"H-harry? Ternyata kamu begini di belakangku!"
Dada Eleanor Wilson naik turun menahan amarah. Tangannya mengepal erat. Tak percaya dengan penglihatannya sendiri, tapi semuanya nyata. Kekasih yang selama ini bersikap begitu manis padanya, ternyata tak lebih dari pria berengsek.Eleanor melangkah mendekat dengan geram. Di depan sana, Harry Walker---kekasihnya sedang merengkuh bahu seorang gadis cantik. Tak cukup demikian, pria itu melanjutkannya dengan mendaratkan kecupan kecil di kening gadis tersebut."Sayang, aku udah nungguin kamu dari tadi. Akhirnya kamu sampai juga." Suara bariton Harry Walker menggelitik gendang telinga Eleanor Wilson. Memangnya boleh sebucin itu?Tertegun melihat perselingkuhan kekasihnya, Eleanor sampai lupa kalau dia sedang terburu-buru dengan penerbangan menuju San Francisco. Pemandangan di depannya telah membuatnya perasaannya campur aduk sampai sedemikian rupa.Saat ini, Eleanor Wilson berada di Heathrow Airport. Bersama dengan tim dari kantor tempatnya bekerja, mereka akan melakukan perjalanan bisnis ke San Francisco. Tak disangka, dalam situasi seperti ini, Eleanor harus melihat Harry Walker berselingkuh."Jadi, ini kekasih barumu?" Eleanor tak bisa menahan diri.Wanita mana yang rela diperlakukan seperti orang bodoh?Harry terkejut ketika mendengar suara Eleanor. Tanpa sadar, pria itu menoleh ke sumber suara."Elle, kamu jangan salah paham. Dia----""Dia, dia selingkuhanmu, kan?" potong Eleanor geram.Di tengah begitu banyak pasang mata orang yang berlalu-lalang di bandara, Harry Walker berdiri membeku tanpa tahu harus berbuat apa. Eleanor sudah memergokinya berselingkuh."Ah, Elle. Kamu ... salah paham, ini adiknya Bosku." Harry Walker akhirnya menemukan kalimat untuk menjelaskan."Oh, jadi adiknya Bos, enak banget ya adiknya Bos, tapi bisa dipeluk-peluk," sindir Eleanor. Sontak, Harry Walker melepaskan pelukan."Aku disuruh jemput, karena Bos sangat sibuk hari ini. Kamu jangan salah paham!" cicitnya tak yakin.Eleanor tertawa miris. Sudah kepergok, bisa-bisanya masih berusaha untuk menghindar. Harry Walker benar-benar sangat berengsek. Lagipula, kenapa gadis yang disampingnya itu hanya diam saja sambil tersenyum mengejek? Apa dia sengaja merebut Harry Walker?Melihat tampang gadis yang tak tahu siapa namanya itu, Eleanor benar-benar ingin merobek wajahnya hingga jadi berkeping-keping."Elle, kamu kemana saja? Teman-teman sudah menunggu, malah bengong di sini! Kita hampir ketinggalan pesawat!" seru Fiona keras menyadarkan Eleanor kalau dia sedang tergesa."Okay, ayo kita pergi!" sahut Eleanor setelah membuang napas gusar.Tak ada gunanya memperpanjang masalah. Harry Walker sudah berkhianat. Tak ada gunanya dia mempertahankan pria berengsek seperti itu.Kalau ingin pergi, pergi saja yang jauh! Jangan berharap bisa kembali!"Tunggu! Elle! Elle, aku bisa jelasin!" seru Harry Walker tidak terima, ditinggal begitu saja.Fiona urung melangkah ketika mendengar suara Harry Walker. Otak kecilnya berusaha memahami sesuatu. Eleanor terlihat marah. Di belakang Harry ada seorang gadis yang berdiri acuh tak acuh dengan sudut bibir menyeringai puas."Jangan bilang kamu berselingkuh di belakang Elle?" cecar Fiona tak sabar. Harry tak tahu harus berkata apa.Orang-orang yang semula berlalu-lalang, sekarang mulai berkerumun di sekitar mereka, seakan