Masalah yang telah mengganggu akhirnya terselesaikan. Evelyn tidak peduli jika keputusannya membuang kamera akan membuat Matteo marah besar. Matteo telah salah mengartikan kepatuhan Evelyn selama beberapa hari ini, jika Matteo semakin semena-mena dan memperlakukan Evelyn seperti hewan yang dikekang lehernya. Ada saatnya Evelyn balas menggigit Matteo. Kesabaran Evelyn ada batasnya.. Mudah bagi Evelyn melanjutkan kasus Noah dan menjeblosknanya kedalam penjara karena semua barang bukti berada di kantor polisi. Tidak lagi mempedulikan ancaman Matteo yang akan menghancurkan kehidupannya. Sebelum Matteo menghancurkan hidupnya dan membunuhnya, Evelyn akan menghancurkan masa depan Noah dan mencoreng nama besar keluarga Sylvester sampai membuat mereka malu untuk menyandang nama itu lagi. Dengan begitu Evelyn maupun Matteo, mereka sama-sama hancur tanpa ada satupun yang benar-benar menang. Menang menjadi arang, kalah menjadi abu. Lampu-lampu ruangan kembali menyala meneranginya, Evel
“Noah, lelaki yang telah kau tabrak, dia sudah meninggal,” jawab Evelyn meratap.‘Lelaki itu suamiku, lelaki yang aku cintai’ batin Evelyn berteriak.Wajah Noah kian pucat, kulitnya meremang memperparah sakit yang kini bersarang didalam dada. Noah menggeleng dengan berat, “Tidak mungkin Eve, aku tidak mungkin telah membunuhnya! Itu tidak mungkin,” sangkalnya tidak percaya.“Tidak Noah, korban yang telah kau tabrak benar-benar telah meninggal dimalam itu juga,” jawab Evelyn meyakinkan.Noah menekan kuat keningnya yang mulai berdenyut sakit, dia kesulitan mengatur perasaannya yang semakin campur aduk menghadapi fakta yang jauh lebih mengerikan dari apa yang dia lihat didalam mimpi.“Kenapa kau tidak menceritakan hal ini kepadaku sejak kemarin Eve!” teriak Noah marah.“Kau pikir ini mudah? Aku juga mau bercerita jika saja kakek dan ibumu tidak mengancamku! Mereka melakukan berbagai cara agar kau tidak dipenjara!” balas Evelyn meluapkan amarah yang telah dipendamnya. “Ini tidak mungkin,
Ada sebuah deklarasi perdamaian yang tidak sengaja terjadi hasil dari percakapan semalam. Evelyn menemukan setitik ketenangan setelah menyadarkan Noah tentang seberapa pentingnya ingatan dia yang telah hilang. Evelyn melunakan hatinya untuk belajar lebih ikhlas, dan Noah, dia menyerahkan seluruh kepercayaannya kepada Evelyn seorang, menjadikannya seseorang yang akan mendampingi penyembuhannya dari semua beban penyesalan dan rasa bersalah yang telah terjadi.Keduanya mulai menemukan sebuah jalan yang sama, namun berbeda tujuan.Dua tujuan yang mungkin akan menjadi puncak masalah dalam rumah tangga mereka dimasa depan, sekaligus titik akhir dari masalah yang saat ini sedang berlangsung.“Selamat pagi Eve,” sapa Noah keluar dari lift, pria itu tersenyum lepas dalam keadaan sudah rapi dan sangat bersemangat.Sepanjang malam Noah berdiskusi panjang dengan Evelyn, mereka berdua mulai membuat planning kegitan untuk satu bulan kedepan sampai musim liburan natal berakhir.Dimulai dari jadwal
