Para pembaca terhormat Terima kasih banyak atas waktu dan dukungannya dalam cerita terbaru saya. Cerita ini sedang dalam partisipasi sebuah lomba. Jika berkenan, silahkan beri ulasan agar saya bisa mengetahui keinginan pembaca. Salam hangat Asayake
“Noah, lelaki yang telah kau tabrak, dia sudah meninggal,” jawab Evelyn meratap.‘Lelaki itu suamiku, lelaki yang aku cintai’ batin Evelyn berteriak.Wajah Noah kian pucat, kulitnya meremang memperparah sakit yang kini bersarang didalam dada. Noah menggeleng dengan berat, “Tidak mungkin Eve, aku tidak mungkin telah membunuhnya! Itu tidak mungkin,” sangkalnya tidak percaya.“Tidak Noah, korban yang telah kau tabrak benar-benar telah meninggal dimalam itu juga,” jawab Evelyn meyakinkan.Noah menekan kuat keningnya yang mulai berdenyut sakit, dia kesulitan mengatur perasaannya yang semakin campur aduk menghadapi fakta yang jauh lebih mengerikan dari apa yang dia lihat didalam mimpi.“Kenapa kau tidak menceritakan hal ini kepadaku sejak kemarin Eve!” teriak Noah marah.“Kau pikir ini mudah? Aku juga mau bercerita jika saja kakek dan ibumu tidak mengancamku! Mereka melakukan berbagai cara agar kau tidak dipenjara!” balas Evelyn meluapkan amarah yang telah dipendamnya. “Ini tidak mungkin,
Ada sebuah deklarasi perdamaian yang tidak sengaja terjadi hasil dari percakapan semalam. Evelyn menemukan setitik ketenangan setelah menyadarkan Noah tentang seberapa pentingnya ingatan dia yang telah hilang. Evelyn melunakan hatinya untuk belajar lebih ikhlas, dan Noah, dia menyerahkan seluruh kepercayaannya kepada Evelyn seorang, menjadikannya seseorang yang akan mendampingi penyembuhannya dari semua beban penyesalan dan rasa bersalah yang telah terjadi.Keduanya mulai menemukan sebuah jalan yang sama, namun berbeda tujuan.Dua tujuan yang mungkin akan menjadi puncak masalah dalam rumah tangga mereka dimasa depan, sekaligus titik akhir dari masalah yang saat ini sedang berlangsung.“Selamat pagi Eve,” sapa Noah keluar dari lift, pria itu tersenyum lepas dalam keadaan sudah rapi dan sangat bersemangat.Sepanjang malam Noah berdiskusi panjang dengan Evelyn, mereka berdua mulai membuat planning kegitan untuk satu bulan kedepan sampai musim liburan natal berakhir.Dimulai dari jadwal
“Daniel, dia siapa kamu Eve?”Deg!Napas Evelyn tertahan didada, lidahnya berubah kelu kesulitan untuk berbicara. Evelyn terkejut, terjebak dalam diam rasa penasaran Noah yang terlihat begitu jelas di irish matanya yang biru jernih.Rasa penasaran semakin tidak terbendung melihat keterdiaman Evelyn dengan wajah pucat pasi seperti seseorang yang tertangkap basah telah ketahuan menyembunyikan sebuah rahasia penting.‘Memangnya siapa Daniel? Mengapa Evelyn bereaksi aneh saat aku bertanya?’ batin Noah.“Eve, kenapa diam?” Noah mendekat. “Kenapa ada lelaki yang pulang ke apartementmu?” tanya Noah lagi, menyadarkan Evelyn bahwa Noah telah mendengar percakapan Evelyn di telepon sejak awal.Tangan Evelyn berkeringat dingin, detak jantungnya berdebar kencang mencoba merangkai kata yang pantas untuk dijadikan alasan. “Daniel, Daniel teman lamaku yang tinggal di apartement, aku membiarkan dia tinggal sementara waktu karena aku tidak tinggal disana lagi, sekarang dia sudah pindah lagi,” jawab Ev