menunggu adegan menarik."Fiona, kamu jangan ikut campur!" Harry Walker mendengus tak suka."Fiona, ayo pergi!"Eleanor tak ingin memberi ruang pertengkaran antara Fiona dan Harry Walker yang sejak dulu tidak akur. Fiona tak pernah setuju dengan hubungan Eleanor dan Harry Walker selama ini. Jika melihat Harry berkhianat, Fiona pasti akan menyalahkan Eleanor."Jadi ini selingkuhan kamu?" Mengabaikan ajakan Eleanor, Fiona tak akan membiarkan Harry semena-mena pada sahabatnya. Gadis tomboy itu berkacak pinggang di hadapan Harry dengan wajah dingin."Fiona, ayo kita pergi! Jangan sampai ketinggalan pesawat karena sesuatu yang nggak penting!" Sekali lagi, Eleanor mengingatkan, tapi Fiona tak memedulikannya.Eleanor menarik tangan Fiona paksa. Dia tak ingin membuat keadaan semakin tak terkendali. Di depan sekian banyak pasang mata, Eleanor memutuskan untuk segera pergi dari sana. Namun, Harry Walker berusaha menghalangi Eleanor."Elle!" seru Harry."Kita putus!" Eleanor berkata kejam. Disaksikan oleh begitu banyak pasang mata, dia memutuskan hubungan mereka.Harry Walker tidak terima, dia mencoba mengejar, tapi Fiona menjegal kaki pria itu hingga jatuh berguling. Lalu, pria itu bangkit dan tertawa keras seperti orang bodoh."Putus? Bagus lah, lagian aku juga udah bosan sama kamu. Lihatlah wanita ini, Nona Eleanor Wilson!" Harry Walker berteriak menunjuk gadis cantik yang tadi dipeluknya."Dia lebih cantik dari kamu, bukan? Ha-ha-ha...."Tak memedulikan Harry yang menggila, Eleanor dan Fiona berlalu pergi dari sana. Memang tak ada gunanya berbicara dengan orang yang tidak punya harga diri. Harry Walker adalah salah satu pria toxic. Eleanor menyesal sudah mengenalnya.****"Ada apa di sebelah sana? Kenapa mereka berkerumun?" Seorang pria melirik kerumunan sekilas ketika melewati orang-orang yang sedang menonton perselingkuhan pasangan kekasih. Bukan peduli, pria itu hanya rasa penasaran.Kejadian penting apa yang membuat orang berkerumun seperti itu?"Sepertinya, ada syuting serial drama televisi, Tuan Aaron Fletcher," sahut asisten pribadinya. Dia juga hanya asal menjawab, karena tahu tuannya tidak terlalu peduli.Aaron Fletcher, CEO perusahaan properti hanya mendengus acuh tak acuh. Hidupnya sudah terlalu sibuk, tak sempat memedulikan hal remeh seperti itu sama sekali.Sekilas dia hanya melihat seorang gadis menyeret gadis lain menjauh dari kerumunan."Industri hiburan negara kita memang sangat maju, ada begitu banyak wajah baru yang pandai berakting," dengusnya. Dua gadis itu bukan wajah yang kerap malang melintang di layar kaca."Iya, mereka sangat cantik. Pasti film-nya akan booming, Tuan." Asisten pribadinya hanya ikut mengomentari sepanjang jalan. Tumben, tuannya banyak bicara hari ini. Mungkin karena keuntungan yang didapatkan dari perjalanan bisnis kali ini sangat besar, hingga Aaron Fletcher yang biasanya tak banyak bicara, jadi lebih banyak bicara sekarang.Ponsel yang ada di tangan sang Asisten berdering."Apa Aaron sudah sampai?" Begitu Edger---sang Asisten pribadi menggeser tombol hijau, suara Nyonya besar sudah menyapa indra dengar."Tuan Aaron Fletcher sudah sampai Airport, kami dalam perjalanan pulang, Nyonya," sahut Edger sopan."Segera pulang, aku sudah menyerah menghadapi Floretta Dia tidak bisa tidur tiap malam sejak Aaron pergi." Terdengar keluhan