"Hei, Tunggu!"Aku hendak akan mengejar wanita itu karena penasaran dengan sosoknya. Terlebih dia memanggil suamiku itu dengan panggilan Andreas. Aku jadi penasaran dengan yang terjadi sebenernya. Tetapi baru juga beberapa langkah aku handak akan pergi, tangan ibuku sudah lebih dulu mencegahnya. "Jangan ganggu dia," ujar ibuku."Bu, sebenernya dia siapa? Apa hubungan dia dengan Mas Giora?" tanyaku yang penasaran dengan sosok wanita yang tadi datang melihat rumah kami. "Mana aku tahu, dia meminta diberitahu tempat tinggal suamimu saja, lalu dia berjanji akan memberikan imbalan pada ibu, kamu lihat sendiri bukan uang ini? Semuanya berkat aku yang memberitahu rumah gubukmu," ledeknya sambil memamerkan uang yang dia dapatkan dari wanita tadi. Aku jadi penasaran dengan wanita itu, jangan bilang kalau Mas Giora berbohong padaku, kenapa banyak sekali wanita yang di dekat Mas Giora, bahkan aku sendiri pun tidak tahu kedekatannya. "Harusnya ibu caritahu dulu siapa wanita itu, jangan asal
Mas Giora hanya diam dan itu yang membuat diriku sedikit merasa gelisah. Jangan bilang kalau semuanya memang benar? Tiba-tiba aku merasa tidak nyaman sekarang. "Mas, kok diam saja," kataku melirik kearah Mas Giora yang terlihat tegang. "Wanita itu seperti apa?" tanya Mas Giora. "Iya dia terlihat modis, pokonya dia muda dan juga terlihat seksi."Aku mengatakan itu dengan jujur, sesungguhnya aku merasa penasaran juga dengan wanita itu. Tetapi sepertinya Mas Giora tidak mau memberitahuku tentang wanita itu. "Hanya itu saja?" tanya Mas Giora. "Memangnya mau bagaimana lagi, Mas Giora tahu dengan orangnya bukan? Dia siapa kamu?" tanyaku dengan pandangan penuh menyelidik. Mas Giora menarik tanganku sampai jarak antara aku dengan dirinya yang memang sangat dekat. Aku tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi."Entahlah," jawab Mas Giora yang membuat aku kurang puas dengan jawabannya. "Mas Giora, jangan menyembunyikan sesuatu dariku. Wita dan Martin mengatakan kalau kamu adalah seorang
Aku menyusuri tempat ini di waktu sore, sampai akhirnya aku memutuskan untuk datang ke pasar padahal waktu sudah hampir petang. Aku hanya merasa penasaran saja dengan Mas Giora. Sampai di pasar, aku terkejut dan langsung menutup mulutku tidak percaya, tempat di mana Mas Giora biasanya berjualan. Kini semuanya malah terlihat berantakan. Aku tidak menyangka ketika melihat begitu banyak sekali barang-barangnya yang berserakan, termasuk ember juga tidak berbentuk lagi. Ada apa ini sebenernya?Sampai aku teringat dengan perkataan Mas Giora, kalau tempat dia jualan diacak-acak oleh seseorang. Semuanya pasti ulah dari Martin. Lagi-lagi itu seperti tidak suka ketika Mas Giora bisa membayar hutangnya. Aku harus memaki dia sekarang karena sudah membuat tempat jualan Mas Giora seperti itu. Aku mengambil ponsel dan akhirnya menghubungi, Mas Giora. Setidaknya semuanya sudah aku lakukan dengan baik sekarang. "Hallo.""Wah, ada angin apa calon istriku menghubungiku?" perkataan dari Martin saja
"Katakan Tomas, siapa wanita itu?" paksaku dengan nada yang sedikit tinggi. Tidak sabar ingin mengetahui tentang sosok wanita itu. Aku khawatir kalau ini adalah wanita yang dikatakan oleh Wita tentang selingkuhan Mas Giora. Mungkin saja wanita itu yang membiayai Mas Giora selama ini? Seperti Mas Giora laki-laki simpanan orang itu. Astaga! Apa yang aku pikirkan, Mas Giora bukan orang yang seperti itu. Lantas kenapa dia tampak aneh dan aku masih penasaran dengan semuanya. "Aku tidak yakin.""Katakan, Tomas. Siapa wanita yang ada di dalam pikiran kamu?" tanyaku dengan nada yang sedikit memaksa. "Dia mengatakan apa saja padamu?" tanya Tomas sekali. "Dia tidak mengatakan apapun, malah langsung pergi setelah mengetahui tempat di mana aku tinggal dengan Mas Giora. Dia bukan madam yang menyewa Mas Giora bukan?" tanyaku dengan hati-hati. Tomas malah tertawa setelah mendengar apa yang aku katakan. Memangnya ada yang lucu apa? "Hei, Lisa. Giora bukan orang yang seperti itu.""Kalau begitu
