Hari masih sangat pagi, tapi Eleanor Wilson harus segera pulang untuk menyiapkan diri masuk kerja. Bagaimana pun, pekerjaan di Kantor adalah pekerjaan utama. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaan utama demi pekerjaan paruh waktu. Gegas, gadis cantik berambut pirang itu mulai mengemasi barangnya.
"Kak Elle, apa kamu mau pulang?" tanya Floretta yang baru saja membuka mata. Gadis kecil yang masih berbaring di ranjang itu menatap Eleanor dengan wajah serius."Flow, kamu sudah bangun? Bagaimana tidurmu? Apa aku sangat berisik?" Elle membalas sapaan Flow sambil berkemas.Semalam, gadis kecil itu tidur dengan nyenyak. Flow tidak membiarkan Elle berhenti bercerita tentang perselingkuhan kekasihnya sampai Flow tertidur. Untuk pertama kalinya sejak beberapa bulan ini, Floretta bisa tidur dengan nyenyak."Hmm, aku tidur sangat nyenyak. Terima kasih, Kak," sahut Floretta.Eleanor tersenyum puas. Dia benar-benar sangat bersyukur. Tuhan memberi jalan keluar dari semua masalah yang selama beberapa hari terakhir membuatnya sakit kepala."Sama-sama, sampai jumpa lagi nanti sore, Flow," balas Elle."Apa harus pulang sepagi ini?" protesnya dengan bibir mengerucut. Momen bersama Eleanor sangat menyenangkan bagi Floretta. Sayang sekali mereka hanya bisa bersama semalaman.Andai bisa setiap saat bersama, bukankah sangat menyenangkan?"Aku harus bersiap untuk berangkat kerja, Flow. Jadi, aku harus pulang pagi-pagi sekali untuk bersiap-siap." Elle melanjutkan kesibukannya, tapi masih memberi jawaban masuk akal untuk Floretta.Wajah Floretta terlihat tidak rela. Dia beringsut dari posisi tiduran. Gadis kecil itu duduk sambil menatap Eleanor dengan tatapan rumit."Kak Elle, kenapa tidak menunggu waktu sarapan tiba? Kita bisa sarapan bersama, bukan? Kak Elle juga bisa berangkat kerja dari sini?" protes gadis kecil itu sambil mengerucutkan bibirnya."Flow, mana boleh seperti itu. Aku di sini bekerja. Tidak boleh makan bersama kalian." Floretta masih kecil, tentu saja hanya berpikir sederhana.Melihat penolakan Elle, gadis kecil itu terlihat tidak senang. Floretta masih ingin berlama-lama dengan Elle."Kak Elle, apa kamu tidak menyukaiku?" cicit Floretta sedih. Eleanor menghentikan kesibukannya. Melangkah mendekati gadis itu dan duduk berjongkok di depannya, Eleanor mengelus tangan Floretta lembut karena merasa bersalah tak bisa mengabulkan keinginan gadis kecil tersebut."Flow, kenapa bertanya begitu?" tanyanya sambil mengelus pucuk kepala Floretta lembut."Kak Elle datang ke sini hanya karena bekerja. Jika jam kerja habis, kamu tidak mau bersama aku lagi." Floretta berkata kecewa.Elle menghela napas panjang. Ditatapnya wajah Floretta yang cantik. Air mata gadis kecil itu hampir tumpah."Bagaimana bisa kamu menilaiku seperti itu, Flow?" Mencoba bersimpati, Eleanor memeluk Floretta erat."Bagaimana kalau akhir pekan ini, aku menemanimu sepanjang hari?" tukas Eleanor berusaha membujuk.Floretta menatap Eleanor serius, "Kak Elle janji?""Hmm. Kalian tidak perlu menghitungnya sebagai kerja lembur." Elle ingin meyakinkan pada Floretta bahwa, meski akhir pekan bukan jam kerjanya, dia bersedia menemani Floretta seharian, tanpa dibayar, untuk membuktikan bahwa dia bersedia menemaninya tulus."Baiklah, aku setuju!" Dua gadis beda usia itu saling melempar