Tiga hari melakukan persiapan dan giat belajar berjalan, keadaan Noah semakin membaik. Dia mulai bisa berdiri dan berjalan dengan bantuan kruk meski harus tertatih, perkembangan yang mengesankan itu tidak lagi merepotkan Evelyn yang tengah hamil muda.Noah senang, selama tiga hari berturut-turut Evelyn tidak meninggalkan rumah dan terus berada disampingnya, meski dalam beberapa moment sikapnya masih mengandung teka-teki.Noah tidak kekurangan perhatian Evelyn, Evelyn adalah sosok isteri yang sempurna dimatanya, dan Noah tidak pernah berhenti bersyukur karena dia bisa mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi pendamping hidupnya.Namun jauh didalam lubuk hati Noah, dia masih merasakan sesuatu yang sangat mengganjal. Entah mengapa Noah tidak menemukan sedikitpun kasih sayang Evelyn, dia bertindak seperti perawat professional yang melakukan tugasnya dengan sempurna tanpa melihbatkan perasaan apapun.Jantung Noah masih bisa berdebar kencang setiap kali teringat kata-kata Evelyn beber
[Eve, aku sudah menghiasnya dengan suamiku semalam, kuharap kau suka. Selamat natal Evelyn, semoga Tuhan menyertaimu]Sebuah pesan singkat dari Indila bersama beberapa photo natal yang terpasang lampu-lampu. Pohon natal yang dibeli Daniel kini sudah menghiasi sudut apartementnya yang kecil, menerangi ruangan yang kosong dan sepi karena harus ditinggalkan.Sudut bibir Evelyn sedikit terangkat, tersenyum sendu dengan mata berkaca-kaca melihat photo-photonya bersama Daniel bergelantungan menghiasi pohon, tidak lupa dihiasi oleh pakaian anak kecil yang menandakan sebentar lagi akan ada bayi di apartement itu.Ini adalah natal pertamanya tanpa Daniel.Wajah Evelyn terangkat menengadah, menahan air matanya agar tidak terjatuh.Kali ini Evelyn tidak boleh menangis, dia harus bahagia karena pohon natal yang telah Daniel beli telah terpasang menjadi penghangat rumah mereka.Evelyn sangat bersyukur dia memiliki teman seperti Indila yang selalu menguatkannya, ditengah kesibukannya, Indila ber
Evelyn mengusapkan tangannya yang berkeringat dingin dipermukaan pakaian, rasa mual naik ke tenggorokan, perasaan gugupnya meningkat setelah mereka sampai di kantor tempat biasa Noah bekerja.Tempat yang sangat asing dan tidak nyaman, terutama banyaknya mata yang menatap.Sepanjang perjalanan menuju kantor Evelyn terlalu banyak diam dan sibuk dengan pikiran yang tidak berguna, sampai dia lupa untuk memberitahu Noah agar merahasiakan pernikahan mereka dan melepas cincin pernikahan.Mendampingi Noah hanya untuk menutupi kondisinya yang lupa ingatan sangatlah mudah, tapi bagaimana jika nanti ada orang yang bertanya siapa Evelyn?Evelyn akan sangat berterima kasih, jika Noah mengatakan Evelyn adalah dokter pribadinya. Evelyn masih belum siap jika Noah memperkenalkan siapa dirinya kepada banyak orang, ini akan sangat menyesakkan dan menyulitkannya, dan Evelyn takut seseorang akan menyadari siapa Evelyn sebenarnya.Noah telah duduk dikursi rodanya, secara tidak terduga justru pria itu terl
Tubuh Evelyn menegang, menelan salivanya dengan kesulitan, terjebak dalam ketegangan yang tidak menyenangkan dipelototi Simon yang langsung menatapnya dengan pandangan tidak bersahabat. “Tidak perlu berteriak sekencang itu. Selama ini aku merahasiakannya untuk memberikan kejutan kepada semua orang,” ucap Noah dengan bangga dan penuh percaya diri. “Jangan bicara sembarangan kau Noah! Aku masih sering melihatmu dengan wanita lain beberapa bulan terakhir ini!” geram Simon. Sudut bibir Noah sedikit terangkat, pria itu menyeringai tajam, dia tidak suka dengan ucapan Simon yang akan menimbulkan kesalah pahaman. Noah benci perselingkuhan, dan dia sangat yakin sepenuhnya bahwa dia tidak akan mungkin mengkhinati Evelyn. Memangnya apalagi yang Noah butuhkan? Semua yang dia inginkan sudah ada di Evelyn. “Jika aku bersama wanita lain, bukan berarti aku selingkuh kan? Aku tidak seperti paman, yang bisa memiliki beberapa anak diluar nikah meski sudah beristeri,” jawab Noah berhasil membuat waja