dari sana. Setelah memastikan akan segera pulang, Edger menutup panggilan.Baru pulang dari Washington DC karena perjalanan bisnis, sudah harus diteror oleh orang tuanya karena kehebohan yang diciptakan Floretta sejak beberapa hari terakhir.Pria yang dipanggil dengan Aaron Fletcher itu meneruskan langkah menuju pintu keluar bandara. Wajah datarnya, seakan tak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya."Apa yang terjadi di rumah? Kenapa semua orang begitu panik?" dengus Aaron sedikit kesal. Samar-samar, dia mendengar suara sang Ibu menyuruhnya segera sampai rumah."Nona Floretta tidak bisa tidur saat malam selama Anda pergi, Tuan. Nyonya Besar kewalahan menghadapi Nona Floretta." Edger menjawab sambil menundukkan kepala."Ada begitu banyak orang, tapi tak bisa mengurus seorang anak berumur tujuh tahun!" lanjutnya sedikit emosi.Saat ini, dia harus segera sampai rumah. Keponakan tercintanya sudah menunggu."Nona Floretta sangat rewel sejak Anda pergi. Tiap malam terus menangis. Nyonya beberapa kali mengeluhkan ini, Tuan Aaron Fletcher.""Apakah baby sitter tidak bisa membujuknya?" dengkus Aaron sebal."Tidak, Tuan. Baby sitter-nya kemarin sudah tidak bekerja lagi, karena tidak sanggup menghadapi Nona Floretta."Kecelakaan yang terjadi dua bulan yang lalu yang menewaskan Arthur Fletcher dan istrinya telah membuat keponakan semata wayangnya yang masih berusia tujuh tahun terus saja menangis.Semua keluarga sudah berusaha keras untuk membuat Floretta merasa nyaman, melupakan trauma. Namun, belum ada satu orang pun yang berhasil.Gadis kecil itu hanya lengket dengan Aaron. Sayangnya, dia sangat sibuk dengan urusan bisnis, tidak bisa full mendampingi Floretta tiap hari."Kita langsung pulang!" titahnya kemudian.Aaron Fletcher tak sabar untuk segera sampai rumah dan bertemu dengan Floretta. Gadis kecilnya yang malang. Di usia sekecil itu harus kehilangan ayah dan ibu sekaligus, tentu saja kesedihannya sangat dalam. CEO tampan itu bergegas masuk mobil, mengabaikan rasa lelah setelah perjalanan bisnis dari luar negeri.Begitu mobil mewah milik Aaron Fletcher sampai di pelataran kediaman, pria itu bergegas masuk. Hanya memedulikan satu hal saja, keponakannya yang saat ini sedang dilanda kesedihan."Paman, Anda sudah pulang?" Floretta berlari menuruni tangga dengan langkah kaki kecilnya. Melihat Aaron datang, senyuman yang selama beberapa hari ini hilang kini kembali bersinar."Apa kamu merindukan Paman?" tanya Aaron yang sudah membawa Floretta dalam gendongannya."Aku tidak bisa tidur, Paman," keluh Floretta sambil menenggelamkan kepala kecilnya dalam pelukan Aaron Fletcher."Kalau begitu, mari kita bermain!" Aaron membawa Floretta ke kamarnya. Beberapa hari tidak bisa tidur akan sangat membahayakan kesehatan gadis kecilnya tersebut. Dia harus menunggui Floretta tidur, tak peduli rasa lelah yang bertumpuk.BersambungEleanor Wilson beberapa kali menekan bel apartemen Harry Walker dengan geram. Beberapa hari ini, ada pria yang selalu datang ke rumahnya menagih hutang. Pria itu memberi ancaman kalau Eleanor tidak membayar tagihan bulanan, mereka akan mengambil alih rumahnya.Enam bulan yang lalu, Harry meminjam banyak uang pada pria yang menurut pengakuannya adalah teman lamanya. Sialnya, Harry menjadikan sertifikat rumah milik Eleanor untuk dijadikan jaminan