"Assalamu'alaikum Mah, ada apa ini Mah? kenapa berantakan gini, Mamah gak papa?" tanya Adit panik. “Wa’alaikumsalam Dit, kamu udah pulang, gak lupa sholat kan? udah makan nak?” tanyaku mengalihkan pembicaraan. “Udah semuanya Mah, ini kenapa? ada apa Mah?” cecar Adit. "Tadi ada Ibu-ibu bikin keributan di sini Dit," jawabku dengan tertunduk lesu. "Kenapa bisa begitu, memangnya Mamah bikin salah apa sama Ibu itu," cecar Adit tak sabar. "Nggak Dit, ini cuma salah paham aja," jawabku menenangkan Adit. “Salah paham gimana maksudnya, jelasin Mamah!” tanya Adit mulai keras. “Ada Ibu yang marah sama suaminya, trus ributnya di warung mamah,jadinya gini deh, berantakan,” jawabku dengan senyum lebar. Aku mencoba membuat Adit tidak mempermasalahkan hal ini. “Mamah gak nuntut minta ganti rugi Mah, yang pecah banyak ini loh,” tanya Adit meminta penjelasan. “Orang lagi marah-marah gitu,mana bisa dimintai ganti rugi yang ada tambah ngamuk dia,” jawabku sambil tertawa. "Lagian, kok bisa si o
“Pak Ustadz setelah ngaji nanti Adit mau bicara ya? Pak Ustadz ada waktu?” tanyaku pada pada Pak Ustadz. “Iyah ada Dit ada kok,” jawab Pak Ustadz. “Gimana Dit, mau crita apa?” tanya Pak Ustadz setelah selesai ngaji. Akupun mnceritakan yang terjadi sama Mamah kemarin. “Menurut Pak Ustadz Mamah harus lanjut jualan atau berhenti aja?” tanyaku bingung. “Lanjutkan saja, berdagang itu pekerjaan yang mulia, yang penting niat Ibu kamu baik demi menghidupi keluarga,” ucap Pak Ustadz memberi saran. “InshaAllah nanti Allah akan membukakan mata orang-orang sekitar sehingga bisa melihat kebenarannya kalau Ibumu memang benar-benar jualan tanpa tujuan yang buruk seperti yang mereka tuduhkan,” lanjut Pak Ustadz memberi semangat. “Baik Ustadz terimakasih pencerahannya, saya jadi semangat lagi,” jawabku. “Lalu kenapa masih murung? katanya semangat lagi?” tanya Pak Ustadz penuh selidik. “sebenarnya ada masalah lagi Ustadz,” ucapku ragu. “Katakanlah Adit,” pinta Pak Ustadz. “Tadi pagi Papah me
"Mah ini Adit dapat bonus dari main futsal Mah," Ucap Adit sambil menyerahkan beberapa lembar uang ratusan. "Alhamdullah.... kok banyak banget Dit," tanyaku tak percaya. "Alhamdulillah Mah," jawab Adit seraya tersenyum lebar kemudian memelukku. "Kamu senang melakukannya Dit?" tanyaku memastikan. "Senanglah itukan hobi Adit, apalagi dapat uang seneng banget Adit Mah," jawab Adit girang. "Kalo gitu kenapa uangnya dikasih ke Mamah?" tanyaku memastikan. "Ya gak papa Adit pengennya kasih ke Mamah,itu yang buat Adit tambah seneng, karna bisa kasih Mamah," jawabnya sambil tersenyum lebar. "Adit gak pengen beli apa-apa beli sepeda atau HP baru mungkin?" pancing ku. "Gak usah Mah sepeda dan hpnya masih bagus kok," jawab Adit yakin. "Kalau baju, gak pengen beli baju?" pancing ku lagi. "Enggak Mamah, Adit gak perlu apa-apa, Adit pengennya kasih ke Mamah,Adit emang seneng main futsal Mah, gak butuh hadiahnya," ucap Adit sambil mengibas-ngibaskan tangannya. "Syukurlah kalau Adit berpres
