Share

Bab 64 Bertemu Nisa

Penulis: Azfa arroyyan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Dagingnya sekilo ya Bu," ucapku pada penjual Daging di pasar.

"Iya Bu, sebentar saya siapkan," jawab penjual ramah.

"Ahirnya bisa kebeli tu daging," ucap salah satu pembeli yang ternyata adalah Nisa.

Aku masih diam tak menghiroukannya.

“Setelah di tinggal suami jadi budeg sekarang,” ucap Nisa sambil menghalangi jalanku.

“Eh ada orang ternyata, aku pikir ada suara tanpa rupa, setelah berhasil menjebak orang sekarang tempat nongkrongnya bukan Mall lagi tapi pasar rupanya,” sindirku.

"Mbak Sari gak ngucapin trimakasih padaku," ucap Nisa padaku.

"Untuk apa?karna telah berhasil menunjukan sifat aslinya?" kataku cuek.

"Kalo aku gak buat mas Bagas nikah sama mbak Ani, mana kebeli itu daging mbak, jangankan sekilo daging, telor aja kadang ada kadang nggak," ejek Nisa sinis.

"Maaf ya Nisa, sayangnya aku beli daging ini bukan dari pemberiannya mas Bagas," jawabku tegas.

"Oh iya, apakah mbak Sari sudah dapat laki-laki kaya lagi, kasihan dia nasibnya akan sial seperti kakaku," ucap Nis
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 65 Sebaiknya aku mengikutinya

    Tentang Anisa"Halo mas Bayu, lagi ngapain si, lama banget angkat telponnya!" bentakku dari sambungan telepon. "Ngapain lagi, ya ngurusin bisnis lah, gimana si kamu!" jawab mas Bayu ketus. "Iya tapi di mana sekarang?" desakku. "Di hotel ketemu rekan?" jawabnya. "Hotel mana?" tanyaku lagi. "Mau ngapain si kamu, aneh banget!" jawab mas Bayu keras. "Aku mau nyusul ke situ, aku pengen jalan-jalan," rengekku beralasan. "Ya udah besok kita jalan-jalan ya, kamu pengin ke mana?" jawab Mas Bayu mulai melunak. "Aku maunya sekarang Mas!" aku terus memaksa. "Gak usah ribet lah, aku lagi sibuk banget nih," ucap mas Bayu mulai meninggi lagi. "Tinggal kasih tau alamat hotelnya biar aku nyusul ke situ susah amat!" ujarku terus memaksa. "Kamu ada-ada aja, udah besok aja," jawab mas Bayu. "Mas itu suara apaan mas," tanyaku berbisik."Apa?Sudahlah, gak usah bikin masalah, aku sibuk udahan ya!" bentak mas Bayu lalu mematikan panggilan secara sepihak. Kok tadi kaya ada suara mendesah gitu ya,

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 66 selingkuh sama kaka ipar

    "Mau kemana Mas? gak sarapan dulu?" tanyaku pada mas Bayu yang terlihat buru-buru. "Ketemu distributor," jawab Mas Bayu sambil memakai sepatunya. "Katanya mau ngajak aku jalan-jalan," ucapku merajuk. "Ya makanya aku buat ketemu pagi, biar nanti siang kita bisa pergi jalan-jalan," jawabnya sambil berjalan ke luar. "Ya Baiklah," jawabku sambil menuju ke kamar. Aku segera mengambil tas dan bergegas mengikuti Mas Bayu. Mas Bayu menuju hotel dan..itukan mbak Sinta apa benar mereka ada main di belakangku."Mas Bayu ngapain di sini sama mbak Sinta?" tanyaku pada mas Bayu dan mbak Sinta dihalaman parkir hotel. "Ya aku kan sudah bilang mau ketemu distributor kebetulan mbak Sinta ini perantarannya," kata mas Bayu sambil tersenyum pada mbak Sinta. "Iya nih Nis, aku juga pengen belajar bisnis, bosen jadi karyawan terus, kamu ada perlu di sini juga?" tanya mbak Sinta. "Nggak.. tadi aku pengen keluar aja jalan-jalan malah liat kalian di sini jadi aku samperin aja,boleh nggak aku gabung sam

