Share

Rumah Peninggalan

Penulis: Galuh Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sontak ucapan Zea membuat kedua orang tua itu bungkam. Seketika tubuh

Pak Mansyur mendadak lemas dan seolah tak bertulang. Dia tidak menyadari selama ini sang anak tahu kalau rumah ini adalah milik ibunya dan bukan milik ayahnya.

Zea tersenyum lalu mengambil tas, dia tak mau meladeni keduanya karena takut telat dan kehilangan pekerjaan. Sudah hampir 30 menit dia dibuat kesal oleh Dara.

Pintu tertutup dengan keras, Bu Layla menatap suaminya yang masih begitu pucat.

"Pa, bagaimana ini. Rumah ini belum atas nama Papa?" tanya Bu Layla cemas.

Pak Mansyur tidak berpikir sampai seperti itu karena dia berpikir jika Zea itu tidak akan mempermasalahkan masalah rumah yang mereka tinggali sekarang.

Namun sepertinya pria tua itu salah karena dia lupa jika Zea sudah dewasa dan dia tahu jika memang rumah ini memang rumah peninggalan dari ibunya.

Dia pun sudah lama mencari Di mana berkas-berkas rumah tapi tidak menemukannya.

"Pa, jawab." Bu Layla kembali bertanya karena melihat sang suami hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya.

"Ma, bukan Papa enggak merubah. Tapi ibunya Zea itu licik, dia menyembunyikan surat-surat rumah." Hanya kalimat itu yang bisa terlontar dari mulut sang suami.

Bu Laila kesal karena baru tahu kali ini jika rumah megah ini belum atas nama sang suami.

"Pa, pokonya mama enggak mau tahu. Papa urus dan cari atau terserah deh. Mama enggak mau kalau nanti tiba-tiba Zea mengusir kita."

"Mana mungkin, dia juga enggak tahu di mana surat rumah itu. Jangan berpikir jelek deh Ma."

Pikiran Pak Mansyur kini sedang tidak baik-baik saja memikirkan bagaimana untuk membalik nama rumah atas namanya sedangkan sejak dulu dia tidak menemukan berkas surat rumah yang disembunyikan oleh almarhumah ibunya Zea.

Tidak mau ngambil pusing pria itu pun lantas pamit untuk berangkat bekerja sementara bu Laila merasa kesal karena sang suami tidak mengurus atas nama dirinya.

"Ah, sialan."

"Ma, kenapa sih?" tanya Dara.

"Dih, panjang ceritanya. Rumah ini belum atas nama papa kamu. Mama takutnya, Zea malah mengusir kita." Bu Layla memiliki ketakutan sendiri.

Wanita itu tidak membayangkan jika banyak hutang dan dirinya harus memikirkan kontrakan rumah jika Zea mengusir mereka.

"Ma, buat saja surat palsu. Kita jual, terus kita beli rumah baru. Bagaimana?" Dara memberikan usul tanpa berpikir.

Bu Dara memukul pelan pundak sang anak. Ide gila dari Dara bisa saja membuat mereka masuk ke dalam penjara karena sebuah pemalsuan surat rumah.

"Kamu jangan ngawur. Kamu saja sana minta sama suami kamu. Kata mertua kamu, harta mereka enggak akan habis tujuh turunan," ujar Bu Layla.

"Dih, mama. Jangan sekarang ya. Akun Habis belanja perlengkapan bayi. Ini saja Farhat sudah meminta aku irit." Kini malah Dara yang mengeluh kesal.

Bu Layla menggerutu kesal, punya menantu pelit. Bagaimana bisa memberikan dia rumah. Beli perlengkapan bayi saja menggerutu.

"Mas Farhat bukan pelit, tapi aku yang menghabiskan 25 juta untuk perlengkapan bayi."

"Ya Allah, kamu ini benar-benar."

***

Zea datang terlambat kempat kerjanya. Akibatnya dia harus menghadapi kemarahan sang bos.

"Kamu tahu kan ini jam berapa Zea?" tanya sang bos.

"Macet, Bos. Maaf saya enggak akan mengulangi lagi," ujar Zea bersungguh-sungguh. Namun, ia tak tahu akan kembali terlambat atau tidak karena keluarganya yang super toxic.

"Halah, janji terus. Pokonya kamu saya potong gaji."

"Pak tapi," ujar Zea memelas.

Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya karena bos sudah melakukan beberapa kali peringatan padanya. Hanya karena keluarganya yang sering membuat ulah saat dirinya akan berangkat kerja dia jadi sering terlambat datang.