"Dagingnya sekilo ya Bu," ucapku pada penjual Daging di pasar. "Iya Bu, sebentar saya siapkan," jawab penjual ramah. "Ahirnya bisa kebeli tu daging," ucap salah satu pembeli yang ternyata adalah Nisa. Aku masih diam tak menghiroukannya. “Setelah di tinggal suami jadi budeg sekarang,” ucap Nisa sambil menghalangi jalanku. “Eh ada orang ternyata, aku pikir ada suara tanpa rupa, setelah berhasil menjebak orang sekarang tempat nongkrongnya bukan Mall lagi tapi pasar rupanya,” sindirku. "Mbak Sari gak ngucapin trimakasih padaku," ucap Nisa padaku. "Untuk apa?karna telah berhasil menunjukan sifat aslinya?" kataku cuek. "Kalo aku gak buat mas Bagas nikah sama mbak Ani, mana kebeli itu daging mbak, jangankan sekilo daging, telor aja kadang ada kadang nggak," ejek Nisa sinis. "Maaf ya Nisa, sayangnya aku beli daging ini bukan dari pemberiannya mas Bagas," jawabku tegas. "Oh iya, apakah mbak Sari sudah dapat laki-laki kaya lagi, kasihan dia nasibnya akan sial seperti kakaku," ucap Nis
Tentang Anisa"Halo mas Bayu, lagi ngapain si, lama banget angkat telponnya!" bentakku dari sambungan telepon. "Ngapain lagi, ya ngurusin bisnis lah, gimana si kamu!" jawab mas Bayu ketus. "Iya tapi di mana sekarang?" desakku. "Di hotel ketemu rekan?" jawabnya. "Hotel mana?" tanyaku lagi. "Mau ngapain si kamu, aneh banget!" jawab mas Bayu keras. "Aku mau nyusul ke situ, aku pengen jalan-jalan," rengekku beralasan. "Ya udah besok kita jalan-jalan ya, kamu pengin ke mana?" jawab Mas Bayu mulai melunak. "Aku maunya sekarang Mas!" aku terus memaksa. "Gak usah ribet lah, aku lagi sibuk banget nih," ucap mas Bayu mulai meninggi lagi. "Tinggal kasih tau alamat hotelnya biar aku nyusul ke situ susah amat!" ujarku terus memaksa. "Kamu ada-ada aja, udah besok aja," jawab mas Bayu. "Mas itu suara apaan mas," tanyaku berbisik."Apa?Sudahlah, gak usah bikin masalah, aku sibuk udahan ya!" bentak mas Bayu lalu mematikan panggilan secara sepihak. Kok tadi kaya ada suara mendesah gitu ya,
"Mau kemana Mas? gak sarapan dulu?" tanyaku pada mas Bayu yang terlihat buru-buru. "Ketemu distributor," jawab Mas Bayu sambil memakai sepatunya. "Katanya mau ngajak aku jalan-jalan," ucapku merajuk. "Ya makanya aku buat ketemu pagi, biar nanti siang kita bisa pergi jalan-jalan," jawabnya sambil berjalan ke luar. "Ya Baiklah," jawabku sambil menuju ke kamar. Aku segera mengambil tas dan bergegas mengikuti Mas Bayu. Mas Bayu menuju hotel dan..itukan mbak Sinta apa benar mereka ada main di belakangku."Mas Bayu ngapain di sini sama mbak Sinta?" tanyaku pada mas Bayu dan mbak Sinta dihalaman parkir hotel. "Ya aku kan sudah bilang mau ketemu distributor kebetulan mbak Sinta ini perantarannya," kata mas Bayu sambil tersenyum pada mbak Sinta. "Iya nih Nis, aku juga pengen belajar bisnis, bosen jadi karyawan terus, kamu ada perlu di sini juga?" tanya mbak Sinta. "Nggak.. tadi aku pengen keluar aja jalan-jalan malah liat kalian di sini jadi aku samperin aja,boleh nggak aku gabung sam
"Hussy udah yuk katanya mau ke kafe," ucap mbak Sari sambil menarik tangan si mbak lalu beranjak pergi. Kenapa dia bilang begitu, kalau suamiku dengan kaka iparnya berarti mbak Sinta, gak mungkin yang dimaksud mbak Sari kan. Apa benar mereka tau tentang mas Bayu yah, aku harus memastikan. Sebaiknya aku menunggu mereka keluar dari kafe agar aku bisa bicara dengan mbak itu tanpa ada mbak Sari.Tadi dia bilang limabelas menit,aku rasa itu tidak terlalu lama gak papa lah aku tunggu demi kepastian. 10 menit berlalu, meski bosan aku tak akan menyerah. Ah itu dia keluar.Setelah mereka berpisah aku langsung kejar si mbak. Setelah dia menepikan motornya, akupun menepikan mobilku. “Maaf mbak kamu siapanya mbak Sari, apa kamu kenal suamiku?” tanyaku sopan. “Namaku Niar, aku tetangga Sari ketika dia tinggal di rumah yang dulu, kalau suamimu aku gak kenal,” jawabnya sopan. “Lalu kenapa kamu tadi bahas masalah suamiku, apa ada hubungannya juga sama mbak Sari?” tanyaku penasaran. “Gimana c
