"Ayo kita makan...." ucap mas Bagas semangat ketika ayam goreng telah siap di hidangkan. "Ayooo..." ucap Adit dan Rafif antusias. "Ayo makan yang banyak Mah, sekarang kamu agak kurusan," ucap mas Bagas seraya menatapku dalam. Kenapa aku jadi grogi gini melihat tatapannya, "Astaghfirullah," lirihku. "Kenapa Mah, gak enak ayamnya?" tanya mas Bagas seraya tersenyum padaku. "Gak, enak kok enak," ucapku gagap. Dan membuatku batuk karena tersedak. "Hati-hati Mah, pelan-pelan," ucap mas Bagas seraya menepuk-nepuk punggungku pelan. Aku menggeser tubuhku, aku khawatir mas Bagas terlalu berlebihan padaku padahal kami sudah bukan suami istri lagi. Dan mas Bagas pun tanggap. "Maaf Sar, maaf," ucap mas Bagas seraya menghentikan aktifitasnya dan menggeser duduknya sedikit menjauh dariku.Anak-anak masih terus makan tanpa menghiraukan kami. "Mah Rafif ngantuk," kata Rafif seraya mengucek-ucek matanya. "Makannya habiskan dulu Fif," jawabku. "Tapi sudah kenyang Mah, sudah ngantuk juga," Re
"Assalamu'alaikum," ucapku sembari melangkah masuk ke dalam rumah Ibu. "Wa'alaikumussalam..." jawab Anita yang sedang duduk di sofa ruang tamu. "Kok kamu sendirian, Nisa mana?" tanyaku seraya duduk di sofa berhadapan dengan Ani. "Setelah pulang dari makan ayam Nisa langsung tidur, kayaknya capek banget dia," jawab Ani seraya menunjuk arah kamar. "Kamu gak tidur, atau mau pulang aja tidur di rumah?" tanyaku memberi tawaran. "Kita mau pulang aja Mas? gak nginep sini dulu barang semalam, kasihan Nisa sendirian?" tanya Ani. "Ya terserah kamu aja, kalau mau pulang kita pulang, kalau mau di sini aku juga gak masalah di sini juga ada beberapa kamar kosong," jawabku. “Bayu belum pulang?” tanyaku seraya mengedarkan pandangan. “Belum, Nisa bilang Bayu akan pulang malam,” jawab Ani. "Kamu kenapa pulang ke sini Mas, gak nginep?" tanya Ani heran. "Nginep di mana?" tanyaku dengan mengangkat bahu. "Nginep di rumah lamamu lah bareng Sari," ucap Ani heran. "Ya nggak lah, mana boleh An," ja
"Aku tak ada niat untuk menghalangimu Mas, tapi tetap saja, ini adalah pertama kalinya aku akan di talak,” ucap Ani sedih. “Selama ini aku yang selalu menceraikan suami-suamiku," lanjut Ani seraya tersenyum tapi matanya berkaca. "Maafkan aku An, aku tidak bisa berbuat banyak untukmu," ucapku tulus. "Justru semua ini terjadi karna salahku Mas, jadi tak perlu berfikir untuk minta maaf," ucap Ani dengan menarik nafas dalam seraya tersenyum. "Sari waktu mendengar kata talakmu pasti dia sangat sakit hati Mas, dan sakitnya jauh dari pada yang ku rasakan sekarang," lanjutnya dengan menunduk. "Itulah yang membuatku bersikap dingin padamu An, aku benar-benar tak tega melihat Sari waktu itu," ucapku seraya mengusap wajahku kasar. "Sebenarnya selama ini setiap laki-laki yang jadi suamikupun tidak ada yang benar-benar mencintaiku, tapi aku sama sekali tak sakit hati," ucap Ani dengan bangga seraya tersenyum lebar. "Tapi bukan maksudku gak mau di cerai olehmu ya Mas, sungguh aku ingin melih