Nur rekan kerjanya menghampiri Dea yang terduduk lemas di dekat meja kasir.

"Nyokap dan saudara tiri kamu buat ulah apa lagi?" tanya Nur.

"Banyaklah."

Zea kembali bercerita bagaimana menyebalkannya Sella saat mengambil telur untuk bekal sang suami. Zea pun mengatakan jika iba jika Gio hanya dibuatkan nasi kecap saja.

"Aduh, kasian si Gio. Terus dia mau?"

"Maulah. Dia itu enggak banyak macam maunya. Nasi kecap aja mau, sedih sih waktu Ibu bilang kalau Mas Gio dia suruh kasih nasi sama garam doang," papar Zea dengan wajah sedih mengingat sang suami.

"Tapi, ya enggak apa-apa. Lagian, mungkin Gio juga doyan nasi sama garam. Secara badannya kurus enggak bergizi."

"Kamu bicaranya kok jadi kaya Ibu dan adikku sih, Nur?"

Bab terkait

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Giorgio Abraham Atmayaja

    Nur, dia pun terkadang suka bicara asal. Tanpa sadar terkadang menyakiti hati Zea. Apalagi saat Zea memperkenalkan Gio padanya. Namun, temannya itu sangat baik karena dari dirinya Zea suka meminjam uang. "Maaf, ya. Eh, kamu sudah melamar ke gedung besar itu belum?" tanya Nur mengalihkan pembicaraan. "Baru mau, nanti mau ke sana pas jam makan siang." Zea mengerutkan kening. Dia sudah malas membahas masalah suaminya. Ini dia sibuk dengan beberapa pekerjaan yang harus dia selesaikan sebelum jam makan siang karena dia akan pergi ke gedung depan untuk menaruh lamaran. Zea sudah bertekad untuk mencari pekerjaan tambahan untuk keluar dari rumah. Terkadang ia merasa sulit karena rumah itu adalah rumah kenangan bersama ibunya. "Nanti aku antar pakai motor kalau mau ke gedung depan." Zea pun gegas merapikan beberapa barang untuk display. Beberapa harga dia susun rapi juga beberapa vitamin obat mahal dia geser. Bekerja di sebuah apotek yang berada di mall sungguh menguras tenaga. Sel

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Tidak fokus

    "Ada apa Aleta?" tanya Gio. "Di meja Pak Gior. tempat makan siapa? Pak Gior bawa bekal?" Aleta bertanya penasaran karena saat masuk dia melihat sang bos sedang memandangi tempat makan berwarna merah itu. "Bukan urusan kamu, keluar saja dulu nanti saya keluar setelah merapikan beberapa pekerjaan." Terpaksa Aleta keluar dari ruangan Gior dengan rasa penasaran dan pertanyaan yang ada di kepalanya. "Sejak kapan Pak bos bawa bekal makanan?" Sementara, Gio pun gegas mencoba nasi kecap itu. Lidahnya sedikit tidak menerima, rasanya ya hanya rasa manis. Namun, dia teringat perjuangan Zea. Dengan mimik wajah yang tidak biasa, dia memakan dan bahkan menghabiskan bekal yang dibuat oleh sang istri. Tidak terasa air mata pun hampir menetes. "Apa orang miskin itu ada yang setulus Zea? Mau menerima suaminya yang miskin dan jelek?" Gio terus bermonolog sendiri. Gio meneguk air putih sampai habis. Lalu tak terasa dia mengeluarkan dahak. Sengaja dia makan setelah perut terasa lapa

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Ditraktir makan

    "Sial kau. Kembali fokus dan biarkan aku membaca dan mempelajari berkas ini. Aku tak banyak waktu karena banyak hal yang akan aku kerjakan," ujar Gio. Arga tak mengganggunya lagi, pria itu sibuk dengan memperhatikan presentasi karyawan mereka. Tidak lama beberapa menit, semua terkesiap saat Gio memukul meja dengan kencang lalu melempar lembaran kertas pada Pak Wawan, manager keuangan bagaian dalam. "Saya tidak terima berkas kacau seperti ini! Semua sudah saya atur dengan baik bagaimana bisa kita mengalami kerugian, hah?" Netra tajam penuh emosi Gio membuat para karyawan terdiam. Tidak ada yang berani jika sang bos sudah marah. Akan ada hal buruk yang terjadi termasuk lembut yang tiada henti. "I--ini memang sudah di perhitungkan dan kita memang rugi 20%," ujar Pak Wawan. Pria tua itu merapikan lembaran kertas yang berserak di lantai. "Kamu sudah bosan bekerja di perusahaan saya, atau kamu sengaja mau membuat perusahaan saya bangkrut?" Suara kencang Gio membuat mereka s