Kembali ke Sari"Permisi Pak, saya mau antar makanan untuk Adit, katanya latian di sini?" tanyaku pada pengurus futsal Adit. "Ooh iya benar, silahkan masuk saja Bu," jawab Pak pelatih. "Kalau saya titip saja di sini boleh Pak, nanti tolong sampaikan ke Adit kue ini untuknya dan teman-temannya," pintaku sopan. "Ooh gitu ya tentu saja boleh, Ibu ini siapa maaf? " tanya Pak pelatih dengan sopan. "Saya mamahnya Adit Pak, nama saya Sari," jawabku sopan. "Ooh mamahnya, saya Seno pelatih futsalnya," ucap Pak Seno seraya mengulurkan tangan. "Saya sudah dengar banyak tentang anda dari Adit," jawabku seraya menjabat tangannya. "Kalau Ibu tidak buru-buru bisakah kita bicara sebentar?" ucap Pak Seno sambil menunjuk kursi di ruang tunggu. "Apakah ada masalah dengan Adit Pak?" tanyaku khawatir. "Nggak kok Bu, bukan masalah mari sambil duduk Bu," jawab Pak Seno sambil berjalan ke arah kursi. Dan akupun mengikutinya duduk. "Jadi begini Bu, dua minggu lagi akan ada pertandingan besar tingkat
"Alhamdulillah sekarang Rehan udah bisa pulang," ucapku seraya memeluk Rehan. "Ayah mana Bun? katanya mau jemput Rehan?" tanya Rehan seraya memandang arah pintu. "Mungkin sebentar lagi datang, atau sepertinya Ayah akan langsung menyusul ke rumah," jawabku menyemangati Rehan. "Tapi Rehan takut Ayah gak datang," ucap Rehan dengan tertunduk lesu. "Bunda telepon Ayah sekarang yah," ucapku seraya meraih hpku di tas. "Iya Bunda, telepon sekarang cepat, Rehan mau pulang sama Ayah," ucap Rehan begitu semangat. "Rehan mau pulang ke tempat Ayah?" tanyaku cemas. "Iya, kan kemarin Bunda bilang, kalau Rehan udah sembuh Rehan boleh ikut Ayah," jawabnya dengan mata berkaca. Aku seperti tak mau merelakan, tapi juga tak kuasa merusak kebahagiaan Rehan yang baru sembuh dari sakitnya. "Bunda akan tepati janji Bunda kan," ucap Rehan menyadarkanku. "Iya Iyah, tentu saja," jawabku gugup. "Kalo gitu Bunda telepon Ayah sekarang, Rehan pengin mainan sama Ayah cepet," ucap Rehan seraya menggoyang-go
"Mbak Sari aku minta nasehatnya aku minta sarannya aku lagi bingung banget Mbak," rengekku pada mbak Sari. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, sudah serahkan saja pada dokter tugas kamu sekarang tinggal berdo'a," jawab mbak Sari bijak. "Masalahnya sudah tiga hari panasnya belum turun juga, dan Rehan terus saja memanggil Ayahnya, dokter juga menyarankan untuk segera memanggil Ayahnya," ucapku ragu. "Apa gak sebaiknya kamu beritahu Bayu tentang keadaan Rehan sekarang," ucap mbak Sari memberi saran. "Itu dia masalahnya Mbak, aku sempat berfikir jika Rehan bisa melewati masa ini maka Rehan akan benar-benar bisa lepas dari Bayu," ucapku penuh harap. "Jika Rehan sudah bisa lepas dari Bayu maka aku akan segera mengajukan permohonan cerai,” ucapku ragu. “Tapi keadaan Rehan sekarang membuatku bingung juga, baiknya gimana ya Mbak," lanjutku dengan putus asa. "Aku tau ini hal yang berat untukmu, tapi ini juga berat buat Rehan, mungkin untuk saat ini, kamu ngalah dulu aja ya, biarkan Rehan
