Ada sebuah deklarasi perdamaian yang tidak sengaja terjadi hasil dari percakapan semalam. Evelyn menemukan setitik ketenangan setelah menyadarkan Noah tentang seberapa pentingnya ingatan dia yang telah hilang. Evelyn melunakan hatinya untuk belajar lebih ikhlas, dan Noah, dia menyerahkan seluruh kepercayaannya kepada Evelyn seorang, menjadikannya seseorang yang akan mendampingi penyembuhannya dari semua beban penyesalan dan rasa bersalah yang telah terjadi.Keduanya mulai menemukan sebuah jalan yang sama, namun berbeda tujuan.Dua tujuan yang mungkin akan menjadi puncak masalah dalam rumah tangga mereka dimasa depan, sekaligus titik akhir dari masalah yang saat ini sedang berlangsung.“Selamat pagi Eve,” sapa Noah keluar dari lift, pria itu tersenyum lepas dalam keadaan sudah rapi dan sangat bersemangat.Sepanjang malam Noah berdiskusi panjang dengan Evelyn, mereka berdua mulai membuat planning kegitan untuk satu bulan kedepan sampai musim liburan natal berakhir.Dimulai dari jadwal
“Daniel, dia siapa kamu Eve?”Deg!Napas Evelyn tertahan didada, lidahnya berubah kelu kesulitan untuk berbicara. Evelyn terkejut, terjebak dalam diam rasa penasaran Noah yang terlihat begitu jelas di irish matanya yang biru jernih.Rasa penasaran semakin tidak terbendung melihat keterdiaman Evelyn dengan wajah pucat pasi seperti seseorang yang tertangkap basah telah ketahuan menyembunyikan sebuah rahasia penting.‘Memangnya siapa Daniel? Mengapa Evelyn bereaksi aneh saat aku bertanya?’ batin Noah.“Eve, kenapa diam?” Noah mendekat. “Kenapa ada lelaki yang pulang ke apartementmu?” tanya Noah lagi, menyadarkan Evelyn bahwa Noah telah mendengar percakapan Evelyn di telepon sejak awal.Tangan Evelyn berkeringat dingin, detak jantungnya berdebar kencang mencoba merangkai kata yang pantas untuk dijadikan alasan. “Daniel, Daniel teman lamaku yang tinggal di apartement, aku membiarkan dia tinggal sementara waktu karena aku tidak tinggal disana lagi, sekarang dia sudah pindah lagi,” jawab Ev
Tiga hari melakukan persiapan dan giat belajar berjalan, keadaan Noah semakin membaik. Dia mulai bisa berdiri dan berjalan dengan bantuan kruk meski harus tertatih, perkembangan yang mengesankan itu tidak lagi merepotkan Evelyn yang tengah hamil muda.Noah senang, selama tiga hari berturut-turut Evelyn tidak meninggalkan rumah dan terus berada disampingnya, meski dalam beberapa moment sikapnya masih mengandung teka-teki.Noah tidak kekurangan perhatian Evelyn, Evelyn adalah sosok isteri yang sempurna dimatanya, dan Noah tidak pernah berhenti bersyukur karena dia bisa mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi pendamping hidupnya.Namun jauh didalam lubuk hati Noah, dia masih merasakan sesuatu yang sangat mengganjal. Entah mengapa Noah tidak menemukan sedikitpun kasih sayang Evelyn, dia bertindak seperti perawat professional yang melakukan tugasnya dengan sempurna tanpa melihbatkan perasaan apapun.Jantung Noah masih bisa berdebar kencang setiap kali teringat kata-kata Evelyn beber