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 67 vidio ini asli atau palsu

    "Hussy udah yuk katanya mau ke kafe," ucap mbak Sari sambil menarik tangan si mbak lalu beranjak pergi. Kenapa dia bilang begitu, kalau suamiku dengan kaka iparnya berarti mbak Sinta, gak mungkin yang dimaksud mbak Sari kan. Apa benar mereka tau tentang mas Bayu yah, aku harus memastikan. Sebaiknya aku menunggu mereka keluar dari kafe agar aku bisa bicara dengan mbak itu tanpa ada mbak Sari.Tadi dia bilang limabelas menit,aku rasa itu tidak terlalu lama gak papa lah aku tunggu demi kepastian. 10 menit berlalu, meski bosan aku tak akan menyerah. Ah itu dia keluar.Setelah mereka berpisah aku langsung kejar si mbak. Setelah dia menepikan motornya, akupun menepikan mobilku. “Maaf mbak kamu siapanya mbak Sari, apa kamu kenal suamiku?” tanyaku sopan. “Namaku Niar, aku tetangga Sari ketika dia tinggal di rumah yang dulu, kalau suamimu aku gak kenal,” jawabnya sopan. “Lalu kenapa kamu tadi bahas masalah suamiku, apa ada hubungannya juga sama mbak Sari?” tanyaku penasaran. “Gimana c

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 68 Penuh berita bagus

    Kembali ke Sari"Permisi Pak, saya mau antar makanan untuk Adit, katanya latian di sini?" tanyaku pada pengurus futsal Adit. "Ooh iya benar, silahkan masuk saja Bu," jawab Pak pelatih. "Kalau saya titip saja di sini boleh Pak, nanti tolong sampaikan ke Adit kue ini untuknya dan teman-temannya," pintaku sopan. "Ooh gitu ya tentu saja boleh, Ibu ini siapa maaf? " tanya Pak pelatih dengan sopan. "Saya mamahnya Adit Pak, nama saya Sari," jawabku sopan. "Ooh mamahnya, saya Seno pelatih futsalnya," ucap Pak Seno seraya mengulurkan tangan. "Saya sudah dengar banyak tentang anda dari Adit," jawabku seraya menjabat tangannya. "Kalau Ibu tidak buru-buru bisakah kita bicara sebentar?" ucap Pak Seno sambil menunjuk kursi di ruang tunggu. "Apakah ada masalah dengan Adit Pak?" tanyaku khawatir. "Nggak kok Bu, bukan masalah mari sambil duduk Bu," jawab Pak Seno sambil berjalan ke arah kursi. Dan akupun mengikutinya duduk. "Jadi begini Bu, dua minggu lagi akan ada pertandingan besar tingkat

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 69 Bersama Pak Seno

    "Dit untuk acara pertandingan lusa Ibu kamu jadi mendampingi kan?" tanya Pak Seno setelah selesai latihan. "Iya Pak inshaAllah jadi," jawabku semangat. "Ibu kamu naik apa ke sana?" tanya Pak Seno terlihat cemas. "Kemungkinan naik bis pak," jawabku. "Apa gak repot, ngajak adik kamu juga kan?" tanyanya memastikan. "Gak lah Pak udah biasa kok," jawabku meyakinkan. "Tapi tempatnya gak terlewati jalur bis lho, jadi nanti butuh jalan kaki atau cari ojeg lagi buat sampai ketempatnya," kata Pak Seno menjelaskan. "Yah gimana lagi, gak mungkin juga bareng saya di mobil kan, karna mobilnya juga sudah penuh sama anak-anak tim," terangku."Kalaupun jalan kaki kan jauh dari tempat pemberhentian bis, ikut mobil saya keberatan gak Dit?" kata Pak Seno memberi tawaran. "Nanti ngrepotin bapak, gak usah lah Pak," tolakku sopan. "Ya gak repot sekalian ambil nasi bok yang buat makan siang kan," kata Pak Seno memberi alasan. "Ya nanti saya sampaikan ke mamah, gimana menurut mamah," jawabku sopan.

