitu bersemangat hari ini," ucap Nyonya Besar Fletcher dengan dahi berkerut."Oma, apa Anda lupa, hari ini aku akan jalan-jalan dengan Kak Elle." Floretta menjawab semringah.Hari ini adalah akhir pekan. Seperti yang telah dijanjikan Eleanor sebelumnya, jika Floretta bersedia kembali ke sekolah, dia akan menemani Floretta jalan-jalan. Gadis kecil itu sudah tidak sabar menunggu datangnya hari ini."Apakah Nona Wilson masih di kamarmu?" tanya Nyonya Besar Fletcher."Kak Elle sudah pulang tadi pagi, akan kembali ke sini setelah urusan di rumahnya selesai." Floretta bicara sesuai apa yang diucapkan Eleanor tadi sebelum dia pulang.Nyonya Besar Fletcher mengangguk mengerti. "Kamu sangat menyukai Nona Wilson, Flow?""Ya, Oma. Kak Elle sangat cantik."Aaron Fletcher yang duduk di hadapan Floretta hanya mendengus pelan. Keponakannya itu selalu mengatakan hal yang sama pada semua orang. Alasan dia menyukai Eleanor Wilson karena gadis itu sangat cantik."Jadi, kalian akan jalan-jalan hari ini?" tanya Tuan Besar Fletcher."Iya, Opa." Floretta melebarkan senyuman saat menjawab pertanyaan sang Opa."Tapi, hari ini, Opa dan Oma akan pergi. Ada undangan yang harus kami datangi.""Benar, Oma tidak bisa menemanimu jalan-jalan, Flow," sesal Nyonya Besar Fletcher dengan wajah sedih."Kalau begitu, kami akan pergi berdua. Aku janji tidak akan merepotkan Kak Elle." Floretta tidak terpengaruh dengan ucapan sang Nenek."Flow, Oma tidak tenang kalau tidak ada yang menemani kalian berdua." Wanita tua itu tidak tenang membiarkan Floretta pergi bersama Eleanor tanpa pengawasan.Eleanor baru bekerja satu pekan, mereka belum mengenal sosok Eleanor lebih mendalam. Kemudian, Nyonya Besar Fletcher mengalihkan pandangan pada Aaron yang masih sibuk menyelesaikan sarapannya."Aaron, bukankah kamu hari ini senggang?" Melihat sosok Aaron yang hanya memakai boxer dan kaos rumahan, sang Mama bukan bertanya, tapi memberi tugas.Aaron membuang napas gusar, "aku ingin bersantai di rumah, Ma."Selama ini dia selalu sibuk dengan tugas-tugas kantor. Akhir pekan, dia ingin menghabiskan dengan tidur seharian di kamarnya. Sekarang, sang Mama malah menyuruhnya menemani Floretta yang akan jalan-jalan dengan Eleanor Wilson. Huh...."Apa kamu tega, keponakanmu pergi dengan Nona Wilson sendiri?" cecar Nyonya Besar kemudian."Tapi, Ma---""Flow, Paman Aaron yang akan mengantar kalian jalan-jalan," ucap Nyonya Besar Fletcher acuh tak acuh. Tak peduli Aaron yang kesal dengan keputusan ini."Horee, aku akan diantar Paman Aaron." Floretta berseru kegirangan."See, apa kamu tega mengecewakan Floretta?" tekan sang Mama lagi. Aaron tak bisa berkutik. Terpaksa, dia mengikuti pengaturan sang Mama yang semena-mena.Aaron tak kuasa untuk menolak, dia terpaksa merelakan waktu untuk tidur seharian di kamar demi Floretta. Lagipula, Floretta adalah segala-galanya di rumah ini."Baiklah, Paman akan bersiap mengantarmu, Flow." Aaron akhirnya tak punya pilihan lain. Suka tidak suka, demi Floretta dia tetap harus pergi.Floretta mengangguk senang, "terima kasih, Paman Aaron."