Para pembaca terhormat Terima kasih banyak atas waktu dan dukungannya dalam cerita terbaru saya. Cerita ini sedang dalam partisipasi sebuah lomba. Jika berkenan, silahkan beri ulasan agar saya bisa mengetahui keinginan pembaca. Salam hangat Asayake
“Noah, lelaki yang telah kau tabrak, dia sudah meninggal,” jawab Evelyn meratap.‘Lelaki itu suamiku, lelaki yang aku cintai’ batin Evelyn berteriak.Wajah Noah kian pucat, kulitnya meremang memperparah sakit yang kini bersarang didalam dada. Noah menggeleng dengan berat, “Tidak mungkin Eve, aku tidak mungkin telah membunuhnya! Itu tidak mungkin,” sangkalnya tidak percaya.“Tidak Noah, korban yang telah kau tabrak benar-benar telah meninggal dimalam itu juga,” jawab Evelyn meyakinkan.Noah menekan kuat keningnya yang mulai berdenyut sakit, dia kesulitan mengatur perasaannya yang semakin campur aduk menghadapi fakta yang jauh lebih mengerikan dari apa yang dia lihat didalam mimpi.“Kenapa kau tidak menceritakan hal ini kepadaku sejak kemarin Eve!” teriak Noah marah.“Kau pikir ini mudah? Aku juga mau bercerita jika saja kakek dan ibumu tidak mengancamku! Mereka melakukan berbagai cara agar kau tidak dipenjara!” balas Evelyn meluapkan amarah yang telah dipendamnya. “Ini tidak mungkin,
Aroma alkohol tercium kuat di sebuah private room.Beberapa orang tengah bersenang-senang ditemani wanita penghibur yang sengaja dipanggil untuk menjadi penyaji minuman. “Berhentilah menekuk wajahmu. Didunia ini, wanita bukan hanya Milia saja!” tegur seorang pria berambut pirang pada Noah.Namun, Noah masih saja meneguk alkohol sampai tandas.Entah sudah berapa gelas Noah minum hanya untuk meredakan kerisauan didalam hatinya karena Milia memutuskan hubungan dengannya begitu saja tanpa sebab, tanpa penjelasan apapun.Wajah pria itu terlihat sudah memerah dengan napas yang tidak beraturan karena mabuk.Selama ini mereka telah melakukan hubungan jarak jauh tanpa ada masalah apapun, tapi mengapa kini setelah satu hari Noah mendengar kabar kepulangan Milia dari luar negeri, tiba-tiba saja Milia menginginkan perpisahan?Noah tidak terima, Milia bertindak seolah hubungan mereka berdua seperti tidak ada artinya.“Tuan, Anda menginginkannya lagi?” tanya seorang wanita cantik yang sejak tadi
Suara sirine ambulance terdengar seiring dengan pergerakan cepat Evelyn membawa Daniel.Evelyn menutup mulutnya dalam bekapan, menahan tangisan pilunya mendengar suara rintihan Daniel yang kesakitan.Meski Daniel kini tengah ditangani oleh beberapa tim medis karena mengalami pendarahan dan luka yang cukup parah, sepanjang jalan Evelyn tidak berhenti merapalkan do’a, mengharapkan jika Daniel suamianya akan baik-baik saja. “Eve..” panggil Daniel menangis ditengah sakit yang harus dia lalui.“Daniel, ini aku,” isak Evelyn mendekat dan meraih tangannya dengan penuh kehati-hatian.Bola mata Daniel bergerak pelan, bibirnya yang pucat sedikit terbuka menarik napas dengan kesulitan. Seluruh tubuhnya sangat sakit, hingga disetiap hembusan napas yang harus diambil begitu menyiksa.Daniel tidak menyangka.Baru beberapa menit lalu dia merayakan kebahagiaan dengan isterinya karena mendengar kabar bahwa anak yang mereka tunggu selamaa ini telah hadir di rahim Evelyn, tapi kini dia harus melalui s
