“Aku masih kekasihmu kan Noah? Aku yakin kau masih mencintaiku!” ucap Milia dengan lantang meminta sebuah pengakuan.Rahang Noah mengeras, wajahnya berubah merah padam tersulut kemarahan dan rasa malu yang menjalar di nadinya mendengar kata-kata lancang perempuan gila dihadapannya. Dari mana keberanian wanita itu muncul hingga dia begitu percaya dirinya membicarakan cinta padanya?Noah tahu sekarang dia sedang lupa ingatan, namun akal sehat dan pikiran rasionalnya tidak akan pernah mungkin berubah dan lekang oleh waktu. Mana mungkin dia bermain api dengan perempuan lain, termasuk wanita gila yang tengah berdiri dihadapannya.Evelyn jauh jauh lebih cantik dan sempurna.Tangan Noah terkepal sampai buku jarinya memutih, “Tutup mulutmu sebelum aku merobeknya,” jawabnya dengan penuh tekanan, kilatan matanya yang berwarna biru itu terlihat tajam mengintimidasi Milia.Milia meringis dalam tangisan, hati Milia cukup sakit, mendengar lontaran kata-kata kasar dari lelaki yang selama ini beg
Noah menengadah, hati Noah terusik, melihat sorot mata Evelyn yang memancarkan kemarahan dan kekecewaan, namun dia diam seolah tidak ingin terlibat apapun dalam situasi yang kini sedang terjadi. “Itu tidak benar Eve, itu tidak mungkin!” Noah meraih tangan Evelyn dan menggenggamnya dengan erat. “Aku tidak mungkin menghianatimu, aku bukan orang seperti itu,” lirihnya menyangkal, mengharapkan kepercayaan Evelyn.Hati Milia memanas melihat bagaimana lunaknya lunak dan tunduknya Noah dihadapan Evelyn yang mendiamkannya. Tidak pernah sekalipun Milia diperlakukan seperti itu oleh Noah, tapi mengapa Evelyn bisa mendapatkan semua perhatian Noah dengan mudah?Sejak kapan sebenarnya Evelyn masuk dalam kehidupan Noah hingga berhasil mengancurkan hubungan Milia dan Noah dengan begitu mudah?“Aku tidak mengada-ngada Evelyn, aku dan Noah telah bersama selama satu tahun, dan kami saling mencintai,” ucap Milia berusaha keras agar keadaannya tetap diakui meski Noah tengah marah padnya. “Tutup mulutm
Noah memijat keningnya dengan tekanan, terbayang-bayang kata-kata Evelyn yang semakin meresahkan hatinya, suaranya yang gemetar menahan tangisan, tanganya yang terkepal dan sorot matanya yang begitu terluka mengucapkan kata-kata ambigu tanpa memberitahu secara langsung apa kesalahan yang telah Noah perbuat padanya.Saat Noah bertanya tentang kesalahannya, justru, Evelyn meminta Noah untuk mencaritahu kebenarannya sendiri tanpa melibatkan banyak orang.Noah tidak bisa berhenti bertanya kepada dirinya sendiri, kesalahan apa yang sebenarnya telah dia lakukan kepada Evelyn hingga Evelyn menganggap jika ini kesempatan terakhir untuk Noah memperbaiki diri?Apakah ini memang ada hubungannya dengan wanita asing yang mengaku sebagai kekasihnya? Apakah memang benar, kesalahan terbesarnya adalah telah mengkhianati isterinya?Ataukah justru adalah hal besar lainnnya yang jauh lebih fatal telah Noah lakukan?Noah tidak dapat menunggu lama, dia harus segera meminta bantuan Alfred agar menyelidiki