senyuman.Setelah tercapai kesepakatan, Floretta tak lagi keberatan Elle pulang. Dia malah ikut turun mengantarnya sampai ke selasar."Kak Elle, kamu tidak boleh lupa dengan janjimu!" ucapnya mengingatkan."Tentu saja tidak! Aku akan mengingatnya. Kamu harus bersiap sekolah mulai hari ini, bagaimana?" Elle menyentuh kepala Floretta sambil tertawa kecil."Baiklah, kalau begitu kita kait jari!" Floretta menyodorkan jari kelingkingnya untuk dikaitkan dengan kelingking Elle, tanda keduanya saling berjanji.Floretta bersedia masuk sekolah mulai hari ini, akhir pekan Elle akan menemaninya sepanjang hari.Aaron Fletcher menyaksikan dua orang itu dari balkon dengan wajah penuh tanya. Sambil melipat tangan, Aaron berusaha menebak apa yang dibicarakan mereka berdua.Begitu Elle berbalik pergi, Floretta kembali masuk. Aaron bergegas turun untuk menemui keponakannya tersebut. Semalam dia tidak sempat mengucapkan selamat malam pada Floretta karena keberadaan Elle."Flow, kamu tidak bisa tidur semalam?" sapa Aaron sembari mengayunkan langkah mengikis jarak mereka berdua. Melihat pamannya bertanya dengan penasaran, Floretta melompat dalam pelukan Aaron Fletcher."Apa paman tiap hari bangun pagi?" Bukannya menjawab, Floretta malah balik bertanya."Hey, Paman bertanya padamu, kenapa kamu malah balik bertanya?" Aaron menekan hidung Floretta gemas."Paman, aku sangat senang. Jadi, tadi malam aku tidur sangat nyenyak." Floretta berkata jujur."Benarkah?" Aaron menelisik wajah Floretta setengah tak percaya."Lalu, kenapa kamu sudah bangun?" tanyanya kemudian."Karena aku mengantar Kak Elle pulang.""Kak Elle?" Aaron perlu memastikan. Floretta memanggil Eleanor Wilson dengan panggilan Elle."Ya, Kak Elle, maksudku Eleanor Wilson." Floretta berkata polos."Kamu menyukainya?" tanya Aaron serius."Ya.""Ceritakan pada Paman, kenapa kamu menyukainya?""Karena Kak Elle sangat cantik.""Cantik?" Dahi Aaron berkerut. Sungguh alasan yang absurd. Bagaimana bisa keponakannya ini menyukai orang lain hanya karena orang itu cantik."Paman tidak melihatnya?" Sepasang netra Floretta menatap Aaron serius."Aah, itu ... aku tidak terlalu jelas." Floretta menyukai Eleanor Wilson karena gadis itu sangat cantik. Meski Aaron merasa ini adalah pertanyaan konyol. Namun, dia tak ingin membantah ucapan keponakannya.CEO tampan itu meletakkan Floretta di ranjang, "sebaiknya kamu tidur lagi. Paman akan menunggumu di sini.""Paman Aaron, hari ini aku ingin datang ke sekolah. Jika tidur lagi, takutnya nanti aku kesiangan," tolak Floretta."Ke sekolah, benarkah?" Sepasang mata Aaron Fletcher berbinar saat mendengarnya."Ya, aku sudah membolos lebih dari dua bulan.""Baiklah, nanti paman akan mengantar ke sekolahmu."Ada rasa bahagia yang meledak memenuhi dada Aaron. Ada keajaiban yang membuat Floretta ingin kembali ke sekolah. Hari ini keajaiban itu telah datang ke rumah ini ... sejak kedatangan Eleanor Wilson. Samar-samar, Aaron mengukir senyuman tipis di sudut bibirnya.