"Tania mau mampir dulu gak?" tanya Niar ketika sampai di rumah tantenya Niar. "Udah malam ya, besok-besok aja, udah main seharian mau istirahat dulu ya Tan," ucapku menolak. "Apa kita mampir dulu sebentar Yah, sebentar aja," rayu Tania padaku. "Kan udah main seharian ini, besok juga ketemu lagi sama tantenya," bujukku. "Sebentar aja, sebentaaaaar banget Yah," Tania terus saja merengek. "Ya sudah tapi bentaran aja," ucapku menyerah. "Oke, makasih Ayah," ucap Tania seraya ke luar mobil. Aku pun menepikan mobilku kemudian turun dari mobil. "Kayaknya ada tamu di dalam?" tanyaku seraya berjalan ke dalam. "Kayaknya si iya," jawab Niar dengan terus melanjutkan langkahnya. "Assalamu'alaikum," ucap kami serempak di depan pintu. "Wa'alaikumsalam.. " jawab serempak orang-orang dari dalam. Kemudian Niar membuka pintu dan masuk rumah, aku dan Tania lekas mengikutinya. "Niar ini Halim sudah lama nungguin kamu," ucap tantenya Niar. Aku mendekat menyalami semua orang di dalam tak lupa T
"Tunggu-tunggu, kok Mbak Niar bisa kenal juga sama suaminya Bening, dan berarti Bening masih punya suami?" ucap Nisa terlihat bingung. "Kan sudah ku bilang, gak ada yang gak aku ketahui," jawab Niar dengan khas sombongnya. "Tadi kebetulan kami lihat mereka di rumah makan yang kami datangi," jawabnya lagi menjelaskan. "Dia kayaknya masih berstatus istri orang tapi kemungkinan besar dia akan menceraikan suaminya, karena di lihat tadi dia sudah gak mau lagi peduli sama suaminya," ucap Niar yakin. Sekarang aku tau kenapa Niar begitu tertarik ingin tau masalah Bayu tadi, ternyata benar dia ingin membantu Nisa, aku yang kakanya bahkan tak ada usaha apapun untuk membantunya. "Terus untuk Rehan gimana Mbak, gimana kalau Bayu menuntut hak asuh anak juga," ucap Nisa khawatir. "Sebernarnya kalau Bayu terbukti dengan kuat dia selingkuh maka hak asuh anak akan jatuh padamu Nis," ucapku meyakinkan. "Tapi, percuma juga Rehan bersamaku kalau dia terus-terusan maunya sama ayahnya," keluh Nisa.
"Assalamu'alaikum.. " ucapku seraya mengetuk pintu rumah Nisa. "Wa'alaikumsalam.. Oh Om Ardi Rehan kira Ayah yang pulang," ucap Rehan sambil membuka pintu rumah.“Siapa yang datang Re?” tanya Nisa dari dalam. “Tania Bun,” jawab Rehan. "Eh Mas Ardi kok sama mbak Niar, ada Tania juga sini masuk," ucap Nisa mempersilahkan kami masuk. "Duduk Mas, Mbak aku ambil minum dulu ya," ucap Nisa seraya berjalan ke belakang. "Kopi ya Nis," ucap Niar sedikit berteriak. "Iya Mbak,Mas Ardi juga kopi?" ucap Nisa juga berteriak. "Ya boleh," jawabku. "Rehan kok sedih, Rehan gak suka ya aku datang ke sini?" tanya Tania murung. "Suka kok, aku cuma kangen Ayah, Ayah sudah lama gak pulang," ucap Rehan sedih. "Kamu telepon aja, vidio call sama Ayahmu," ucap Tania memberi saran. "Bunda sudah mencoba, tapi Ayah gak bisa di hubungi," jawab Rehan putus asa. "Pakai ponsel Ayahku aja sini," ucap Tania seraya menggandeng tangan Rehan mendekat padaku. "Ayah coba telepon Ayahnya Rehan Yah," pinta Tania pa
"Akhirnya bisa jalan-jalan dan makan di luar sama tante Niar, Tania seneng banget deh," ucap Tania semangat. "Jalan-jalannya memang udah tapi makannya belum, jangan bilang udah makan, tante lapar ini," ucap Niar seraya mengusap perutnya dengan ekspresi memelas. Niar nih lucu banget bersamanya bener-bener rame dan gak ada bosennya. "Oh iya kita baru mau makan ya, Tante jangan nangis dong yuk kita makan makanan kesukaan Tante," ucap Tania seraya menggandeng Niar ke dalam. "Mereka terlihat begitu kompak, Niar benar-benar memposisikan diri seperti teman bagi Tania," batinku. "Ayah kenapa senyum-senyum sendiri, ayo cepat masuk ini tante sudah kelaparan," ucap Tania mengagetkan dari lamunanku. "Aduh aw," teriak Niar karena tertabrak oleh orang tak di kenal. Untung saja aku sudah berada di dekatnya sehingga aku bisa menopang tubuhnya agar tidak jatuh. "Heh punya mata gak si, main tabrak aja!" teriak Niar. "Kamu gak papa?" tanyaku khawatir seraya membantunya berdiri tegak. "Heh berh