hutang."Harry Walker, buka pintunya!" seru Eleanor tak sabar. Sudah lebih dari lima belas menit menunggu seperti orang bodoh, tapi pria itu masih tidak mau membuka pintu.Jika tidak terpaksa, Eleanor tidak akan menginjakkan kakinya di apartemen pria berengsek ini lagi. Keadaannya sekarang akan sangat sulit. Gajinya hanya 3.800 dollar, dia masih harus mengirimi uang untuk dua adiknya yang masih kuliah di kota lain. Jika dipaksa untuk membayar hutang tiap bulan dengan nominal sebesar 1.800 dollar tiap bulan, dia tentu saja tidak sanggup.Mau tid
"Nona Floretta! Nona Floretta! Anda mau kemana?" Seorang wanita berpakaian baby sitter mengejar seorang anak berusia tujuh tahun yang berlari sangat cepat, begitu pintu mobil terbuka.Siang ini, Floretta minta diantar sang Nenek untuk pergi jalan-jalan. Namun, bocah berusia tujuh tahun itu mencari kesempatan untuk melarikan diri dari mobil saat masih di tengah jalan.Floretta butuh pelampiasan atas kesedihan yang melanda. Kehilangan dua orang tua adalah pukulan terberat dalam hidupnya. Tak ada yang bisa menghibur kesedihan, meskipun semua keluarga Fletcher sudah berusaha sekuat tenaga untuk memberi apapun yang dibutuhkan Floretta Fletcher."Nona Floretta, Anda mau kemana?" Terus memanggil nama gadis kecil tersebut, baby sitter itu sudah ketakutan setengah mati. Takut akan dimarahi oleh Nyonya Besar yang ikut mengejar di belakang.Namun, Floretta mempunyai sepasang kaki yang bisa bergerak sangat cepat. Dia bisa meninggalkan dua manusia dewasa yang berlari jauh di belakang, tertinggal b
"Flow, pamanmu memberi kabar pada Nenek. Malam ini ada baby sitter baru yang akan menemanimu tidur." Nyonya Besar Fletcher berbicara dengan Floretta di meja makan ketika tiba waktu makan malam.Floretta tidak menyahut. Dia hanya menundukkan kepala menekuri piring dan sendok di meja makan. Yang diinginkannya, sang Paman bisa menemani tidur setiap malam. Namun, Aaron sangat sibuk hingga larut. Kadang kala paman tampannya itu harus ke luar kota, tak bisa memenuhi keinginan Floretta.Malam kali ini pun, Aaron Fletcher harus menghadiri undangan makan malam dari salah seorang rekan bisnis. Jadi, mereka hanya bertiga di meja makan."Flow, Nenek tahu kamu ingin ditemani pamanmu, tapi akhir-akhir ini pamanmu sangat sibuk." Nyonya Besar Fletcher mencoba memberi pengertian. Usia tujuh tahun, seharusnya sudah bisa memahami kesibukan orang lain."Iya, aku mengerti." Floretta tak menanggapi lebih jauh. Dia harus terima nasib. Paling-paling hanya harus menangis semalaman karena tidak bisa memejamkan
Hari masih sangat pagi, tapi Eleanor Wilson harus segera pulang untuk menyiapkan diri masuk kerja. Bagaimana pun, pekerjaan di Kantor adalah pekerjaan utama. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaan utama demi pekerjaan paruh waktu. Gegas, gadis cantik berambut pirang itu mulai mengemasi barangnya."Kak Elle, apa kamu mau pulang?" tanya Floretta yang baru saja membuka mata. Gadis kecil yang masih berbaring di ranjang itu menatap Eleanor dengan wajah serius."Flow, kamu sudah bangun? Bagaimana tidurmu? Apa aku sangat berisik?" Elle membalas sapaan Flow sambil berkemas. Semalam, gadis kecil itu tidur dengan nyenyak. Flow tidak membiarkan Elle berhenti bercerita tentang perselingkuhan kekasihnya sampai Flow tertidur. Untuk pertama kalinya sejak beberapa bulan ini, Floretta bisa tidur dengan nyenyak."Hmm, aku tidur sangat nyenyak. Terima kasih, Kak," sahut Floretta.Eleanor tersenyum puas. Dia benar-benar sangat bersyukur. Tuhan memberi jalan keluar dari semua masalah yang selama beberapa h