****Di ruang makan, Nyonya Besar Fletcher terbengong melihat Floretta sudah duduk dengan tenang di bangkunya. Wajah mungil Floretta terlihat semringah pagi ini. Yang paling mengejutkan, pagi ini tubuh mungilnya sudah terbalut dengan seragam sekolah.Nyonya Besar dan Tuan Besar Fletcher saling pandang beberapa saat sebelum membuka pembicaraan."Flow, apa hari ini kamu sudah siap kembali ke sekolah?" tanya Nyonya Besar Fletcher membuka pembicaraan.Floretta mengangguk penuh semangat sambil menghabiskan susu sampai tegukan terakhir."Aku sudah berjanji pada Kak Elle untuk kembali ke sekolah. Sebagai gantinya, akhir pekan nanti dia akan menemaniku jalan-jalan." Floretta berkata riang.Sepasang Nenek dan Kakek itu terkejut mendengarnya. Putra tampannya itu hanya bisa mengendikkan bahu ketika keduanya memberi isyarat pertanyaan padanya. Aaron juga tidak mengerti apa yang terjadi. Kenapa Floretta bisa menurut pada Eleanor di pertemuan pertama mereka."Kamu menyukai Nona Eleanor Wilson?" tanya sang Nenek kemudian."Iya, Nenek. Semalam aku tidur sangat pulas. Kak Elle bercerita padaku tentang banyak hal.""Uhuk, uhuk!" Aaron Fletcher tersendak saat mendengar perkataan Floretta. Dia jadi teringat kembali cerita apa yang dimaksudkan olehnya saat ini. Semalam dia ikut menyimak kisah perselingkuhan kekasih Nona Eleanor."Paman Aaron, kamu tidak boleh buru-buru. Makan dengan pelan!" Floretta menuangkan air minum."Terima kasih, Flow."Keponakan kecilnya itu hanya mengangguk kecil. Dia kembali melanjutkan sarapannya dengan penuh antusias. Melihatnya, Nyonya Besar Fletcher sangat bahagia. Akhirnya, cucu perempuannya ini bisa kembali ceria seperti dulu. Meski belum kembali sepenuhnya, tapi ini adalah awal yang bagus.'Sebaiknya Anda harus mempunyai penjelasan yang masuk akal padaku, Nona Eleanor Wilson. Kenapa Anda harus menceritakan kisah cinta Anda pada keponakan saya. Bukankah itu hanya akan merusak otak kecilnya yang masih sangat bersih?' batin Aaron Fletcher.Dia sudah memutuskan untuk menelusuri latar belakang Eleanor sedetail mungkin. CEO tampan itu tidak mau menempatkan orang yang salah untuk keponakannya."Baiklah, mari kita berangkat sekolah!" ajak Aaron.Floretta mengekori pamannya yang tampan itu menuju garasi dengan penuh semangat. Hari pertama kembali ke sekolah setelah hampir tiga bulan tidak datang."Semoga hari ini menyenangkan, Flow." Aaron memasang seat belt Floretta."Terima kasih, Paman Aaron."Ini adalah awal yang baik untuk Floretta kembali menjadi anak yang riang seperti dulu. Dengan bertemu dengan teman-teman, Aaron berharap Floretta bisa melupakan trauma.BersambungSebuah mobil sedan Mercedez Benz Maybach S-Class warna hitam melesat menuju Mansion mewah keluarga Fletcher. Aaron yang ada di dalamnya, terlihat tidak sabar untuk sampai rumah. Hari ini adalah hari pertama Floretta kembali sekolah. Dia ingin mendengarkan cerita dari sang Keponakan tercintanya tentang pengalaman di sekolah hari ini. Kebetulan, Aaron tidak ada acara, ada waktu luang untuk menemani Floretta malam ini.Pada saat yang sama, di jalan menuju kompleks Mansion elit milik Keluarga Fletcher, seorang gadis melangkah menyusuri jalanan. Eleanor Wilson yang baru pulang kerja, terburu-buru datang ke rumah mewah tersebut untuk mengerjakan kerjaan paruh waktu yang sudah menunggunya. Mobil sedan mewah itu melewati Eleanor begitu saja. Aaron hanya melirik sekilas, gadis yang berjalan tanpa beban tersebut tanpa ada keinginan untuk memberi tumpangan."Tuan Aaron, bukankah itu Nona Eleanor Wilson?" Edger sang Asisten pribadi memberi tahu. Aaron hanya menoleh sekilas tanpa memberi komentar.