Waktu terus berlalu, jam makan siang akhirnya telah tiba. Evelyn beranjak dari tempat duduknya, dia sudah tidak tahan lagi berada di ruangan Noah tanpa melakukan apapun dan hanya menjadi penonton.Evelyn bosan, jauh lebih baik jika dia pergi ke rumah sakit dan memeriksa kandungannya, lalu membersihkan makam Daniel yang telah dia tinggal beberapa hari.“Noah, aku akan pulang lebih dulu.”Noah terperanjat, menggerakan kursi rodanya mendekati Evelyn. “Kenapa pergi Eve? Setidaknya kita makan dulu,” bujuk Noah.“Aku bosan disini, sepertinya kau tidak membutuhkan apapun dariku. Bukankah kau juga memiki janji makan siang bersama ibumu?” jawab Evelyn mengingatkan. “Aku akan makan sedikit dengan ibu dan segera kembali agar kita makan siang bersama,” bujuk Noah meraih jari jelingking Evelyn dan menggenggamnya.Evelyn menggeleng dengan berat, memang benar Evelyn membenci Sarah, namun Evelyn bukan seseorang yang bisa tega merebut waktu kebersamaan Noah dan Sarah. Evelyn tidak suka membuat masala
Evelyn dan Noah pergi menyebrangi jalanan, menghampiri Alfred dan Frederick yang telah lama menunggu mereka berdua.Evelyn tersenyum kaku, sungkan untuk membawa Noah pulang bersama Frederick yang kini babak belur karena ulah Noah, namun apa yang bisa dilakukan? Mengusir Noah untuk pergi akan sangat sulit dilakukan, bahkan kini genggaman tangan Noah sangat kuat tidak mau lepas seperti sudah terpasang lem.Sepertinya, permulaan hubungan Evelyn dan Noah tidaklah begitu buruk, namun akan sulit karena Noah sudah lebih dulu membuat kesan buruk pada keluarganya.Alfred melirik jam ditangannya yang sudah menunjukan pukul tujuh malam. “Kita harus segera pergi, jam terbang pulang setengah jam lagi,” peringat Alfred.“Kau akan pulang malam ini?” tanya Evelyn, seketika Noah menggeleng tidak membenarkan.“Dia datang ke sini dengan jet pribadi. Sudah waktunya harus pulang,” jelas Alfred.“Aku tdak akan pulang,” jawab Noah mempertegas penolakannya.Alfred terperangah, tidak percaya Noah akan kembali
Evelyn termangu mendengar sebuah tuntutan yang dulu pernah dia janjikan kepada Noah. Sebuah janji yang sempat Evelyn duga telah selesai ditunaikan.Sejujurnya Evelyn masih terkejut dan setengah tidak percaya bahwa disini, sekarang dia kembali bertemu dengan Noah untuk membahas masa depan pernikahan mereka berdua setelah terpisah sekian lama.Evelyn sadar, cintanya kepada Daniel tidak akan pernah tergantikan sejauh kemanapun dia melangkah, dengan banyak pria manapun dia memulai kehidupan barunya lagi.Namun kini, cinta itu harus Evelyn simpan dalam sejarah yang menjadi kisah indahnya, serangakaian perjalanan luar biasa yang akan selalu dia simpan ditempat tertentu, dan cukup Eveyn bersama Daniel yang tahu kisah itu.Tapi bagaimana dengan pernikahannya bersama Noah sekarang?Penantian Noah selama ini bukanlah sesuatu yang sederhana, apakah pantas penantian itu harus Evelyn kecewakan dengan penolakan?Masalahnya, Evelyn telah menyingkirkan sepenuhnya setiap harapan dan butiran perasaanny