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 70 Tembakan Pak Seno

    "Alhamdulillah selamat ya anak-anak, selamat untuk kemenangan kita semua," ucap Pak Seno di acara sukuran kemenangan. "Sekarang mari kita nikmati makanan enak dari koki tim kita, ini dia Mamahnya Adit," Ucap Pak Seno sambil bertepuk tangan seraya memandangku. Di ikuti dengan tepuk tangan dan sorak anak-anak. "Beneran nih Pak, mamahnya Adit jadi koki tim kita, waah... bisa gagal diet nih saya," ucap salah satu teman Adit sambil tertawa. Diikuti dengan riuh tawa teman-teman yang lain. "Pastikan dulu Pak, Mamahnya Adit bersedia gak menerima jabatan koki tim," teriak teman Adit. Sorak dan tawa anak-anak terus bergema selama acara, Rafifpun terlihat begitu menikmati acaranya. "Bagaimana Mamahnya Adit, ini ada pertanyaan dari anggota tim," kata Pak Seno sambil tersenyum. "Alhamdulillah kalau kalian suka masakan saya, saya senang bisa memenuhi pesanan kalian dan tidak mengecewakan," ucapku bahagia. "Kalau begitu saya permisi pulang ya Pak," ucapku pada Pak Seno. "Lho acaranya kan b

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 71 Tembakan Pak Ustadz Efendi

    "Adit ngobrol dulu yuk sebentar," kata Pak Ustadz setelah selesai ngaji"Iya Pak Ustadz saya siap mendengarkan," kataku segera menghampiri Pak Ustadz. "Namanya ngobrol itu bukan cuma mendengarkan Adit," kata Pak Ustadz seraya tersenyum. "Iya Ustadz saya jawab kalo bisa," jawabku seraya tertawa. "Apa kamu pernah merasa kesulitan karena tidak bersama papahmu lagi?" tanya Pak Ustadz membuka obrolan. "Tentu saja ada Ustadz, melihat mamah kerepotan memikirkan dan mengerjakan segala hal di rumah, itu adalah rasa sulit yang amat besar, apalagi jika saya tidak mampu membantu," ucapku sambil menarik nafas dalam. "Tapi kamu kan selalu membantu mamahmu,dan mamahmu pasti bangga punya anak sepertimu," ucap Pak Ustadz memuji. "Tapi tetap saja terasa kurang Ustadz, meski mamah tidak pernah mengeluh saya tau betul kalau hati dan pikirannya lelah dan kacau," ucapku seraya menghapus air mataku. "Kalau ada orang yang serius mencintai mamahmu, apa kamu akan mendukung mamahmu untuk menikah lagi?" t

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 72 Surprise

    "Dalam rangka apa nih, pake makan-makan, emang siapa yang ulang taun," tanya Ibu. "Bukan acara ulang taun Bu, cuma ingin memberi surprise aja," ucapku pada semua orang yang datang. "Surprise untuk siapa Nisa?" tanya Ibu lagi. "Buat mas Bayu dan mbak Sinta?" jawabku seraya menampilkan senyum sinis pada mas Bayu dan mbak Sinta. Kulihat mereka saling pandang dan tampak bingung. "Bagas sama Ani gak datang Nis?" tanya Ibu kecewa. "Nggak Bu mereka memang tidak di undang, ini khusus untuk kita saja," jawabku. "Ya sudah ayo mana surprisenya? Ibu sudah tidak sabar," ucap Ibu girang. "Ini liat Bu," kata mas Ardi sambil menunjukan layar hpnya. "Astaghfirullah... apa maksudnya ini Sinta! Bayu!" bentak Ibu. Mas Bayu dan mbak Sinta hanya saling menatap tanpa berucap apa-apa. "Bisa-bisanya kalian melakukan hal sehina ini, benar-benar memalukan!" bentak Ibu sambil menggebrak meja. "Jelaskan pada Ibu sekarang, apa maksudnya ini! ucap Ibu sambil menuding mas Bayu lalu mbak Sinta. "Jelaskan