[Eve, aku sudah menghiasnya dengan suamiku semalam, kuharap kau suka. Selamat natal Evelyn, semoga Tuhan menyertaimu]Sebuah pesan singkat dari Indila bersama beberapa photo natal yang terpasang lampu-lampu. Pohon natal yang dibeli Daniel kini sudah menghiasi sudut apartementnya yang kecil, menerangi ruangan yang kosong dan sepi karena harus ditinggalkan.Sudut bibir Evelyn sedikit terangkat, tersenyum sendu dengan mata berkaca-kaca melihat photo-photonya bersama Daniel bergelantungan menghiasi pohon, tidak lupa dihiasi oleh pakaian anak kecil yang menandakan sebentar lagi akan ada bayi di apartement itu.Ini adalah natal pertamanya tanpa Daniel.Wajah Evelyn terangkat menengadah, menahan air matanya agar tidak terjatuh.Kali ini Evelyn tidak boleh menangis, dia harus bahagia karena pohon natal yang telah Daniel beli telah terpasang menjadi penghangat rumah mereka.Evelyn sangat bersyukur dia memiliki teman seperti Indila yang selalu menguatkannya, ditengah kesibukannya, Indila ber
Evelyn mengusapkan tangannya yang berkeringat dingin dipermukaan pakaian, rasa mual naik ke tenggorokan, perasaan gugupnya meningkat setelah mereka sampai di kantor tempat biasa Noah bekerja.Tempat yang sangat asing dan tidak nyaman, terutama banyaknya mata yang menatap.Sepanjang perjalanan menuju kantor Evelyn terlalu banyak diam dan sibuk dengan pikiran yang tidak berguna, sampai dia lupa untuk memberitahu Noah agar merahasiakan pernikahan mereka dan melepas cincin pernikahan.Mendampingi Noah hanya untuk menutupi kondisinya yang lupa ingatan sangatlah mudah, tapi bagaimana jika nanti ada orang yang bertanya siapa Evelyn?Evelyn akan sangat berterima kasih, jika Noah mengatakan Evelyn adalah dokter pribadinya. Evelyn masih belum siap jika Noah memperkenalkan siapa dirinya kepada banyak orang, ini akan sangat menyesakkan dan menyulitkannya, dan Evelyn takut seseorang akan menyadari siapa Evelyn sebenarnya.Noah telah duduk dikursi rodanya, secara tidak terduga justru pria itu terl
Tubuh Evelyn menegang, menelan salivanya dengan kesulitan, terjebak dalam ketegangan yang tidak menyenangkan dipelototi Simon yang langsung menatapnya dengan pandangan tidak bersahabat. “Tidak perlu berteriak sekencang itu. Selama ini aku merahasiakannya untuk memberikan kejutan kepada semua orang,” ucap Noah dengan bangga dan penuh percaya diri. “Jangan bicara sembarangan kau Noah! Aku masih sering melihatmu dengan wanita lain beberapa bulan terakhir ini!” geram Simon. Sudut bibir Noah sedikit terangkat, pria itu menyeringai tajam, dia tidak suka dengan ucapan Simon yang akan menimbulkan kesalah pahaman. Noah benci perselingkuhan, dan dia sangat yakin sepenuhnya bahwa dia tidak akan mungkin mengkhinati Evelyn. Memangnya apalagi yang Noah butuhkan? Semua yang dia inginkan sudah ada di Evelyn. “Jika aku bersama wanita lain, bukan berarti aku selingkuh kan? Aku tidak seperti paman, yang bisa memiliki beberapa anak diluar nikah meski sudah beristeri,” jawab Noah berhasil membuat waja
Waktu terus berlalu, jam makan siang akhirnya telah tiba. Evelyn beranjak dari tempat duduknya, dia sudah tidak tahan lagi berada di ruangan Noah tanpa melakukan apapun dan hanya menjadi penonton.Evelyn bosan, jauh lebih baik jika dia pergi ke rumah sakit dan memeriksa kandungannya, lalu membersihkan makam Daniel yang telah dia tinggal beberapa hari.“Noah, aku akan pulang lebih dulu.”Noah terperanjat, menggerakan kursi rodanya mendekati Evelyn. “Kenapa pergi Eve? Setidaknya kita makan dulu,” bujuk Noah.“Aku bosan disini, sepertinya kau tidak membutuhkan apapun dariku. Bukankah kau juga memiki janji makan siang bersama ibumu?” jawab Evelyn mengingatkan. “Aku akan makan sedikit dengan ibu dan segera kembali agar kita makan siang bersama,” bujuk Noah meraih jari jelingking Evelyn dan menggenggamnya.Evelyn menggeleng dengan berat, memang benar Evelyn membenci Sarah, namun Evelyn bukan seseorang yang bisa tega merebut waktu kebersamaan Noah dan Sarah. Evelyn tidak suka membuat masala
