Aruna dan Valda memilih makan siang di restoran dekat kantor. Memesan beberapa makanan dan minuman yang Aruna inginkan.
“Kau akan menghabiskan semuanya?” tanya Valda. “Aku lapar, tadi habis dari makan orangtuaku ...” jawab Aruna. "Emmmh hari ini kau terlihat berbeda memakai jas dan kemeja warna itu. semakina tampan!" pujinya. "Hmmm bisa juga kau gombal!" seru Valda. "Aku serius iiiiih ...." “Eh iya, bagaimana soal aset Papimu? Ibu tirimu berhutang sebanyak dua puluh milyar. Karena sudah tidak ada perusahaan yang berjalan, mungkin kau harus menjual sedikit aset untuk menutupi hutang itu,” jelas Valda. “Dua puluh milyar? Hutang apa sebanyak itu?” ujar Aruna terkejut. “Dua puluh milyar itu termasuk rumah-rumah dan ruko-ruko yang tergadaikan. Belum lagi perusahaan yang tidak berjalan itu juga menyisakan hutang gaji karyawan yang belum di bayarkan sekitar tiga bulan,” jelas Valda. “Hmmm ... aku tidak meAruna menghela nafas panjang, ia duduk di sofa di hadapan Chand. Ia merasa tegang, tapi berbeda halnya dengan Chand yang santai dan tenang.“Apa kau mau menanyakan kalau Nanda itu anakku?” tanya Chand tiba-tiba.Aruna terkejut seakan mertuanya itu bisa membaca pikirannya.“Maaf sebelumnya, Pa. Aku hanya ingin menjawab rasa penasaranku apalagi Nanda dan mami Karin ngotot kalau antara kalian ada hubungan,” jelas Aruna.Tidak ada rasa getir sedikit pun dari raut wajahnya itu. Membuat Aruna yakin kalau itu adalah akal-akalan Karin untuk mendapatkan keuntungan.“Papa sudah melakukan tes DNA dan akan keluar sekitar lima hari lagi. Kalau bisa kau menyimpan ini sampai lima hari ke depan. Bagaimana?” cetus Chand.Aruna terkejut, dengan kata lain berarti memang benar di masa lalu mereka mempunyai hubungan spesial.“Antara kami tidak ada hubungan apa-apa, itu hanya sebuah kesalahan di masa lalu. Aku bertemu dengannya hanya satu kali di malam itu kami berbuat
“Itu sudah berlalu, sekarang kau mulai semuanya dari awal lagi. Nanti kau bisa pergi ke perusahaan dan belajar perlahan,” ujar Valda. “Terima kasih,” tatap Aruna. Haris menghentikan mobilnya, mereka sampai di villa milik Valda. Saat survey berlangsung mereka akan menginap disini. “Villa milik keluargamu sepertinya tidak jauh dari sini, nanti kalau pekerjaanku sudah selesai, kita pergi kesana!” ujar Valda. Aruna mengangguk setuju. Disana sudah ada Melisa dan atasannya yang sudah sampai lebih dulu. Mereka menyambutnya dengan baik. “Selamat datang di kota B,” ucap Melisa. “Untung saja pak Valda punya Villa di dekat perkebunan kapas, jadi tidak perlu menginap di hotel,” cetus atasan Melisa. “Mungkin sekarang kalian harus istirahat dulu, untuk surveynya bisa di lakukan besok. Bagaimana?” ujar Melisa. “Besok lebih baik,” Valda setuju. Tidak lama, mobil yang Delova dan Elisha tumpangi sampai.
“Valda, aku akan menunjukkan sesuatu padamu. Ayo kita ke belakang villa ini!” Aruna bangkit dari duduknya dan menarik tangan Valda. Pergi ke belakang villa dengan pemandangan pepohonan pinus yang indah. Tidak jauh dari villa ada sebuah pohon besar di tengah bukit. “Kemarilah, ini adalah tempat aku bermain. Pohon ini masih tetap kokoh berdiri, tapi ayunannya sudah tidak ada!” ujar Aruna. Valda terdiam mengamati tempat itu, ada sebersit ingatan saat dirinya remaja. “Apa aku dan Aruna saling mengenal saat dulu?” batin Valda. “Aku merasa nostalgia dan mengobati rasa rinduku pada orang tuaku,” Aruna begitu senang. “Aku senang melihatmu bahagia, selamanya harus tetap bahagia,” ucap Valda seraya mengecup kening Aruna. Dari dalam villa, Elisha memperhatikan Valda dan Aruna. Ia merasa kesal melihat mereka sangat mesra, apalagi sekarang Defria mendukung hubungan mereka. “Kayaknya harus buat drama baru nih, pasti seru. Aku butuh hiburan!” gumam Elisha. “Dorrrr ...” Delo
Valda membawa Aruna ke rumah sakit kecil yang ada disana. Awalnya Valda akan membawanya pulang agar Aruna bisa di rawat di rumah sakit kota yang lengkap, tapi Aruna menolaknya karena kondisinya baik-baik saja.“Bagaimana dokter?” tanya Valda.“Dia baik-baik saja, hanya terkilir. Mungkin tiga hari ke depan kakinya akan kembali membaik. Ini resep obat untuknya dan bisa di ambil di apotek rumah sakit. Saya permisi ...” Dokter itu berlalu pergi.“Tuh, kan. Aku baik-baik saja. Sudahlah, besok kau masih harus mengurusi pekerjaan disini. Selesaikan pekerjaanmu baru setelah itu kita pulang.” Aruna membujuknya.“Aku takut kau kenapa-kenapa,” ucap Valda.“Aku baik-baik saja!” Aruna meyakinkannya.“Ini semua gara-gara kau!” tunjuk Valda pada Elisha yang sedari tadi hanya diam.“Kak, biar aku ambil obatnya,” pinta Delova.Valda memberikan resep obat pada Delova dan membiarkannya pergi.“Ke–kenapa menyalahkan ku?” cetus Elisha menjawab dengan wajah te
