"Tomas."Aku terkejut ketika melihat orang yang keluar dari mobil tersebut adalah Tomas. Kebetulan sekali dia datang ke sini, tetapi mobil siapa yang dia bawah. Bukan mobil milik Tomas bukan."Ah iya, Lisa."Tomas mengatakan itu dengan nada yang sedikit canggung. Apa mungkin karena di sini ada suamiku, makanya dia terlihat sangat gugup seperti itu. "Kamu kok bisa ada di sini?" tanyaku heran.Tomas tidak menjawab pertanyaan dariku dan dia malah menatap kearah Mas Giora yang memang tidak jauh dari sana. "Ah kalian berdua silahkan masuk ke dalam mobil," ujar Tomas. Aku tidak salah dengar bukan, kenapa Tomas dengan mudah mengatakan itu kepada kami berdua. Tentu saja aku penasaran dengan hal ini. "Ini mobil bukan milik kamu,kan Tomas?" tanyaku penasaran. "Ah tentu saja bukan milikku. Ini mobil milik majikanku," ujar Tomas. "Kalau begitu kami berdua tidak mau naik ke dalam mobil tersebut. Apalagi itu milik majikan kamu. Bagaimana kalau mobilnya kotor setelah kita tumpangi?" kataku pad
Aku senang karena Mas Giora sudah mau mengucapakan terimakasih banyak kepada Tomas. Apalagi dia sudah banyak membantu dirinya. "Yaudah kalau begitu ayo kita pergi ke rumah," ajak Mas Giora. Aku hanya melirik kearah Mas Giora sambil tersenyum. Dia sepertinya memang ingin pulang sekarang. Aku tidak mau mencegah dia untuk pulang."Baiklah, kalau begitu aku pamit."Tomas kembali masuk ke dalam mobilnya dan dia akhirnya memutuskan untuk pergi dari sini. Aku hanya bisa melihatnya dengan sekilas. "Tomas baik banget yah sama kita," kakaku dengan jujur. "Iya."Mas Giora menjawab dengan singkat, sepertinya dia memang tidak tertarik sama sekali dengan Tomas. Apa mungkin tebakanku memang benar, kalau Mas Giora tengah cemburu karena aku membahas Tomas. "Mas kenapa diam saja ketika aku membahas tentang Tomas? Apa Mas cemburu?" tanyaku karena memang merasa penasaran. Mas Giora menoleh kearah diriku dengan sekilas. "Sudahlah, Lisa. Aku tidak cemburu sama sekali. Kita ke rumah sekarang yuk," aja
Mas Giora benar-benar menggodaku sampai kita berdua bermain panas di ranjang. Aku seketika menoleh kearah samping. Suamiku terlihat kelahan sekali, dia masih tertidur dengan lelap. Aku sendiri tidak berani membangunkan Mas Giora. Dia masih kelahan sepertinya. Sampai tiba-tiba ponsel Mas Giora bergetar. Aku yang merasa penasaran pun akhirnya mencoba untuk membuka ponselnya. [Kapan kamu akan pulang Andreas?]Siapa orang yang mengirim pesan ini kepada Mas Giora. Kenapa orang itu menyuruh pulang? Apa mungkin dia salah kirim pesan. Terlebih namanya juga Andreas. Sudahlah, nanti aku tanya saja sama Mas Giora. Sekarang lebih baik aku mandi dan membersihkan diri dulu, tubuhku jadi lengket setelah permainan panas dengan Mas Giora. Aku masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil handuk dulu. Memeriksa sabun dan shampo takut sudah habis. Terlebih aku stok untuk satu bulan. Setelah memeriksa semuanya, aku membasuh tubuh dengan air yang dingin. Rasanya segar sekali ketika aid tersebut masuk ke
Mas Giora pamit untuk berangkat bekerja, aku hanya melihat kepergian dirinya dengan sekilas. "Mas, tunggu dulu.""Apalagi Lisa?" tanya Mas Giora. "Uang itu, nanti aku yang berikan pada Martin?" tanyaku dengan pelan. Mas Giora hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. "Iya, itu sekitar 35juta, berikan pada dia. Nanti sisanya nyusul."Aku hanya mengangguk paham saja, Mas Giora kayanya meminjam uang dari Tomas untuk membayar hutang Martin. Setidaknya kita tidak berhutang lagi pada Martin nanti. "Baiklah Mas, aku akan memberikan ini pada Martin nanti.""Yaudah kalau begitu aku akan berangkat ke pasar dulu."Mas Giora mengatakan itu, lalu dia mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Aku hanya melihat dengan sekilas saja. Kebetulan Mas Giora kemarin meminjam motor dari Tomas juga. Laki-laki itu memberikan kendaraan untuk Mas Giora agar mudah bekerja. Aku tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikan dari Mas Giora. Dia sangat baik dan membantu sekali kami berdua. Bahkan aku tidak me