“Daniel, dia siapa kamu Eve?”Deg!Napas Evelyn tertahan didada, lidahnya berubah kelu kesulitan untuk berbicara. Evelyn terkejut, terjebak dalam diam rasa penasaran Noah yang terlihat begitu jelas di irish matanya yang biru jernih.Rasa penasaran semakin tidak terbendung melihat keterdiaman Evelyn dengan wajah pucat pasi seperti seseorang yang tertangkap basah telah ketahuan menyembunyikan sebuah rahasia penting.‘Memangnya siapa Daniel? Mengapa Evelyn bereaksi aneh saat aku bertanya?’ batin Noah.“Eve, kenapa diam?” Noah mendekat. “Kenapa ada lelaki yang pulang ke apartementmu?” tanya Noah lagi, menyadarkan Evelyn bahwa Noah telah mendengar percakapan Evelyn di telepon sejak awal.Tangan Evelyn berkeringat dingin, detak jantungnya berdebar kencang mencoba merangkai kata yang pantas untuk dijadikan alasan. “Daniel, Daniel teman lamaku yang tinggal di apartement, aku membiarkan dia tinggal sementara waktu karena aku tidak tinggal disana lagi, sekarang dia sudah pindah lagi,” jawab Ev
Tiga hari melakukan persiapan dan giat belajar berjalan, keadaan Noah semakin membaik. Dia mulai bisa berdiri dan berjalan dengan bantuan kruk meski harus tertatih, perkembangan yang mengesankan itu tidak lagi merepotkan Evelyn yang tengah hamil muda.Noah senang, selama tiga hari berturut-turut Evelyn tidak meninggalkan rumah dan terus berada disampingnya, meski dalam beberapa moment sikapnya masih mengandung teka-teki.Noah tidak kekurangan perhatian Evelyn, Evelyn adalah sosok isteri yang sempurna dimatanya, dan Noah tidak pernah berhenti bersyukur karena dia bisa mendapatkan perempuan yang tepat untuk menjadi pendamping hidupnya.Namun jauh didalam lubuk hati Noah, dia masih merasakan sesuatu yang sangat mengganjal. Entah mengapa Noah tidak menemukan sedikitpun kasih sayang Evelyn, dia bertindak seperti perawat professional yang melakukan tugasnya dengan sempurna tanpa melihbatkan perasaan apapun.Jantung Noah masih bisa berdebar kencang setiap kali teringat kata-kata Evelyn beber
[Eve, aku sudah menghiasnya dengan suamiku semalam, kuharap kau suka. Selamat natal Evelyn, semoga Tuhan menyertaimu]Sebuah pesan singkat dari Indila bersama beberapa photo natal yang terpasang lampu-lampu. Pohon natal yang dibeli Daniel kini sudah menghiasi sudut apartementnya yang kecil, menerangi ruangan yang kosong dan sepi karena harus ditinggalkan.Sudut bibir Evelyn sedikit terangkat, tersenyum sendu dengan mata berkaca-kaca melihat photo-photonya bersama Daniel bergelantungan menghiasi pohon, tidak lupa dihiasi oleh pakaian anak kecil yang menandakan sebentar lagi akan ada bayi di apartement itu.Ini adalah natal pertamanya tanpa Daniel.Wajah Evelyn terangkat menengadah, menahan air matanya agar tidak terjatuh.Kali ini Evelyn tidak boleh menangis, dia harus bahagia karena pohon natal yang telah Daniel beli telah terpasang menjadi penghangat rumah mereka.Evelyn sangat bersyukur dia memiliki teman seperti Indila yang selalu menguatkannya, ditengah kesibukannya, Indila ber
Evelyn mengusapkan tangannya yang berkeringat dingin dipermukaan pakaian, rasa mual naik ke tenggorokan, perasaan gugupnya meningkat setelah mereka sampai di kantor tempat biasa Noah bekerja.Tempat yang sangat asing dan tidak nyaman, terutama banyaknya mata yang menatap.Sepanjang perjalanan menuju kantor Evelyn terlalu banyak diam dan sibuk dengan pikiran yang tidak berguna, sampai dia lupa untuk memberitahu Noah agar merahasiakan pernikahan mereka dan melepas cincin pernikahan.Mendampingi Noah hanya untuk menutupi kondisinya yang lupa ingatan sangatlah mudah, tapi bagaimana jika nanti ada orang yang bertanya siapa Evelyn?Evelyn akan sangat berterima kasih, jika Noah mengatakan Evelyn adalah dokter pribadinya. Evelyn masih belum siap jika Noah memperkenalkan siapa dirinya kepada banyak orang, ini akan sangat menyesakkan dan menyulitkannya, dan Evelyn takut seseorang akan menyadari siapa Evelyn sebenarnya.Noah telah duduk dikursi rodanya, secara tidak terduga justru pria itu terl