Siapa sebenaranya orang yang telah menerima surat Evelyn? Sudah pasti orang itu membenci hubungan Evelyn dan Noah.Namun, siapa orang yang dapat memiliki akses menggunakan email pribadi Noah untuk mengirim pesan kepada Evelyn?Evelyn sama sekali tidak berbohong, dia tidak pernah melupakan janjinya, sama sekali tidak pernah. Bahkan ketika dia jauh dengan Noah, sesekali dia memikirkan pria itu dengan berbagai alasan.Satu bulan setelah menghabiskan waktu bersama keluarganya dan ditinggal meninggal oleh ayahnya, Evelyn kembali merasa sangat patah hati, terpuruk dalam kesedihan yang begitu dalam.Kebahagiaan yang dia dapat hanya datang sekilas, kembali terenggut oleh kematian.Evelyn memutuskan melanjutkan rencananya pergi ke negara berkonflik untuk menjadi relawan medis.Kehidupan ditengah medan perang sangat berat, namun setiap moment kecil dalam tugas itu, Evelyn selalu menemukan rasa syukur yang kembali menumbuhkan semangatnya untuk tidak terpuruk dan menghabiskan sisa hidupnya dengan
Evelyn tersentak, refleks dia mundur melihat Noah yang bertindak kasar secara spontan. Wajah Evelyn berubah pucat, diam mematung, kesulitan mencerna keadaan apa yang sebenarnya kini terjadi? Apa dia sedang berkhayal karena mabuk? Suara pukulan kembali terdengar, menyadarkan Evelyn untuk segera mendorong Noah menjauh sebelum kerumunan datang dan menyaksikan tindakan memalukan yang telah dia perbuat. Alfred berlari kencang, menarik Noah untuk menjauh dan menghentikan tindakannya yang diluar nalar. “Cukup Noah! hentikan!” bentak Evelyn marah, menunjuk wajah Noah.Suara napas menderu tidak beraturan, Noah mundur terhuyung, matanya melebar melihat Evelyn sorot mata Evelyn yang menghakimi tindakannya.Noah juga tidak mengerti mengapa dia harus memulai semuanya dengan tangan dibandingkan mulut.Dua hari ini dia berkeliaran ke penjuru kota dengan penuh perjuangan, mencari keberadaan Evelyn, menyingkirkan berbagai kerisauan yang mengganggu hatinya dari berbagai kemungkinan terburuk hubungan
Alfred memutar meja, mengambil beberapa makanan yang dihidangkan untuk mengisi perutnya yang kosong.Pagi-pagi sekali Alfred dan Noah telah pergi, sedikitpun tidak menyia-nyiakan waktu untuk melakukan pencarian. Menghabiskan waktu untuk menyusuri hampir sebagian kota Macau dengan penuh perjuangan yang cukup melelahkan, sayangnya hasilnya tetap sama, tidak ditemukan jejak Evelyn.Bukan hanya mereka berdua yang mencari, namun ada lebih dari sepuluh orang-orang terlatih yang ikut membantu, neberadaan wanita itu tidak ditemukan disudut tempat manapun, sedikitpun tidak ada jejaknya. Alfred merasa miris karena mencari keberadaan Evelyn di kota kecil dan penuh sesak ini ternyata jauh lebih sulit dari apa yang dipikirkan. Menyedihkannya, besarnya harapan Noah masih tidak sedikitpun berkurang untuk menemukan keberadaan isterinya.Alfred sedikit curiga, jika kemungkinan Evelyn tinggal di sebuah apartement atau rumah pribadi seseorang, dan kemungkinan berbagusnya dia tidak mempersiapkan pernika
Masih mengenakan gaun tidurnya, Milia berdiri di depan wastafel dengan segelas air seni dan tespek kehamilan di dalamnya. Wanita itu bergerak mundar-mandir terlihat sangat gelisah menantikan hasilnya.Milia telah telat datang bulan, dan akhir-akhir ini dia mulai sering mulai setiap kali bangun tidur, dia sensitif dengan aroma parfume. Milia khawatir jika dia hamil dan mengandung anak Alex, itu benar-benar sangat memalukan.Milia telah berusaha keras, sampai kapanpun dia tidak boleh mengandung, apalagi jika anak dalam kandungannya anak Alex. Jika Milia hamil, berat badan yang bertambah, dan perut yang membesar tidak bisa disembunyikan dari Alex, termasuk orang-orang disekitarnya yang selama ini tidak mengetahui bahwa Milia telah menikah dengan seorang lelaki yang sebentar lagi akan berulang tahun yang ke 60.Beberapa menit setelah terjebak menunggu, dengan jantung berdebar kencang Milia memberanikan diri untuk melihat hasil tespek yang dia gunakan. Napas Milia tertahan didada, meliha