“Aku sama sekali tidak mengerti, bagaimana bisa Noah telah menikah tanpa diketahui keluarganya sendiri? Ini sangat tidak sopan dan memalukan! Bahkan dia memperkenalkan isterinya di kantor, bukan datang secara langsung ke rumah dan menunjukan prilaku terhormatnya,” protes Simon pada Matteo.Simon masih tidak percaya Noah yang selama ini selalu menutup rapat hubungan asmaranya dengan setiap wanita, kini secara tiba-tiba muncul membawa seorang isteri rahasia.Matteo menutup dokumentnya dan melihat Simon berdecak pinggang didepan jendela terlihat sangat kesal. Matteo sudah menduga jika pernikahan Noah dan Evelyn akan menimbulkan pro-kontra di keluarga.“Aku yang menikahkan mereka berdua dan aku yang meminta mereka untuk menyembunyikan pernikahan itu,” jawab Matteo dengan tenang.Seketika Simon menengok, menarik kursi dan duduk didepan Matteo. “Mengapa Ayah memberikan pengecualian yang sangat sacral pada anak itu hingga aku dan anggota keluarga yang lain tidak tahu jika ternyata Noah telah
Punggung Noah menegak, matanya bergerak panik merasakan sandaran lembut kepala Evelyn di ujung bahunya, memeluk lengannya seperti sedang mencari kehangatan.‘Aku sedang tidak berhayal kan?’ batin Noah tidak percaya.Noah menarik napasnya dalam-dalam, ragu-ragu dia melihat Evelyn melalui sudut matanya, merasakan aroma lembut rambutnya yang bersandar dan jari-jari rampingnya menelusup masuk ke ujung jaketnya untuk berlindung dari cuaca dingin.Sudut bibir Noah terangkat seketika, mengukir senyuman lebar yang tidak bisa dia tahan sampai membuat jantungnya berdebar. Dengan hati-hati Noah menarik tangan Evelyn, menautkannya diantara jarinya. Noah menarik tangan itu dan mengecup punggung tangannya beberapa kali.“Jangan sentuh sembarangan, aku hanya meminjam bahumu,” peringat Evelyn.“Kamu boleh meminjam bahuku sepuasnya Eve, pangkuanku juga luas jika kau mau,” tawar Noah tersenyum cerah.“Aku tidak butuh pangkuan orang sakit.”“Aku sudah sangat kuat sekarang, mau dicoba? Ayo duduk disini,
Langit yang kemerahab mulai menggelap, lampu-lampu menyala di seluruh penjuru tempat.Noah masih duduk dengan tegap, berusaha tidak banyak bergerak agar tidak mengganggu Evelyn. Melalui sudutnya matanya Noah melihat wajah pucat Evelyn yang dihinggapi salju, bulu matanya yang lebat terlihat tenang memejamkan mata, tertidur lelap.Noah menutup rapat bibirnya, namun tangannya mengibas mengisyaratkan anak-anak yang tengah bermain segera pergi.Anak-anak cemberut kesal, menatap penuh permusuhan, namun Noah membalasnya dengan pelototan dan mengusir mereka untuk tetap pergi agar tidak mengganggu tidur lelap EvelynIni untuk pertama kalinya Noah melihat Evelyn bisa tertidur lelap, di beberapa malam Evelyn selalu terbangun tengah dan menghabiskan waktunya untuk bekeliling rumah seperti sedang menghibur diri, terkadang Evelyn duduk berjam-jam di sofa hanya memandangi layar seperti melihat sesuatu. Noah selalu berpura-pura tidur dan tidak menyadarinya agar Evelyn tidak merasa tebebani.Semenjak
“Kemana lagi dia?” bisik Evelyn mendengus kesal, tidak melihat keberadaan Noah setelah mengganggunya seperti hewan peliharaan, berceloteh seperti anak kecil sampai membuat Evelyn berteriak frustasi memohon kepadanya untuk tidak mengganggu.Evelyn membawa makan malam yang telah dimasaknya di meja, belum sempat dia menarik kursi untuk duduk, Noah telah kembali muncul dengan membawa bunga yang sempat dia tinggalkan di kamar.“Untuk kamu.”Tubuh Evelyn membeku ditempat, memandangi bucket bunga mawar merah besar dihadapannya. Bunga cantik itu langsung mengingatkan dia pada moment penting dalam hidupnya.Moment dimana Daniel melamarnya dengan membawa bunga mawar tanpa kata-kata yang romantis, Daniel meminta Evelyn untuk merawat bunga pemberiannya didalam pas bunga.Evelyn yang tidak menyadari jika itu adalah bunga bentuk lamaran, melakukan apa yang Daniel minta sampai pada akhirnya dia menemukan cincin dan segulung kertas lamaran disalah satu tangkai bunga.Kulit Evelyn meremang, hatinya be