Tubuh Evelyn menegang, menelan salivanya dengan kesulitan, terjebak dalam ketegangan yang tidak menyenangkan dipelototi Simon yang langsung menatapnya dengan pandangan tidak bersahabat. “Tidak perlu berteriak sekencang itu. Selama ini aku merahasiakannya untuk memberikan kejutan kepada semua orang,” ucap Noah dengan bangga dan penuh percaya diri. “Jangan bicara sembarangan kau Noah! Aku masih sering melihatmu dengan wanita lain beberapa bulan terakhir ini!” geram Simon. Sudut bibir Noah sedikit terangkat, pria itu menyeringai tajam, dia tidak suka dengan ucapan Simon yang akan menimbulkan kesalah pahaman. Noah benci perselingkuhan, dan dia sangat yakin sepenuhnya bahwa dia tidak akan mungkin mengkhinati Evelyn. Memangnya apalagi yang Noah butuhkan? Semua yang dia inginkan sudah ada di Evelyn. “Jika aku bersama wanita lain, bukan berarti aku selingkuh kan? Aku tidak seperti paman, yang bisa memiliki beberapa anak diluar nikah meski sudah beristeri,” jawab Noah berhasil membuat waja
Jawaban Matteo terdengar ambigu, membuat Noah menduga-duga apakah ini berarti sesuatu yang baik atau justru buruk?Noah mulai was-was, dia baru saja memulai sesuatu dengan Evelyn, sangat menyebalkan jika mereka harus kembali menghadapi sebuah rintangan dengan keadaan rumah tangga yang masih rapuh.“Apa maksud Kakek? Ini berarti baik atau buruk?” tanya Noah tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya.“Aku juga tidak tahu. Kapan pestanya akan berlangsung?” tanya balik Matteo tidak memberikan jawaban pasti dan bisa menenangkan hati Noah.“Akhir pekan ini, aku harap Kakek tidak mengacaukannya karena aku tidak segan-segan membuat perhitungan,” ancam Noah semakin serius.Matteo terdiam tidak memberikan kepastian, dia sendiri tidak begitu yakin apakah pertemuannya kembali dengan keluarga besar Stalyn akan baik-baik saja atau tidak tidak.Matteo tidak pernah membuat kesalahan dengan keluarga Stalyn, namun seorang anggota keluarga Sylvester lain yang melakukannya. Tangan Matteo terkepal kuat
Evelyn terduduk lemas diatas kloset, meredakan napasnya yang compang-camping, mengumpulkan tenaganya yang terkuras tidak memiliki banyak kekuatan untuk berdiri. Evelyn telah menghabiskan seluruh Energinya dalam gairah seks kilat yang panas dan menyesatkan.Noah benar-benar gila, entah sejauh mana pengalaman pria itu dalam hal-hal kotor, membuat Evelyn kehilangan akal sehatnya. Seumur hidupnya, Evelyn tidak pernah melakukan tindakan tidak cabul ditempat umum, mengejar kepuasan dengan adrenalin tinggi.Evelyn menyeka wajahnya yang berkeringat, merapikan dress hitam yang dikenakan.Dengan kaki gemetar lemas Evelyn bangkit, melhat sudut-sudut toilet untuk mencari sesuatu, dia harus segera keluar toilet karena sudah terlalu lama meninggalkan meja makan.“Sialan!” maki Evelyn kesal, baru menyadari bahwa dia telah kehilangan celana dalamnya.Tidak hanya celana dalam yang hilang dibawa pergi Noah, Evelyn juga meninggalkan tasnya di meja sehingga tidak bisa menghubungi Noah untuk memintanya k