Formasi Keluarga Fletcher saat ini hanya terdiri dari Tuan dan Nyonya Besar Fletcher, Aaron Fletcher dan Floretta. Mereka sedang menikmati sarapan di ruang makan dengan tenang. Rumah menjadi lebih tenang sejak kedatangan Eleanor Wilson. Nyonya Besar Fletcher tak lagi sakit kepala memikirkan Floretta, karena beberapa hari terakhir, cucu semata wayangnya itu tak lagi tantrum.Bahkan suara tangis Floretta sudah menghilang sama sekali dari rumah ini. Tiga orang dewasa itu melirik Floretta yang sibuk melahap sarapan dengan penuh semangat. "Flow, kamu terlihat begitu bersemangat hari ini," ucap Nyonya Besar Fletcher dengan dahi berkerut."Oma, apa Anda lupa, hari ini aku akan jalan-jalan dengan Kak Elle." Floretta menjawab semringah. Hari ini adalah akhir pekan. Seperti yang telah dijanjikan Eleanor sebelumnya, jika Floretta bersedia kembali ke sekolah, dia akan menemani Floretta jalan-jalan. Gadis kecil itu sudah tidak sabar menunggu datangnya hari ini."Apakah Nona Wilson masih di kama
"Paman Aaron, Kak Elle, ayo kita main bersama." Perbincangan antara Aaron dan Eleanor terjeda dengan suara Floretta yang memanggil nama mereka. Sontak, keduanya menoleh. Floretta berdiri di kejauhan menatap sendu, berharap bisa dua orang dewasa itu mau menemani bermain bersama.Aaron dan Eleanor tanpa sadar saling bertukar pandang sepersekian detik. Pembicaraan mereka belum selesai, Floretta sudah memotongnya di tengah jalan."Apa kamu belum lelah, Flow? Mari kita makan di restoran!" seru Aaron yang merasa segan untuk ikut serta.Floretta menggeleng cepat. Dia masih ingin bermain di tempat ini. "Aku ingin bermain bersama Paman Aaron dan Kak Elle," balas Floretta setengah merajuk.Melihat Aaron Fletcher yang enggan, Eleanor mengambil inisiatif untuk membujuk gadis kecil itu."Flow, mari kita bermain bersama. Paman Aaron masih ada sedikit pekerjaan," bujuk Eleanor."Tidak, aku ingin bermain bertiga." Floretta kali ini tidak bisa dibujuk."Tapi, Flow. Paman Aaron hanya mengantar kita sa
Suasana di dalam mobil terasa begitu canggung. Eleanor merasa setiap gerak-geriknya selalu diawasi oleh Aaron Fletcher. Apalagi Floretta saat ini sedang tertidur nyenyak karena kelelahan setelah seharian bermain. Tak ada yang berinisiatif untuk membuka pembicaraan, hingga mobil meluncur di pelataran Mansion mewah Keluarga Fletcher. Baik Aaron maupun Eleanor terjebak dalam kebisuan. Begitu mobil berhenti, Eleanor bermaksud ingin menggendong Floretta ke kamarnya. "Nona Wilson, tolong bawakan tas Floretta!" titah Aaron Fletcher datar dan dingin."Yes, Sir." Bagaimana mungkin Eleanor tidak tahu maksud dari majikannya. Aaron menyuruhnya membawakan tas, karena pria itu yang akan menggendong Floretta. Eleanor tahu itu, tapi ... apakah Aaron tidak bisa memilih bahasa yang lebih enak didengar? Misalnya, 'biar saya saja yang menggendong Floretta, Nona Wilson!'. Atau, dia bisa berkata, 'Anda tentu lelah, Nona Wilson. Biar saya saja yang menggendong Floretta.'Eleanor Wilson hanya bisa mengelu