Bab terbaru

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 149 Ayah gak pernah maksa

    "Alhamdulillah sekarang Rehan udah bisa pulang," ucapku seraya memeluk Rehan. "Ayah mana Bun? katanya mau jemput Rehan?" tanya Rehan seraya memandang arah pintu. "Mungkin sebentar lagi datang, atau sepertinya Ayah akan langsung menyusul ke rumah," jawabku menyemangati Rehan. "Tapi Rehan takut Ayah gak datang," ucap Rehan dengan tertunduk lesu. "Bunda telepon Ayah sekarang yah," ucapku seraya meraih hpku di tas. "Iya Bunda, telepon sekarang cepat, Rehan mau pulang sama Ayah," ucap Rehan begitu semangat. "Rehan mau pulang ke tempat Ayah?" tanyaku cemas. "Iya, kan kemarin Bunda bilang, kalau Rehan udah sembuh Rehan boleh ikut Ayah," jawabnya dengan mata berkaca. Aku seperti tak mau merelakan, tapi juga tak kuasa merusak kebahagiaan Rehan yang baru sembuh dari sakitnya. "Bunda akan tepati janji Bunda kan," ucap Rehan menyadarkanku. "Iya Iyah, tentu saja," jawabku gugup. "Kalo gitu Bunda telepon Ayah sekarang, Rehan pengin mainan sama Ayah cepet," ucap Rehan seraya menggoyang-go

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 148 Rehan akan ikut Ayah

    "Mbak Sari aku minta nasehatnya aku minta sarannya aku lagi bingung banget Mbak," rengekku pada mbak Sari. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, sudah serahkan saja pada dokter tugas kamu sekarang tinggal berdo'a," jawab mbak Sari bijak. "Masalahnya sudah tiga hari panasnya belum turun juga, dan Rehan terus saja memanggil Ayahnya, dokter juga menyarankan untuk segera memanggil Ayahnya," ucapku ragu. "Apa gak sebaiknya kamu beritahu Bayu tentang keadaan Rehan sekarang," ucap mbak Sari memberi saran. "Itu dia masalahnya Mbak, aku sempat berfikir jika Rehan bisa melewati masa ini maka Rehan akan benar-benar bisa lepas dari Bayu," ucapku penuh harap. "Jika Rehan sudah bisa lepas dari Bayu maka aku akan segera mengajukan permohonan cerai,” ucapku ragu. “Tapi keadaan Rehan sekarang membuatku bingung juga, baiknya gimana ya Mbak," lanjutku dengan putus asa. "Aku tau ini hal yang berat untukmu, tapi ini juga berat buat Rehan, mungkin untuk saat ini, kamu ngalah dulu aja ya, biarkan Rehan

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 147 Kita perbaiki semuanya

    "Tania mau mampir dulu gak?" tanya Niar ketika sampai di rumah tantenya Niar. "Udah malam ya, besok-besok aja, udah main seharian mau istirahat dulu ya Tan," ucapku menolak. "Apa kita mampir dulu sebentar Yah, sebentar aja," rayu Tania padaku. "Kan udah main seharian ini, besok juga ketemu lagi sama tantenya," bujukku. "Sebentar aja, sebentaaaaar banget Yah," Tania terus saja merengek. "Ya sudah tapi bentaran aja," ucapku menyerah. "Oke, makasih Ayah," ucap Tania seraya ke luar mobil. Aku pun menepikan mobilku kemudian turun dari mobil. "Kayaknya ada tamu di dalam?" tanyaku seraya berjalan ke dalam. "Kayaknya si iya," jawab Niar dengan terus melanjutkan langkahnya. "Assalamu'alaikum," ucap kami serempak di depan pintu. "Wa'alaikumsalam.. " jawab serempak orang-orang dari dalam. Kemudian Niar membuka pintu dan masuk rumah, aku dan Tania lekas mengikutinya. "Niar ini Halim sudah lama nungguin kamu," ucap tantenya Niar. Aku mendekat menyalami semua orang di dalam tak lupa T