“Bagaimana? Apa ada perkembangan?” tanya Noah dengan serius, berbicara pada Alfred mengenai permintaannya tadi pagi. “Aku sudah menghubungi Ferez dan dia bilang ini akan memakan waktu lebih dari satu minggu. Mereka perlu mengetahui semua aktivitasmu selama satu bulan terakhir, tapi nomer handponemu yang lama sudah tidak terdaftar dan tidak dapat dilacak, ada sebuah pemusnahan masal semua datamu untuk menghindari pelacakan polisi. Mobil yang kau gunakan sudah tidak terlacak termasuk penggunakan keuanganmu, bahkan aktivitas cctv di tempatmu bekerja yang terakhir kali sudah tidak ada. Kakekmu pintar Noah, dia mempersulit siapapun untuk mencaritahu apa yang sebenarnya telah padamu.” Noah tersenyum kecewa, harus dia akui Matteo memang sangat teliti dalam banyak hal dan mengendalikan sesuatu, karena alasan itu, Noah sangat sulit untuk menentang aturannya. Matteo memiliki aturan yang tidak pernah berubah dalam hidupnya. Jika anggota keluarganya selalu menjaga kehormatan keluarga dan membaw
“Nyonya Sarah sudah tidak masuk kerja sejak empat hari yang lalu,” ucap sang assistant, menjawab pertanyaan Noah yang mempertanyakan keberadaan ibunya karena sudah lama tidak terlihat.Pantas saja, selama empat hari ini Noah tidak bertemu dengan ibunya, biasanya Sarah sering datang berkunjung ke ruangan kerja Noah meski itu hanya sekadar mengajak makan bersama dan meminta bantuan.“Apa Ibu pergi liburan?” tanya Noah lagi.“Sepertinya tidak Pak. Semua pekerjaan nyonya Sarah saya kirim ke rumah, dan pagi harinya, sopir nyonya Sarah datang mengantar, itu artinya nyonya Sarah ada di kediamannya.”"Terima kasih informasinya," ucap Noah sebelum pergi meninggalkan keberadaan ruangan Sarah.Sejak di malam pesta keluarga Evelyn, Noah tidak pernah mencoba menghubungi Sarah.Noah berpikir bahwa ibunya perlu waktu untuk merenungkan diri tanpa perlu lagi diingatkan akan setiap kekeliruannya.Pesta di malam itu mungkin secara tidak langsung telah mempermalukan Sarah. Namun, Noah tidak pernah mengkh
Suara sirine ambulance dan mobil kepolisian terdengar dijalanan, beberapa pengendara memilih menepi memberikan ruang untuk mobil-mobil itu bergerak menuju rumah sakit.Dalam keadaan lemah dan babak belur hingga darah yang masih menodai pakaiannya, Milia duduk meratap diantara dua polisi yang menjaganya.Milia tidak dapat menjawab ketika ditanya pihak kepolisian yang meminta keterangan darinya. Milia terguncang dengan apa yang telah terjadi, tindakannya melukai Alex adalah sesuatu yang spontan sehingga Milia tidak pernah menyangka bahwa malam ini akan berakhir menjadi malam yang berdarah.Dalam keadaan kedua tangan yang terborgol, kini Milia akan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan jahitan di beberapa bagian tubunya yang terluka yang terluka parah, sementara Alex harus dilakukan autopsy setelah dinyatakan meninggal.Milia menengok keluar jendela, air matanya berjatuh membasahi pipi.Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Milia, segalanya terjadi begitu cepat setelah satu jam dia