“Aku masih kekasihmu kan Noah? Aku yakin kau masih mencintaiku!” ucap Milia dengan lantang meminta sebuah pengakuan.Rahang Noah mengeras, wajahnya berubah merah padam tersulut kemarahan dan rasa malu yang menjalar di nadinya mendengar kata-kata lancang perempuan gila dihadapannya. Dari mana keberanian wanita itu muncul hingga dia begitu percaya dirinya membicarakan cinta padanya?Noah tahu sekarang dia sedang lupa ingatan, namun akal sehat dan pikiran rasionalnya tidak akan pernah mungkin berubah dan lekang oleh waktu. Mana mungkin dia bermain api dengan perempuan lain, termasuk wanita gila yang tengah berdiri dihadapannya.Evelyn jauh jauh lebih cantik dan sempurna.Tangan Noah terkepal sampai buku jarinya memutih, “Tutup mulutmu sebelum aku merobeknya,” jawabnya dengan penuh tekanan, kilatan matanya yang berwarna biru itu terlihat tajam mengintimidasi Milia.Milia meringis dalam tangisan, hati Milia cukup sakit, mendengar lontaran kata-kata kasar dari lelaki yang selama ini beg
“Nyonya Sarah sudah tidak masuk kerja sejak empat hari yang lalu,” ucap sang assistant, menjawab pertanyaan Noah yang mempertanyakan keberadaan ibunya karena sudah lama tidak terlihat.Pantas saja, selama empat hari ini Noah tidak bertemu dengan ibunya, biasanya Sarah sering datang berkunjung ke ruangan kerja Noah meski itu hanya sekadar mengajak makan bersama dan meminta bantuan.“Apa Ibu pergi liburan?” tanya Noah lagi.“Sepertinya tidak Pak. Semua pekerjaan nyonya Sarah saya kirim ke rumah, dan pagi harinya, sopir nyonya Sarah datang mengantar, itu artinya nyonya Sarah ada di kediamannya.”"Terima kasih informasinya," ucap Noah sebelum pergi meninggalkan keberadaan ruangan Sarah.Sejak di malam pesta keluarga Evelyn, Noah tidak pernah mencoba menghubungi Sarah.Noah berpikir bahwa ibunya perlu waktu untuk merenungkan diri tanpa perlu lagi diingatkan akan setiap kekeliruannya.Pesta di malam itu mungkin secara tidak langsung telah mempermalukan Sarah. Namun, Noah tidak pernah mengkh
Suara sirine ambulance dan mobil kepolisian terdengar dijalanan, beberapa pengendara memilih menepi memberikan ruang untuk mobil-mobil itu bergerak menuju rumah sakit.Dalam keadaan lemah dan babak belur hingga darah yang masih menodai pakaiannya, Milia duduk meratap diantara dua polisi yang menjaganya.Milia tidak dapat menjawab ketika ditanya pihak kepolisian yang meminta keterangan darinya. Milia terguncang dengan apa yang telah terjadi, tindakannya melukai Alex adalah sesuatu yang spontan sehingga Milia tidak pernah menyangka bahwa malam ini akan berakhir menjadi malam yang berdarah.Dalam keadaan kedua tangan yang terborgol, kini Milia akan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan jahitan di beberapa bagian tubunya yang terluka yang terluka parah, sementara Alex harus dilakukan autopsy setelah dinyatakan meninggal.Milia menengok keluar jendela, air matanya berjatuh membasahi pipi.Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Milia, segalanya terjadi begitu cepat setelah satu jam dia