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 146 Tak ada yang tidak ku ketahui

    "Tunggu-tunggu, kok Mbak Niar bisa kenal juga sama suaminya Bening, dan berarti Bening masih punya suami?" ucap Nisa terlihat bingung. "Kan sudah ku bilang, gak ada yang gak aku ketahui," jawab Niar dengan khas sombongnya. "Tadi kebetulan kami lihat mereka di rumah makan yang kami datangi," jawabnya lagi menjelaskan. "Dia kayaknya masih berstatus istri orang tapi kemungkinan besar dia akan menceraikan suaminya, karena di lihat tadi dia sudah gak mau lagi peduli sama suaminya," ucap Niar yakin. Sekarang aku tau kenapa Niar begitu tertarik ingin tau masalah Bayu tadi, ternyata benar dia ingin membantu Nisa, aku yang kakanya bahkan tak ada usaha apapun untuk membantunya. "Terus untuk Rehan gimana Mbak, gimana kalau Bayu menuntut hak asuh anak juga," ucap Nisa khawatir. "Sebernarnya kalau Bayu terbukti dengan kuat dia selingkuh maka hak asuh anak akan jatuh padamu Nis," ucapku meyakinkan. "Tapi, percuma juga Rehan bersamaku kalau dia terus-terusan maunya sama ayahnya," keluh Nisa.

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 145 Sekarang jadi Bunda Niar

    "Assalamu'alaikum.. " ucapku seraya mengetuk pintu rumah Nisa. "Wa'alaikumsalam.. Oh Om Ardi Rehan kira Ayah yang pulang," ucap Rehan sambil membuka pintu rumah.“Siapa yang datang Re?” tanya Nisa dari dalam. “Tania Bun,” jawab Rehan. "Eh Mas Ardi kok sama mbak Niar, ada Tania juga sini masuk," ucap Nisa mempersilahkan kami masuk. "Duduk Mas, Mbak aku ambil minum dulu ya," ucap Nisa seraya berjalan ke belakang. "Kopi ya Nis," ucap Niar sedikit berteriak. "Iya Mbak,Mas Ardi juga kopi?" ucap Nisa juga berteriak. "Ya boleh," jawabku. "Rehan kok sedih, Rehan gak suka ya aku datang ke sini?" tanya Tania murung. "Suka kok, aku cuma kangen Ayah, Ayah sudah lama gak pulang," ucap Rehan sedih. "Kamu telepon aja, vidio call sama Ayahmu," ucap Tania memberi saran. "Bunda sudah mencoba, tapi Ayah gak bisa di hubungi," jawab Rehan putus asa. "Pakai ponsel Ayahku aja sini," ucap Tania seraya menggandeng tangan Rehan mendekat padaku. "Ayah coba telepon Ayahnya Rehan Yah," pinta Tania pa

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 144 Dia ini anakku

    "Akhirnya bisa jalan-jalan dan makan di luar sama tante Niar, Tania seneng banget deh," ucap Tania semangat. "Jalan-jalannya memang udah tapi makannya belum, jangan bilang udah makan, tante lapar ini," ucap Niar seraya mengusap perutnya dengan ekspresi memelas. Niar nih lucu banget bersamanya bener-bener rame dan gak ada bosennya. "Oh iya kita baru mau makan ya, Tante jangan nangis dong yuk kita makan makanan kesukaan Tante," ucap Tania seraya menggandeng Niar ke dalam. "Mereka terlihat begitu kompak, Niar benar-benar memposisikan diri seperti teman bagi Tania," batinku. "Ayah kenapa senyum-senyum sendiri, ayo cepat masuk ini tante sudah kelaparan," ucap Tania mengagetkan dari lamunanku. "Aduh aw," teriak Niar karena tertabrak oleh orang tak di kenal. Untung saja aku sudah berada di dekatnya sehingga aku bisa menopang tubuhnya agar tidak jatuh. "Heh punya mata gak si, main tabrak aja!" teriak Niar. "Kamu gak papa?" tanyaku khawatir seraya membantunya berdiri tegak. "Heh berh

