Share

Bab 5a

Author: Nev Nov
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kejadian dengan Renata membuat Reynand sedikit lebih berhati-hati soal cewek. Reynand tidak pernah peduli dengan gosip di sekelilingnya, tetapi dia tidak suka bila orang-orang mengatakan dia merebut pacar orang.

“Pantang buat gue merebut pacar orang. Cewek banyak, Bro. Lu nggak harus naksir cewek orang lain biar bisa punya pacar.”

Itu yang selalu Reynand katakan pada teman-temannya. Makanya dia sangat kesal dengan masalah Renata. Dia berusaha keras untuk menghindar dari cewek itu. Namun, sepertinya penolakan Reynand tidak membuat Renata patah semangat. Nyaris setiap hari dia menelepon, SMS atau mencarinya di kantin. Sikap Renata yang posesif membuatnya sebal. Lucunya, kesebalan Reynand adalah hiburan bagi teman-temannya.

“Upz, Miss Universe datang.” Begitu ucapan Topan tiap kali melihat Renata muncul dan artinya itu waktu untuk Reynand menghilang dari pandangan.

“Hai, Kalian Semua. Ada ngelihat Reynand, nggak?” Renata tersenyum manis menghampiri mereka yang tengah asyik nongkrong di kantin.

“Nggak, Manis. Sepertinya Reynand nggak masuk hari ini.” Dedy menjawab sambil mengedipkan sebelah mata ke arah Renata.

“Oh gitu. Salam ya kalau kalian bertemu dia.”

“Siap, Manis.”

Dengan langkah gemulai Renata meninggalkan mereka. Setelahnya Roki mengetuk papan yang memisahkan meja mereka dengan dapur. Reynand muncul dari balik papan dengan muka kesal.

“Mau sampai kapan lu menghindar terus?” Roki bertanya pada Reynand yang duduk di sampingnya. Dia menyambar mangkuk berisi soto dan mulai makan dengan lahap.

“Gue udah nolak dia sekasar gue mampu, tapi tetap aja itu cewek nyariin gue terus. Nomor HP dia udah gue blok juga.” Reynand menjawab di sela kegiatannya mengunyah.

“Gue ada usul gimana caranya nolak dia.” Dedy berkata sambil menyeringai.

“Gimana?” Anjas kelihatan tertarik.

“Lu kejar cewek lain, Bro. Biar dia tahu lu udah nggak naksir dia."

"Ah, gila lu. Masalah baru itu mah.” Anjas menyela, tidak setuju dengan pendapat Dedy.

“Masalah baru gimana? Kalau Reynand punya cewek lain otomatis Renata akan berhenti ngejar. Masa' iya Reynand ada cewek lain dia nggak nyerah juga?”

Semua terdiam mendengar usul Dedy. Sekilas terdengar masuk akal. Reynand termenung. Menghabiskan sotonya, mengelap mulut dengan tisu dan berkata perlahan, “Usul lu bagus. Gue akan coba.”

Yes!” Dedy mengepalkan tangan memberi semangat. Roki dan Topan  mengedikkan bahu tidak peduli. Anjas mendecak lidah tidak setuju.

“Ada ide, cewek mana yang harus gue deketi?”

“Lu jangan cari cewek yang terlalu populer, Bro. Jenis mereka pasti sudah punya pacar. Cari yang biasa aja tapi nggak jelek juga. Yang penting bisa buat diajak jalan.” Dedy terus memberi usulan karena merasa pendapatnya diterima.

“Lu ngomongin cewek udah kayak ngomongin baju. Mereka punya perasaan, tauk.” Anjas melempar gulungan tisu ke arah kepala Dedy. Tidak habis pikir dengan isi otak Dedy.

“Ya udah, ada ide?” Reynand memandang berkeliling ke arah teman-temannya. “Kali ini gue nggak akan main-main, promise. Cariin cewek sederhana yang nggak banyak tingkah dan nggak populer.”

“Ehm, Ana gimana?” Roki mengusulkan.