Di sisi lain, Sarah menutup mulutnya dalam bekapan kuat.Meski tengah rapat penting di perusahaan pangan Star-X, wanita itu berlari kencang kala mendapat kabar sang putra. Bahkan, wanita bertangan besi di dunia bisnis itu, masih menyembunyikan suara tangisannya di tengah kesunyian ruangan tempat putranya kini terbaring diranjang rumah sakit dengan alat-alat medis yang terpasang.Dokter mengatakan jika guncangan keras yang dialami Noah, putranya, telah membuatnya gegar otak, dan salah satu kakinya patah. “Noah, bagaimana bisa kau mengalami peristiwa ini Nak?” bisik Sarah meratapi keadaan putranya.Hati ibu mana yang tidak hancur jika putranya yang beberapa jam lalu sehat, kini terbaring tidak sadarkan diri? Sarah meninggalkan ruangan Noah begitu melihat ayah mertuanya tengah berbicara dengan dua orang polisi yang memberikan keterangan setelah memeriksa kejadian kecelakaan dan melihat hasil medis Noah.Polisi mengatakan jika dalam kasus ini, Noah sepenuhnya salah karena berkendara d
“Apa maksudmu Daniel? Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau tidak akan pergi meninggalkanku, kan?”Di sisi lain, Matteo menutup mulutnya terjebak dalam kekalutan. Pria tua itu kesulitan untuk mengiyakan permintaan Daniel. Tapi di sisi lain, keadaan yang genting ini membuatnya tidak dapat menolak. “Berjanjilah,” bisik Daniel kembali meminta. Matteo membuang napasnya dengan berat, dia kembali melihat Daniel. “Saya berjanji Tuan, saya akan menikahkan cucu saya dengan isteri Anda. Bertanggung jawab untuk menjaga dan membahagiakan mereka,” ucap Matteo menyetujui permintaan Daniel. Evelyn menggeleng keras. “Aku tidak akan menikah dengan siapapun, hanya kau yang akan menjadi suamiku selamanya! Kau bilang kau mencintaiku, tapi mengapa kau menyerahkan aku kepada orang lain? Aku mohon bertahanlah Daniel, kita akan melewati ini semua bersama-sama,” rintih Evelyn menangis penuh permohonan. Pupil mata Daniel bergetar tidak dapat menahan tangisan sedihnya. Daniel tidak mampu mengiyakan pe
“Turunkan setiap berita yang membahas kecelakaan semalam. Jangan menyisakannya sedikitpun, hapus semua wajah Noah dari seluruh media, jangan memberikan public celah untuk melihat mengetahui wajah Noah dan mengetahui lebih lanjut masalah ini,” perintah Matteo pada assistantnya. “Baik Pak,” jawab Athur. “Satu lagi, jangan biarkan siapapun menemui Noah, terutama wanita itu.” Athur mengangguk paham, orang yang dimaksud oleh Matteo adalah Milia, kekasih Noah yang telah kembali dari luar negeri beberapa hari yang lalu. Matteo sangat membenci Milia, terutama keluarnganya yang saat ini sedang mengalami kesulitan financial dan memiliki skandal penggelapan pajak. “Bagaimana dengan proses pemakaman korban?” “Sekarang tengah berlangsung.” Matteo menyandarkan bahunya pada sandaran kursi, melepas lelah yang mendera, lelaki paruh baya itu memejamkan matanya mencoba untuk tidur sejenak. Sejak semalam Matteo tidak dapat tidur, berulang kali Matteo memikirkan, keputusan terbaik apa yang harus d
Di sisi lain, jemari Noah bergerak pelan diatas permukaan ranjang, pria itu mulai mulai memberikan respon saat seorang doker memanggil namanya dan mengajak berbicara ditengah terapi yang membantu merangsang indranya. Tiga hari sudah Noah mengalami koma, kini akhirnya mulai menunjukan tanda-tanda membaik dan stabil. Matteo dan Sarah yang sejak lama menunggu diluar ruangan terlihat cemas, berharap jika Noah akan segera sadar dari komanya. Dengan penuh perjuangan dan ditunjang alat-alat medis, akhirnya Noah mulai membuka matanya. “Noah Sylvester, Anda bisa mendengar dan melihat saya?” tanya dokter. Telinga Noah berdengung sakit, bulu matanya berkedip pelan, beberapa kali penglihatannya berkabut dan membutuhkan waktu untuk memproses cahaya yang ada disekitarnya. “Noah Sylvester, Anda bisa melihat saya?” tanya dokter lagi. Noah terdiam mengabaikan dokter yang terus mengajaknya berbicara. Noah kebingungan, tidak tahu harus berbicara apa, dia tidak memahami situasi apa yang kini teng