Eleanor dan Fiona duduk berdua di salah satu sudut kantin saat makan siang. Dua sahabat itu makan siang seperti biasanya. Sejak Eleanor bekerja paruh waktu, keduanya nyaris tidak pernah bertemu selain jam kantor."Aku kesepian, kamu sangat sibuk sekarang, El," keluh Fiona sambil memberengut. Eleanor hanya mendengus pelan membenarkan perkataan Fiona. "Bahkan kamu bekerja di akhir pekan, El. Apakah mereka sama sekali tidak ingin memberimu waktu beristirahat?" imbuh Fiona dengan wajah kesal. Biasanya, Fiona akan menginap di rumah Fiona tiap akhir pekan, atau mengajaknya bersenang-senang di luar sana. "Itu ... sebenarnya akhir pekan aku tetap libur. Hanya saja kemarin, Floretta minta diantar jalan-jalan. Jadi---""Kamu bekerja lembur?" "Tidak, itu ... aku melakukannya bukan karenw pekerjaan.""Hah? Kamu bekerja amal untuk keluarga kaya?" Fiona tidak bisa menerima alasan Eleanor sama sekali. Bisa-bisanya dia mau menghabiskan waktu akhir pekan seharian tanpa dibayar oleh mereka. "Ini b
Di ruangan kerja Aaron Fletcher, Edger berdiri tegap di depan meja kerja majikan. Waktu makan siang sudah datang, tapi majikannya masih begitu sibuk dengan pekerjaannya. Aaron Fletcher adalah seorang penggila kerja. Baginya, untuk waktu sama dengan uang. Tak heran dengan usianya yang masih begitu muda, dia membawa kesuksesan besar untuk perusahaannya."Tuan Aaron Fletcher, Anda ingin saya menyiapkan makan siang di sini, atau kita pergi ke restoran?" tanya Edger seperti biasa. Jika tidak diingatkan, CEO tampan itu akan melewatkan waktu makan siang begitu saja.Aaron mengangkat wajah dan menarik napas panjang."Mari kita cari restoran yang enak hari ini!" Aaron bangkit dari duduknya, melangkah keluar dari ruangan di detik berikutnya."Yes, Sir." Edger menyejajarinya segera.Di dalam mobil, Aaron Fletcher teringat dengan tugas tambahan uang diberikannya pada Edger. Akhir-akhir ini, asisten pribadinya itu makin sibuk. Sang Majikan membutuhkan semua informasi berkaitan Eleanor Wilson seseg
Mobil sedan mewah Mercedez Benz Maybach S-Class warna hitam meluncur menuju gerbang kediaman keluarga Fletcher begitu gerbang itu terbuka. Seorang gadis cantik yang baru saja akan melangkah masuk hanya bisa menghela napas panjang melihatnya.Security rumah tersebut membukakan gerbang, karena Eleanor datang lebih dahulu. Namun, Aaron Fletcher nyelonong begitu saja tanpa permisi."Mentang-mentang Bos, memangnya boleh seangkuh itu?" gerutunya. Meski Eleanor Wilson karyawan baru di rumah itu, di tahu siapa orang yang ada di dalam mobil itu. Sang Tuan Muda Fletcher yang tempo hari sudah membuatnya kesal setengah mati dengan semua kecurigaannya.Dari gerbang menuju pintu utama mansion, masih harus berjalan cukup jauh. Alangkah baiknya jika Aaron memberinya tumpangan. "Aah, sudahlah. Jangan terlalu mengharapkan kebaikan dari kulkas tujuh pintu!" gerutunya lagi."Lagipula, aku masih mempunyai sepasang kaki yang sehat. Aku bisa berjalan tanpa.harus diberi tumpangan oleh monster tua itu." Ele