Perjalanan ke Macau akhirnya dilakukan tanpa ada yang bisa menghentikan. Butuh waktu satu 12 jam untuk bisa segera mendapatkan perjalanan pribadi ke Macau. Kenekatan Noah membawanya pergi melintasi beberapa negara dan pulau.Noah tahu, apa yang dia lakukan saat ini mungkin dipandang sangat bodoh dan tergesa, dia tidak menggunakan akal sehatnya lagi dalam mengambil keputusan.Andai orang tahu apa yang dia lakukan, mungkin Noah akan diolok-olok dalam waktu yang berkepanjangan karena sudah tidak memiliki harga diri lagi setelah diperbudak oleh yang namanya cinta.Noah telah kehilangan akal sehatnya, cintanya pada pekerjaan mulai tersingkirkan semenjak satu setengah tahun yang lalu.Apa artinya uang setelah dia tahu kebahagiaan? Kebahagiaan yang sesungguhnya sederhana dan setiap insane berhak mendapatkannya. Kebahagiaan yang seharusnya tidak retak andai tidak ada scenario kebohongan apapun.Enam belas bulan menanti bukanlah waktu yang mudah bagi Noah, dia telah berhasil menepati janjinya
“Katakan saja, aku harus membayar berapa untuk tahu keberadaan Eve.” Mante meminta sekadar hanya untuk menguji keseriusan Noah, dia tidak mungkin menukarkan informasi keluarga orang-orangnya dengan uang yang tidak seberapa. Mante cukup banyak tahu hal-hal yang berhubungan dengan Evelyn karena kini mereka sudah cukup dekat, Evelyn sudah mulai menikmati kehidupannya yang sekarang setelah jatuh dalam keterpurukan. Lantas apa layak lelaki di hadapannya mengetahui keberadaan Evelyn? “Kenapa kau diam saja?” tanya Noah tidak sabaran. “Berikan kartu identitasmu,” pinta Mante. Tanpa ragu-ragu Noah mengeluarkan dompetnya dan membiarkan Mante memotret kartu identitasnya. Biasanya, orang-orang kelas atas selalu menyamarkan nama asli mereka dari public dan identitas penting mereka untuk menjaga keamanan, karena itu Mante membutuhkannya sebagai jaminan. “Eve ada di Macau, dia sedang sibuk mempersiapkan pernikahan.” “Apa!” Noah yang berteriak menyelak marah, matanya melotot dan dengan kasar di
“Kenapa kau membawaku ke tempat sialan seperti ini?” omel Alfred mengikuti langkah Noah.“Memangnya aku harus membawamu kemana? Apa harus ke tempat perang agar kau melihat banyak pesawat tempur yang lewat?” tanya balik Noah dengan sinis.Alfred bersedekap kesal, mengikuti langkah Noah melewati antrian menuju tempat pacuan kuda. Mereka pergi ke salah satu kursi vip dan duduk di sana.Alfred tidak begitu suka dengan kebisingan yang tidak menenangkan, namun dia tahu saat ini Noah sedang membutuhkan sedikit hiburan. Entah mau sampai kapan Noah murung seperti ini terus, bergulat dengan pikirannya sendiri dan pertanyaan-pertanyaan tidak ada gunanya karena Evelyn belum kembali tidak memberinya kabar.Noah tidak belajar pada pada apa yang terjadi pada Alfred, jika menghabiskan seluruh cinta hanya pada satu orang wanita, mereka akan runtuh ketika ditinggalkan.Saat acara pacuan kuda dimulai, kursi-kursi kosong mulai diisi oleh tamu undangan, menariknya disalah satu kursi didekat Noah, dia me