Share

Bab 45

Penulis: Sri Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-29 07:12:06

Nafeeza menghela napas pendek, lalu melengkungkan bibirnya dalam sebuah senyum tipis, sinis, dingin, sesuatu yang jarang sekali ia pertontonkan sejak meninggalkan Arfan bertahun lalu.

"Kalau kau pikir aku akan lari hanya karena gertakan, Aurel... berarti kau belum benar-benar mengenalku."

Ia melangkah keluar ruangan, kembali bergabung dengan timnya seolah tak ada apa-apa yang terjadi. Namun di dalam kepalanya, sebuah ide perlahan bertunas, liar, berbahaya, dan nyaris terlalu menggoda untuk diabaikan.

Malam itu, di kontrakannya yang sederhana, Nafeeza berdiri di depan cermin. Wajah yang dulu lemah dan terluka, kini menatap balik dengan ketegasan dan keanggunan.

"Arfan..." bisiknya lirih, seolah berbicara pada bayangannya sendiri. "Kau yang harus memilih. Aku tak akan mengejar. Tapi kalau Aurel mulai merasa terancam... mungkin memang seharusnya begitu."

Jika Aurel ingin memainkan rasa cemburu sebagai senjata, maka Nafeeza siap menjadikan rasa itu alat perlindungan, bahkan mungkin... ala
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 46

    Keesokan harinya…Arfan sedang berdiri di balik jendela besar ruangannya, terpaku pada pemandangan di bawah. Matanya kosong, menatap parkiran dengan pandangan yang tak bergerak. Dari kejauhan, ia melihat seorang pria muda berpakaian rapi, mengenakan jas dokter, membuka pintu mobil untuk Nafeeza. Mereka tertawa, tawa yang begitu alami, begitu dekat. Dari jarak yang jauh, Arfan bisa merasakan betul, ada sesuatu antara mereka.Jantungnya berdetak lebih cepat. Cemburu, marah, dan takut bercampur menjadi satu, merasuki setiap sudut tubuhnya. Ia mengepalkan tangan, menahan gejolak yang semakin tak terkendali. Sebuah rasa yang begitu asing, namun begitu kuat, melanda dadanya.Dengan kesal, Arfan berbalik dan melangkah ke meja kerjanya. Tangannya meraih ponsel yang tergeletak di atas meja, lalu berhenti sejenak. Ada pesan baru dari Aurel:"Sayang, nanti malam dinner bareng keluarga ya. Sekalian membahas tentang rencana pernikahan kita."Arfan mengetik balasan cepat, tanpa benar-benar membaca

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 47

    Begitu pintu tertutup di belakangnya, Nafeeza melangkah cepat menyusuri lorong kantor itu. Nafasnya terasa berat di dada, seolah tiap langkah menahan ledakan yang nyaris tak terbendung. Dari pantulan kaca di dinding, ia masih bisa melihat Arfan memandanginya, tatapan dingin yang dulu pernah membuatnya runtuh, kini hanya membangkitkan amarah yang membakar. Begitu keluar dari gedung Varenza, Nafeeza tak lagi bisa menahan gelombang emosi yang mendesak dari relung terdalamnya. Ia melangkah cepat ke sudut taman kecil di sisi parkiran, di bawah bayang pohon palem yang bergoyang diterpa angin. Nafasnya memburu, dadanya naik turun tak teratur, dan jemarinya yang gemetar mengepal erat. "Brengsek!" desis Nafeeza, suaranya meluncur tajam, membelah sunyi di antara deru lalu lintas. Matanya menyala penuh amarah, menatap langit biru yang terasa begitu menyesakkan, seolah seluruh dunia ikut menertawakan luka-luka yang baru saja dikoyak kembali. "Arfan bangsat!" Nafeeza kembali mengumpat, suarany

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 48

    Rafa mengarahkan mobilnya menuju kawasan industri kreatif di pinggiran kota, tempat Avila Studio berdiri dengan anggunnya. Gedung kaca itu menjulang ramping, memantulkan cahaya matahari yang menyelusup di antara awan. Di dalam mobil, Nafeeza duduk diam. Tatapannya menembus jendela, membiarkan pikirannya tenggelam dalam pusaran kenangan, luka, dan tekad yang berusaha ia genggam erat.Saat mobil berhenti, Rafa sigap turun dan membukakan pintu untuk Nafeeza. Ia melangkah keluar perlahan, mengangkat bahunya seolah hendak mengusir rasa lelah yang mengendap di jiwanya. Ia tahu, kelemahannya tidak boleh tampak hari ini, terutama di depan orang-orang yang berharap terlalu banyak darinya.Mereka memasuki lobi Avila. Aroma kopi segar menyambut, berpadu dengan denting alat musik dari salah satu ruang rekaman. Suasana yang biasanya menenangkan justru terasa asing hari ini. Tak lama kemudian, seorang pria berambut cepak dan bertubuh tegap keluar dari balik pintu kaca bertuliskan Studio A. Wajahnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 49