“Siapa Ana?” Reynand bertanya heran.

“Ketua klub voli. Orangnya tinggi, kuat, rajin olahraga.”

“Oh dia. Gue nggak setuju. Terlalu laki-laki cewek itu. Bisa-bisa dia ngajak ribut semua cewek yang melirik Reynand.” Anjas berargumen.

“Jadi siapa?” tanya Dedy.

“Cindy.” Topan yang sepanjang perdebatan hanya diam, tiba-tiba memberi usulan. Keempat temannya menoleh.

“Cindy yang mana?” Reynand bertanya. Topan tidak menjawab, mengedikkan kepala ke arah serombongan cewek yang berjalan melewati mereka. Reynand memperhatikan cewek-cewek itu memegang alat musik. Ada biola, gitar, dan banyak jenis lagi.

“Yang megang gitar, itu Cindy. Anggota klub musik. Anaknya manis. Menurut kabar yang gue dengar, dia naksir lu.” Topan menjelaskan dengan suara pelan.

Reynand memperhatikan gadis yang dimaksud. Tidak terlalu tinggi, langsing, dan mempunyai wajah tirus yang menarik meski tidak bisa dikatakan sangat cantik. Gadis-gadis itu berjalan sambil melirik ke arah mereka duduk. Reynand terus memperhatikan Cindy yang rombongannya tertahan tepat di hadapan mereka oleh kereta dorong berisi piring-piring kotor.

“Oke, kenalin gue sama dia, Topan.” Reynand setuju.

Kelompok mereka menyeringai puas. Akhirnya terbebas juga dari cerewetnya Renata. Sebelum pergi, Cindy sempat mengerling ke arah Reynand. Mata mereka bersirobok dan Cindy memalingkan wajahnya yang memerah.

“Dari dulu urusan cinta-cintaan lu ama cewek selalu bikin kita pusing.” Anjas menggerutu.

“Bukan salah gue terlahir ganteng, Bro. Salah kalian yang tercipta biasa-biasa aja.” Reynand menimpali dengan cuek, membuat teman-temannya geram. Tanpa banyak kata meninggalkan Reynand sendiri untuk membayar makanan mereka.

“Woi, bayar dulu, woi!” Teriakan Reynand tak dihiraukan mereka.

***

Kantor terasa sunyi saat sore hari. Eleanor terus berkutat dengan pekerjaan. Menghitung, menandai, dan membuat laporan di komputer. Sesekali berbicara serius di telepon untuk mengonfirmasi jadwal dengan klien. Juwita yang duduk tidak jauh dari meja Eleanor juga sibuk menyusun dokumen. Akhir bulan pak direktur akan keluar negeri untuk ekspansi perusahaan. Dan mereka berdua dituntut menyiapkan dokumen perusahaan yang diperlukan secepatnya.

“Kak, apa Pak Direktur akan pergi sendirian?”

“Nggak. Dengan Kepala Manajer Pak Jaya juga beberapa staf lain.” Eleanor menjawab tanpa menolehkan kepala dari atas keyboard.

“Kenapa Kakak nggak ikut? Bukannya Kakak yang tahu seluk-beluk dokumen dan semuanya?”

“Sudah kuserahkan sama Tomi, staf Pak Jaya. Dia bisa menghubungiku kapan pun saat memerlukan sesuatu. Aku nggak bisa ikut karena ada beberapa pertemuan harus dihadiri.”

“Oh, gitu.” Juwita akhirnya paham.

“Kenapa banyak tanya? Bilang saja kamu ingin oleh-oleh kalau aku ke luar negeri, 'kan?” Eleanor memandang ke arah Juwita yang menyeringai lucu.

“Ih ketahuan, hihihi.”

“Minta langsung saja pada Pak Direktur.”

“Yah setelah itu langsung ditendang.” Juwita memutar bola matanya, Eleanor tertawa lirih. Tiba-tiba HP-nya berbunyi. Dia memeriksa nomor yang tertera di layar dan mengangkatnya.