"Tuan Muda Fletcher, Nona Wilson ingin berbicara dengan Anda." Begitu masuk, Edger memberi laporan. Tak biasanya Eleanor datang untuk menemui Tuan Muda Fletcher.Dahi Aaron mengernyit dalam. Ada keperluan apa gadis itu menemuinya?"Biarkan dia masuk!" titahnya. Di detik berikutnya, Edger sudah keluar. Tak berselang lama, seorang gadis cantik masuk di ruangan kerja Aaron Fletcher. Ruangan yang sering dipakai Aaron untuk bekerja lembur di rumah ini.Ini pertemuan kali kedua antara Eleanor dan Aaron di ruangan ini. Tak seperti sebelumnya, Aaron yang sama sekali tak menatap Eleanor, kali ini pria dingin itu menatap tajam dengan mata elangnya."Maaf jika mengganggu kesibukan Anda, Sir." Eleanor merasa tidak nyaman mendapatkan tatapan setajam itu."Ada keperluan apa? Katakan!" "Saya mohon izin, besok saya akan datang sedikit malam. Sahabat saya mengadakan pesta kecil-kecilan. Saya tidak enak hati jika tidak datang, Sir." Tadi siang Fiona berkata setengah memohon pada Eleanor untuk bisa dat
"Kita berjumpa kembali, El!" sapa Grace Harper ketika keduanya saling berhadap-hadapan. Dua wanita cantik itu saling melempar pandang. Grace Harper mengangkat dagu dengan angkuh, sedangkan Eleanor hanya membalas dengan tatapan datar. Jika bukan karena pekerjaan, Eleanor malas berurusan dengan Grace yang sangat merepotkan itu. Sialnya, mereka seakan telah diikat oleh takdir. Selalu saja dipertemukan di dalam setiap kesempatan. Cukup menguji kesabaran."Sepertinya, Aaron tidak keberatan kamu kembali bekerja sebagai staf dengan gaji rendah, El?" sindirnya.Tak ingin menanggapi ejekan Grace, istri Aaron Fletcher itu tetap bersikap tenang dan tersenyum tipis. Namun, senyumnya hanya di bibir saja, lengkungannya tak sampai di mata."Selamat bekerja kembali, Nona Harper," balasnya."Tentu saja harus kembali bekerja. JK sudah membayarku begitu mahal, tanggung jawabku adalah memenuhi apa yang telah menjadi kesepakatan kami." Grace mengangkat dagunya angkuh. Kesombongam jelas tampak dari kalim
"Pagi, El! Aaa, akhirnya kamu muncul juga," pekik Fiona semringah saat bertemu di foyer gedung kantor mereka. Tega sekali sahabat baiknya itu tidak memberi kabar kalau sudah pulang dari bulan madu. Tiba-tiba datang ke kantor tanpa konfirmasi lebih dahulu. Tidak tahu apa, kalau dia sudah menahan rindu karena ditinggal bulan madu Eleanor begitu lama. Huh....Menanggapi Fiona yang exiting melihatnya muncul tiba-tiba, Eleanor hanya tersenyum lebar sambil merentangkan tangannya menyambut pelukan Fiona."Kukira, Nyonya Eleanor Fletcher tidak akan kembali lagi ke NIC. Tak disangka, Nyonya Fletcher masih membutuhkan pekerjaan dengan gaji rendah ini," dengkus Fiona."Ha-ha-ha, mulutmu itu jahat sekali." "Bukankah sekarang, Anda sudah menjadi Nyonya Aaron Fletcher. Orang terkaya nomor tiga di Negara ini? Kenapa masih tertarik bekerja dengan gaji rendah yang bahkan jika dikumpulkan setahun pun belum cukup untuk membeli baju kerja yang Anda pakai sekarang, Nyonya, hmm?" Fiona menjawab dengan me
Grace Harper memandang Loli dengan mata yang menyala. Hatinya berdesir menahan kemarahan begitu mendengar Loli melaporkan apa yang didengarnya semalam. “Kenapa?” gumamnya, “Kenapa Eleanor harus hamil? Seharusnya itu aku!” Grace Harper meraung lepas kendali. Grace tak menyangka Aaron akan melangkah sejauh itu dengan Eleanor Wilson."Nona, tolong tenang dulu." Loli ikut panik melihat Grace yang tak bisa mengendalikan diri. Kesabarannya sedang teruji. “Nona Harper, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Mungkin ada alasan yang kita belum ketahui. Mungkin saja---”Grace menggelengkan kepala. “Tidak, Loli. Aku mengenal Aaron lebih baik dari siapapun. Jika dia sudah mengatakan menginginkan bayi dari Eleanor, itu artinya Aaron memang mencintainya. Aku tidak bisa menerima hal ini. Aaron hanya boleh menjadi milikku saja!”Loli menggigit bibirnya kebingungan. “Nona, aku janji. Aku akan mencari tahu lebih lanjut. Selagi Nona memikirkan rencana untuk mencegah kehamilan Nyo