****Gelanggang es yang luas menjadi tujuan jalan-jalan Floretta dan Eleanor hari ini. Keduanya terlihat begitu akrab saling berpegangan tangan satu sama lain, saat bersenang-senang meluncur di arena es.Suara tawa renyah terdengar dari segala penjuru. Di tempat ini, ada banyak orang yang menghabiskan waktu akhir pekan bersama keluarganya.Eleanor dan Floretta terlihat seperti sepasang Bibi dan Keponakan jika dilihat dari usia mereka."Flow, apa kamu senang hari ini?" tanya Eleanor renyah."Sure, aku sangat senang.""Bagus, jika kamu lelah, kamu bisa beritahu aku. Mengerti?"Floretta mengangguk senang. Setelah tiga bulan tenggelam dalam kesedihan, hari ini gadis kecil itu seakan telah lupa pernah begitu sedih kehilangan kedua orang tuanya.Eleanor senang melihatnya. Anak sekecil itu, sudah seharusnya bermain lepas tanpa beban."Aku akan berisitirahat di sebelah sana, kamu bermain sendiri tidak apa-apa, kan?" pamit Eleanor yang kelelahan."Baik." Floretta yang belum puas bermain, tidak keberatan jika harus bermain sendiri. Sementara, Eleanor duduk di pinggir melepas lelah sambil mengawasi Floretta dari kejauhan.Sebuah botol minuman tiba-tiba menghalangi pandangan Eleanor. Ketika gadis cantik itu mengangkat wajahnya, ternyata Aaron dengan wajah acuh tak acuh yang mengulurkan botol tersebut. Dia berdiri di sisi Eleanor.Seketika, Eleanor berdiri. "Tuan Aaron Fletcher," sapanya sungkan.Sejak berangkat, Aaron hanya terdiam tanpa bicara apapun padanya. Eleanor tahu, majikannya itu terpaksa ikut ke tempat ini karena menggantikan Nyonya Besar Fletcher."Maaf, jika telah merepotkan Anda hari ini, Nona Wilson. Di akhir pekan, seharusnya Anda menghabiskan waktu bersama dengna teman atau kekasih Anda." Aaron berkata basa-basi."Ah, itu tidak masalah. Saya sudah berjanji pada Floretta untuk menemaninya akhir pekan ini," sahutnya sopan."Nona Wilson, ada hal yang ingin saya tanyakan pada Anda.""Silakan Anda sampaikan, Mr. Aaron Fletcher.""Di hari pertama Anda bekerja, kenapa Anda curhat pada keponakan saya tentang masa lalu Anda? Bukankah Floretta masih terlalu kecil," ucap Aaron tanpa ekspresi."Hah? Itu...." Eleanor terkejut. Dia tidak menduga sama sekali jika Aaron bisa mengetahui hal ini.Mungkinkah Floretta menceritakan semua padanya?"Jangan salah paham, malam itu saya tanpa sengaja mendengarkan Anda menceritakan masa lalu Anda pada keponakan saya." Aaron menjeda ucapannya."Saya tidak tahu, apakah itu hanya trik Anda untuk mendapatkan simpati Floretta?" Aaron menatap Eleanor tajam."Aah, itu ... saya sebenarnya juga tidak ingin bercerita, tapi...." Eleanor menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia bingung bagaimana menjawab pertanyaan Aaron Fletcher."Maaf, itu ... karena Floretta terus bertanya. Jadi saya terpaksa menjawabnya.""Anda berkata demikian, seakan keponakan saya yang memaksa Anda bercerita, begitu?" Aaron Fletcher tertawa, merasa hal ini terlalu konyol.Mungkinkah Floretta memaksa orang asing bercerita tentang masalah pribadinya?Tidak mungkin!Floretta sangat introvert. Sebelumnya, dia bahkan selalu menutup diri. Mana mungkin keponakannya itu bisa bersikap seperti itu padanya."Aaah, tidak, bukan begitu. Maksud saya ... kami pernah bertemu sebelumnya."Aaron menyipitkan mata. Dia sama sekali tidak menyangka Eleanor akan berkata seperti ini."Kalian sudah saling mengenal sebelumnya?" tanyanya penasaran."Tidak bisa dibilang demikian juga." Eleanor menjeda ucapannya."Itu hanya pertemuan tak disengaja. Saat itu Floretta menangis di pinggir jalan sendirian. Saya ... saat itu sedang mengeluhkan mantan kekasih saya. Jadi...."Aaron Fletcher memutar bola mata malas. Tak menyangka dibalik perubahan sikap keponakannya, ternyata ada rahasia kecil yang terjadi antara Floretta dengan