Waktu menunjukkan pukul tiga sore, Aruna membangunkan Valda karena mereka akan pulang satu jam lagi.“Hmmm ... liburan yang tidak terlalu menyenangkan!” ujar Valda berbisik.“Ya nanti kita atur lagi liburan-liburan selanjutnya!” jawab Aruna.Kemudian pandangannya teralihkan pada bunga mawar di atas meja.Valda mengambilnya dan mempersembahkannya pada Aruna. “Mawar merah untuk istriku tersayang ....”“iiiih makasih loh, aku suka banget ...” ucap Aruna seraya mencium mawar itu.Wanginya begitu segar karena itu adalah mawar fresh yang langsung di petik di hari itu juga oleh petani.Sebelum pulang, Valda memanggil penjaga villa Aruna untuk datang ke villanya. Ia memberikannya uang bayaran selama tiga tahun.Setelah semua urusannya selesai, mereka pulang kembali ke kota. Perjalanan yang lumayan panjang di gunakan Valda untuk mengecek pekerjaannya. Sedangkan Aruna melanjutkan tidurnya kembali.Sesampainya di depan gerbang rumah ....Aruna
Chand, Valda, Delova, Defria dan Aruna. Mereka pergi ke kantor polisi, Nanda dan Hadi juga ikut.Sampai di kantor polisi, mereka menemui Karin dan menginterogasinya mengungkapkan kebenaran yang sudah terbongkar.“Kalian semua tidak adil padaku! Mas Chand, Nanda anakmu, anakmu! Jangan dengarkan omongan pria miskin itu. Nanda anakmu,” cetus Karin histeris.“Karin, kau jangan mengelak lagi. Bertobatlah!” timpal Hadi.“Hehhh kau pria miskin sialan! Pasti kau yang mengatakan kalau Nanda itu anakmu, kan? Lihatlah, ayah kandungnya jadi tidak percaya,” tunjuk Karin pada Chand."Kau jangan menuduh sembarangan! suami sudah membuktikannya dengan tes DNA dan hasilnya terbukti kalau Nanda bukan anak suamiku!" jelas Defria seraya menunjukkan hasil tes DNA itu."Kau bohong, pasti itu rekayasa!" Karin histeris."Terimalah kenyataannya dan hukamanmu akan semakin bertambah," ujar Defria."Hahaa ... hahaa ... aku dan suamimu pernah berhubungan karena dirimu tidaklah
Aruna mendapatkan panggilan telepon, ternyata itu adalah pelayan di restoran waktu itu. Meminta Aruna untuk mengisi acara malam nanti karena pianisnya tidak bisa datang.“Valda, pelayan di restoran waktu itu memintaku untuk bermain piano lagi disana. Bagaimana?” tanya Aruna meminta pendapat Valda.“Terserah padamu saja! Kalau kamu mau ya ambil saja, aku mendukungmu ...” ujar Valda seraya mengelus kepala Aruna.“Baiklah, aku akan mengirimkan pesan setuju padanya!” Aruna semringah.“Aku akan datang kesana untuk melihatmu bermain, berpenampilan lah yang cantik ...” bisik Valda.“Tentu saja, aku tidak ingin mempermalukan suamiku kalau aku berpenampilan tidak cantik,” jawab Aruna.Valda menarik pinggul Aruna ke dalam pelukannya dan ingin menciuminya lagi.“Valda iiiih, kan udah. Lanjut nanti malam saja, aku mau pulang ...” ujar Aruna melepaskan pelukan Valda.“Bye ...” Aruna berlalu pergi dengan berjingkrak seperti anak kecil.“Hati-hati ...”
Saat Cindy akan pergi, Valda dan Haris datang. Ia menghadang Cindy agar tidak pergi dan membawanya menghadap manager restoran itu!“Aku ingin kau memberikan pelajaran pada wanita ini!” ujarnya.“Hehhh siapa kau berani-beraninya padaku?” cetus Cindy.Valda melihat kondisi Aruna yang tidak sadarkan diri dalam pangkuan Delova. Ia menghampirinya kemudian memberikan nafas buatan sampai Aruna tersadar.Uhuuuk ... uhuuuk ....“Kau tidak apa-apa, sayang?” tanya Valda khawatir.Cindy terkejut menatap Delova, orang yang di kira pacarnya ternyata bukanlah pacarnya.“Aku akan membawamu ke kantor polisi karena telah mencelakai Aruna. Ayo ikut!” paksa Delova.“Lepaskan! Itu bukanlah salahku, dia jatuh sendiri ke kolam. Kau tidak bisa membawaku ke kantor polisi,” ujar Cindy membela diri.“Betul, Cindy tidak melakukan kejahatan apa pun,” bela pacarnya itu.Karena kesal dengan pasangan itu, Delova tidak bisa mengontrol emosinya lagi. Ia menghajar pac