Pagi hari yang cerah. Aku bangun lelap sekali sampai tidak menyadari kalau waktu sudah pagi. Biasanya kalau aku bangun agak kesiangan seperti ini, Mas Giora yang selalu membangunkan. Sekarang dia sedang tidak ada di rumah, jadi tidak ada yang membangunkan aku sama sekali. Bahkan untuk membuat sarapan pun aku lagi malas. Sampai aku teringat dengan Tomas yang berjaga di luar. Apa dia tidur semalam? Aku penasaran dengan orang-orang yang kemarin aku liat itu. Lebih baik aku ganti baju dan keluar nanti, aku ingin berbicara serius dengan Tomas tentang kepergian Mas Giora. Akhirnya aku masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri, butuh waktu sekitar 30 menitan untukku mandi dan berganti baju. Semoga saja Tomas masih ada di sana, biar aku bisa tanya. Setelah rapi, aku mendengar suara keributan di luar sana. Tidak biasanya ada ribut-ribut seperti ini. Aku yang penasaran pun akhirnya memutuskan untuk keluar. Tetapi baru beberapa langkah, aku mendengar suara Tomas yang tengah marah t
Kantor kelurahan. Semua orang benar-benar membawa aku ke kantor kelurahan. Bahkan para warga ikut juga datang ke sini. "Ada apa ini?" kata Pak Lurah yang datang melihat kami. "Ini ada Lisa berselingkuh. Istrinya sampai datang melabrak.""Tidak, semuanya tidak benar." Aku langsung mengatakan itu untuk membela diri. "Aku tidak selingkuh dengan Lisa. Semuanya adalah fitnah, kalian semuanya sudah dibohongi oleh wanita tadi. Saya belum menikah, wanita tadi bukan istri saya," bela Tomas. "Kalian juga tidak boleh asal tuduh kalau tidak ada bukti, apa kalian melihat langsung perselingkuhan itu?" tanya Pak Lurah. Syukurlah, setidaknya ada yang percaya dan membela kami. Lagian aku juga kenapa Mas Giora menyuruh Tomas untuk menjagaku. Jadi banyak orang yang salah paham seperti ini. "Iya juga kami tidak punya bukti," kata warga yang lain. "Tapi aku melihat kok, laki-laki itu ada depan rumah Lisa terus," kata Wita. Aku menoleh kearah Wita, wanita itu memang dekat rumahnya denganku. Tetapi
Pagi hari yang cerah, aku sudah bangun dari tempat tidurku. Suamiku lagi-lagi tidak pulang dan itu membuat aku semakin penasaran. Aku mandi membersihkan diri sebelum akhirnya memutuskan untuk sarapan roti. Setelah itu, aku bersiap untuk datang ke rumah sakit Berlian. Sebenernya aku penasaran dengan orang yang ditemani oleh Mas Giora. Sampai tak lama kemudian, aku keluar dari rumah dan mengunci pintu kembali. "Mau ke mana? Sudah rapih saja," ujar Hani. Wanita itu sangat kepo sekali, aku bahkan tidak menyangka sama sekali dengan yang dia lihat. "Bukan urusan kamu!" kataku dengan nada yang sedikit sombong. "Suami kamu terlihat tidak keliatan. Ke mana dia berada? Dari kemarin yah tidak ada," kata Hani."Tumben sekali kau menanyakan tentang suamiku," ketus aku dengan santai. "Hanya penasaran saja, kemarin aku melihat para preman yang merusak tempat jualan suamimu, mereka kaya seorang mafia berseragam. Tidak menyangka yah kalau suami kamu berurusan dengan orang yang seperti itu. Apa
Aku berjalan kembali kearah resepsionis untuk menanyakan tentang pasien yang dirawat di ruangan VIP tersebut. Aku penasaran karena Nia dan suamiku masuk ke dalam. Khawatir kalau memang yang sakit itu adalah seorang madam yang menyimpan suamiku. Tidak enak jika melakukan hal buruk. Sampai tak lama kemudian, aku melihat seorang resepsionis. "Permisi, ada hal yang ingin saya tanyakan.""Kenapa Mbak?""Saya ingin mengetahui pasien yang dirawat di ruangan mawar VIP, itu siapa yah Mbak?" tanyaku dengan penasaran. "Maaf, itu privasi pasien, kami tidak bisa memberitahu orang dengan sembarangan."Aduh, bagaimana caranya agar aku bisa mengelabuhi orang ini. Lagi-lagi aku harus mencari alasan agar resepsionis ini percaya padaku. "Bukan begitu Mbak, saya hanya ingin memastikan saja. Apa itu sanak saudara saya yang jauh. Soalnya katanya beliau tengah dirawat juga di sini." bohongku agar tidak ketahuan sekarang. "Pasien yang dirawat di sana adalah Adrian Alvares Mardinata, dia orang kaya di k