“Hallo, selamat sore.”

“Sore, Eleanor. Apa kabar?” Suara laki-laki yang dalam dan sopan terdengar dari ujung telepon.

“Pak Ferdinand, kabar baik. Ada yang bisa saya bantu?”

“Ah, selalu to the point, Eleanor.”

“Bapak terlalu menyanjung.” Eleanor menjawab sopan.

“Bagaimana kalau kita bertemu malam ini? Ada beberapa perubahan yang akan kukatakan. Dan aku menginginkan persetujuanmu sebelum kucetak.”

“Apa tidak bisa diutarakan di telepon?” Eleanor mengerutkan kening.

“Tidak, karena ada banyak.” Jawaban tegas Ferdinand membuat Eleanor menghela napas. Dia kurang suka rapat di luar dan hanya berdua dengan laki-laki, tetapi demi pekerjaan harus dilakukan.

“Baiklah, malam ini jam tujuh di Kafe M?”

Good, perfectSee you tonight. Bye, Eleanor.”

Bye.” Eleanor menutup telepon dan memutar badannya menghadap Juwita. “Juwita, malam ini kamu ada acara?”

“Nggak, Kak. Ada apa?”

“Bagus. Aku traktir makan malam sekalian ketemu klien.”

Yes, tentu saja mau.”

“Cepat selesaikan pekerjaanmu. Jam setengah enam kita meluncur.” Eleanor melanjutkan pekerjaannya.

Juwita terlihat berseri-seri dan berkata yes dalam hati. Sudah lama dia ingin ikut pertemuan dengan klien. Menurutnya itu sesuatu yang bagus dan penting. Dia bekerja sudah hampir setahun di perusahaan ini. Selama menjadi asisten Eleanor dia merasa sangat menyukai pekerjaannya. Eleanor adalah atasan juga teman yang baik yang selalu bisa membimbingnya. Di bawah asuhan Eleanor, kemampuannya dalam bekerja berkembang sangat pesat. Dan akhirnya tiba waktunya mereka memberikan kesempatan untuk ikut meeting dengan klien. Juwita merasa bahagia.

Related chapters

  • Suamiku ABG   Bab 5b

    Malam ini di rumah akan ada acara makan malam keluarga. Dirga akan ke Eropa tepatnya Italia untuk beberapa lama. Sebelum pergi, Dirga mengumpulkan seluruh anak dan cucunya. Rencana kepergian kali ini adalah untuk mengurus sesuatu yang sangat penting. Sepertinya pembukaan cabang dengan investor besar.Pasti bakalan berisik. Para om dan tante itu akan banyak bicara. Membosankan.Reynand menggerutu dalam hati. Jujur jika boleh memilih dia tidak akan ikut acara makan malam keluarga. Namun kakeknya akan marah besar, dan dia tidak ingin kakek marah.“Eh, mau ke mana? Masih sore gini mau pulang?” Dedy heran melihat Reynand merapikan tas dan perlengkapan sekolah. Hari ini tidak ada jadwal latihanbandjadi mereka menghabiskan waktu di kelas untuk nongkrong dan mengerjakan PR. Lebih tepatnya terpaksa mengerjakan tugas daripada kena masalah.“Ada acara malam ini di rumah. Tante dan om gue akan datang semua buat makan mala

  • Suamiku ABG   Bab 6a

    Malam yang ramai, jalanan masih sibuk meski jam pulang kerja telah lewat. Pekerjaan yang menumpuk membuat Eleanor terpaksa menunda jam pertemuan. Lebih lambat dua jam dari waktu yang disepakati, setelah pemberitahuan sebelumnya Ferdinand setuju waktu diundurkan.“Kak, apa aku sudah kelihatan cantik?” Juwita mengedipkan mata ke arah Eleanor yang tengah menyetir. Wajahnya yang bulat montok sangat menggemaskan.“Sangat, seperti boneka. Inimeetingbiasa bukan ikut kontes kecantikan. Santai saja, Juwita.” Eleanor menenangkan Juwita yang sepertinya sangat gelisah.“Aku juga maunya begitu, Kak. Dirimu enak. Langsing, cantik, tirus, mau pakaimake-upatau nggak tetap saja cantik.”“Hahaha! Dan kamu montok menggemaskan. Banyak yang bilang padaku melihatmu seperti melihat boneka lucu dan ingin dimiliki.”“Benarkah? Siapa yang bilang begitu, Kak? Pegawai dari bagian m