"Assalamu'alaikum mbak Sari gimana keadaanmu?" tanya Ardi masuk ruangan. "Wa'alaikumsalam Alhamdulillah baik Di, mas Bagas kasih tau kamu kalau aku di rumah sakit?" tanya mbak Sari. "Nggak Mbak, Tania merengek minta ke rumah Mbak Sari katanya pengin main sama tante Niar, waktu aku datang sepi, kata art nya Mbak lagi di rawat jadi aku langsung ke sini aja," jawabku jujur. "Tapi kalau di rumah sakit kan gak mungkin main, entar bisa di semprot sama pasien sebelah," jawab Niar sambil tertawa. "Ya gak papa gak main dulu nanti mainnya kalau tante Sari sudah sehat dan sudah di rumah," jawab Tania dengan logat lucunya. "Ini aku bawakan makanan buat mbak Sari buat Niar juga," ucapku seraya menyodorkan kantong makanan. "Aku sudah makan, makanan dari rumah sakit tadi Di, kalian aja makan kebetulan mbak Niar belum makan tuh," ucap mbak Sari. "Tapi kamu makan buahnya ya Sar, ini sudah aku kupasin," ucap Niar seraya menyodorkan buah yang sudah dipotong di piring. "Iya Mbak, ya sudah kalian
"Kok bayi si, Mbak Sari hamil lagi?" tanyaku tak percaya. "Iya Nis aku lagi hamil," jawab mbak Sari dengan tersenyum. "Kalau dia gak sedang hamil mana mungkin dia bertahan dengan kakamu yang kurang ajar itu," ucap mbak Niar emosi. "Jaga omonganmu Mbak, bagaimanapun mas Bagas itu suamiku, aku tetap gak terima kamu ngatain dia begitu," ucap mbak Sari terlihat emosi. "Iya Sar, maaf maaf, suasananya benar-benar membuatku gak bisa nahan emosi nih," jawab mbak Niar seraya cengengesan. "Alesan aja kamu Mbak, pokonya aku gak mau ya, denger kamu ngatain mas Bagas lagi," ucap mbak Sari tegas. "Iya Sari aku janji," jawab mbak Niar seraya nyengir. "Apakah Mbak Sari juga berniat untuk cerai sama mas Bagas?" tanyaku memastikan. "Ya waktu itu memang sempat terfikir untuk cerai, wanita mana yang tahan dimadu Nis," jawab mbak Sari dengan tertunduk."Tapi aku kan gak boleh egois, aku juga harus memikirkan bayiku ini, jadi aku coba berdamai dengan keadaan aku akan coba menerima takdir ini," ucap
"Apa kamu sungguh bisa bantu aku Mbak?" tanyaku tak sabar. "Yah kamu gimana udah pernah ngajuin buat cerai belum?" tanya mbak Niar seperti menuntutku. "Yah gimana, aku belum bisa cerai karena Bayu terus saja mempengaruhi anakku," keluhku. "Katanya sekarang sudah hampir sebulan gak pulang?" tanya mbak Niar menegaskan. "Iyah tapi pengaruhnya Bayu yang dulukan masih ada sampe sekarang, kalau aku cerai maka aku yang di salahkan sama Rehan dan bisa-bisa Rehan gak mau lagi sama aku," keluhku. "Eh kamu cari perempuan buat godain suamimu, kalau dia udah jatuh cinta suruh cewe itu buat rayu suamimu agar menceraikanmu dan meninggalkan anakmu," ucap mbak Niar."Kasih aja perempuan itu semua hartamu, perempuan macam itu pasti bakal seneng banget," lanjutnya yakin. "Nanti kamu tunjukkan ke anakmu kalau suamimu yang ngusir kamu, kasih liat dia kalau dia juga gak butuh anakmu, biar anakmu tau siapa yang salah," ucap mbak Niar mantab. "Tapi selama ini Bayu tuh gak pernah naruh hati sama peremp