Eleanor.Bersambung"Paman Aaron, Kak Elle, ayo kita main bersama." Perbincangan antara Aaron dan Eleanor terjeda dengan suara Floretta yang memanggil nama mereka. Sontak, keduanya menoleh. Floretta berdiri di kejauhan menatap sendu, berharap bisa dua orang dewasa itu mau menemani bermain bersama.Aaron dan Eleanor tanpa sadar saling bertukar pandang sepersekian detik. Pembicaraan mereka belum selesai, Floretta sudah memotongnya di tengah jalan."Apa kamu belum lelah, Flow? Mari kita makan di restoran!" seru Aaron yang merasa segan untuk ikut serta.Floretta menggeleng cepat. Dia masih ingin bermain di tempat ini. "Aku ingin bermain bersama Paman Aaron dan Kak Elle," balas Floretta setengah merajuk.Melihat Aaron Fletcher yang enggan, Eleanor mengambil inisiatif untuk membujuk gadis kecil itu."Flow, mari kita bermain bersama. Paman Aaron masih ada sedikit pekerjaan," bujuk Eleanor."Tidak, aku ingin bermain bertiga." Floretta kali ini tidak bisa dibujuk."Tapi, Flow. Paman Aaron hanya mengantar kita sa
Suasana di dalam mobil terasa begitu canggung. Eleanor merasa setiap gerak-geriknya selalu diawasi oleh Aaron Fletcher. Apalagi Floretta saat ini sedang tertidur nyenyak karena kelelahan setelah seharian bermain. Tak ada yang berinisiatif untuk membuka pembicaraan, hingga mobil meluncur di pelataran Mansion mewah Keluarga Fletcher. Baik Aaron maupun Eleanor terjebak dalam kebisuan. Begitu mobil berhenti, Eleanor bermaksud ingin menggendong Floretta ke kamarnya. "Nona Wilson, tolong bawakan tas Floretta!" titah Aaron Fletcher datar dan dingin."Yes, Sir." Bagaimana mungkin Eleanor tidak tahu maksud dari majikannya. Aaron menyuruhnya membawakan tas, karena pria itu yang akan menggendong Floretta. Eleanor tahu itu, tapi ... apakah Aaron tidak bisa memilih bahasa yang lebih enak didengar? Misalnya, 'biar saya saja yang menggendong Floretta, Nona Wilson!'. Atau, dia bisa berkata, 'Anda tentu lelah, Nona Wilson. Biar saya saja yang menggendong Floretta.'Eleanor Wilson hanya bisa mengelu
Eleanor dan Fiona duduk berdua di salah satu sudut kantin saat makan siang. Dua sahabat itu makan siang seperti biasanya. Sejak Eleanor bekerja paruh waktu, keduanya nyaris tidak pernah bertemu selain jam kantor."Aku kesepian, kamu sangat sibuk sekarang, El," keluh Fiona sambil memberengut. Eleanor hanya mendengus pelan membenarkan perkataan Fiona. "Bahkan kamu bekerja di akhir pekan, El. Apakah mereka sama sekali tidak ingin memberimu waktu beristirahat?" imbuh Fiona dengan wajah kesal. Biasanya, Fiona akan menginap di rumah Fiona tiap akhir pekan, atau mengajaknya bersenang-senang di luar sana. "Itu ... sebenarnya akhir pekan aku tetap libur. Hanya saja kemarin, Floretta minta diantar jalan-jalan. Jadi---""Kamu bekerja lembur?" "Tidak, itu ... aku melakukannya bukan karenw pekerjaan.""Hah? Kamu bekerja amal untuk keluarga kaya?" Fiona tidak bisa menerima alasan Eleanor sama sekali. Bisa-bisanya dia mau menghabiskan waktu akhir pekan seharian tanpa dibayar oleh mereka. "Ini b