Hembusan angin terdengar dibalik jendela, salju turun dibawah langit yang cerah.Evelyn membelit lehernya dengan syal, hari ini dia ingin berkunjung ke makam Daniel untuk meredakan kerindukan yang sudah bertumpuk didalam dada.Evelyn berharap, dengan berkunjung ke makam Daniel, dia mendapatkan sedikit kekuatan untuk bisa bangkit dan memulai hari-hari barunya dengan penuh keikhlasan. Evelyn tidak bisa selamanya duduk dalam keterpurukan dengan kondisi kehamilan yang akan membesar, merepotkan rekan kerjanya yang selalu datang setiap hari untuk memastikan kesehatan, juga merepotkan kepala panti asuhan yang selalu membawa makanan.Baru saja Evelyn membuka pintu hendak keluar, dia langsung menghadap seorang pria berpakaian formal tengah berdiri didepan pintu apartementnya. “Selamat pagi Nyonya. Saya Athur, assistant pribadi tuan Matteo, beliau ingin berbicara dengan Anda sekarang.”Evelyn mendegus kesal, nada bicara Athur terdengar seperti memerintah dibandingkan dengan meminta. “Tidak ad
“Noah, lelaki yang telah kau tabrak, dia sudah meninggal,” jawab Evelyn meratap.‘Lelaki itu suamiku, lelaki yang aku cintai’ batin Evelyn berteriak.Wajah Noah kian pucat, kulitnya meremang memperparah sakit yang kini bersarang didalam dada. Noah menggeleng dengan berat, “Tidak mungkin Eve, aku tidak mungkin telah membunuhnya! Itu tidak mungkin,” sangkalnya tidak percaya.“Tidak Noah, korban yang telah kau tabrak benar-benar telah meninggal dimalam itu juga,” jawab Evelyn meyakinkan.Noah menekan kuat keningnya yang mulai berdenyut sakit, dia kesulitan mengatur perasaannya yang semakin campur aduk menghadapi fakta yang jauh lebih mengerikan dari apa yang dia lihat didalam mimpi.“Kenapa kau tidak menceritakan hal ini kepadaku sejak kemarin Eve!” teriak Noah marah.“Kau pikir ini mudah? Aku juga mau bercerita jika saja kakek dan ibumu tidak mengancamku! Mereka melakukan berbagai cara agar kau tidak dipenjara!” balas Evelyn meluapkan amarah yang telah dipendamnya. “Ini tidak mungkin,
Masalah yang telah mengganggu akhirnya terselesaikan. Evelyn tidak peduli jika keputusannya membuang kamera akan membuat Matteo marah besar. Matteo telah salah mengartikan kepatuhan Evelyn selama beberapa hari ini, jika Matteo semakin semena-mena dan memperlakukan Evelyn seperti hewan yang dikekang lehernya. Ada saatnya Evelyn balas menggigit Matteo. Kesabaran Evelyn ada batasnya.. Mudah bagi Evelyn melanjutkan kasus Noah dan menjeblosknanya kedalam penjara karena semua barang bukti berada di kantor polisi. Tidak lagi mempedulikan ancaman Matteo yang akan menghancurkan kehidupannya. Sebelum Matteo menghancurkan hidupnya dan membunuhnya, Evelyn akan menghancurkan masa depan Noah dan mencoreng nama besar keluarga Sylvester sampai membuat mereka malu untuk menyandang nama itu lagi. Dengan begitu Evelyn maupun Matteo, mereka sama-sama hancur tanpa ada satupun yang benar-benar menang. Menang menjadi arang, kalah menjadi abu. Lampu-lampu ruangan kembali menyala meneranginya, Evel