  • Suamiku ABG   Bab 6b

    Setelah peristiwa malam itu, Reynand lebih banyak mengurung diri di kamar sampai waktu pemberangkatan kakeknya ke Eropa. Dia tahu semua orang di perusahaan tengah sibuk, tetapi itu bukan urusannya. Terlebih setelah pertemuannya dengan Eleanor dan berakhir dengan dia mencium wanita itu. Sampai sekarang dia tak habis pikir kenapa melakukan perbuatan seperti itu. Eleanor memang meremehkannya, tetapi bukan berarti dia harus mencium wanita itu. Terkadang, dia merasa gila karena berbuat nekat.Seperti biasa, pulang sekolah dan selesai makan malam, Reynand mengutak-atik komputernya atau bermain gitar. Pikirannya mengembara pada perkenalannya dengan Cindy, yang seperti perkiraannya nyaris tanpa halangan. Dibandingkan Renata, Cindy memang kalah cantik, tetapi dia punya sesuatu yang manis dalam dirinya. Caranya tertawa membuat orang lain betah mengobrol lama-lama dengannya.“Menurut lu Cindy gimana?” Dedy bertanya penasaran karena dilihatnya Reynand tenang-tenang saj

  • Suamiku ABG   Bab 1

    Pagi yang berisik di jalanan yang padat. Suara makian orang-orang di luar, juga bising kendaraan tidak memecah konsentrasi Eleanor dalam mengendarai mobilnya. Orang-orang gak berpendidikan,gerutunya dalam hati.Memakai kacamata hitam, matanya lurus ke depan memandang jalan. Jakarta terasa padat menyesakkan setiap pagi di jalan yang Eleanor lalui. Suara klakson ditimpa dengan makian pengendara seakan-akan membawa suasana pagi nan damai berubah jadi area perang. Eleanor membawa mobilnya melaju pelan di antara lalu lintas yang padat.Headsetterpasang di telinga kanannya untuk menerima telepon yang tidak ada habisnya. Sebentar-sebentar matanya melirik spion, memperhatikan suasana sekitar.“Selamat pagi, Pak Sandy. Iya betul, saya Eleanor. Bagaimana denganmeetinghari ini? Bisa? Oke, nanti akan saya konfirmasi dengan Bapak Direktur. Terima kasih.”Nada bicara Eleanor berubah-ubah dalam menelepon

  • Suamiku ABG   Bab 2

    Benar dugaannya, gerbang sekolah sudah tutup. Reynand mengeluh dalam hati, mencari akal, dia memarkir motor di dekat warung samping sekolahan.“Mang, gue nitip dulu, ya.”“Mau ngapain lu lewat belakang? Tadi gue lihat ada yang ketangkap lewat sana.” Sarjo pemilik warung memberitahu dengan waswas.“Itu urusan entar. Gue jalan dulu.” Dia berlari secepat kilat meninggalkan Sarjo, menuju halaman belakang sekolah. Melemparkan tas lebih dulu, selanjutnya memakai ranting pohon yang menjorok keluar dari pohon di dalam halaman, Reynand memanjat pelan. Dengan lompatan ringan dia mendarat selamat di halaman belakang sekolah. Dia terperangah kaget melihat Hadi berdiri di hadapannya dengan wajah tanpa senyum. Guru olahraga yang terkenal angker saat ini tengah memegang penggaris besi di tangannya.Aduh, mati gue!“Bagus sekali ya, Reynand. Sangat teladan kamu.” Hadi menegurnya dengan pelan.“Maa