Aaron duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer yang sudah tidak dia sentuh selama beberapa menit. Pikirannya sedang tidak tenang. Besok, Eleanor sudah kembali bekerja. Kebiasaan yang sudah terlanjur terjalin beberapa pekan ini telah menjadikannya nyaman selalu berada di sisi Eleanor. Tiba-tiba dia merasa tidak nyaman dengan situasi yang akan dialaminya besok. Tepatnya, dia tidak siap.Jujur, Aaron terlalu over thinking dengan keadaan itu. Namun ego dan keangkuhannya menghalangi untuk mengungkapkan perasaan sebenarnya. Merasa kesal dengan keadaan ini, Aaron Fletcher bangkit. Dia memutuskan untuk kembali ke dalam kamar. Eleanor tengah sibuk dengan di depan laptop saat dia tiba. "Bisakah, jangan bawa pekerjaan ke dalam kamar. Aku tidak nyaman melihatnya!" protesnya sambil membuang pandangan tak suka. Seperti biasanya, setiap ucapannya hanya memancing emosi Eleanor.Eleanor menghela napas panjang. Padahal, Aaron juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja. Dia merasa
Di tengah hiruk-pikuk Bandara kota London, Grace Harper berjalan tergesa menuju pintu keluar. Tak sendiri, kali ini super model itu melakukan perjalanan berdua dengan seorang gadis muda. Ya, dia membawa Penelope ikut serta untuk diangkatnya sebagai asisten pribadi.Akhirnya, dia memutuskan untuk membawa gadis itu ke London. Grace membutuhkan seorang asisten pribadi untuk membantu pekerjaannya.“Sebagai asisten pribadi,” mulai Grace dengan suara yang tegas ketika mereka telah berada di dalam mobil. “Tugas utamamu adalah memastikan bahwa jadwalku terorganisir dengan sempurna. Setiap pertemuan, setiap sesi foto, setiap perjalanan harus direncanakan dengan detail jangan sampai ada hal yang tak terlewatkan!"Di sampingnya, Penelope, asisten pribadinya yang baru, menatap dengan penuh perhatian. Menjadi asisten pribado dari seorang super model kelas dunia adalah sebuah keberuntungan baginya. Penelope sangat menyukai pekerjaan barunya ini.Grace menatap Penelope tajam, dia butuh memastikan ga
Di dalam helikopter yang menderu, pasangan suami istri duduk berdampingan. Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela, menerangi rambut pirang mereka yang berkilau. Mata sebiru samudra milik Eleanor Wilson menatap keluar penuh dengan kekaguman. Sejak menikah dengan Aaron Fletcher, dia mempunyai kehidupan jet set seperti ini. Bertolak belakang dengan kehidupannya semasa lajang.Membiarkan Aaron yang berekspresi datar menggenggam erat tangan lembutnya. Eleanor haeus mulai terbiasa dengan temperamen pria itu yang naik turun seperti roller coaster. Hidup Eleanor memang seroller coaster itu sejak menikah dengannya.Suara rotor yang berputar mengisi dinding kebisuan yang tercipta sejak berangkat dari Blue Sea tadi. Di atas awan, jauh dari keramaian dunia, Eleanor merasa bebas dan hidup, siap untuk menjelajahi keindahan yang belum terjamah. Hanya sesekali saja Aaron mengajaknya berbicara tentang rencana mereka setiba di London. "Mungkin saja, kita mulai sibuk dengan pekerjaan ma