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Terbiasa Dengan Hinaan

    "Semoga saja aku diterima ya. Lumayan kan buat tambahan aku, Mas. Aku enggak mau buat kamu susah, Mas. Sudah masuk dalam permasalahan aku," ujar Zea. Gio terdiam, lalu menarik napas dalam. Rasa ibanya pada Zea membawanya untuk menolong wanita itu. Hanya karena harga minuman murah dirinya malah merasa berhutang nyawa. Gio tertawa kecil, lalu tak sadar dia menggenggam tangan Zea. "Kamu enggak buat beban aku kok, kan aku yang mau menolong kamu dari juragan teh." "Tapi aku enggak enak, aku janji kalau aku aku berhasil keluar dari rumah itu atau menemukan surat-surat rumah mama, mungkin aku bisa mengusir mereka." "Surat rumah?" "Rumah itu milik mamaku, tapi ayahku malah mengakuinya. Menikah dengan nenek sihir dan aku dijadikan seolah-olah anak tiri." Zea menarik napas panjang, lalu kembali menyantap makanannya. Lagi, Guo Merasa heran dengan wanita di hadapannya. Selama ini perlakuan keluarganya sangat parah dan menyakitkan. Tapi, dia bisa tahan dan kuat menghadapi semuanya.

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Malam Pertama

    "A--aku enggak mau bahas. Kita pulang takut nanti orang rumah nyariin." Zea pun melangkah cepat, entah kenapa Gio bertanya hal itu. Sudah jelas saat pertama mereka sepakat menikah hanya untuk sementara. Gio menatap tubuh mungil istrinya, lalu tertawa sendiri. "Ternyata pria jelek dan miskin memang tidak laku apalagi dengan wanita miskin." Sepertinya Gio ragu jika Zea memang wanita yang sederhana dan wanita yang bisa membuat dirinya jatuh cinta. "Tidak ada ketulusan yang benar-benar tulus." Gio melangkah mengikuti Zea yang sudah agak jauh. Namun, langkah pria itu begitu lebar hingga bisa menghampirinya. Keduanya sampai di rumah, baru saja sampai di depan rumah sudah mendapat teriakan. "Duluan, saya mau ke warung dulu," ujar Gio. "Zea! kamu ini kerja apa sih, kok sampai malam kaya gini!" teriak Bu Layla. "Bu, aku lembur," jawab Zea berbohong. "Oh, kalau gitu Ibu minta uang gaji kamu lebihan sama lembur kamu. Sini." Bu Layla mengenadah tangan. Zea menggeleng,

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Tidak pulang semalam

    "Di mana orang itu?" tanya Gio yang sudah datang ke lokasi di mana Arga menunggunya. Tidak sia-sia selama ini dirinya berada di tempat itu. Arga beserta anak buahnya mendorong paksa tiga pria hingga terjerembab di bawah kaki Gio. "Bos, mereka sudah mengaku!" Gio membungkuk melihat wajah-wajah seperti apa yang membuat kerugian besar pada perusahaannya baru-baru ini. Hampir satu tahun mereka mengalami kerugian akibat lamanya proyek pembangunan gedung kantor baru. Harusnya gedung kantor sudah berdiri megah di sana. Akan tetapi, hampir satu tahun masih saja hanyabterlihat kerangka saja. Selidik punya selidik, ternyata mandor itu tidak membayar full pekerja dan hanya membatasi beberapa tukang untuk dipekerjakan di gedung itu hingga memakan waktu hampir satu tahun yang harusnya enam bulan berjalan sudah selesai karena Gio pun sudah mengalokasikan dana beserta hal-hal lainnya. Semua bermula dari informasi sang kakek yang memintanya datang untuk kembali ke Jakarta. Sebelumnya se