Aku menatap Wita dengan pandangan serius, terlebih wanita itu sudah memfitnah suamiku dengan mengatakan hal yang tidak benar. Aku jelas tidak terima dengan hal tersebut. "Kamu jangan asal tuduh yah." Wita tertawa sambil menutup mulutnya, dia tertawa kemudian seperti orang gila. "Aku punya buktinya," kata Wita. Hani yang mendengar itu pun langsung menoleh kearah Wita dengan tersenyum penuh arti. "Mana buktinya? Aku juga pengen lihat.""Sudah aku duga, kalau memang suami dari Lisa seorang gigolo, jangan-jangan itu adalah wanita yang membayarnya."Tidak mungkin Mas Giora seperti itu, pasti mereka semuanya sengaja ingin menjelekan Mas Giora. "Kalian semuanya berbohong, mana buktinya Wita. Jangan asal tuduh sembarangan!""Aku punya bukti, ini kamu lihat sendiri."Wita mengeluarkan ponselnya dan di sana memang terlihat sebuah video di mana Mas Giora tengah berpelukan dengan seseorang. Tetapi siapa orang itu? Dilihat dari pakaiannya juga terlihat sangat cantik menggunakan dress berwarna
"Hei, Tunggu!"Aku hendak akan mengejar wanita itu karena penasaran dengan sosoknya. Terlebih dia memanggil suamiku itu dengan panggilan Andreas. Aku jadi penasaran dengan yang terjadi sebenernya. Tetapi baru juga beberapa langkah aku handak akan pergi, tangan ibuku sudah lebih dulu mencegahnya. "Jangan ganggu dia," ujar ibuku."Bu, sebenernya dia siapa? Apa hubungan dia dengan Mas Giora?" tanyaku yang penasaran dengan sosok wanita yang tadi datang melihat rumah kami. "Mana aku tahu, dia meminta diberitahu tempat tinggal suamimu saja, lalu dia berjanji akan memberikan imbalan pada ibu, kamu lihat sendiri bukan uang ini? Semuanya berkat aku yang memberitahu rumah gubukmu," ledeknya sambil memamerkan uang yang dia dapatkan dari wanita tadi. Aku jadi penasaran dengan wanita itu, jangan bilang kalau Mas Giora berbohong padaku, kenapa banyak sekali wanita yang di dekat Mas Giora, bahkan aku sendiri pun tidak tahu kedekatannya. "Harusnya ibu caritahu dulu siapa wanita itu, jangan asal
Mas Giora hanya diam dan itu yang membuat diriku sedikit merasa gelisah. Jangan bilang kalau semuanya memang benar? Tiba-tiba aku merasa tidak nyaman sekarang. "Mas, kok diam saja," kataku melirik kearah Mas Giora yang terlihat tegang. "Wanita itu seperti apa?" tanya Mas Giora. "Iya dia terlihat modis, pokonya dia muda dan juga terlihat seksi."Aku mengatakan itu dengan jujur, sesungguhnya aku merasa penasaran juga dengan wanita itu. Tetapi sepertinya Mas Giora tidak mau memberitahuku tentang wanita itu. "Hanya itu saja?" tanya Mas Giora. "Memangnya mau bagaimana lagi, Mas Giora tahu dengan orangnya bukan? Dia siapa kamu?" tanyaku dengan pandangan penuh menyelidik. Mas Giora menarik tanganku sampai jarak antara aku dengan dirinya yang memang sangat dekat. Aku tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi."Entahlah," jawab Mas Giora yang membuat aku kurang puas dengan jawabannya. "Mas Giora, jangan menyembunyikan sesuatu dariku. Wita dan Martin mengatakan kalau kamu adalah seorang
Aku menyusuri tempat ini di waktu sore, sampai akhirnya aku memutuskan untuk datang ke pasar padahal waktu sudah hampir petang. Aku hanya merasa penasaran saja dengan Mas Giora. Sampai di pasar, aku terkejut dan langsung menutup mulutku tidak percaya, tempat di mana Mas Giora biasanya berjualan. Kini semuanya malah terlihat berantakan. Aku tidak menyangka ketika melihat begitu banyak sekali barang-barangnya yang berserakan, termasuk ember juga tidak berbentuk lagi. Ada apa ini sebenernya?Sampai aku teringat dengan perkataan Mas Giora, kalau tempat dia jualan diacak-acak oleh seseorang. Semuanya pasti ulah dari Martin. Lagi-lagi itu seperti tidak suka ketika Mas Giora bisa membayar hutangnya. Aku harus memaki dia sekarang karena sudah membuat tempat jualan Mas Giora seperti itu. Aku mengambil ponsel dan akhirnya menghubungi, Mas Giora. Setidaknya semuanya sudah aku lakukan dengan baik sekarang. "Hallo.""Wah, ada angin apa calon istriku menghubungiku?" perkataan dari Martin saja