Sebuah mobil sedan Mercedez Benz Maybach S-Class warna hitam melesat menuju Mansion mewah keluarga Fletcher. Aaron yang ada di dalamnya, terlihat tidak sabar untuk sampai rumah. Hari ini adalah hari pertama Floretta kembali sekolah. Dia ingin mendengarkan cerita dari sang Keponakan tercintanya tentang pengalaman di sekolah hari ini. Kebetulan, Aaron tidak ada acara, ada waktu luang untuk menemani Floretta malam ini.Pada saat yang sama, di jalan menuju kompleks Mansion elit milik Keluarga Fletcher, seorang gadis melangkah menyusuri jalanan. Eleanor Wilson yang baru pulang kerja, terburu-buru datang ke rumah mewah tersebut untuk mengerjakan kerjaan paruh waktu yang sudah menunggunya. Mobil sedan mewah itu melewati Eleanor begitu saja. Aaron hanya melirik sekilas, gadis yang berjalan tanpa beban tersebut tanpa ada keinginan untuk memberi tumpangan."Tuan Aaron, bukankah itu Nona Eleanor Wilson?" Edger sang Asisten pribadi memberi tahu. Aaron hanya menoleh sekilas tanpa memberi komentar.
Formasi Keluarga Fletcher saat ini hanya terdiri dari Tuan dan Nyonya Besar Fletcher, Aaron Fletcher dan Floretta. Mereka sedang menikmati sarapan di ruang makan dengan tenang. Rumah menjadi lebih tenang sejak kedatangan Eleanor Wilson. Nyonya Besar Fletcher tak lagi sakit kepala memikirkan Floretta, karena beberapa hari terakhir, cucu semata wayangnya itu tak lagi tantrum.Bahkan suara tangis Floretta sudah menghilang sama sekali dari rumah ini. Tiga orang dewasa itu melirik Floretta yang sibuk melahap sarapan dengan penuh semangat. "Flow, kamu terlihat begitu bersemangat hari ini," ucap Nyonya Besar Fletcher dengan dahi berkerut."Oma, apa Anda lupa, hari ini aku akan jalan-jalan dengan Kak Elle." Floretta menjawab semringah. Hari ini adalah akhir pekan. Seperti yang telah dijanjikan Eleanor sebelumnya, jika Floretta bersedia kembali ke sekolah, dia akan menemani Floretta jalan-jalan. Gadis kecil itu sudah tidak sabar menunggu datangnya hari ini."Apakah Nona Wilson masih di kama
"Paman Aaron, Kak Elle, ayo kita main bersama." Perbincangan antara Aaron dan Eleanor terjeda dengan suara Floretta yang memanggil nama mereka. Sontak, keduanya menoleh. Floretta berdiri di kejauhan menatap sendu, berharap bisa dua orang dewasa itu mau menemani bermain bersama.Aaron dan Eleanor tanpa sadar saling bertukar pandang sepersekian detik. Pembicaraan mereka belum selesai, Floretta sudah memotongnya di tengah jalan."Apa kamu belum lelah, Flow? Mari kita makan di restoran!" seru Aaron yang merasa segan untuk ikut serta.Floretta menggeleng cepat. Dia masih ingin bermain di tempat ini. "Aku ingin bermain bersama Paman Aaron dan Kak Elle," balas Floretta setengah merajuk.Melihat Aaron Fletcher yang enggan, Eleanor mengambil inisiatif untuk membujuk gadis kecil itu."Flow, mari kita bermain bersama. Paman Aaron masih ada sedikit pekerjaan," bujuk Eleanor."Tidak, aku ingin bermain bertiga." Floretta kali ini tidak bisa dibujuk."Tapi, Flow. Paman Aaron hanya mengantar kita sa