"Dokter tinggal disini?" tanya Edgar sambil melangkah terpincang-pincang menggenggam tangan Evelyn yang menuntunnya masuk.Selepas pesta, Evelyn memutuskan untuk membawa Edgar agar bisa menginap sebelum anak itu kembali ke dibawa ke panti asuhan. "Aku berharap suatu hari nanti, kau juga akan tinggal disini," jawab Evelyn.Edgar tersenyum sungkan, sudah terlalu banyak kebaikan yang dia terima dari Evelyn, cukup dengan diberi kesempatan melihat dan bertemu Evelyn kembali, Edgar sudah sangat merasa bersyukur.Sempat Edgar berpikir, bahwa selamanya dia akan ada di tanah gersang, berselimut debu panas akibat peperangan, menanti giliran seperti anak-anak lainnya yang menyerah setelah melalui berbagai kejadian menyakitkan, atau pergi menjadi budak korban perjual belian anak.Tidak pernah sedikitpun Edgar akan membayangkan bahwa dia akan di tempat indah ini.Menyaksikan setitik surga yang dimimpikan semua anak-anak korban perang seperti dirinya, Sebuah kota yang damai tanpa ledakan artileri
Milia terisak menangis, tangannya tercengkram begitu kuat oleh Alex.Tanpa berbicara sepatah katapun, Alex menyeret Milia dengan kasar, membawanya pergi meninggalkan pesta yang belum usai.Diamnya Alex membuat Milia semakin takut akan terjadi sesuatu yang sangat besar malam ini. Sedikit saja kesalahan yang Milia buat, Alex akan melampiaskannya dengan kekerasan, tidak dapat Milia bayangkan ketika kini dia telah membuat kesalahan yang sangat fatal.Milia tahu, Alex bekerja keras mempersiapkan banyak hal untuk bisa bisa mendapatkan investasi karena kondisi perusahaannya yang diambang kebangkrutan akibat kerugian yang sangat besar.Alex begitu yakin bahwa malam ini, semuanya akan berjalan lancar dan perusahaannya menggeliat dari keterpurukan.Namun, semua angan Alex, semua rencana yang Alex susun sebaik mungkin untuk investor paling penting telah lenyap karena kebodohan Milia. Wanita itu telah menghancurkan segalanya! Menghancurkan harapan Alex, juga bisnisnya yang telah Alex pertaruhkan
“Eve, ikut aku sebentar,” bisik Noah perahan menarik mundur Evelyn dari keramaian.“Kau mau membawaku kemana?” tanya Evelyn mengkuti langkah Noah melewati pintu keluar, meninggalkan pesta yang masih berlangsung.Genggaman tangan Noah menguat, “Memberikan kejutan yang aku janjikan,” jawabnya dengan penuh semangat, Noah tidak sabar menantikan reaksi Evelyn jika nanti dipertemukan kembali dengan anak yang ingin diadopsinya.“Kenapa tidak di dalam saja Noah?” tanya Evelyn mulai curiga karena mereka semakin jauh dari ruangan pesta.“Ikut saja aku sebentar.”Perlahan langkah Evelyn terhenti, menahan Noah yang menariknya. “Kau tidak sedang merencanakan hal-hal mesum kan Noah?” tanya Evelyn semakin curiga.Noah terperangah kaget mendengar tuduhan Evelyn dan tatapannya yang penuh kecurigaan, memandang Noah seperti penjahat kelamin yang perlu diwaspadai. “Ya ampun Eve, aku tidak mungkin seperti itu,” jawabnya, membela diri dari tuduhan Evelyn.Mata Evelyn menyipit seketika, “Kau jangan berpura-
Wajah Milia terangkat seketika, wanita itu menatap getir penuh ketakutan, dia tahu betul konsekuensi yang akan diterima jika Alex tahu kelakuan. Akan ada bencana besar yang tidak terhindarkan setelah nanti sampai di rumah.Dengan wajahnya yang mulai pucat pasi, Milia mengggeleng penuh permohonan, mengharapkan belas kasihan dari Reene dan Evelyn, orang yang tidak pernah berhenti Milia rendahkan.Milia menggeleng putus asa menahan tangisan.“Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Anda, Tuan Axel. Isteri Anda ini, dulu dia pernah memfitnah putri saya mencuri, dan malam ini, dengan mata kepala saya sendiri, saya menyaksikan dia menghina Evelyn dengan cara yang begitu kasar,” jelas Reene berhasil membuat Alex tercekat kaget.Samar Evelyn tersenyum menikmati eksrpesi tidak berkutik Milia yang kehilangan kesombongannya dan hancur oleh mulutnya sendiri. Axel tercengang kaget, “Jadi benar begitu Milia?” bisiknya dengan geraman.Milia tertunduk tidak bersuara, tidak ada tempat untuknya berboho