  • Suamiku ABG   Bab 3

    “Ah ... lu gila, Bro! Bisa-bisanya bawa nama kakek buat alasan.” Roki menggeleng sambil melihat Reynand yang tengah duduk santai makan mi ayam. Sore itu sekolah sudah sepi. Mereka duduk di samping warung Sarjo. Reynand yang wajahnya masih lebam-lebam mengedikkan bahu. Di depannya ada Roki dan Dedy. Sebenarnya, dia bisa saja mengatakan kalau sekretaris sang kakek datang menyelamatkannya, tetapi entah kenapa dia merasa enggan bicara soal wanita itu.“Terpaksa. Itu guru tiba-tiba nongol di depan gue. Ya alasan yang kepikir cuma Kakek.”“Ckckck. Pantesan lu dapat hukuman dobel. Udah lari, nyapu halaman pula.” Dedy menimpali.“Udah, jangan ingetin gue lagi. Sebenarnya cewek yang mereka bela itu yang mana orangnya?” Reynand bertanya pada Roki yang duduk di depannya.“Udah gue cari tahu. Si Sherly itu yang cewek kelas 2. Centil, rambut cokelat sebahu.” Dedy memberi tanda di bahunya.“Si cen

  • Suamiku ABG   Bab 4

    Selesai rapat, Eleanor tergesa-gesa pulang. Dia pamit karena ada urusan penting. Dengan kecepatan tinggi, dia memacu mobilnya. Sejam kemudian, dia buru-buru memarkir mobil. Dengan langkah tergesa memasuki rumah. Mencopot sepatu di depan pintu dan setengah berlari menuju kamar adiknya.“Maaf Kakak terlambat, Andro. Bisa kita berangkat sekarang?” Adiknya sudah duduk tenang menunggu di atas kursi roda.“Nggak apa-apa, Kak. Pasti sibuk dan macet ya?”“Iya, ada rapat penting. Kamu sudah siap, 'kan?”Aleandro mengangguk. Eleanor mendorong kursi roda adiknya ke depan. Sampai ruang tamu dia menghentikan kursi roda dan berjalan menuju pintu kecil yang menghubungkan ruang tamu dengan ruangan kecil di sebelahnya. Ruangan itu berfungsi sebagai toko roti. Seketika tercium wangi mentega dan aroma gula-gula membuat perut Eleanor berkeriuk lapar.“Ma, Pa. Kami pergi dulu, ya.” Dia berteriak untuk pamitan.&ldq

Latest chapter

  • Suamiku ABG   Bab 6b

    Setelah peristiwa malam itu, Reynand lebih banyak mengurung diri di kamar sampai waktu pemberangkatan kakeknya ke Eropa. Dia tahu semua orang di perusahaan tengah sibuk, tetapi itu bukan urusannya. Terlebih setelah pertemuannya dengan Eleanor dan berakhir dengan dia mencium wanita itu. Sampai sekarang dia tak habis pikir kenapa melakukan perbuatan seperti itu. Eleanor memang meremehkannya, tetapi bukan berarti dia harus mencium wanita itu. Terkadang, dia merasa gila karena berbuat nekat.Seperti biasa, pulang sekolah dan selesai makan malam, Reynand mengutak-atik komputernya atau bermain gitar. Pikirannya mengembara pada perkenalannya dengan Cindy, yang seperti perkiraannya nyaris tanpa halangan. Dibandingkan Renata, Cindy memang kalah cantik, tetapi dia punya sesuatu yang manis dalam dirinya. Caranya tertawa membuat orang lain betah mengobrol lama-lama dengannya.“Menurut lu Cindy gimana?” Dedy bertanya penasaran karena dilihatnya Reynand tenang-tenang saj