Suasana di dalam mobil terasa begitu canggung. Eleanor merasa setiap gerak-geriknya selalu diawasi oleh Aaron Fletcher. Apalagi Floretta saat ini sedang tertidur nyenyak karena kelelahan setelah seharian bermain. Tak ada yang berinisiatif untuk membuka pembicaraan, hingga mobil meluncur di pelataran Mansion mewah Keluarga Fletcher. Baik Aaron maupun Eleanor terjebak dalam kebisuan. Begitu mobil berhenti, Eleanor bermaksud ingin menggendong Floretta ke kamarnya. "Nona Wilson, tolong bawakan tas Floretta!" titah Aaron Fletcher datar dan dingin."Yes, Sir." Bagaimana mungkin Eleanor tidak tahu maksud dari majikannya. Aaron menyuruhnya membawakan tas, karena pria itu yang akan menggendong Floretta. Eleanor tahu itu, tapi ... apakah Aaron tidak bisa memilih bahasa yang lebih enak didengar? Misalnya, 'biar saya saja yang menggendong Floretta, Nona Wilson!'. Atau, dia bisa berkata, 'Anda tentu lelah, Nona Wilson. Biar saya saja yang menggendong Floretta.'Eleanor Wilson hanya bisa mengelu
"Kita berjumpa kembali, El!" sapa Grace Harper ketika keduanya saling berhadap-hadapan. Dua wanita cantik itu saling melempar pandang. Grace Harper mengangkat dagu dengan angkuh, sedangkan Eleanor hanya membalas dengan tatapan datar. Jika bukan karena pekerjaan, Eleanor malas berurusan dengan Grace yang sangat merepotkan itu. Sialnya, mereka seakan telah diikat oleh takdir. Selalu saja dipertemukan di dalam setiap kesempatan. Cukup menguji kesabaran."Sepertinya, Aaron tidak keberatan kamu kembali bekerja sebagai staf dengan gaji rendah, El?" sindirnya.Tak ingin menanggapi ejekan Grace, istri Aaron Fletcher itu tetap bersikap tenang dan tersenyum tipis. Namun, senyumnya hanya di bibir saja, lengkungannya tak sampai di mata."Selamat bekerja kembali, Nona Harper," balasnya."Tentu saja harus kembali bekerja. JK sudah membayarku begitu mahal, tanggung jawabku adalah memenuhi apa yang telah menjadi kesepakatan kami." Grace mengangkat dagunya angkuh. Kesombongam jelas tampak dari kalim
"Pagi, El! Aaa, akhirnya kamu muncul juga," pekik Fiona semringah saat bertemu di foyer gedung kantor mereka. Tega sekali sahabat baiknya itu tidak memberi kabar kalau sudah pulang dari bulan madu. Tiba-tiba datang ke kantor tanpa konfirmasi lebih dahulu. Tidak tahu apa, kalau dia sudah menahan rindu karena ditinggal bulan madu Eleanor begitu lama. Huh....Menanggapi Fiona yang exiting melihatnya muncul tiba-tiba, Eleanor hanya tersenyum lebar sambil merentangkan tangannya menyambut pelukan Fiona."Kukira, Nyonya Eleanor Fletcher tidak akan kembali lagi ke NIC. Tak disangka, Nyonya Fletcher masih membutuhkan pekerjaan dengan gaji rendah ini," dengkus Fiona."Ha-ha-ha, mulutmu itu jahat sekali." "Bukankah sekarang, Anda sudah menjadi Nyonya Aaron Fletcher. Orang terkaya nomor tiga di Negara ini? Kenapa masih tertarik bekerja dengan gaji rendah yang bahkan jika dikumpulkan setahun pun belum cukup untuk membeli baju kerja yang Anda pakai sekarang, Nyonya, hmm?" Fiona menjawab dengan me