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Di pecat

    Zea tergesa-gesa saat memasuki gedung mall tempat dia bekerja. Tadi ada insiden, angkot yang ditumpangi mendadak mogok ditengah jalan. Terpaksa Zea menunggu untuk dibenarkan karena jika dia pindah mobil maka ongkos pun dua kali. "Ze, kamu telat lagi. Niat kerja enggak?" "Tadi angkot yang saya naikin itu mogok. di tengah jalan." Zea mencoba menjelaskan. Sepertinya manager lapangan itu tak mau mendengar apa pun perkataan dan Zea. Malah pria itu tidak mengizinkan Zea masuk ke dalam untuk mengambil beberapa barang. "Jangan alasan, kamu pikir ini perusahaan punya embahmu?" "Mas, saya mohon. Jangan pecat saya," ujar Zea memohon. Tidak peduli, pria itu menyuruhnya pergi. Sementara itu ada Siti berada di sampingnya yang terus saja membuat nama Zea jelek. Saat istirahat Nur menghampiri Zea yang berada di kantin. Temannya itu membawakan beberapa barang miliknya yang tertinggal. Dia pun berterimakasih karena Nur mau menjadi temannya. "Setelah ini bagaimana?" tanya Nur. "Enta

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Pekerjaan Baru

    "Kamu sudah bisa bekerja sekarang," ujar Bu Sena, HRD perusahaan itu. "Sekarang?" Zea merasa tidak percaya karena baru saja di pecat malah mendapatkan pekerjaan baru. "Kebetulan kami belum mendapatkannya orang baru. Kamu bukan ditempatkan di resepsionis depan , tapi kamu kami tempatkan di bagian resepsionis depan ruangan Pak Gior." Pak Gior, siapa lagi pikir Zea. Namun, dia tak peduli hal itu. Yang terpenting adalah dia bekerja dan bisa gajian untuk membayar hutang. Zea tersenyum lalu bangkit dari tempat duduknya. "Ze, tunggu.""Iya, Bu.""Besok kalau bisa kamu beli baju baru karena Pak Gior itu tidak suka perempuan yang memakai baju sederhana. Lalu, wajah kamu juga jangan natural, Pak Gior juga enggak suka." "I--iya. Bu." "Kamu mau ke mana Zea?" tanya Bu Sena."Saya mau ke ruangan kerja," jawab Zea. "Kamu memangnya tahu?" tanya Bu Sena lagi. "Eh, iya. Maaf, Bu."Zea tidak habis berpikir jika sebenarnya dia sedang bingung. Bagaimana bisa dia membeli baju bagus dan make up den

Bab terbaru

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Akhirnya Bahagia

    "Maksud kamu apa?" Bu Layla panik dengan ucapan Gior. Kekhawatiran mulai terlihat jelas di wajahnya.Tanpa berkata apa pun lagi, Gior mulai membuka kedoknya. Dia dengan tenang melepaskan tompel yang menempel di pipinya, kemudian membenarkan rambutnya, dan membersihkan wajahnya dari semua penyamaran. Dalam sekejap, sosok yang selama ini dianggap sebagai "si miskin" berubah menjadi pria elegan dengan aura otoritas.Semua yang ada di ruangan itu terdiam, mata mereka terpaku pada Gior. Mereka terkejut melihat perubahan drastis dari pria yang selama ini mereka remehkan."Ti-tidak mungkin si miskin itu adalah Pak Gior," ucap Sella dengan suara gemetar. Gadis itu merasa tubuhnya memanas dan dingin bersamaan, terutama setelah mengetahui bahwa dia baru saja mencoba menghancurkan Zea, istri seorang CEO.Dara, yang berdiri di sampingnya, tampak lebih terkejut. "Ma, ini enggak mungkin, kan?" tanya Dara dengan suara lemah pada Bu Layla, yang juga sama bingungnya.Pak Abdullah dan Farhat, yang sela

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Permulaan

    Pak Abdullah, dengan wajah penuh ketidakpercayaan, menghampiri Pak Wicaksono. "Pak, tidak salah dengar?" tanyanya, masih terkejut bahwa Pak Mansyur, yang dianggapnya hanya seorang pengusaha kecil, mendapatkan kontrak saham dengan perusahaan besar yang sebelumnya membatalkan kontrak mereka.Pak Wicaksono, dengan tenang, menatap Pak Abdullah. "Tidak, memang benar. Ada apa memangnya?" tanya Pak Wicaksono dengan nada datar, seolah tak terpengaruh oleh kekhawatiran Pak Abdullah.Pak Abdullah tak mau menyerah begitu saja. "Perusahaan Pak Mansyur itu masih kecil, Pak. Kemungkinan besar tidak akan memberikan benefit tinggi. Lebih baik batalkan saja dan bekerja sama dengan perusahaan saya, yang jelas-jelas sudah besar dan mapan," katanya, mencoba meyakinkan Pak Wicaksono sambil meremehkan kualitas perusahaan Pak Mansyur.Saat itu, Gior, yang mendengar percakapan mereka, menghampiri kakeknya. Dengan senyum kecil di bibirnya, ia tertawa pelan, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "P