"Bayu sendiri pernah menyampaikan untuk bercerai belum Nis," tanya mas Bagas serius. "Waktu awal aku tau kejadiannya dan aku bahas masalah cerai dia gak mau komentar apa-apa tentang cerai, dia malah mengancamku akan menjual tokonya," jawabku menjelaskan. "Sampai sekarang kamu belum pernah membahasnya lagi?" tanya mas Bagas tegas. "Belum, entahlah dia sepertinya tak mau bercerai tapi, intinya dia cuma mau enaknya sendiri aja Mas," jawabku bingung. "Kalau begitu kamu harus segera menegaskan semuanya," ujar mas Bagas tegas. "Kalau di lihat dari perlakuannya ke kamu,maaf ya Nis, kayaknya dia udah gak menginginkanmu lagi ya, harusnya dia akan mudah untuk di ajak cerai kan," ujar mbak Ani. "Iya gak papa kok Mbak,aku tau kok, entahlah, aku sadar betul dia sudah sama sekali tak ada cinta lagi buatku,” jawabku jujur. “Atau mungkin saja dari awal menikah dia gak pernah cinta, tapi aku sendiri bingung kenapa dia masih mempertahankanku," jawabku bingung. "Bahkan diapun membebaskanku menge
"Eh masih pada di sini rupanya," ucap mas Bayu masuk rumah. "Masuk rumah tuh ya ucap salam Mas," sindirku. "Aku pikir gak ada orang, karna biasanya kamu selalu tidur, kalau gak tidur pasti juga pergi entah ke mana," jawab mas Bayu asal. "Ada orang atau gak ada, masuk rumah itu harus tetap ucap salam Mas," jawabku emosi. "Iya iya Assalamu'alaikum Anisa, Mas Bagas, Mbak Anita," ucap Bayu seraya menyeringai. Rasanya benar-benar ingin ku tampar mukanya. "Gak salam dikomentari, kasih salam dicuekin maunya apa coba," sindir mas Bayu. "Iya Bay wa'alaikumussalam.. " jawab mas Bagas datar. "Ayo An, kita pulang sekarang," ucap mas Bagas seraya bangkit dari duduknya. "Gak mau ngobrol-ngobrol dulu Mas, kita kan sudah lama gak ketemu," kata mas Bayu basa-basi. "Aku masih ada urusan," jawab mas Bagas singkat. "Urusan perceraian yah?" sindir mas Bagas. Mas Bagas hanya menoleh sekilas tanpa menjawab apa-apa. "Ayo Mas buruan," ucap mbak Ani seraya berjalan cepat menuju mobil. "Kamu harus
"Mas mau makan siang apa, nanti aku pesankan," ucapku ketika mobil hampir sampai rumah. "Belum juga sampai rumah An," jawab mas Bagas seraya mengulas senyum. Beberapa waktu terahir ini aku sangat bahagia. Mas Bagas memperlakukanku dengan sangat baik. "Andai saja bisa seperti ini selamanya," batinku. "Ah tidak tidak," ucapku dengan mengibas-ibaskan tanganku. "Apanya yang tidak An?" tanya mas Bagas bingung. "Nggak, ini pesan sekarang aja, biar nanti sampai rumah makanan juga sudah sampai ini udah lewat waktu makan siang kan, untung aja tadi kita sempat sholat zuhur dulu di rumah Nisa," jawabku gagap. "Iya untung tadi kamu ngingetin buat sholat dulu, kalo gak, keburu Bayu datang kita bisa kehabisan waktu zuhur," ucap mas Bagas semangat. "Makasih ya Mas udah ngajarin aku sholat," ucapku tulus. "Yang ngajarin tuh Pak Ustadz bukan aku," jawabnya seraya tertawa. "Tapi kan berkat petunjuk dari kamu," ucapku tak mau kalah. "Alhamdulillah, kalau bisa bermanfaat," ucapnya ikhlas. "K
"Jika itu akan membuatmu lebih baik maka akan ku berikan, ini masih menjadi kewajibanku untuk memenuhi hakmu," ucapnya seraya mengangkat daguku. Kemudian mendekatkan bibirnya pada bibirku.Sentuhan bibirnya terasa begitu lembut. Tangannya mulai membuka kancing kemejaku satu persatu tanpa melepas kecupannya di bibirku. Sekarang bibirnya turun ke leher dilanjutkan dengan kecupan kecupan kecil sampai ke dadaku, tanpa sadar akupun melenguh menikmati sapuan bibir dan lidahnya. Sementara tangan kananya menurunkan rokku, tangan kirinya terus membelai dadaku dengan lembut. Dengan cekatan mas Bagas membuka celananya dan kamipun melakukan penyatuan dengan penuh cinta.Tidak sampai disitu mas Bagas bahkan mengajakku dengan gaya permainan yang berbeda-beda membuat sensasi kenikmatan yang berbeda pula disetiap masing-masing posisi. Baru kali ini aku merasa diperlakukan dengan penuh kelembutan dan kasih sayang oleh suamiku yang sebentar lagi akan pergi. Rasanya begitu sakit jika mengingat hal