"Dokter tinggal disini?" tanya Edgar sambil melangkah terpincang-pincang menggenggam tangan Evelyn yang menuntunnya masuk.Selepas pesta, Evelyn memutuskan untuk membawa Edgar agar bisa menginap sebelum anak itu kembali ke dibawa ke panti asuhan. "Aku berharap suatu hari nanti, kau juga akan tinggal disini," jawab Evelyn.Edgar tersenyum sungkan, sudah terlalu banyak kebaikan yang dia terima dari Evelyn, cukup dengan diberi kesempatan melihat dan bertemu Evelyn kembali, Edgar sudah sangat merasa bersyukur.Sempat Edgar berpikir, bahwa selamanya dia akan ada di tanah gersang, berselimut debu panas akibat peperangan, menanti giliran seperti anak-anak lainnya yang menyerah setelah melalui berbagai kejadian menyakitkan, atau pergi menjadi budak korban perjual belian anak.Tidak pernah sedikitpun Edgar akan membayangkan bahwa dia akan di tempat indah ini.Menyaksikan setitik surga yang dimimpikan semua anak-anak korban perang seperti dirinya, Sebuah kota yang damai tanpa ledakan artileri
Milia terisak menangis, tangannya tercengkram begitu kuat oleh Alex.Tanpa berbicara sepatah katapun, Alex menyeret Milia dengan kasar, membawanya pergi meninggalkan pesta yang belum usai.Diamnya Alex membuat Milia semakin takut akan terjadi sesuatu yang sangat besar malam ini. Sedikit saja kesalahan yang Milia buat, Alex akan melampiaskannya dengan kekerasan, tidak dapat Milia bayangkan ketika kini dia telah membuat kesalahan yang sangat fatal.Milia tahu, Alex bekerja keras mempersiapkan banyak hal untuk bisa bisa mendapatkan investasi karena kondisi perusahaannya yang diambang kebangkrutan akibat kerugian yang sangat besar.Alex begitu yakin bahwa malam ini, semuanya akan berjalan lancar dan perusahaannya menggeliat dari keterpurukan.Namun, semua angan Alex, semua rencana yang Alex susun sebaik mungkin untuk investor paling penting telah lenyap karena kebodohan Milia. Wanita itu telah menghancurkan segalanya! Menghancurkan harapan Alex, juga bisnisnya yang telah Alex pertaruhkan
“Eve, ikut aku sebentar,” bisik Noah perahan menarik mundur Evelyn dari keramaian.“Kau mau membawaku kemana?” tanya Evelyn mengkuti langkah Noah melewati pintu keluar, meninggalkan pesta yang masih berlangsung.Genggaman tangan Noah menguat, “Memberikan kejutan yang aku janjikan,” jawabnya dengan penuh semangat, Noah tidak sabar menantikan reaksi Evelyn jika nanti dipertemukan kembali dengan anak yang ingin diadopsinya.“Kenapa tidak di dalam saja Noah?” tanya Evelyn mulai curiga karena mereka semakin jauh dari ruangan pesta.“Ikut saja aku sebentar.”Perlahan langkah Evelyn terhenti, menahan Noah yang menariknya. “Kau tidak sedang merencanakan hal-hal mesum kan Noah?” tanya Evelyn semakin curiga.Noah terperangah kaget mendengar tuduhan Evelyn dan tatapannya yang penuh kecurigaan, memandang Noah seperti penjahat kelamin yang perlu diwaspadai. “Ya ampun Eve, aku tidak mungkin seperti itu,” jawabnya, membela diri dari tuduhan Evelyn.Mata Evelyn menyipit seketika, “Kau jangan berpura-
Wajah Milia terangkat seketika, wanita itu menatap getir penuh ketakutan, dia tahu betul konsekuensi yang akan diterima jika Alex tahu kelakuan. Akan ada bencana besar yang tidak terhindarkan setelah nanti sampai di rumah.Dengan wajahnya yang mulai pucat pasi, Milia mengggeleng penuh permohonan, mengharapkan belas kasihan dari Reene dan Evelyn, orang yang tidak pernah berhenti Milia rendahkan.Milia menggeleng putus asa menahan tangisan.“Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Anda, Tuan Axel. Isteri Anda ini, dulu dia pernah memfitnah putri saya mencuri, dan malam ini, dengan mata kepala saya sendiri, saya menyaksikan dia menghina Evelyn dengan cara yang begitu kasar,” jelas Reene berhasil membuat Alex tercekat kaget.Samar Evelyn tersenyum menikmati eksrpesi tidak berkutik Milia yang kehilangan kesombongannya dan hancur oleh mulutnya sendiri. Axel tercengang kaget, “Jadi benar begitu Milia?” bisiknya dengan geraman.Milia tertunduk tidak bersuara, tidak ada tempat untuknya berboho