“Bukankah dia teman masa kecilmu? Kenapa tidak pernah menceritakannya padaku kalau ternyata dia putri Reene Stalyn?” tanya Alex dengan sumringah. Rahang Milia mengeras, dia juga baru tahu malam ini jika ternyata Evelyn telah menemukan keluarganya dan berasal dari keluarga terhormat. Milia telah terkecoh oleh kesederhanaan yang selalu Evelyn tampilkan. Milia menarik napasnya dengan kesulitan, ekspresi di jawahnya terlihat begitu suram karena harus menyaksikan wanita yang selalu dia hina dan dia curangi, kini wanita itu berada diantara orang-orang penting didampingi Noah. Evelyn terlihat begitu begitu bahagia tanpa tekanan yang harus dipikul. Kemanapun Evelyn pergi mengikuti Dominiq yang memperkenalkannya pada banyak orang, Noah terus mendampinginya, sesekali membisikan sesuatu untuk memberikan arahan. Noah begitu setia mendampingi Evelyn, menunjukan suatu perhatian dan kehangatan yang tidak pernah dia tunjukan kepada wanita manapun, termasuk Milia. Pria itu tidak pernah ragu mera
“Noah tunggu! Ada yang perlu kau jelaskan pada ibu!” desak Sarah mengejar Noah setelah perdebatan yang sempat terjadi di lorong gedung pesta. “Noah!” panggil Sarah lagi dan menahan tangan putranya.Noah berbalik seketika, dadanya bergerak naik turun dengan suara napas tidak beraturan, kepala Noah mulai panas diledaki amarah. Prilaku Sarah malam ini sudah tidak termaafkan lagi, dan Noah sudah muak mentoleransinya lagi.Alis Sarah sedikit menurun, wanita paruh baya itu mendekat dengan ragu merasakan kemarahan bercampur bercampur kesedihan disepasang matanya yang bekaca-kaca. Noah seperti seorang anak yang telah dihancurkan mimpinya.“Noah, kau perlu menjelaskan apa yang terjadi pada ibu, mengapa kau tidak pernah memberitahu ibu sebelumnya jika ini Evelyn sudah menemukan keluarganya?” tanya Sarah dengan suara memelan.“Untuk apa?” tanya Noah penuh tekanan. “Ibu akan berubah pikiran setelah tahu bahwa Eve berasal dari keluarga yang berpengaruh? Ibu akan berhenti menghinanya karena Eve b
Bibir Evelyn menekan kuat mencoba meredam kekesalannya dari hinaan yang begitu mudahnya terucap dari mulut Milia. Evelyn tidak mengerti, seharusnya orang pertama yang memulai pertengkaran adalah Evelyn karena dia memiliki kebencian yang mendasar pada Milia. Anehnya, justru Milia yang selalu memulai perdebatan, semakin bertambah usia, wanita itu sama sekali tidak pernah belajar untuk memperbaiki diri.Sepertinya, sesekali Evelyn perlu membungkam kesombongan Milia agar wanita itu berhenti merendahkannya.Tapi, apa yang Milia lakukan di sini? Apa mungkin, keluargnya mengenal Milia?Apapun yang terjadi, ini bukan saat yang tepat untuk Evelyn berdiri disini dan membuang waktu. Keluarganya pasti sudah menanti karena pesta akan segera diselenggarakan.“Kenapa kau diam? Apa kau malu ketahuan mengenakan barang-barang palsu?” tanya Milia lagi dengan tawa meledeknya seakan tidak puas menyerang Evelyn hanya dengan satu dua hinaan. Milia perlu melampiaskan kerisauan pribadinya dengan menghina or