"An aku minta keikhlasanmu ya, aku berdoa semoga segala yang terjadi pada kita, bisa kita rasakan sebagai hal terbaik yang Allah berikan untuk kita," ucap tulus mas Bagas. "Iya Mas, InshaAllah aku siap," ucapku dengan mengulas senyum. "Bismillahirrohmaanirrohiim... aku jatuhkan talakku kepada Anita anastia binti Surahman, karena Allah," ucap mas Bagas seraya memegang kepalaku. "Aku terima talakmu Mas," lirihku dengan menunduk. "Setelah ini kita masih bisa berteman kan Mas, apa kapan-kapan aku boleh berkunjung ke rumahmu?" tanyaku khawatir. Ada rasa tak rela, untukku melepaskan mas Bagas tapi aku tau ini yang terbaik. "Tentu saja An, kita harus tetap menjaga ikatan silaturahmi kita," jawab mas Bagas yakin seraya berjalan ke luar rumah. Aku mengikutinya berjalan mendekat ke motornya. "Makasih ya Mas, besok kita mulai urus perceraian kita ya, lalu kita lanjut urus sertifikat toko," ucapku basa-basi hanya ingin mengulur waktu agar mas Bagas tidak segera pergi. "Iya An," jawab mas
"Alhamdulillah sekarang Rehan udah bisa pulang," ucapku seraya memeluk Rehan. "Ayah mana Bun? katanya mau jemput Rehan?" tanya Rehan seraya memandang arah pintu. "Mungkin sebentar lagi datang, atau sepertinya Ayah akan langsung menyusul ke rumah," jawabku menyemangati Rehan. "Tapi Rehan takut Ayah gak datang," ucap Rehan dengan tertunduk lesu. "Bunda telepon Ayah sekarang yah," ucapku seraya meraih hpku di tas. "Iya Bunda, telepon sekarang cepat, Rehan mau pulang sama Ayah," ucap Rehan begitu semangat. "Rehan mau pulang ke tempat Ayah?" tanyaku cemas. "Iya, kan kemarin Bunda bilang, kalau Rehan udah sembuh Rehan boleh ikut Ayah," jawabnya dengan mata berkaca. Aku seperti tak mau merelakan, tapi juga tak kuasa merusak kebahagiaan Rehan yang baru sembuh dari sakitnya. "Bunda akan tepati janji Bunda kan," ucap Rehan menyadarkanku. "Iya Iyah, tentu saja," jawabku gugup. "Kalo gitu Bunda telepon Ayah sekarang, Rehan pengin mainan sama Ayah cepet," ucap Rehan seraya menggoyang-go
"Mbak Sari aku minta nasehatnya aku minta sarannya aku lagi bingung banget Mbak," rengekku pada mbak Sari. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, sudah serahkan saja pada dokter tugas kamu sekarang tinggal berdo'a," jawab mbak Sari bijak. "Masalahnya sudah tiga hari panasnya belum turun juga, dan Rehan terus saja memanggil Ayahnya, dokter juga menyarankan untuk segera memanggil Ayahnya," ucapku ragu. "Apa gak sebaiknya kamu beritahu Bayu tentang keadaan Rehan sekarang," ucap mbak Sari memberi saran. "Itu dia masalahnya Mbak, aku sempat berfikir jika Rehan bisa melewati masa ini maka Rehan akan benar-benar bisa lepas dari Bayu," ucapku penuh harap. "Jika Rehan sudah bisa lepas dari Bayu maka aku akan segera mengajukan permohonan cerai,” ucapku ragu. “Tapi keadaan Rehan sekarang membuatku bingung juga, baiknya gimana ya Mbak," lanjutku dengan putus asa. "Aku tau ini hal yang berat untukmu, tapi ini juga berat buat Rehan, mungkin untuk saat ini, kamu ngalah dulu aja ya, biarkan Rehan