Grace Harper memandang Loli dengan mata yang menyala. Hatinya berdesir menahan kemarahan begitu mendengar Loli melaporkan apa yang didengarnya semalam. “Kenapa?” gumamnya, “Kenapa Eleanor harus hamil? Seharusnya itu aku!” Grace Harper meraung lepas kendali. Grace tak menyangka Aaron akan melangkah sejauh itu dengan Eleanor Wilson."Nona, tolong tenang dulu." Loli ikut panik melihat Grace yang tak bisa mengendalikan diri. Kesabarannya sedang teruji. “Nona Harper, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Mungkin ada alasan yang kita belum ketahui. Mungkin saja---”Grace menggelengkan kepala. “Tidak, Loli. Aku mengenal Aaron lebih baik dari siapapun. Jika dia sudah mengatakan menginginkan bayi dari Eleanor, itu artinya Aaron memang mencintainya. Aku tidak bisa menerima hal ini. Aaron hanya boleh menjadi milikku saja!”Loli menggigit bibirnya kebingungan. “Nona, aku janji. Aku akan mencari tahu lebih lanjut. Selagi Nona memikirkan rencana untuk mencegah kehamilan Nyo
Aaron duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer yang sudah tidak dia sentuh selama beberapa menit. Pikirannya sedang tidak tenang. Besok, Eleanor sudah kembali bekerja. Kebiasaan yang sudah terlanjur terjalin beberapa pekan ini telah menjadikannya nyaman selalu berada di sisi Eleanor. Tiba-tiba dia merasa tidak nyaman dengan situasi yang akan dialaminya besok. Tepatnya, dia tidak siap.Jujur, Aaron terlalu over thinking dengan keadaan itu. Namun ego dan keangkuhannya menghalangi untuk mengungkapkan perasaan sebenarnya. Merasa kesal dengan keadaan ini, Aaron Fletcher bangkit. Dia memutuskan untuk kembali ke dalam kamar. Eleanor tengah sibuk dengan di depan laptop saat dia tiba. "Bisakah, jangan bawa pekerjaan ke dalam kamar. Aku tidak nyaman melihatnya!" protesnya sambil membuang pandangan tak suka. Seperti biasanya, setiap ucapannya hanya memancing emosi Eleanor.Eleanor menghela napas panjang. Padahal, Aaron juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja. Dia merasa
Di tengah hiruk-pikuk Bandara kota London, Grace Harper berjalan tergesa menuju pintu keluar. Tak sendiri, kali ini super model itu melakukan perjalanan berdua dengan seorang gadis muda. Ya, dia membawa Penelope ikut serta untuk diangkatnya sebagai asisten pribadi.Akhirnya, dia memutuskan untuk membawa gadis itu ke London. Grace membutuhkan seorang asisten pribadi untuk membantu pekerjaannya.“Sebagai asisten pribadi,” mulai Grace dengan suara yang tegas ketika mereka telah berada di dalam mobil. “Tugas utamamu adalah memastikan bahwa jadwalku terorganisir dengan sempurna. Setiap pertemuan, setiap sesi foto, setiap perjalanan harus direncanakan dengan detail jangan sampai ada hal yang tak terlewatkan!"Di sampingnya, Penelope, asisten pribadinya yang baru, menatap dengan penuh perhatian. Menjadi asisten pribado dari seorang super model kelas dunia adalah sebuah keberuntungan baginya. Penelope sangat menyukai pekerjaan barunya ini.Grace menatap Penelope tajam, dia butuh memastikan ga
Di dalam helikopter yang menderu, pasangan suami istri duduk berdampingan. Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela, menerangi rambut pirang mereka yang berkilau. Mata sebiru samudra milik Eleanor Wilson menatap keluar penuh dengan kekaguman. Sejak menikah dengan Aaron Fletcher, dia mempunyai kehidupan jet set seperti ini. Bertolak belakang dengan kehidupannya semasa lajang.Membiarkan Aaron yang berekspresi datar menggenggam erat tangan lembutnya. Eleanor haeus mulai terbiasa dengan temperamen pria itu yang naik turun seperti roller coaster. Hidup Eleanor memang seroller coaster itu sejak menikah dengannya.Suara rotor yang berputar mengisi dinding kebisuan yang tercipta sejak berangkat dari Blue Sea tadi. Di atas awan, jauh dari keramaian dunia, Eleanor merasa bebas dan hidup, siap untuk menjelajahi keindahan yang belum terjamah. Hanya sesekali saja Aaron mengajaknya berbicara tentang rencana mereka setiba di London. "Mungkin saja, kita mulai sibuk dengan pekerjaan ma