    Malam itu, setelah makan malam keluarga yang tegang dan penuh sandiwara, Aurel melangkah keluar dari restoran seperti badai. Nafasnya memburu, dadanya sesak, seolah kata-kata yang ditelannya tadi membentuk bara panas yang mendidih. Tumit tingginya menghantam lantai marmer, menciptakan gema yang memantul-mantul di lorong kosong. Langkahnya cepat dan tajam, bukan sekadar menjauh, tapi melarikan diri dari emosi yang hampir tak tertahan.Dengan tangan gemetar, ia meraih ponselnya. Tak butuh waktu lama baginya untuk mencari satu nama yang sudah lama menjadi alat kekuasaan di balik bayangannya: Devan.Satu sentuhan di layar. Sambungan tersambung."Cari dia," desis Aurel, nyaris tanpa suara. Tapi tiap katanya seperti sembilu. "Nafeeza. Aku tidak peduli bagaimana caranya. Malam ini, dia harus hilang dari hidupku."Di ujung sana, Devan tertawa pendek, tawa dingin, seperti pisau yang digesek di permukaan logam."Tenang saja, Nona Aurel," jawabnya santai. "Saya tahu apa yang harus saya lakukan."

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 50

    Mobil Rafa melaju kencang membelah malam. Matanya waspada menelusuri setiap tikungan, setiap deretan lampu jalan, berharap menemukan bayangan mobil hitam itu.Di dalam mobil penculik, Nafeeza berusaha keras melawan. Mulutnya dibekap, kedua tangannya diikat ke belakang dengan tali kasar. Namun matanya, penuh api perlawanan, terus mencari celah.Saat mobil memperlambat di sebuah perempatan, Nafeeza melihat kesempatan. Ia menghentakkan tubuhnya, membuat salah satu penculik yang duduk di sebelahnya terkejut. Dalam sepersekian detik, kakinya menendang keras pintu samping, membuatnya sedikit terbuka.Penculik itu mengumpat kasar dan menarik pintu kembali, tapi terlambat, Nafeeza sempat menjatuhkan salah satu gelang kulitnya ke jalan, tanda kecil tapi penting.Tak jauh di belakang, Rafa melihat kilatan benda kecil jatuh dari mobil itu. Ia menginjak gas lebih dalam, perasaannya berkecamuk antara marah dan takut."Tahan, Feza... Aku akan segera datang," gumamnya.Mobil penculik membelok ke jal

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 51

    Di sebuah ruangan mewah, Aurel berjalan mondar-mandir dengan wajah murka. Ia baru saja menerima kabar: penculikan Nafeeza gagal total. Lebih buruk lagi, beberapa orang suruhannya tertangkap polisi, termasuk Devan, tangan kanannya yang paling dipercaya.Dengan geram, Aurel menghempaskan gelas kristal ke lantai.“Bodoh semua! Gagal menculik satu perempuan lemah!” serunya melengking. Orang-orang di sekitarnya spontan menunduk, tak berani menatap.Tak butuh waktu lama bagi Aurel untuk menenangkan diri. Ia segera menghubungi salah satu koneksi kuatnya.Dalam hitungan jam, lewat aliran uang besar dan tekanan dari tokoh berpengaruh, Devan berhasil dikeluarkan secara diam-diam dari tahanan. Semua bukti dan laporan dihapus, seolah-olah ia tak pernah berada di tempat kejadian.***Malam itu, di sebuah rumah aman yang tersembunyi, Devan berdiri di hadapan Aurel. Wajahnya penuh penyesalan.“Maafkan saya, Nona Aurel... kami tak menyangka ada saksi yang melihat,” katanya sambil menunduk dalam.Aure