"Tania mau mampir dulu gak?" tanya Niar ketika sampai di rumah tantenya Niar. "Udah malam ya, besok-besok aja, udah main seharian mau istirahat dulu ya Tan," ucapku menolak. "Apa kita mampir dulu sebentar Yah, sebentar aja," rayu Tania padaku. "Kan udah main seharian ini, besok juga ketemu lagi sama tantenya," bujukku. "Sebentar aja, sebentaaaaar banget Yah," Tania terus saja merengek. "Ya sudah tapi bentaran aja," ucapku menyerah. "Oke, makasih Ayah," ucap Tania seraya ke luar mobil. Aku pun menepikan mobilku kemudian turun dari mobil. "Kayaknya ada tamu di dalam?" tanyaku seraya berjalan ke dalam. "Kayaknya si iya," jawab Niar dengan terus melanjutkan langkahnya. "Assalamu'alaikum," ucap kami serempak di depan pintu. "Wa'alaikumsalam.. " jawab serempak orang-orang dari dalam. Kemudian Niar membuka pintu dan masuk rumah, aku dan Tania lekas mengikutinya. "Niar ini Halim sudah lama nungguin kamu," ucap tantenya Niar. Aku mendekat menyalami semua orang di dalam tak lupa T
"Tunggu-tunggu, kok Mbak Niar bisa kenal juga sama suaminya Bening, dan berarti Bening masih punya suami?" ucap Nisa terlihat bingung. "Kan sudah ku bilang, gak ada yang gak aku ketahui," jawab Niar dengan khas sombongnya. "Tadi kebetulan kami lihat mereka di rumah makan yang kami datangi," jawabnya lagi menjelaskan. "Dia kayaknya masih berstatus istri orang tapi kemungkinan besar dia akan menceraikan suaminya, karena di lihat tadi dia sudah gak mau lagi peduli sama suaminya," ucap Niar yakin. Sekarang aku tau kenapa Niar begitu tertarik ingin tau masalah Bayu tadi, ternyata benar dia ingin membantu Nisa, aku yang kakanya bahkan tak ada usaha apapun untuk membantunya. "Terus untuk Rehan gimana Mbak, gimana kalau Bayu menuntut hak asuh anak juga," ucap Nisa khawatir. "Sebernarnya kalau Bayu terbukti dengan kuat dia selingkuh maka hak asuh anak akan jatuh padamu Nis," ucapku meyakinkan. "Tapi, percuma juga Rehan bersamaku kalau dia terus-terusan maunya sama ayahnya," keluh Nisa.
"Assalamu'alaikum.. " ucapku seraya mengetuk pintu rumah Nisa. "Wa'alaikumsalam.. Oh Om Ardi Rehan kira Ayah yang pulang," ucap Rehan sambil membuka pintu rumah.“Siapa yang datang Re?” tanya Nisa dari dalam. “Tania Bun,” jawab Rehan. "Eh Mas Ardi kok sama mbak Niar, ada Tania juga sini masuk," ucap Nisa mempersilahkan kami masuk. "Duduk Mas, Mbak aku ambil minum dulu ya," ucap Nisa seraya berjalan ke belakang. "Kopi ya Nis," ucap Niar sedikit berteriak. "Iya Mbak,Mas Ardi juga kopi?" ucap Nisa juga berteriak. "Ya boleh," jawabku. "Rehan kok sedih, Rehan gak suka ya aku datang ke sini?" tanya Tania murung. "Suka kok, aku cuma kangen Ayah, Ayah sudah lama gak pulang," ucap Rehan sedih. "Kamu telepon aja, vidio call sama Ayahmu," ucap Tania memberi saran. "Bunda sudah mencoba, tapi Ayah gak bisa di hubungi," jawab Rehan putus asa. "Pakai ponsel Ayahku aja sini," ucap Tania seraya menggandeng tangan Rehan mendekat padaku. "Ayah coba telepon Ayahnya Rehan Yah," pinta Tania pa
"Akhirnya bisa jalan-jalan dan makan di luar sama tante Niar, Tania seneng banget deh," ucap Tania semangat. "Jalan-jalannya memang udah tapi makannya belum, jangan bilang udah makan, tante lapar ini," ucap Niar seraya mengusap perutnya dengan ekspresi memelas. Niar nih lucu banget bersamanya bener-bener rame dan gak ada bosennya. "Oh iya kita baru mau makan ya, Tante jangan nangis dong yuk kita makan makanan kesukaan Tante," ucap Tania seraya menggandeng Niar ke dalam. "Mereka terlihat begitu kompak, Niar benar-benar memposisikan diri seperti teman bagi Tania," batinku. "Ayah kenapa senyum-senyum sendiri, ayo cepat masuk ini tante sudah kelaparan," ucap Tania mengagetkan dari lamunanku. "Aduh aw," teriak Niar karena tertabrak oleh orang tak di kenal. Untung saja aku sudah berada di dekatnya sehingga aku bisa menopang tubuhnya agar tidak jatuh. "Heh punya mata gak si, main tabrak aja!" teriak Niar. "Kamu gak papa?" tanyaku khawatir seraya membantunya berdiri tegak. "Heh berh