Di ruangan kerja Aaron Fletcher, Edger berdiri tegap di depan meja kerja majikan. Waktu makan siang sudah datang, tapi majikannya masih begitu sibuk dengan pekerjaannya. Aaron Fletcher adalah seorang penggila kerja. Baginya, untuk waktu sama dengan uang. Tak heran dengan usianya yang masih begitu muda, dia membawa kesuksesan besar untuk perusahaannya."Tuan Aaron Fletcher, Anda ingin saya menyiapkan makan siang di sini, atau kita pergi ke restoran?" tanya Edger seperti biasa. Jika tidak diingatkan, CEO tampan itu akan melewatkan waktu makan siang begitu saja.Aaron mengangkat wajah dan menarik napas panjang."Mari kita cari restoran yang enak hari ini!" Aaron bangkit dari duduknya, melangkah keluar dari ruangan di detik berikutnya."Yes, Sir." Edger menyejajarinya segera.Di dalam mobil, Aaron Fletcher teringat dengan tugas tambahan uang diberikannya pada Edger. Akhir-akhir ini, asisten pribadinya itu makin sibuk. Sang Majikan membutuhkan semua informasi berkaitan Eleanor Wilson seseg
Mobil sedan mewah Mercedez Benz Maybach S-Class warna hitam meluncur menuju gerbang kediaman keluarga Fletcher begitu gerbang itu terbuka. Seorang gadis cantik yang baru saja akan melangkah masuk hanya bisa menghela napas panjang melihatnya.Security rumah tersebut membukakan gerbang, karena Eleanor datang lebih dahulu. Namun, Aaron Fletcher nyelonong begitu saja tanpa permisi."Mentang-mentang Bos, memangnya boleh seangkuh itu?" gerutunya. Meski Eleanor Wilson karyawan baru di rumah itu, di tahu siapa orang yang ada di dalam mobil itu. Sang Tuan Muda Fletcher yang tempo hari sudah membuatnya kesal setengah mati dengan semua kecurigaannya.Dari gerbang menuju pintu utama mansion, masih harus berjalan cukup jauh. Alangkah baiknya jika Aaron memberinya tumpangan. "Aah, sudahlah. Jangan terlalu mengharapkan kebaikan dari kulkas tujuh pintu!" gerutunya lagi."Lagipula, aku masih mempunyai sepasang kaki yang sehat. Aku bisa berjalan tanpa.harus diberi tumpangan oleh monster tua itu." Ele
"Tuan Muda Fletcher, Nona Wilson ingin berbicara dengan Anda." Begitu masuk, Edger memberi laporan. Tak biasanya Eleanor datang untuk menemui Tuan Muda Fletcher.Dahi Aaron mengernyit dalam. Ada keperluan apa gadis itu menemuinya?"Biarkan dia masuk!" titahnya. Di detik berikutnya, Edger sudah keluar. Tak berselang lama, seorang gadis cantik masuk di ruangan kerja Aaron Fletcher. Ruangan yang sering dipakai Aaron untuk bekerja lembur di rumah ini.Ini pertemuan kali kedua antara Eleanor dan Aaron di ruangan ini. Tak seperti sebelumnya, Aaron yang sama sekali tak menatap Eleanor, kali ini pria dingin itu menatap tajam dengan mata elangnya."Maaf jika mengganggu kesibukan Anda, Sir." Eleanor merasa tidak nyaman mendapatkan tatapan setajam itu."Ada keperluan apa? Katakan!" "Saya mohon izin, besok saya akan datang sedikit malam. Sahabat saya mengadakan pesta kecil-kecilan. Saya tidak enak hati jika tidak datang, Sir." Tadi siang Fiona berkata setengah memohon pada Eleanor untuk bisa dat
"Berani sekali Anda mendorong saya!" raung Maribel ketika berhasil bangun. Gadis itu menggertakkan gigi penuh amarah. Saking kagetnya, Harry Walker sampai melotot menatap Aaron yang merengkuh Eleanor posesif. "Berani sekali Anda mengatai tunangan saya Jalang. Bersiaplah, pengacara keluarga Felecher akan melayangkan gugatan pencemaran nama baik pada Anda." Tanpa memberi kesempatan pada Meribel untuk bicara lebih banyak, Aaron Fletcher sudah lebih dahulu mengintimidasi."Edger, cari informasi tentang dua brengsek kecil yang mempunyai nyali begitu besar mengusik ketenangan tunanganku. Aku tidak akan tinggal diam. Edger hubungi pengacaraku!" titah Aaron dengan gaya bangsawan yang mendominasi. Semua orang bisa menyaksikan bahwa pria tampan ini tidak akan segan membalas berkali lipat pada orang yang berani mengusik ketenangannya. Kerumunan itu menatap iba pada Maribel dan Harry yang masih berdiri dengan bengong di tempatnya.Bagaimana bisa? Gadis yang baru saja dicampakkan oleh Harry ini t