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    kejutan

    Farhat menepis tangan Gior dengan kasar, lalu menepuk-nepuk kemejanya seolah jijik setelah disentuh oleh Gior. "Orang miskin tidak pantas di sini," katanya dengan nada penuh kebencian. "Satpam, usir mereka!" titahnya, seperti merasa dirinya pemilik acara dan berkuasa penuh atas tempat itu.Suasana semakin panas ketika Sella, yang sepertinya sengaja ingin memicu keributan, muncul dengan sebuah rencana liciknya. Dengan sengaja, dia menunjukkan foto-foto yang memfitnah Zea dan Pak Gior sedang bersama, mencoba menciptakan kesan bahwa mereka berselingkuh."Ini dia buktinya!" seru Sella dengan penuh semangat, memamerkan foto-foto itu kepada orang-orang di sekelilingnya. "Wanita ini munafik! Sudah punya suami, tapi malah berselingkuh. Dasar murahan!"Kerumunan mulai bergemuruh, desas-desus dan tatapan merendahkan mengarah kepada Zea. Namun, sebelum tudingan Sella semakin menggila, tiba-tiba Pak Mansyur, ayah Zea, muncul dari kerumunan. Dengan wajah penuh kemarahan, dia berdiri di depan Zea u

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Ancaman Gior

    Setelah suasana mulai mencair, Pak Wicaksono keluar dari ruangan Gior dengan ekspresi yang sulit ditebak. Di luar, tampak Aleta, salah satu karyawan, berdiri menunggu dengan gelisah. Desas-desus tentang hubungan terlarang antara Zea dan Gior telah beredar dengan cepat, dan Aleta, yang sudah lama mencurigai sesuatu, tak sabar ingin tahu kebenarannya.Begitu Zea keluar dari ruangan, Aleta segera menghampirinya. "Zea, jadi benar kamu dan Pak Gior selingkuh? Ih, gila kamu! Sudah punya suami, masih saja menggoda bos kamu. Dasar murahan!" tuding Aleta dengan nada penuh kebencian.Zea menghentikan langkahnya, lalu menatap Aleta tajam. "Stop mengatakan aku murahan," balas Zea dengan tenang tapi tegas. "Jaga bicara kamu, atau aku akan meminta Pak Gior memecat kamu. Sama seperti aku meminta Pak Gior memutuskan kontrak dengan Pak Abdullah." Sebuah senyum kecil terlihat di bibir Zea, penuh kepastian.Aleta terkejut dengan respons Zea. Dia tak menyangka bahwa Zea, yang biasanya tampak pendiam dan

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Sidang

    Pak Wicaksono merasa kecewa bukan karena cucunya, Gior, sudah menikah, melainkan karena Gior tidak terbuka sejak awal. Dengan nada marah tapi tegas, Pak Wicaksono menegur Gior atas kerahasiaannya."Aku hanya takut kakek tidak merestui," ujar Gior, dengan nada rendah.Pak Wicaksono menggeleng pelan, merasa kesal dengan alasan cucunya. "Kamu ini benar-benar membuat onar, Gior. Bereskan kabar miring yang sudah tersebar di luar. Kalau kamu masih ingin mempertahankan pernikahanmu, selesaikan semuanya. Jangan lari dari tanggung jawab."Gior mengangkat dagu dengan tegas, menunjukkan bahwa dia tidak akan membiarkan Zea disalahkan. Pak Wicaksono, kakeknya, menatap Zea dengan tatapan penuh pertanyaan. Dia merasa heran dengan menantunya yang memilih bekerja di perusahaan suaminya, padahal dengan statusnya sebagai istri cucunya yang kaya raya, seharusnya Zea bisa menikmati hidup dengan lebih santai tanpa perlu terlibat dalam urusan bisnis keluarga."Katakan, permainan apa yang sedang kalian maink