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 52

    Angin malam masih berhembus pelan di halaman rumah Arfan. Suasana tampak tenang di luar, namun di dalam dada Arfan, badai tak kunjung reda. Ia berdiri di balkon, menatap bintang-bintang dengan tatapan kosong. Di tangannya, sebuah cangkir teh yang sudah mendingin. Pikiran tentang Nafeeza terus menghantui, meski ia telah berulang kali meyakinkan dirinya bahwa segalanya sudah berakhir. Namun yang lebih menyesakkan adalah Aurel. Wanita yang kini ada di sisinya, cantik, pintar, lembut di permukaan... tapi ada sesuatu dalam diri Aurel yang selalu membuat hatinya waspada. Seperti menatap taman indah yang menyimpan racun di balik kelopak bunga. *** Di tempat yang berbeda, Aurel duduk di ruang tengah rumah mewahnya, menyesap teh sambil menatap layar laptop. Vincent berdiri di belakangnya, memperlihatkan profil lengkap keluarga Rafa. “Namanya Rafa Aditya Mahendra. Putra sulung dari Mahendra Group, konglomerat bidang kesehatan dan properti. Ibunya, Ny. Prameswari, adalah pendiri yayasan amal

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01
  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 1

    "Garis dua?" gumamku lirih saat menatap test pack di tangan yang gemetar.Senyumku merekah perlahan. Tanganku terangkat, mengusap perutku yang masih rata. Rasanya seperti mimpi. Setelah penantian panjang, akhirnya ada kehidupan kecil yang tumbuh di dalam rahimku. Aku membayangkan reaksi mas Arfan, apakah ia akan terkejut? Atau justru menangis haru, seperti di video-video kejutan kehamilan yang sering aku tonton?Dengan hati-hati, kusimpan test pack itu di laci meja rias. Hari ini adalah ulang tahun pernikahan kami yang keempat. Aku sudah menyiapkan semuanya: dekorasi sederhana di ruang makan, hidangan favorit Arfan, dan kue kecil bertuliskan "Happy 4th Anniversary." Malam ini, aku akan memberinya kabar paling bahagia dalam hidup kami.Namun, tiba-tiba ponselku berdering. Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar. Aku sempat ragu, tapi rasa penasaran mengalahkan keraguanku.“Halo?” sapaku hati-hati.Tak ada jawaban. Hanya suara napas berat di ujung sana, sebelum akhirnya terdengar suara

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27

Bab terbaru

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 52

    Angin malam masih berhembus pelan di halaman rumah Arfan. Suasana tampak tenang di luar, namun di dalam dada Arfan, badai tak kunjung reda. Ia berdiri di balkon, menatap bintang-bintang dengan tatapan kosong. Di tangannya, sebuah cangkir teh yang sudah mendingin. Pikiran tentang Nafeeza terus menghantui, meski ia telah berulang kali meyakinkan dirinya bahwa segalanya sudah berakhir. Namun yang lebih menyesakkan adalah Aurel. Wanita yang kini ada di sisinya, cantik, pintar, lembut di permukaan... tapi ada sesuatu dalam diri Aurel yang selalu membuat hatinya waspada. Seperti menatap taman indah yang menyimpan racun di balik kelopak bunga. *** Di tempat yang berbeda, Aurel duduk di ruang tengah rumah mewahnya, menyesap teh sambil menatap layar laptop. Vincent berdiri di belakangnya, memperlihatkan profil lengkap keluarga Rafa. “Namanya Rafa Aditya Mahendra. Putra sulung dari Mahendra Group, konglomerat bidang kesehatan dan properti. Ibunya, Ny. Prameswari, adalah pendiri yayasan amal

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 51

    Di sebuah ruangan mewah, Aurel berjalan mondar-mandir dengan wajah murka. Ia baru saja menerima kabar: penculikan Nafeeza gagal total. Lebih buruk lagi, beberapa orang suruhannya tertangkap polisi, termasuk Devan, tangan kanannya yang paling dipercaya.Dengan geram, Aurel menghempaskan gelas kristal ke lantai.“Bodoh semua! Gagal menculik satu perempuan lemah!” serunya melengking. Orang-orang di sekitarnya spontan menunduk, tak berani menatap.Tak butuh waktu lama bagi Aurel untuk menenangkan diri. Ia segera menghubungi salah satu koneksi kuatnya.Dalam hitungan jam, lewat aliran uang besar dan tekanan dari tokoh berpengaruh, Devan berhasil dikeluarkan secara diam-diam dari tahanan. Semua bukti dan laporan dihapus, seolah-olah ia tak pernah berada di tempat kejadian.***Malam itu, di sebuah rumah aman yang tersembunyi, Devan berdiri di hadapan Aurel. Wajahnya penuh penyesalan.“Maafkan saya, Nona Aurel... kami tak menyangka ada saksi yang melihat,” katanya sambil menunduk dalam.Aure