Seketika, aura di dalam mobil itu terasa mencekam. Eleanor masih belum mempercayai apa yang didengarnya. Bagaimana bisa pria dingin itu mengajaknya menikah?Aaron mendeham mengusir kecanggungan. "Jangan salah paham. Kita sama-sama mempunyai kesulitan sendiri. Anda mempunyai masalah, saya juga sama." Ucapan Aaron Fletcher ini kembali menyadarkan lamunan Eleanor. "Bisakah Anda menjelaskan lebih detail?" sahut Eleanor bingung. Kesulitan apa yang dialami Aaron Fletcher, hingga mengajaknya menikah?"Anda ingat dengan Grace yang dibicarakan Floretta? Dia adalah gadis gila. Aku malas untuk melayaninya bermain-main. Jika aku menikah, bukankah dia akan berhenti mengejarku?" Eleanor menatap Aaron tajam. Dia sampai lupa, seberapa mengerikan pria ini saking penasarannya. "Maksud Anda, saya hanya harus berpura-pura menjadi istri Anda untuk menghindari kejaran Nona Grace, lalu Anda akan membayar jasa dengan melunasi hutang-hutangku?" Eleanor masih memperjelas."Ya, apakah Anda keberatan?" Dua pa
"Kita berjumpa kembali, El!" sapa Grace Harper ketika keduanya saling berhadap-hadapan. Dua wanita cantik itu saling melempar pandang. Grace Harper mengangkat dagu dengan angkuh, sedangkan Eleanor hanya membalas dengan tatapan datar. Jika bukan karena pekerjaan, Eleanor malas berurusan dengan Grace yang sangat merepotkan itu. Sialnya, mereka seakan telah diikat oleh takdir. Selalu saja dipertemukan di dalam setiap kesempatan. Cukup menguji kesabaran."Sepertinya, Aaron tidak keberatan kamu kembali bekerja sebagai staf dengan gaji rendah, El?" sindirnya.Tak ingin menanggapi ejekan Grace, istri Aaron Fletcher itu tetap bersikap tenang dan tersenyum tipis. Namun, senyumnya hanya di bibir saja, lengkungannya tak sampai di mata."Selamat bekerja kembali, Nona Harper," balasnya."Tentu saja harus kembali bekerja. JK sudah membayarku begitu mahal, tanggung jawabku adalah memenuhi apa yang telah menjadi kesepakatan kami." Grace mengangkat dagunya angkuh. Kesombongam jelas tampak dari kalim
"Pagi, El! Aaa, akhirnya kamu muncul juga," pekik Fiona semringah saat bertemu di foyer gedung kantor mereka. Tega sekali sahabat baiknya itu tidak memberi kabar kalau sudah pulang dari bulan madu. Tiba-tiba datang ke kantor tanpa konfirmasi lebih dahulu. Tidak tahu apa, kalau dia sudah menahan rindu karena ditinggal bulan madu Eleanor begitu lama. Huh....Menanggapi Fiona yang exiting melihatnya muncul tiba-tiba, Eleanor hanya tersenyum lebar sambil merentangkan tangannya menyambut pelukan Fiona."Kukira, Nyonya Eleanor Fletcher tidak akan kembali lagi ke NIC. Tak disangka, Nyonya Fletcher masih membutuhkan pekerjaan dengan gaji rendah ini," dengkus Fiona."Ha-ha-ha, mulutmu itu jahat sekali." "Bukankah sekarang, Anda sudah menjadi Nyonya Aaron Fletcher. Orang terkaya nomor tiga di Negara ini? Kenapa masih tertarik bekerja dengan gaji rendah yang bahkan jika dikumpulkan setahun pun belum cukup untuk membeli baju kerja yang Anda pakai sekarang, Nyonya, hmm?" Fiona menjawab dengan me