"Assalamu'alaikum mbak Sari gimana keadaanmu?" tanya Ardi masuk ruangan. "Wa'alaikumsalam Alhamdulillah baik Di, mas Bagas kasih tau kamu kalau aku di rumah sakit?" tanya mbak Sari. "Nggak Mbak, Tania merengek minta ke rumah Mbak Sari katanya pengin main sama tante Niar, waktu aku datang sepi, kata art nya Mbak lagi di rawat jadi aku langsung ke sini aja," jawabku jujur. "Tapi kalau di rumah sakit kan gak mungkin main, entar bisa di semprot sama pasien sebelah," jawab Niar sambil tertawa. "Ya gak papa gak main dulu nanti mainnya kalau tante Sari sudah sehat dan sudah di rumah," jawab Tania dengan logat lucunya. "Ini aku bawakan makanan buat mbak Sari buat Niar juga," ucapku seraya menyodorkan kantong makanan. "Aku sudah makan, makanan dari rumah sakit tadi Di, kalian aja makan kebetulan mbak Niar belum makan tuh," ucap mbak Sari. "Tapi kamu makan buahnya ya Sar, ini sudah aku kupasin," ucap Niar seraya menyodorkan buah yang sudah dipotong di piring. "Iya Mbak, ya sudah kalian
"Kok bayi si, Mbak Sari hamil lagi?" tanyaku tak percaya. "Iya Nis aku lagi hamil," jawab mbak Sari dengan tersenyum. "Kalau dia gak sedang hamil mana mungkin dia bertahan dengan kakamu yang kurang ajar itu," ucap mbak Niar emosi. "Jaga omonganmu Mbak, bagaimanapun mas Bagas itu suamiku, aku tetap gak terima kamu ngatain dia begitu," ucap mbak Sari terlihat emosi. "Iya Sar, maaf maaf, suasananya benar-benar membuatku gak bisa nahan emosi nih," jawab mbak Niar seraya cengengesan. "Alesan aja kamu Mbak, pokonya aku gak mau ya, denger kamu ngatain mas Bagas lagi," ucap mbak Sari tegas. "Iya Sari aku janji," jawab mbak Niar seraya nyengir. "Apakah Mbak Sari juga berniat untuk cerai sama mas Bagas?" tanyaku memastikan. "Ya waktu itu memang sempat terfikir untuk cerai, wanita mana yang tahan dimadu Nis," jawab mbak Sari dengan tertunduk."Tapi aku kan gak boleh egois, aku juga harus memikirkan bayiku ini, jadi aku coba berdamai dengan keadaan aku akan coba menerima takdir ini," ucap
"Apa kamu sungguh bisa bantu aku Mbak?" tanyaku tak sabar. "Yah kamu gimana udah pernah ngajuin buat cerai belum?" tanya mbak Niar seperti menuntutku. "Yah gimana, aku belum bisa cerai karena Bayu terus saja mempengaruhi anakku," keluhku. "Katanya sekarang sudah hampir sebulan gak pulang?" tanya mbak Niar menegaskan. "Iyah tapi pengaruhnya Bayu yang dulukan masih ada sampe sekarang, kalau aku cerai maka aku yang di salahkan sama Rehan dan bisa-bisa Rehan gak mau lagi sama aku," keluhku. "Eh kamu cari perempuan buat godain suamimu, kalau dia udah jatuh cinta suruh cewe itu buat rayu suamimu agar menceraikanmu dan meninggalkan anakmu," ucap mbak Niar."Kasih aja perempuan itu semua hartamu, perempuan macam itu pasti bakal seneng banget," lanjutnya yakin. "Nanti kamu tunjukkan ke anakmu kalau suamimu yang ngusir kamu, kasih liat dia kalau dia juga gak butuh anakmu, biar anakmu tau siapa yang salah," ucap mbak Niar mantab. "Tapi selama ini Bayu tuh gak pernah naruh hati sama peremp