Napas Evelyn tertahan didada, pipinya memanas, terjebak dalam ketegangan yang membuat jantungnya berdebar meningkat dari biasanya.Evelyn tidak berdaya ditatap lekat oleh Noah yang menantikan sesuatu darinya, menantikan sebuah kata yang sempat Evelyn sampaikan hanya sekadar untuk memanas-manasi Milia agar wanita itu bungkam dari kesombongannya.Sudah Evelyn duga jika akhirnya akan seperti ini, Noah menuntutnya dan Evelyn tidak dapat menghindar hal itu.Evelyn berdeham pelan memecah kecanggungan. “Aku rasa itu tidak perlu Noah,” bisiknya nyaris tidak terdengar.“Apanya yang tidak perlu? Semua semua isteri sering mengatakan cinta. Bukankah itu mudah diucapkan, tinggal ucapkan saja,” tuntut Noah menempatkan kedua tangannya diatas meja.“Tapi itu masih berat untukku Noah,” jawab Evelyn tidak berbohong.“Justru karena berat untukmu, harusnya kau mengatakannya setiap hari agar menjadi terbiasa,” protes Noah tidak mau kalah.Evelyn menggaruk pipinya yang tidak gatal, apa yang Noah katakan me
“Noah,” panggil Sarah tersenyum. Begitu melegakan melihat putranya kembali berada diruangan kerja setelah sekian lama pergi, hampir saja Sarah mengutus Lisa untuk pergi ke Macau menyusul Noah.Sarah menarik kursi dan duduk disebrang meja Noah. “Kau kemana saja selama beberapa hari terakhir ini? Handponemu juga tidak bisa dihubungi,” tanya Sarah meminta penjelasan.Noah menghela napasnya dengan berat, semakin bertambah usia, hubungannya dengan Sarah semakin memburuk. Dulu, mereka masih bisa saling mengandalkan meski terkadang sering terjadi perselisihan.Namun semenjak nenek Noah meninggal, Sarah mulai berubah, dia melampiaskan banyak hal yang belasan taun telah dia tahan. Dulu, Sarah begitu membenci sikap neneknya, anehnya setelah neneknya Noah meninggal dan mengambil alih kedudukan, Sarah mulai mengikuti jejak yang dulu dia benci.Noah tidak menginginkan hubungan yang buruk dengan ibunya, namun jika mereka terus tidak sejalan dan melenceng dari tujuan awal, apakah salah jika Noah mem
Pohon-pohon tumbuh tinggi, rindang membawa kesejukan.Jalanan setapak yang dulu sering Evelyn lewati masih tidak berubah, langkah demi langkah dia berjalan, menyusuri kesunyian yang mengantarnya menuju makam Daniel.Suara hembusan angin terdengar membelai pendengaran, dedaunan jatuh dari rantingnya menyambut kedatangan Evelyn yang telah lama pergi.Pupil mata Evelyn melebar, melihat batu nisan Daniel yang tetap berkilau bersih, beberapa bunga liar telah tumpuh diatas gundukan rumput hijau yang terawat.Evelyn menarik napasnya dalam-dalam, matanya terpejam, tangannya terangkat merasakan dinginnya udara yang menyentuh telapak tangan.Evelyn tenggelam dalam sebuah kerinduan yang mendebarkan dada, terbuai dalam kehangatan mentari yang seperti sebuah pelukan. Merasakan keberadaan Daniel yang tidak pernah pudar dalam ingatan, bisikan lembut suaranya, cinta yang tidak pernah berkurang sedikitpun, bertahta di tempat yang berbeda, terkenang dalam memori terbaiknya.Mata Evelyn kembali terbuka,
“Untuk dua hari kedepan, aku akan berada di rumah ibuku,” ucap Alex terdengar serak, kantung matanya terlihat tebal karena lelah dan kekurang waktu untuk tidur.Milia tersenyum lembut, mengusap dada Alex lalu memeluknya. “Tidak ap-apa Sayang, gunakan waktumu sebaik mungkin, ayahmu juga pasti sedang butuh hiburan.”Ibu Alex telah meninggal satu hari yang lalu, karena alasan itulah Alex harus meninggalkan rumah.Sebagai seorang menantu yang tidak diakui keberadaannya, Milia tidak dapat mendampingi Alex karena kehadiranya tidak diharapkan siapapun.Jauh didalam lubuk hati Milia, sesungguhnya justru Milia senang jika Alex sibuk mengurus keluarganya, dengan begitu dia memiliki waktu untuk merencanakan menggugurkan kandungannya.Hari ini Milia akan datang ke rumah duka bersama orang tuanya, terpisah dengan Alex, bersikap seperti pelayat biasa sampai upacara pemakaman selesai. Mengharapkan simpati dari keluarga Alex akan kebaikannya meski selama ini ibu Alex sangat membencinya.***Noah dudu