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 50

    Mobil Rafa melaju kencang membelah malam. Matanya waspada menelusuri setiap tikungan, setiap deretan lampu jalan, berharap menemukan bayangan mobil hitam itu.Di dalam mobil penculik, Nafeeza berusaha keras melawan. Mulutnya dibekap, kedua tangannya diikat ke belakang dengan tali kasar. Namun matanya, penuh api perlawanan, terus mencari celah.Saat mobil memperlambat di sebuah perempatan, Nafeeza melihat kesempatan. Ia menghentakkan tubuhnya, membuat salah satu penculik yang duduk di sebelahnya terkejut. Dalam sepersekian detik, kakinya menendang keras pintu samping, membuatnya sedikit terbuka.Penculik itu mengumpat kasar dan menarik pintu kembali, tapi terlambat, Nafeeza sempat menjatuhkan salah satu gelang kulitnya ke jalan, tanda kecil tapi penting.Tak jauh di belakang, Rafa melihat kilatan benda kecil jatuh dari mobil itu. Ia menginjak gas lebih dalam, perasaannya berkecamuk antara marah dan takut."Tahan, Feza... Aku akan segera datang," gumamnya.Mobil penculik membelok ke jal

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 49

    Malam itu, setelah makan malam keluarga yang tegang dan penuh sandiwara, Aurel melangkah keluar dari restoran seperti badai. Nafasnya memburu, dadanya sesak, seolah kata-kata yang ditelannya tadi membentuk bara panas yang mendidih. Tumit tingginya menghantam lantai marmer, menciptakan gema yang memantul-mantul di lorong kosong. Langkahnya cepat dan tajam, bukan sekadar menjauh, tapi melarikan diri dari emosi yang hampir tak tertahan.Dengan tangan gemetar, ia meraih ponselnya. Tak butuh waktu lama baginya untuk mencari satu nama yang sudah lama menjadi alat kekuasaan di balik bayangannya: Devan.Satu sentuhan di layar. Sambungan tersambung."Cari dia," desis Aurel, nyaris tanpa suara. Tapi tiap katanya seperti sembilu. "Nafeeza. Aku tidak peduli bagaimana caranya. Malam ini, dia harus hilang dari hidupku."Di ujung sana, Devan tertawa pendek, tawa dingin, seperti pisau yang digesek di permukaan logam."Tenang saja, Nona Aurel," jawabnya santai. "Saya tahu apa yang harus saya lakukan."

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 48

    Rafa mengarahkan mobilnya menuju kawasan industri kreatif di pinggiran kota, tempat Avila Studio berdiri dengan anggunnya. Gedung kaca itu menjulang ramping, memantulkan cahaya matahari yang menyelusup di antara awan. Di dalam mobil, Nafeeza duduk diam. Tatapannya menembus jendela, membiarkan pikirannya tenggelam dalam pusaran kenangan, luka, dan tekad yang berusaha ia genggam erat.Saat mobil berhenti, Rafa sigap turun dan membukakan pintu untuk Nafeeza. Ia melangkah keluar perlahan, mengangkat bahunya seolah hendak mengusir rasa lelah yang mengendap di jiwanya. Ia tahu, kelemahannya tidak boleh tampak hari ini, terutama di depan orang-orang yang berharap terlalu banyak darinya.Mereka memasuki lobi Avila. Aroma kopi segar menyambut, berpadu dengan denting alat musik dari salah satu ruang rekaman. Suasana yang biasanya menenangkan justru terasa asing hari ini. Tak lama kemudian, seorang pria berambut cepak dan bertubuh tegap keluar dari balik pintu kaca bertuliskan Studio A. Wajahnya