“Bukankah dia teman masa kecilmu? Kenapa tidak pernah menceritakannya padaku kalau ternyata dia putri Reene Stalyn?” tanya Alex dengan sumringah. Rahang Milia mengeras, dia juga baru tahu malam ini jika ternyata Evelyn telah menemukan keluarganya dan berasal dari keluarga terhormat. Milia telah terkecoh oleh kesederhanaan yang selalu Evelyn tampilkan. Milia menarik napasnya dengan kesulitan, ekspresi di jawahnya terlihat begitu suram karena harus menyaksikan wanita yang selalu dia hina dan dia curangi, kini wanita itu berada diantara orang-orang penting didampingi Noah. Evelyn terlihat begitu begitu bahagia tanpa tekanan yang harus dipikul. Kemanapun Evelyn pergi mengikuti Dominiq yang memperkenalkannya pada banyak orang, Noah terus mendampinginya, sesekali membisikan sesuatu untuk memberikan arahan. Noah begitu setia mendampingi Evelyn, menunjukan suatu perhatian dan kehangatan yang tidak pernah dia tunjukan kepada wanita manapun, termasuk Milia. Pria itu tidak pernah ragu mera
“Noah tunggu! Ada yang perlu kau jelaskan pada ibu!” desak Sarah mengejar Noah setelah perdebatan yang sempat terjadi di lorong gedung pesta. “Noah!” panggil Sarah lagi dan menahan tangan putranya.Noah berbalik seketika, dadanya bergerak naik turun dengan suara napas tidak beraturan, kepala Noah mulai panas diledaki amarah. Prilaku Sarah malam ini sudah tidak termaafkan lagi, dan Noah sudah muak mentoleransinya lagi.Alis Sarah sedikit menurun, wanita paruh baya itu mendekat dengan ragu merasakan kemarahan bercampur bercampur kesedihan disepasang matanya yang bekaca-kaca. Noah seperti seorang anak yang telah dihancurkan mimpinya.“Noah, kau perlu menjelaskan apa yang terjadi pada ibu, mengapa kau tidak pernah memberitahu ibu sebelumnya jika ini Evelyn sudah menemukan keluarganya?” tanya Sarah dengan suara memelan.“Untuk apa?” tanya Noah penuh tekanan. “Ibu akan berubah pikiran setelah tahu bahwa Eve berasal dari keluarga yang berpengaruh? Ibu akan berhenti menghinanya karena Eve b
Bibir Evelyn menekan kuat mencoba meredam kekesalannya dari hinaan yang begitu mudahnya terucap dari mulut Milia. Evelyn tidak mengerti, seharusnya orang pertama yang memulai pertengkaran adalah Evelyn karena dia memiliki kebencian yang mendasar pada Milia. Anehnya, justru Milia yang selalu memulai perdebatan, semakin bertambah usia, wanita itu sama sekali tidak pernah belajar untuk memperbaiki diri.Sepertinya, sesekali Evelyn perlu membungkam kesombongan Milia agar wanita itu berhenti merendahkannya.Tapi, apa yang Milia lakukan di sini? Apa mungkin, keluargnya mengenal Milia?Apapun yang terjadi, ini bukan saat yang tepat untuk Evelyn berdiri disini dan membuang waktu. Keluarganya pasti sudah menanti karena pesta akan segera diselenggarakan.“Kenapa kau diam? Apa kau malu ketahuan mengenakan barang-barang palsu?” tanya Milia lagi dengan tawa meledeknya seakan tidak puas menyerang Evelyn hanya dengan satu dua hinaan. Milia perlu melampiaskan kerisauan pribadinya dengan menghina or