Alis Moza sedikit bergerak, wanita itu tersenyum tanpa menghina ataupun tatapan merendahkan kepercayaan diri Milia. “Jadi, Anda yang bernama Milia. Ternyata lebih cantik dan muda dari apa yang Alex ceritakan.Senyuman Milia sedikit memudar, terjebak dalam perasaan canggung karena reaksi tidak terduga Moza yang kian tenang dan justru memujinya. “Saya juga sudah sering mendengar tentang Anda dari Alex, dia begitu terbuka bercerita tentang isteri tuanya.”“Anda sudah bertemua keluarga Alex?” tanya Moza tidak mempedulikan hinaan Milia.Milia menyampirkan helaian rambutnya dibelakang telinga, dengan anggukan samar dia menjawab, “Ya, hari ini saya menemui orang tua Alex dan memeriksa gaun pernikahan, Alex sangat bersemangat meski saya meminta dia melakukannya setelah sidang perceraian Anda dengannya selesai,” jawab Milia begitu lancang dan bangga dengan tindakan memalukannya.“Benarkah? Jadi, kapan tanggal pernikahan Anda dan Alex akan diselenggarakan? Saya juga harus mempersiapkan gaun unt
“Menurutmu, mengapa aku bersedia menikah dengamu, meski status pernikahan kita disembunyikan Noah?” Noah mengerjap beberapa kali, mencerna pertanyaan Evelyn sampai akhirnya dia mendapatkan sebuah kesimpulan yang paling tepat untuk menjadi jawaban. “Apa kita kawin lari?” tebaknya dengan tatapan polos tanpa dosa.Kesedihan dimata Evelyn menghilang dalam sekejap begitu mendengar jawaban tidak masuk akal Noah Sylvester. Dalam gerakan cepat Evelyn meraih wajah Noah dan mencengkram pipinya sampai membuat bibir lelaki itu terbuka seperti seekor ikan yang terlempar ke daratan.“Apa katamu?” tanya Evelyn penuh tekanan, mengharapkan jawaban yang sedikit lebih baik dari sebelumnya.“Karena kita saling mencintai namun tidak mendapatkan restu karena perbedaan kelas social, kita kawin lari Eve, karena itu aku merahasiakanmu dari keluargaku dan semua orang,” jelas Noah semakin yakin dengan apa yang dia pikirkan.Evelyn mendengus jengkel, daya pikir Noah yang cetek ternyata tidak dapat Evelyn ajak b
Suara deringan telepon terdengar dikesunyian, membangunkan Evelyn dari tidur lelapnya diranjang apartementnya berada. Beberapa hari kekurangan tidur waktu beristirahat membuat Evelyn sangat lelah sampai dia tidak sadar waktu telah berlalu dengan cepat.Dilihatnya layar handpone, tertera nama Matteo.Evelyn menguap melihat jendela yang kini mulai gelap menandakan malam akan segara tiba, sepertinya dia akan terlambat pulang dan mengingkari janjinya kepada Noah tadi pagi. Telepon kedua dari Mattep kembali terdengar memaksa Evelyn untuk mengangkatnya.“Kenapa kau belum pulang dan meninggalkan Noah sendirian yang sedang sakit? Dia menunggumu sejak tadi,” tegur Matteo begitu pangilan diterima.Evelyn memutar bola matanya seketika tidak menutupi ketidak sukaannya. Setiap kali berbicara dengan Matteo, entah mengapa Evelyn selalu saja harus mendengarkan sederet perintah seakan hidup Evelyn saat ini berada dibawah kendali Matteo Sylvester. Apa Noah mengadu pada kakeknya hanya karena Evelyn be
Acara pesta ulang taun Mischa akhirnya dimulai. Masalah gaun yang sempat terjadi telah berlalu dengan cepat, tidak ada yang meminta Milia melepaskan gaun yang telah dia pakai karena Maori tidak ingin Evelyn mengenakan pakaian bekas lagi.Maori kembali menunjukan kasih sayangnya, melupakan apa yang telah terjadi dan berpikir jika kenangan tidak menyenangkan itu harus dia tinggalkan di kota Lapolez yang akan segera dia tinggalkan esok pagi.Maori tidak ingin memperbesar masalah lagi.Anak-anak panti sempati menampilkan tarian dan nyanyian sebelum akhirnya mereka menikmati makan malam bersama dengan penuh kehangatan.Evelyn tidak kuasa menahan senyuman bahagiannya menikmati setiap menit waktu yang berjalan menuju malam dikelilingi orang-orang terkasihnya. Anehnya, senyuman itu selalu hilang begitu saja setiap kali dia tidak sengaja melihat Milia yang kini kembali terkucilkan tanpa ada yang mengajaknya bergabung. Tatapan polos penuh ketakutan yang sering kali Evelyn lihat selama ini hila