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 47

    Begitu pintu tertutup di belakangnya, Nafeeza melangkah cepat menyusuri lorong kantor itu. Nafasnya terasa berat di dada, seolah tiap langkah menahan ledakan yang nyaris tak terbendung. Dari pantulan kaca di dinding, ia masih bisa melihat Arfan memandanginya, tatapan dingin yang dulu pernah membuatnya runtuh, kini hanya membangkitkan amarah yang membakar. Begitu keluar dari gedung Varenza, Nafeeza tak lagi bisa menahan gelombang emosi yang mendesak dari relung terdalamnya. Ia melangkah cepat ke sudut taman kecil di sisi parkiran, di bawah bayang pohon palem yang bergoyang diterpa angin. Nafasnya memburu, dadanya naik turun tak teratur, dan jemarinya yang gemetar mengepal erat. "Brengsek!" desis Nafeeza, suaranya meluncur tajam, membelah sunyi di antara deru lalu lintas. Matanya menyala penuh amarah, menatap langit biru yang terasa begitu menyesakkan, seolah seluruh dunia ikut menertawakan luka-luka yang baru saja dikoyak kembali. "Arfan bangsat!" Nafeeza kembali mengumpat, suarany

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 46

    Keesokan harinya…Arfan sedang berdiri di balik jendela besar ruangannya, terpaku pada pemandangan di bawah. Matanya kosong, menatap parkiran dengan pandangan yang tak bergerak. Dari kejauhan, ia melihat seorang pria muda berpakaian rapi, mengenakan jas dokter, membuka pintu mobil untuk Nafeeza. Mereka tertawa, tawa yang begitu alami, begitu dekat. Dari jarak yang jauh, Arfan bisa merasakan betul, ada sesuatu antara mereka.Jantungnya berdetak lebih cepat. Cemburu, marah, dan takut bercampur menjadi satu, merasuki setiap sudut tubuhnya. Ia mengepalkan tangan, menahan gejolak yang semakin tak terkendali. Sebuah rasa yang begitu asing, namun begitu kuat, melanda dadanya.Dengan kesal, Arfan berbalik dan melangkah ke meja kerjanya. Tangannya meraih ponsel yang tergeletak di atas meja, lalu berhenti sejenak. Ada pesan baru dari Aurel:"Sayang, nanti malam dinner bareng keluarga ya. Sekalian membahas tentang rencana pernikahan kita."Arfan mengetik balasan cepat, tanpa benar-benar membaca

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 45

    Nafeeza menghela napas pendek, lalu melengkungkan bibirnya dalam sebuah senyum tipis, sinis, dingin, sesuatu yang jarang sekali ia pertontonkan sejak meninggalkan Arfan bertahun lalu."Kalau kau pikir aku akan lari hanya karena gertakan, Aurel... berarti kau belum benar-benar mengenalku."Ia melangkah keluar ruangan, kembali bergabung dengan timnya seolah tak ada apa-apa yang terjadi. Namun di dalam kepalanya, sebuah ide perlahan bertunas, liar, berbahaya, dan nyaris terlalu menggoda untuk diabaikan.Malam itu, di kontrakannya yang sederhana, Nafeeza berdiri di depan cermin. Wajah yang dulu lemah dan terluka, kini menatap balik dengan ketegasan dan keanggunan."Arfan..." bisiknya lirih, seolah berbicara pada bayangannya sendiri. "Kau yang harus memilih. Aku tak akan mengejar. Tapi kalau Aurel mulai merasa terancam... mungkin memang seharusnya begitu."Jika Aurel ingin memainkan rasa cemburu sebagai senjata, maka Nafeeza siap menjadikan rasa itu alat perlindungan, bahkan mungkin... ala

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 44

    Di sebuah restoran mewah di pusat kota,Aurel duduk anggun di balik meja marmer, mengenakan gaun pastel lembut yang menonjolkan keanggunannya. Di hadapannya, Randy berdiri dengan ragu. Jemarinya gelisah di dalam saku jas sebelum akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.“Nona Aurel... saya baru kembali dari kantor pusat Veranza,” ucapnya hati-hati.Aurel menyesap kopi perlahan, lalu menatap Randy dengan alis terangkat. “Lalu?”“Di sana... saya melihat seseorang yang mungkin Anda kenal.” Ia jeda sejenak. “Nafeeza.”Gerakan Aurel terhenti. Cangkir kopi menggantung di udara, dan tatapannya langsung mengunci wajah Randy, tajam, penuh curiga.“Nafeeza? Maksudmu... Nafeeza itu?”Randy mengangguk pelan. “Iya. Mantan istri Tuan Arfan. Sekarang dia klien Avila Desain, bekerja sama dengan perusahaan kita. Bahkan, katanya sedang menangani proyek untuk brand terbaru Veranza.”Dahi Aurel berkerut. Ia tertawa kecil, sinis.“Lucu sekali. Nafeeza? Seorang desainer? Jangan bercanda, Randy. Dia bahka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status