Grace Harper memandang Loli dengan mata yang menyala. Hatinya berdesir menahan kemarahan begitu mendengar Loli melaporkan apa yang didengarnya semalam. “Kenapa?” gumamnya, “Kenapa Eleanor harus hamil? Seharusnya itu aku!” Grace Harper meraung lepas kendali. Grace tak menyangka Aaron akan melangkah sejauh itu dengan Eleanor Wilson."Nona, tolong tenang dulu." Loli ikut panik melihat Grace yang tak bisa mengendalikan diri. Kesabarannya sedang teruji. “Nona Harper, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Mungkin ada alasan yang kita belum ketahui. Mungkin saja---”Grace menggelengkan kepala. “Tidak, Loli. Aku mengenal Aaron lebih baik dari siapapun. Jika dia sudah mengatakan menginginkan bayi dari Eleanor, itu artinya Aaron memang mencintainya. Aku tidak bisa menerima hal ini. Aaron hanya boleh menjadi milikku saja!”Loli menggigit bibirnya kebingungan. “Nona, aku janji. Aku akan mencari tahu lebih lanjut. Selagi Nona memikirkan rencana untuk mencegah kehamilan Nyo
Aaron duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer yang sudah tidak dia sentuh selama beberapa menit. Pikirannya sedang tidak tenang. Besok, Eleanor sudah kembali bekerja. Kebiasaan yang sudah terlanjur terjalin beberapa pekan ini telah menjadikannya nyaman selalu berada di sisi Eleanor. Tiba-tiba dia merasa tidak nyaman dengan situasi yang akan dialaminya besok. Tepatnya, dia tidak siap.Jujur, Aaron terlalu over thinking dengan keadaan itu. Namun ego dan keangkuhannya menghalangi untuk mengungkapkan perasaan sebenarnya. Merasa kesal dengan keadaan ini, Aaron Fletcher bangkit. Dia memutuskan untuk kembali ke dalam kamar. Eleanor tengah sibuk dengan di depan laptop saat dia tiba. "Bisakah, jangan bawa pekerjaan ke dalam kamar. Aku tidak nyaman melihatnya!" protesnya sambil membuang pandangan tak suka. Seperti biasanya, setiap ucapannya hanya memancing emosi Eleanor.Eleanor menghela napas panjang. Padahal, Aaron juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja. Dia merasa
Di tengah hiruk-pikuk Bandara kota London, Grace Harper berjalan tergesa menuju pintu keluar. Tak sendiri, kali ini super model itu melakukan perjalanan berdua dengan seorang gadis muda. Ya, dia membawa Penelope ikut serta untuk diangkatnya sebagai asisten pribadi.Akhirnya, dia memutuskan untuk membawa gadis itu ke London. Grace membutuhkan seorang asisten pribadi untuk membantu pekerjaannya.“Sebagai asisten pribadi,” mulai Grace dengan suara yang tegas ketika mereka telah berada di dalam mobil. “Tugas utamamu adalah memastikan bahwa jadwalku terorganisir dengan sempurna. Setiap pertemuan, setiap sesi foto, setiap perjalanan harus direncanakan dengan detail jangan sampai ada hal yang tak terlewatkan!"Di sampingnya, Penelope, asisten pribadinya yang baru, menatap dengan penuh perhatian. Menjadi asisten pribado dari seorang super model kelas dunia adalah sebuah keberuntungan baginya. Penelope sangat menyukai pekerjaan barunya ini.Grace menatap Penelope tajam, dia butuh memastikan ga
Di dalam helikopter yang menderu, pasangan suami istri duduk berdampingan. Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela, menerangi rambut pirang mereka yang berkilau. Mata sebiru samudra milik Eleanor Wilson menatap keluar penuh dengan kekaguman. Sejak menikah dengan Aaron Fletcher, dia mempunyai kehidupan jet set seperti ini. Bertolak belakang dengan kehidupannya semasa lajang.Membiarkan Aaron yang berekspresi datar menggenggam erat tangan lembutnya. Eleanor haeus mulai terbiasa dengan temperamen pria itu yang naik turun seperti roller coaster. Hidup Eleanor memang seroller coaster itu sejak menikah dengannya.Suara rotor yang berputar mengisi dinding kebisuan yang tercipta sejak berangkat dari Blue Sea tadi. Di atas awan, jauh dari keramaian dunia, Eleanor merasa bebas dan hidup, siap untuk menjelajahi keindahan yang belum terjamah. Hanya sesekali saja Aaron mengajaknya berbicara tentang rencana mereka setiba di London. "Mungkin saja, kita mulai sibuk dengan pekerjaan ma