Evelyn bergerak mundur, semakin bersembunyi dikegelapan yang memisahkan dirinya dari keramaian yang berlangsung, melihat reaksi Maori yang cukup marah, Evelyn malu dan tidak memiliki keberanian untuk meminta maaf secara langsung kepadanya sekarang.Apa yang harus Evelyn lakukan sekarang? Semua orang dewasa meragukan dirinya dan memandangnya sebagai anak yang tidak tahu rasa terima kasih.Satu-satunya orang yang bisa memperbaiki kesalah pahaman ini semuanya hanyalah Milia.Tapi Milia..Evelyn meringis tidak kuasa menahan tangisannya, meremas kuat dadanya yang sakit.Disini, ditempat ini Evelyn sendirian menanggung rasa bersalah yang teramat dalam kepada semua orang. Sementara Milia, dia berada dikeramaian tengar tertawa riang tidak sedikitpun menunjukan rasa bersalah setelah berbohong kepada Evelyn.Lebih menyakitkannya lagi, kini Milia memamerkan gaun dan sepatu yang dia pakai didepan semua orang, mengarang cerita bahwa Evelyn telah memberikannya pada Milia. Tanpa ragu Milia memperpan
“Apa kota ini tidak cocok untuk usaha baru keluargamu? Sudah beberapa kali Juan berada disini, tampaknya dia tidak menemukan satupun tempat yang cocok untuk dijadikan peternakan kuda,” tanya Chirstina.Maori tertawa renyah mendengar pertanyaan sahabatnya. “Itu sudah tidak masalah lagi untuk Juan. Juan tidak begitu kecewa, meski kami tidak menemukan tempat peternakan kuda yang cocok, secara tidak terduga justru dia menemukan anak yang sudah membuatnya jatuh cinta.”Christina ikut tertawa menyetujui pernyataan sahabatnya itu. Sudah hampir lima belas tahun Juan dan Maori menikah, Maori tidak dapat memberikan anak pada suaminya karena dulu dia pernah melakukan operasi pengangkatan rahimnya akibat kanker.Juan sempat ingin mengadopsi anak, namun dia menahan diri demi menghargai Maori yang belum bisa berdamai dengan kenyataan. Juan tidak ingin Maori berkecil hati dan berpikir bahwa rumah tangga mereka belum sempurna jika tidak ada anak.Setelah Maori berdamai dengan keadaannya dan memahami
Gemercing dari lonceng dream catcher terdengar kala angin berhembus masuk, lampu-lampu menerangi sekeliling panti asuhan tidak seperti malam-malam sebelumnya. Semua orang sedang bersuka cinta menantikan kedatangan orang yang selalu menjadi sponsor utama panti asuhan.Evelyn yang menyadari jika ini malam terakhirnya tinggal, tanpa menyia-nyiakan waktu, dia begitu bersemangat membantu siapapun yang ada disekitarnya.Matahari sore sudah tenggelam sepenuhnya, menyisakan warna kebiruan di langit berbintang.“Daniel! Aku mencarimu sejak tadi, rupanya kau disini,” panggil Evelyn diantara suara tawa manisnya, memanggil seorang anak laki-laki yang tengah duduk sendirian di depan jendela karena lelah.Daniel, dia panti asuhan lain yang diungsikan karena panti asuhan sebelumnya kebakaran, Evelyn yang sebaya dengannya menjadi teman terdekatnya.“Eve,” sapa Daniel tersenyum dengan mata berbinar, melihat penampilan Evelyn dari ujung kaki hingga kepala yang terlihat cantik meski mengenakan gaun bek