"Syukurlah kalau kalian sudah kembali." Rose menyambut menantu dan putranya di meja makan dengan senyum semringah. Fernando juga ikut bernapas lega. Melihat Aaron yang sudah bisa tersenyum tanpa beban, jauh berbeda dari terakhir kali mereka sarapan bersama.Diakui atau tidak, keberadaan Eleanor telah mengubah semua kebiasaan di keluarga mereka. Aaron terlihat lebih bahagia saat ada Eleanor di sisinya. Bahkan mungkin CEO Morgan Co itu tidak menyadarinya. Namun, semua itu jelas terlihat di mata Rose dan Fernando."Son, wajahmu terlihat lebih segar hari ini." Entah sebagai bentuk pujian atau hanya sekedar mengungkapkan perasaannya saja, Fernando berkata jujur."Ya, hari ini cukup menyenangkan," sahut Aaron acuh tak acuh.Tak hanya Aaron, senyum Floretta juga begitu lebar hari ini. "Bibi, akhirnya Bibi kbali ke Blue Sea," timpal Floretta ikut nimbrung."Apa kamu masih betah di tempat ini, Flow?" tanya Aaron menatap serius."Aku masih ingin berada di sini seminggu lagi." Floretta sangat m
Sepasang kekasih turun dari helikopter dengan senyuman mengembang, mengundang perhatian orang-orang yang sedang berlibur di Blue Sea. Selama beberapa hari terakhir keduanya menjadi sorotan gosip paling panas di kota kecil tersebut. Gosip tentang retaknya rumah tangga Aaron Fletcher dan Eleanor Wilson tengah menjadi hot issue yang menjadi trend perbincangan publik. Bukan tanpa sebab, ada pihak-pihak tertentu yang sengaja membesarkan kabar tersebut supaya membuat nama Keluarga Fletcher mencuat ke permukaan.Keluarga Fletcher yang mempunyai kekayaan jutaan triliun, selama ini selalu menghindari media sorotan media. Dengan adanya berita itu, Rose dan Fernando tak bisa menikmati liburan dengan tenang. "Apa kamu kelaparan, Baby?" tanya Aaron Fletcher sembari menggandeng mesra tangan Eleanor."Tidak, tidak, kamu sudah bertanya padaku sepuluh kali dalam dua jam terakhir," sahut Eleanor merasa konyol. Apakah mengatakan lapar begitu tabu di depan pria ini? Padahal dia hanya mengatakannya sat
"Apa kamu sakit?" tanya Aaron yang memperhatikan Eleanor yang tampak pucat. Wanita itu menggelengkan kapala, mereka saat ini dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk Eric.Hari ini, Aaron akan bertemu dengan saudara iparnya untuk pertama kali. Sebelumnya, Aaron hanya mempunyai Tifanny sebagai satu-satunya saudara ipar. Ternyata, sekarang dia mempunyai dua."Aku hanya sedikit lapar," sahut Eleanor lemah. 'Lapar lagi? Bukankah tadi kita habis sarapan?' batin Aaron sambil menatap serius seakan tak percaya dengan ucapan istrinya."Hmm, aku mudah lapar sekarang. Mungkin udara Newcastle yang nyaman membuat nafsu makanku bertambah besar." Eleanor berkata sekenanya."Apa kamu sangat berhemat selama di sini, El? Jangan merusak nama baikku, El. Bagaimana bisa istri seorang Aaron Fletcher kelaparan sampak pucat seperti ini? Dimana harga diriku! Beli apapun yang kamu inginkan!" Aaron mulai mengomel."Aku tidak berhemat, hanya sedikit lelah." "Jangan mengalihkan pembicaraan. Kamu tadi