"Syukurlah kalau kalian sudah kembali." Rose menyambut menantu dan putranya di meja makan dengan senyum semringah. Fernando juga ikut bernapas lega. Melihat Aaron yang sudah bisa tersenyum tanpa beban, jauh berbeda dari terakhir kali mereka sarapan bersama.Diakui atau tidak, keberadaan Eleanor telah mengubah semua kebiasaan di keluarga mereka. Aaron terlihat lebih bahagia saat ada Eleanor di sisinya. Bahkan mungkin CEO Morgan Co itu tidak menyadarinya. Namun, semua itu jelas terlihat di mata Rose dan Fernando."Son, wajahmu terlihat lebih segar hari ini." Entah sebagai bentuk pujian atau hanya sekedar mengungkapkan perasaannya saja, Fernando berkata jujur."Ya, hari ini cukup menyenangkan," sahut Aaron acuh tak acuh.Tak hanya Aaron, senyum Floretta juga begitu lebar hari ini. "Bibi, akhirnya Bibi kbali ke Blue Sea," timpal Floretta ikut nimbrung."Apa kamu masih betah di tempat ini, Flow?" tanya Aaron menatap serius."Aku masih ingin berada di sini seminggu lagi." Floretta sangat m
Sepasang kekasih turun dari helikopter dengan senyuman mengembang, mengundang perhatian orang-orang yang sedang berlibur di Blue Sea. Selama beberapa hari terakhir keduanya menjadi sorotan gosip paling panas di kota kecil tersebut. Gosip tentang retaknya rumah tangga Aaron Fletcher dan Eleanor Wilson tengah menjadi hot issue yang menjadi trend perbincangan publik. Bukan tanpa sebab, ada pihak-pihak tertentu yang sengaja membesarkan kabar tersebut supaya membuat nama Keluarga Fletcher mencuat ke permukaan.Keluarga Fletcher yang mempunyai kekayaan jutaan triliun, selama ini selalu menghindari media sorotan media. Dengan adanya berita itu, Rose dan Fernando tak bisa menikmati liburan dengan tenang. "Apa kamu kelaparan, Baby?" tanya Aaron Fletcher sembari menggandeng mesra tangan Eleanor."Tidak, tidak, kamu sudah bertanya padaku sepuluh kali dalam dua jam terakhir," sahut Eleanor merasa konyol. Apakah mengatakan lapar begitu tabu di depan pria ini? Padahal dia hanya mengatakannya sat
"Apa kamu sakit?" tanya Aaron yang memperhatikan Eleanor yang tampak pucat. Wanita itu menggelengkan kapala, mereka saat ini dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk Eric.Hari ini, Aaron akan bertemu dengan saudara iparnya untuk pertama kali. Sebelumnya, Aaron hanya mempunyai Tifanny sebagai satu-satunya saudara ipar. Ternyata, sekarang dia mempunyai dua."Aku hanya sedikit lapar," sahut Eleanor lemah. 'Lapar lagi? Bukankah tadi kita habis sarapan?' batin Aaron sambil menatap serius seakan tak percaya dengan ucapan istrinya."Hmm, aku mudah lapar sekarang. Mungkin udara Newcastle yang nyaman membuat nafsu makanku bertambah besar." Eleanor berkata sekenanya."Apa kamu sangat berhemat selama di sini, El? Jangan merusak nama baikku, El. Bagaimana bisa istri seorang Aaron Fletcher kelaparan sampak pucat seperti ini? Dimana harga diriku! Beli apapun yang kamu inginkan!" Aaron mulai mengomel."Aku tidak berhemat, hanya sedikit lelah." "Jangan mengalihkan pembicaraan. Kamu tadi