"Syukurlah kalau kalian sudah kembali." Rose menyambut menantu dan putranya di meja makan dengan senyum semringah. Fernando juga ikut bernapas lega. Melihat Aaron yang sudah bisa tersenyum tanpa beban, jauh berbeda dari terakhir kali mereka sarapan bersama.Diakui atau tidak, keberadaan Eleanor telah mengubah semua kebiasaan di keluarga mereka. Aaron terlihat lebih bahagia saat ada Eleanor di sisinya. Bahkan mungkin CEO Morgan Co itu tidak menyadarinya. Namun, semua itu jelas terlihat di mata Rose dan Fernando."Son, wajahmu terlihat lebih segar hari ini." Entah sebagai bentuk pujian atau hanya sekedar mengungkapkan perasaannya saja, Fernando berkata jujur."Ya, hari ini cukup menyenangkan," sahut Aaron acuh tak acuh.Tak hanya Aaron, senyum Floretta juga begitu lebar hari ini. "Bibi, akhirnya Bibi kbali ke Blue Sea," timpal Floretta ikut nimbrung."Apa kamu masih betah di tempat ini, Flow?" tanya Aaron menatap serius."Aku masih ingin berada di sini seminggu lagi." Floretta sangat m
Sepasang kekasih turun dari helikopter dengan senyuman mengembang, mengundang perhatian orang-orang yang sedang berlibur di Blue Sea. Selama beberapa hari terakhir keduanya menjadi sorotan gosip paling panas di kota kecil tersebut. Gosip tentang retaknya rumah tangga Aaron Fletcher dan Eleanor Wilson tengah menjadi hot issue yang menjadi trend perbincangan publik. Bukan tanpa sebab, ada pihak-pihak tertentu yang sengaja membesarkan kabar tersebut supaya membuat nama Keluarga Fletcher mencuat ke permukaan.Keluarga Fletcher yang mempunyai kekayaan jutaan triliun, selama ini selalu menghindari media sorotan media. Dengan adanya berita itu, Rose dan Fernando tak bisa menikmati liburan dengan tenang. "Apa kamu kelaparan, Baby?" tanya Aaron Fletcher sembari menggandeng mesra tangan Eleanor."Tidak, tidak, kamu sudah bertanya padaku sepuluh kali dalam dua jam terakhir," sahut Eleanor merasa konyol. Apakah mengatakan lapar begitu tabu di depan pria ini? Padahal dia hanya mengatakannya sat
"Apa kamu sakit?" tanya Aaron yang memperhatikan Eleanor yang tampak pucat. Wanita itu menggelengkan kapala, mereka saat ini dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk Eric.Hari ini, Aaron akan bertemu dengan saudara iparnya untuk pertama kali. Sebelumnya, Aaron hanya mempunyai Tifanny sebagai satu-satunya saudara ipar. Ternyata, sekarang dia mempunyai dua."Aku hanya sedikit lapar," sahut Eleanor lemah. 'Lapar lagi? Bukankah tadi kita habis sarapan?' batin Aaron sambil menatap serius seakan tak percaya dengan ucapan istrinya."Hmm, aku mudah lapar sekarang. Mungkin udara Newcastle yang nyaman membuat nafsu makanku bertambah besar." Eleanor berkata sekenanya."Apa kamu sangat berhemat selama di sini, El? Jangan merusak nama baikku, El. Bagaimana bisa istri seorang Aaron Fletcher kelaparan sampak pucat seperti ini? Dimana harga diriku! Beli apapun yang kamu inginkan!" Aaron mulai mengomel."Aku tidak berhemat, hanya sedikit lelah." "Jangan mengalihkan pembicaraan. Kamu tadi