  • Suamiku ABG   Bab 6a

    Malam yang ramai, jalanan masih sibuk meski jam pulang kerja telah lewat. Pekerjaan yang menumpuk membuat Eleanor terpaksa menunda jam pertemuan. Lebih lambat dua jam dari waktu yang disepakati, setelah pemberitahuan sebelumnya Ferdinand setuju waktu diundurkan.“Kak, apa aku sudah kelihatan cantik?” Juwita mengedipkan mata ke arah Eleanor yang tengah menyetir. Wajahnya yang bulat montok sangat menggemaskan.“Sangat, seperti boneka. Inimeetingbiasa bukan ikut kontes kecantikan. Santai saja, Juwita.” Eleanor menenangkan Juwita yang sepertinya sangat gelisah.“Aku juga maunya begitu, Kak. Dirimu enak. Langsing, cantik, tirus, mau pakaimake-upatau nggak tetap saja cantik.”“Hahaha! Dan kamu montok menggemaskan. Banyak yang bilang padaku melihatmu seperti melihat boneka lucu dan ingin dimiliki.”“Benarkah? Siapa yang bilang begitu, Kak? Pegawai dari bagian m

  • Suamiku ABG   Bab 5b

    Malam ini di rumah akan ada acara makan malam keluarga. Dirga akan ke Eropa tepatnya Italia untuk beberapa lama. Sebelum pergi, Dirga mengumpulkan seluruh anak dan cucunya. Rencana kepergian kali ini adalah untuk mengurus sesuatu yang sangat penting. Sepertinya pembukaan cabang dengan investor besar.Pasti bakalan berisik. Para om dan tante itu akan banyak bicara. Membosankan.Reynand menggerutu dalam hati. Jujur jika boleh memilih dia tidak akan ikut acara makan malam keluarga. Namun kakeknya akan marah besar, dan dia tidak ingin kakek marah.“Eh, mau ke mana? Masih sore gini mau pulang?” Dedy heran melihat Reynand merapikan tas dan perlengkapan sekolah. Hari ini tidak ada jadwal latihanbandjadi mereka menghabiskan waktu di kelas untuk nongkrong dan mengerjakan PR. Lebih tepatnya terpaksa mengerjakan tugas daripada kena masalah.“Ada acara malam ini di rumah. Tante dan om gue akan datang semua buat makan mala

  • Suamiku ABG   Bab 5a

    Kejadian dengan Renata membuat Reynand sedikit lebih berhati-hati soal cewek. Reynand tidak pernah peduli dengan gosip di sekelilingnya, tetapi dia tidak suka bila orang-orang mengatakan dia merebut pacar orang.“Pantang buat gue merebut pacar orang. Cewek banyak, Bro. Lu nggak harus naksir cewek orang lain biar bisa punya pacar.”Itu yang selalu Reynand katakan pada teman-temannya. Makanya dia sangat kesal dengan masalah Renata. Dia berusaha keras untuk menghindar dari cewek itu. Namun, sepertinya penolakan Reynand tidak membuat Renata patah semangat. Nyaris setiap hari dia menelepon, SMS atau mencarinya di kantin. Sikap Renata yang posesif membuatnya sebal. Lucunya, kesebalan Reynand adalah hiburan bagi teman-temannya.“Upz,Miss Universedatang.” Begitu ucapan Topan tiap kali melihat Renata muncul dan artinya itu waktu untuk Reynand menghilang dari pandangan.“Hai, Kalian Semua. Ada ngelihat Reynand, ngg

  • Suamiku ABG   Bab 4

    Selesai rapat, Eleanor tergesa-gesa pulang. Dia pamit karena ada urusan penting. Dengan kecepatan tinggi, dia memacu mobilnya. Sejam kemudian, dia buru-buru memarkir mobil. Dengan langkah tergesa memasuki rumah. Mencopot sepatu di depan pintu dan setengah berlari menuju kamar adiknya.“Maaf Kakak terlambat, Andro. Bisa kita berangkat sekarang?” Adiknya sudah duduk tenang menunggu di atas kursi roda.“Nggak apa-apa, Kak. Pasti sibuk dan macet ya?”“Iya, ada rapat penting. Kamu sudah siap, 'kan?”Aleandro mengangguk. Eleanor mendorong kursi roda adiknya ke depan. Sampai ruang tamu dia menghentikan kursi roda dan berjalan menuju pintu kecil yang menghubungkan ruang tamu dengan ruangan kecil di sebelahnya. Ruangan itu berfungsi sebagai toko roti. Seketika tercium wangi mentega dan aroma gula-gula membuat perut Eleanor berkeriuk lapar.“Ma, Pa. Kami pergi dulu, ya.” Dia berteriak untuk pamitan.&ldq

