"Bayu sendiri pernah menyampaikan untuk bercerai belum Nis," tanya mas Bagas serius. "Waktu awal aku tau kejadiannya dan aku bahas masalah cerai dia gak mau komentar apa-apa tentang cerai, dia malah mengancamku akan menjual tokonya," jawabku menjelaskan. "Sampai sekarang kamu belum pernah membahasnya lagi?" tanya mas Bagas tegas. "Belum, entahlah dia sepertinya tak mau bercerai tapi, intinya dia cuma mau enaknya sendiri aja Mas," jawabku bingung. "Kalau begitu kamu harus segera menegaskan semuanya," ujar mas Bagas tegas. "Kalau di lihat dari perlakuannya ke kamu,maaf ya Nis, kayaknya dia udah gak menginginkanmu lagi ya, harusnya dia akan mudah untuk di ajak cerai kan," ujar mbak Ani. "Iya gak papa kok Mbak,aku tau kok, entahlah, aku sadar betul dia sudah sama sekali tak ada cinta lagi buatku,” jawabku jujur. “Atau mungkin saja dari awal menikah dia gak pernah cinta, tapi aku sendiri bingung kenapa dia masih mempertahankanku," jawabku bingung. "Bahkan diapun membebaskanku menge
"Eh masih pada di sini rupanya," ucap mas Bayu masuk rumah. "Masuk rumah tuh ya ucap salam Mas," sindirku. "Aku pikir gak ada orang, karna biasanya kamu selalu tidur, kalau gak tidur pasti juga pergi entah ke mana," jawab mas Bayu asal. "Ada orang atau gak ada, masuk rumah itu harus tetap ucap salam Mas," jawabku emosi. "Iya iya Assalamu'alaikum Anisa, Mas Bagas, Mbak Anita," ucap Bayu seraya menyeringai. Rasanya benar-benar ingin ku tampar mukanya. "Gak salam dikomentari, kasih salam dicuekin maunya apa coba," sindir mas Bayu. "Iya Bay wa'alaikumussalam.. " jawab mas Bagas datar. "Ayo An, kita pulang sekarang," ucap mas Bagas seraya bangkit dari duduknya. "Gak mau ngobrol-ngobrol dulu Mas, kita kan sudah lama gak ketemu," kata mas Bayu basa-basi. "Aku masih ada urusan," jawab mas Bagas singkat. "Urusan perceraian yah?" sindir mas Bagas. Mas Bagas hanya menoleh sekilas tanpa menjawab apa-apa. "Ayo Mas buruan," ucap mbak Ani seraya berjalan cepat menuju mobil. "Kamu harus
"Mas mau makan siang apa, nanti aku pesankan," ucapku ketika mobil hampir sampai rumah. "Belum juga sampai rumah An," jawab mas Bagas seraya mengulas senyum. Beberapa waktu terahir ini aku sangat bahagia. Mas Bagas memperlakukanku dengan sangat baik. "Andai saja bisa seperti ini selamanya," batinku. "Ah tidak tidak," ucapku dengan mengibas-ibaskan tanganku. "Apanya yang tidak An?" tanya mas Bagas bingung. "Nggak, ini pesan sekarang aja, biar nanti sampai rumah makanan juga sudah sampai ini udah lewat waktu makan siang kan, untung aja tadi kita sempat sholat zuhur dulu di rumah Nisa," jawabku gagap. "Iya untung tadi kamu ngingetin buat sholat dulu, kalo gak, keburu Bayu datang kita bisa kehabisan waktu zuhur," ucap mas Bagas semangat. "Makasih ya Mas udah ngajarin aku sholat," ucapku tulus. "Yang ngajarin tuh Pak Ustadz bukan aku," jawabnya seraya tertawa. "Tapi kan berkat petunjuk dari kamu," ucapku tak mau kalah. "Alhamdulillah, kalau bisa bermanfaat," ucapnya ikhlas. "K
"Jika itu akan membuatmu lebih baik maka akan ku berikan, ini masih menjadi kewajibanku untuk memenuhi hakmu," ucapnya seraya mengangkat daguku. Kemudian mendekatkan bibirnya pada bibirku.Sentuhan bibirnya terasa begitu lembut. Tangannya mulai membuka kancing kemejaku satu persatu tanpa melepas kecupannya di bibirku. Sekarang bibirnya turun ke leher dilanjutkan dengan kecupan kecupan kecil sampai ke dadaku, tanpa sadar akupun melenguh menikmati sapuan bibir dan lidahnya. Sementara tangan kananya menurunkan rokku, tangan kirinya terus membelai dadaku dengan lembut. Dengan cekatan mas Bagas membuka celananya dan kamipun melakukan penyatuan dengan penuh cinta.Tidak sampai disitu mas Bagas bahkan mengajakku dengan gaya permainan yang berbeda-beda membuat sensasi kenikmatan yang berbeda pula disetiap masing-masing posisi. Baru kali ini aku merasa diperlakukan dengan penuh kelembutan dan kasih sayang oleh suamiku yang sebentar lagi akan pergi. Rasanya begitu sakit jika mengingat hal