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Kegilaan Gior

    Situasi itu tak di sangka membuat Gior dan Zea tertangkap basah. Apalagi ada info yang menyudutkan mereka. Kedatangan sang kakek pun tak lepas membahas masalah itu. Mereka berdua benar-benar tidak menyangka jika ternyata apa yang keduanya lakukan justru kini menjadi bumerang besar. Ia tidak tahu jika Aleta melihat hal tersebut bahkan bukan hanya aletta yang melihat tetapi kakek dari Gio juga melihat apa yang mereka berdua lakukan. Ya sudah benar-benar merasa bingung dirinya tidak bisa memikirkan alasan yang tepat apalagi orang-orang di kantor ini mengetahui jika dirinya sudah menikah dengan lelaki bertompel. Semua orang tidak mengetahui jika lelaki bertompel itu adalah Gio. Masa iya dirinya dikira selingkuh dengan suaminya sendiri? "Kalian berdua, saya tunggu di dalam!" titah sang kakek. Zea dan juga Gio hanya saling memandang, keduanya tidak banyak bicara daripada berdebat di hadapan semua orang lebih baik menurut. Gio benar-benar tidak menyangka jika hari ini akan tiba. Mere

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    mulai terungkap

    Gior menghubungi Agra untuk mempersiapkan semua berkas yang akan di buat meeting siang ini. Dirinya akan hadir dan memberikan beberapa saham pada Pak Mansyur. Mungkin bukan saham besar, tapi saham kecil yang mungkin nanti akan menjadi besar. Dirinya tidak tega melihat perusahaan sang mertua yang sudah berada di ujung tanduk itu. Bagaimanapun juga ia ingin menjadi menantu yang baik dan walaupun Pak Mansyur tidak mengetahui tentang dirinya yang sebenarnya. Tapi geo memang benar-benar berniat ingin membantu mengembangkan perusahaan milik ayahnya itu. Melihat Pak Mansyur yang sudah berubah menjadi baik kepada dirinya dan juga sang istri membuat hati Gio benar-benar sangat tergerak sekali.Setelah itu, Gio pun bersiap untuk pergi ke perusahaan. Dengan alasan akan makan siang. Sepertinya hanya alasan itu yang sangat masuk akal tidak mungkin jika dirinya mengatakan hal yang sebenarnya bisa-bisa sang ayah mertua akan sangat sok sekali mendengar apa yang dirinya katakan tersebut."Yah, aku m

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Membantu Perusahaan mertua

    Pagi hari menjelang siang, Pak Mansyur dan Gio sudah bersiap untuk pergi ke perusahaan. Zea juga sudah siap ke kantornya, setelah itu Gio mengirim pesan pada Arga untuk meng-handle semua urusan di kantor untuk beberapa hari. Pokoknya dirinya menginginkan jika tidak akan ada masalah baru dan masalah-masalah lainnya yang akan menghambat semuanya. Dirinya ingin berperan sebagai menantu yang baik, melihat mertuanya yang sudah hampir putus asa benar-benar membuatnya merasa begitu sangat kasihan sekali.Gio pun sampai di perusahaan sang mertua. Memang sudah sepi tak banyak karyawan yang setia. Rasanya benar-benar sangat miris melihat perusahaan Pak Mansyur yang berada di ujung tanduk ini, menurutnya Pak Mansyur orang yang mudah dibohongi dan orang yang tidak mahir dalam mencari klien."Boleh saya lihat file beberapa klien?" tanya Gio pada salah satu karyawan pak Mansyur. Kebetulan saat itu mertuanya sedang menemui investor di ruangannya. Gio lebih mudah mencari tahu dan mendalami apa yang

  • Suami Yang Diremehkan, Ternyata Pria Mapan    Lebih dekat dengan ayah

    Gio benar-benar memberikan sebuah saran kepada ayahnya, tidak mungkin jika tiba-tiba perusahaannya langsung mengajukan investasi ke perusahaan Pak Mansyur, jika tidak ada proposal yang diajukan mungkin saja Pak Mansyur akan curiga. Maka dari itu ia memilih untuk mengatakan hal tersebut. Dirinya berharap jika mertuanya mau mengajukan proposal ke perusahaannya agar dirinya bisa menyuntikkan dana untuk bisa membantu perusahaan sang mertua yang memang sudah berada di ujung tanduk itu. Pak Mansyur hanya menoleh saja ke arah sang menantu seolah-olah saran yang diberikan menantunya itu hanya berujung sia-sia saja. Mana mungkin perusahaan besar seperti Gior bisa membantu perusahaannya yang sudah hampir gulung tikar. Perusahaan-perusahaan kecil saja tidak ada yang mau menaruh saham apalagi perusahaan besar yang tentu saja mereka akan memperhitungkan tentang untung dan ruginya lebih detail lagi dan sepertinya perusahaannya tidak akan menguntungkan sama sekali untuk perusahaan Gior itu."Mana m

DMCA.com Protection Status