  • Suamiku ABG   Bab 3

    “Ah ... lu gila, Bro! Bisa-bisanya bawa nama kakek buat alasan.” Roki menggeleng sambil melihat Reynand yang tengah duduk santai makan mi ayam. Sore itu sekolah sudah sepi. Mereka duduk di samping warung Sarjo. Reynand yang wajahnya masih lebam-lebam mengedikkan bahu. Di depannya ada Roki dan Dedy. Sebenarnya, dia bisa saja mengatakan kalau sekretaris sang kakek datang menyelamatkannya, tetapi entah kenapa dia merasa enggan bicara soal wanita itu.“Terpaksa. Itu guru tiba-tiba nongol di depan gue. Ya alasan yang kepikir cuma Kakek.”“Ckckck. Pantesan lu dapat hukuman dobel. Udah lari, nyapu halaman pula.” Dedy menimpali.“Udah, jangan ingetin gue lagi. Sebenarnya cewek yang mereka bela itu yang mana orangnya?” Reynand bertanya pada Roki yang duduk di depannya.“Udah gue cari tahu. Si Sherly itu yang cewek kelas 2. Centil, rambut cokelat sebahu.” Dedy memberi tanda di bahunya.“Si cen

  • Suamiku ABG   Bab 2

    Benar dugaannya, gerbang sekolah sudah tutup. Reynand mengeluh dalam hati, mencari akal, dia memarkir motor di dekat warung samping sekolahan.“Mang, gue nitip dulu, ya.”“Mau ngapain lu lewat belakang? Tadi gue lihat ada yang ketangkap lewat sana.” Sarjo pemilik warung memberitahu dengan waswas.“Itu urusan entar. Gue jalan dulu.” Dia berlari secepat kilat meninggalkan Sarjo, menuju halaman belakang sekolah. Melemparkan tas lebih dulu, selanjutnya memakai ranting pohon yang menjorok keluar dari pohon di dalam halaman, Reynand memanjat pelan. Dengan lompatan ringan dia mendarat selamat di halaman belakang sekolah. Dia terperangah kaget melihat Hadi berdiri di hadapannya dengan wajah tanpa senyum. Guru olahraga yang terkenal angker saat ini tengah memegang penggaris besi di tangannya.Aduh, mati gue!“Bagus sekali ya, Reynand. Sangat teladan kamu.” Hadi menegurnya dengan pelan.“Maa

  • Suamiku ABG   Bab 1

    Pagi yang berisik di jalanan yang padat. Suara makian orang-orang di luar, juga bising kendaraan tidak memecah konsentrasi Eleanor dalam mengendarai mobilnya. Orang-orang gak berpendidikan,gerutunya dalam hati.Memakai kacamata hitam, matanya lurus ke depan memandang jalan. Jakarta terasa padat menyesakkan setiap pagi di jalan yang Eleanor lalui. Suara klakson ditimpa dengan makian pengendara seakan-akan membawa suasana pagi nan damai berubah jadi area perang. Eleanor membawa mobilnya melaju pelan di antara lalu lintas yang padat.Headsetterpasang di telinga kanannya untuk menerima telepon yang tidak ada habisnya. Sebentar-sebentar matanya melirik spion, memperhatikan suasana sekitar.“Selamat pagi, Pak Sandy. Iya betul, saya Eleanor. Bagaimana denganmeetinghari ini? Bisa? Oke, nanti akan saya konfirmasi dengan Bapak Direktur. Terima kasih.”Nada bicara Eleanor berubah-ubah dalam menelepon

DMCA.com Protection Status