"An aku minta keikhlasanmu ya, aku berdoa semoga segala yang terjadi pada kita, bisa kita rasakan sebagai hal terbaik yang Allah berikan untuk kita," ucap tulus mas Bagas. "Iya Mas, InshaAllah aku siap," ucapku dengan mengulas senyum. "Bismillahirrohmaanirrohiim... aku jatuhkan talakku kepada Anita anastia binti Surahman, karena Allah," ucap mas Bagas seraya memegang kepalaku. "Aku terima talakmu Mas," lirihku dengan menunduk. "Setelah ini kita masih bisa berteman kan Mas, apa kapan-kapan aku boleh berkunjung ke rumahmu?" tanyaku khawatir. Ada rasa tak rela, untukku melepaskan mas Bagas tapi aku tau ini yang terbaik. "Tentu saja An, kita harus tetap menjaga ikatan silaturahmi kita," jawab mas Bagas yakin seraya berjalan ke luar rumah. Aku mengikutinya berjalan mendekat ke motornya. "Makasih ya Mas, besok kita mulai urus perceraian kita ya, lalu kita lanjut urus sertifikat toko," ucapku basa-basi hanya ingin mengulur waktu agar mas Bagas tidak segera pergi. "Iya An," jawab mas
Setelah satu tahun berikutnya. "Sari dulu pernikahanmu dilakukan sangat biasa dan sekarang pesta pernikahanmu sungguh luar biasa,padahal sekarang sudah bukan perjaka sama perawan lagi" ucap Ibu Rina tetanggaku seraya cekikikan. "Sekarang kan Bagas sudah jadi orang sukses, tentu saja Bagas tidak mau hari bahagianya di lewati dengan biasa saja kan," Ibu tetangga yang lain ikut menimpali. "Iya Bu Alhamdulillah, karena saya sekarang di mampukan untuk membuat pesta, saya ingin memberikan yang terbaik untuk istri saya Bu," jawab mas Bagas sopan. "Padahal seingatku dulu usaha bagas juga sukses lho, bahkan termasuk usaha sablon yang besar dilingkungan kita kan ya," Ibu Lani ikut menimpali. "Ya anggap saja yang sekarang lebih sukses dari yang dulu Bu," jawab mas Bagas seraya tersenyum sopan. "Tuh kan Mas, aku bilang juga apa, gak perlu pesta-pesta aku malu," bisikku pada mas Bagas. "Gak papa aku ingin membangun keluarga baru yang semuanya dimulai dari awal dengan yang terbaik untukmu,ak
"Mas Bagas, selamat menempuh hidup baru ya," ucap Ardi serius seraya memeluk mas Bagas. Kami semua terdiam melihatnya. Tapi kemudian di susul dengan gelak tawa. "Kamu mengagetkanku saja Di," ucap mas Bagas dengan tertawa juga. "Tapi serius Mas, selamat ya, ingat jangan kamu sia-siakan lagi mbak Sari, karna jika itu terjadi kamu gak akan bisa dapatkan gantinya," ucap Ardi serius. "Tumben kamu ngomong bener Di," ledek mas Bagas. "Sepertinya aku sudah harus lebih sering ngomong Mas, biar gak lagi kehilangan masa indah berkeluarga," ucap Ardi haru. "Ayah... Tania boleh makan ini," ucap Tania manja seraya menunjukkan es krim coklat di tangannya. "Boleh dong sayang kenapa gak boleh," jawab Ardi seraya menggendong Tania. "Bunda selalu bilang Tania gak boleh makan es krim coklat nanti giginya jadi gak cantik trus nanti jadi gendut gak cantik," ucap Tania dengan logat lucunya. "Gak papa, selama Tania jadi orang baik Tania akan tetap cantik," ucap Ardi seraya mengusap kepala Tania. "B
Seminggu setelahnya. sampailah aku dan mas Bagas pulang dari Bali. Kami langsung menuju rumah Ibu karena anak-anak tinggal di sana bersama Nisa."Assalamu'alaikum... anak-anak.... aku pulang...." ucapku semangat seraya masuk rumah.Aku benar-benar tak sabar ingin bertemu mereka semua. "Mamah...... " ucap Rafif girang seraya lari ke arahku. "Rafif kangen Mamah," ucap Rafif seraya memelukku erat. "Mamah juga kangen banget, kaka mana Fif?" tanyaku dengan melepas pelukan Rafif. "Kaka main futsal lah, apalagi," jawab Rafif semangat. "Kalau sama papah kangen gak nih," ucap mas Bagas seraya berjongkok dan membuka lebar tangannya. "Kangen si tapi... kata mamah Papah sibuk gak boleh sama Papah dulu," ucap Rafif ragu. Mas Bagas langsung memeluk Rafif. "Enggak sayang, sekarang papah udah gak sibuk lagi, sekarang kita bisa bermain bersama terus," ucap Mas Bagas meyakinkan. "Beneran Pah?" tanya Rafif ragu seraya melepas pelukannya. Karena ke egoisanku, dulu Rafif sering nangis minta ketem