Ada sebuah diskusi penting yang terjadi saat makan siang berlangsung, membicarakan langkah yang harus diambil untuk mempersiapkan pengajuan adopsi anak dari luar negeri yang melibatkan persetujuan dua negara.Reene menawarkan untuk meminta bantuan kolega Martin yang memiliki hubungan baik dengan beberapa petinggi, begitupun bantuan Frederick secara hukum agar proses adopsi bisa berjalan dengan cepat tanpa ada pelanggaran.Diskusi panjang terjadi, bukan hanya sekadar membahas keberhasilan mengadopsi Edgar, Reene juga mempertanyakan apakah Evelyn dengan Noah mampu menjadi orang tua untuk anak itu? Apakah mereka berdua sudah siap untuk bersama-sama mengurus seorang anak?Kewajiban orang tua itu tidak hanya memberi kasih sayang, membesarkan dan memberikan perlindungan juga pendidikan. Evelyn dan Noah juga harus siap bersikap adil andai suatu hari nanti mereka memiliki anak kandung, tidak ada yang boleh berubah.Evelyn dan Noah baru rujuk satu hari yang lalu. Mereka perlu waktu untuk menat
“Justru jika kau menunda-nunda, Edgar akan semakin lama menantimu Sayang, bukankah kau ingin mengadopsinya?”Kening Evelyn mengerut samar, dia tidak pernah menceritakan kepada siapapun rencana adopsi anak, apalagi memberitahu jika anak itu bernama Edgar. Satu-satunya orang yang pernah Evelyn beritahu adalah Noah, melalui surat yang tidak pernah Evelyn ketahui siapa sebenarnya orang yang telah menerima surat itu.Akhir-akhir ini Evelyn mulai menceritakan Edgar kepada Frederick, karena Frederick seorang jaksa dia pasti lebih paham tentang hukum dan dapat meminta bantuan ke kedutaan.Sebelum pulang menyelesaikan tugasnya, Evelyn sempat berjanji kepada Edgar bahwa dia akan kembali dan berjanji untuk membawanya. Edgar sangat bahagia begitu mendengar rencana Evelyn tanpa dia tahu satu hari sebelum kepulangannya, ternyata Evelyn menerima balasan dari Noah.Evelyn sangat bimbang, dia sangat menyayangi Edgar dan benar-benar ingin membawa anak itu, namun dia takut tidak dapat menepati janjiny
Saat Evelyn datang ke kamar, Noah terlihat sibuk dengan handponenya sendiri tidak menunjukan tanda-tanda kekhawatiran apapun, diwajahnya dia cenderung seperti orang yang sedang berbahagia tanpa memiliki beban apapun.Ragu-ragu Evelyn duduk di sisi ranjang, menatapnya dengan curiga. Apa yang sebenarnya telah membuat Noah sesenang ini?Evelyn berdeham memecah keheningan. “Noah.”Noah segera menutup handponenya dan memusatkan seluruh perhatiannya pada Evelyn.Diam-diam Evelyn meremas permukaan seprai, menyalurkan kegelisahanan yang ada. “Ibuku bilang, kau harus memberikan CV-mu,” ucap Evelyn dengan hati-hati.“Baik, Sayang,” jawab Noah dengan cepat, tidak menolak, tidak pula bertanya apapun tentang apa yang dibicarakan Evelyn bersama ibunya.“Noah,” panggil Evelyn lagi.“Ya?” “Kau akan memberikan apa yang diminta ibuku?”Noah segera beranjak dan mendekat dengan senyuman cerahnya, pria itu segera duduk di sisi Evelyn. “Tentu saja, ibumu ibuku juga bukan? Aku harus patuh,” jawabnya denga