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 143 Gak akan bertemu lagi

    "Assalamu'alaikum mbak Sari gimana keadaanmu?" tanya Ardi masuk ruangan. "Wa'alaikumsalam Alhamdulillah baik Di, mas Bagas kasih tau kamu kalau aku di rumah sakit?" tanya mbak Sari. "Nggak Mbak, Tania merengek minta ke rumah Mbak Sari katanya pengin main sama tante Niar, waktu aku datang sepi, kata art nya Mbak lagi di rawat jadi aku langsung ke sini aja," jawabku jujur. "Tapi kalau di rumah sakit kan gak mungkin main, entar bisa di semprot sama pasien sebelah," jawab Niar sambil tertawa. "Ya gak papa gak main dulu nanti mainnya kalau tante Sari sudah sehat dan sudah di rumah," jawab Tania dengan logat lucunya. "Ini aku bawakan makanan buat mbak Sari buat Niar juga," ucapku seraya menyodorkan kantong makanan. "Aku sudah makan, makanan dari rumah sakit tadi Di, kalian aja makan kebetulan mbak Niar belum makan tuh," ucap mbak Sari. "Tapi kamu makan buahnya ya Sar, ini sudah aku kupasin," ucap Niar seraya menyodorkan buah yang sudah dipotong di piring. "Iya Mbak, ya sudah kalian

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 142 Lebih baik jika taka ada teman

    "Kok bayi si, Mbak Sari hamil lagi?" tanyaku tak percaya. "Iya Nis aku lagi hamil," jawab mbak Sari dengan tersenyum. "Kalau dia gak sedang hamil mana mungkin dia bertahan dengan kakamu yang kurang ajar itu," ucap mbak Niar emosi. "Jaga omonganmu Mbak, bagaimanapun mas Bagas itu suamiku, aku tetap gak terima kamu ngatain dia begitu," ucap mbak Sari terlihat emosi. "Iya Sar, maaf maaf, suasananya benar-benar membuatku gak bisa nahan emosi nih," jawab mbak Niar seraya cengengesan. "Alesan aja kamu Mbak, pokonya aku gak mau ya, denger kamu ngatain mas Bagas lagi," ucap mbak Sari tegas. "Iya Sari aku janji," jawab mbak Niar seraya nyengir. "Apakah Mbak Sari juga berniat untuk cerai sama mas Bagas?" tanyaku memastikan. "Ya waktu itu memang sempat terfikir untuk cerai, wanita mana yang tahan dimadu Nis," jawab mbak Sari dengan tertunduk."Tapi aku kan gak boleh egois, aku juga harus memikirkan bayiku ini, jadi aku coba berdamai dengan keadaan aku akan coba menerima takdir ini," ucap

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 141 Perempuan seperti apa mainannya

    "Apa kamu sungguh bisa bantu aku Mbak?" tanyaku tak sabar. "Yah kamu gimana udah pernah ngajuin buat cerai belum?" tanya mbak Niar seperti menuntutku. "Yah gimana, aku belum bisa cerai karena Bayu terus saja mempengaruhi anakku," keluhku. "Katanya sekarang sudah hampir sebulan gak pulang?" tanya mbak Niar menegaskan. "Iyah tapi pengaruhnya Bayu yang dulukan masih ada sampe sekarang, kalau aku cerai maka aku yang di salahkan sama Rehan dan bisa-bisa Rehan gak mau lagi sama aku," keluhku. "Eh kamu cari perempuan buat godain suamimu, kalau dia udah jatuh cinta suruh cewe itu buat rayu suamimu agar menceraikanmu dan meninggalkan anakmu," ucap mbak Niar."Kasih aja perempuan itu semua hartamu, perempuan macam itu pasti bakal seneng banget," lanjutnya yakin. "Nanti kamu tunjukkan ke anakmu kalau suamimu yang ngusir kamu, kasih liat dia kalau dia juga gak butuh anakmu, biar anakmu tau siapa yang salah," ucap mbak Niar mantab. "Tapi selama ini Bayu tuh gak pernah naruh hati sama peremp

DMCA.com Protection Status