Aku berjalan kembali kearah resepsionis untuk menanyakan tentang pasien yang dirawat di ruangan VIP tersebut. Aku penasaran karena Nia dan suamiku masuk ke dalam. Khawatir kalau memang yang sakit itu adalah seorang madam yang menyimpan suamiku. Tidak enak jika melakukan hal buruk. Sampai tak lama kemudian, aku melihat seorang resepsionis. "Permisi, ada hal yang ingin saya tanyakan.""Kenapa Mbak?""Saya ingin mengetahui pasien yang dirawat di ruangan mawar VIP, itu siapa yah Mbak?" tanyaku dengan penasaran. "Maaf, itu privasi pasien, kami tidak bisa memberitahu orang dengan sembarangan."Aduh, bagaimana caranya agar aku bisa mengelabuhi orang ini. Lagi-lagi aku harus mencari alasan agar resepsionis ini percaya padaku. "Bukan begitu Mbak, saya hanya ingin memastikan saja. Apa itu sanak saudara saya yang jauh. Soalnya katanya beliau tengah dirawat juga di sini." bohongku agar tidak ketahuan sekarang. "Pasien yang dirawat di sana adalah Adrian Alvares Mardinata, dia orang kaya di k
Aku sudah sampai di rumah sekarang, apa Mas Giora sudah sampai duluan? Aku melihat kearah kanan dan kiri sebelum masuk. Hanya ingin memastikan saja sekarang. Sampai akhirnya aku membuka pintu dan melihat orang yang tengah aku rindukan tengah duduk. Aku langsung menghampirinya sambil memeluknya dengan erat. "Mas Giora." Padahal kami tidak bertemu selama dua hari. Tetapi rasanya memang sudah kangen saja, terlebih banyak sekali pertanyaan di benakku. "Kamu jadi manja setelah ditinggal dua hari, Lisa." Aku hanya tersenyum sambil memeluk suamiku dengan erat. Mau bagaimana lagi, aku memang sangat merindukan dia. "Mas," panggilku dengan manja. "Kenapa Lisa?" tanya Mas Giora sambil mengelus rambutku dengan lembut. Aku tidak menyangka bisa merasakan sentuhan manis ini lagi. "Kamu tahu, kemarin ada wanita bernama Nia datang ke sini mencarimu. Dia bahkan mengaku sebagai istrinya Tomas dan membuat aku difitnah. Semua warga membawaku ke kantor kelurahan. Beruntung Tomas member
Mas Giora sudah tiada ada di kamarnya ketika pagi, dia memang sudah terbiasa bangun pagi. Aku mengambil ponselku untuk memastikan sesuatu. Siapa tahu ada orang itu yang mengirim pesan lagi. Tetapi tidak ada pesan yang dikirim sama sekali. Apa mungkin orang yang mengirim pesan itu adalah Nia? mengingat wanita itu yang tidak suka padaku dan ingin juah dengan dirinya. Aku bangun mencari keberadaan Mas Giora sekarang. "Mas."Aku mencarinya, sampai akhirnya aku menemukan sebuah note yang sepertinya memang ditulisi oleh Mas Giora. Aku membacanya dengan sekilas. [Lisa kamu tunggu saja di rumah, jangan keluar].Kenapa Mas Giora mengatakan itu? Apa yang sebenarnya terjadi dengan Mas Giora, dia tidak memperbolehkan aku untuk datang ke keluar.Sampai aku mengintip di jendela untuk memastikan sesuatu. Bisa saja bukan ada orang yang menjaga rumahku, seperti waktu itu. Aku merasa khawatir kalau jadi begini. Tidak ada orang lain. Sampai ponselku berdering tanda ada orang yang menghubungiku. Ak
Aku menatap orang yang kini ada dihadapanku. Sebenernya apa yang dimaksud oleh dia? Kebetulan sekali aku tengah mencari informasi tentang Mas Giora. Mungkin saja wanita yang bernama Nia itu tahu. "Katakan padaku, apa yang sembunyikan oleh suamiku?" tanyaku. Aku yakin Nia juga tahu karena dia datang ke rumah sakit waktu itu. Aku merasa yakin kalau Nia juga tahu. "Tidak semudah itu aku memberitahumu. Aku sudah berjanji pada suamimu. Tetapi jika kamu mau berpisah dengan dia, mungkin saja aku bisa menceritakan semuanya," kata Nia dengan senyuman penuh artinya. Sampai ibuku langsung menimbrung percakapan kami berdua. "Lebih baik kamu berpisah saja dengan Giora. Laki-laki itu tidak berguna sama sekali. Kamu bisa mencari laki-laki yang lebih kaya seperti Martin."Aku melotot pada ibu yang ikut menghasut seperti ini. "Bukannya aku pernah bilang kalau sampai kapan pun tidak akan menceraikan Mas Giora.""Aku yakin kalau kamu tidak tahu tentang Giora bukan? Suami kamu itu sebenernya adalah s
Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke rumah karena khawatir dengan Mas Giora yang pasti akan marah. Sampai baru saja aku sampai di depan rumah. Tiba-tiba mataku melihat seseorang yang tengah berpelukan dengan suamiku. Deg Siapa wanita itu? Aku sama sekali tidak kenal dengan wanita itu. Bahkan aku tidak menyangka kalau akan muncul lagi wanita asing. Apa aku ke sana yah? Tetapi jika aku ke sana, nanti aku tidak tahu apa yang terjadi. Sampai aku menyadari kalau tatapanku dengan Mas Giora bertemu satu sama lain. Dia langsung melepaskan pelukannya dari wanita itu. "Lisa."Mas Giora sepertinya menyadari kehadiranku dan dia langsung menjauhkan tubuh wanita itu. Aku hanya diam membeku ketika melihat suamiku berpelukan dengan wanita lain. Mengapa banyak sekali wanita yang dekat dengan Mas Giora. "Lisa," panggil Mas Giora kembali menghampiriku. Aku menatap kearah suamiku sambil bertanya pada beliau. Siapa wanita yang tadi memeluknya itu. "Mas, siapa wanita itu?" tanyaku dengan panda
"Akhirnya kamu membuka pintu juga, Lisa."Aku memutar bola mata jengah ketika mengetahui siapa orang yang mengetuk pintu dengan keras. Apa yang diinginkan oleh orang itu. "Apa mau kamu? Membuat keributan dengan berteriak seperti itu," sindirku dengan jengah. "Sepertinya kamu lupa, Lisa. Kalau kamu masih punya hutang sekitar 70 juta lagi padaku. Sekarang aku akan menagihnya," kata Martin dengan santai. Orang yang datang kerumahku adalah Martin. Dia datang ke sini untuk menagih hutang rupanya. Aku sedikit merasa kesal dengan hal ini. "Bukannya aku sudah bilang waktu itu. Satu bulan lagi aku pasti akan membayar semuanya!" kataku dengan malas. "Aku berubah pikiran sekarang, Lisa. Aku ingin kamu segara melunasi hutangmu. Kalau tidak, maka kamu harus bercerai dengan suamimu dan menikah denganku.""Sialan kamu Martin. Berani sekali mengancamku!" umpatku. "Apa kamu takut, Lisa. Jangan lupakan kalau suami kamu bukan orang yang baik. Rumor itu sudah tersebar di mana-mana. Kalau suami kamu
Serin belum juga pulang dari rumahku. Dia kaya betah sekali di rumah kecilku ini. Bahkan dia main game di ruangan tamu. Aku membiarkan dia saja duduk. Tidak ada hal yang dilakukan oleh Serin di ruangan tamu. Tidak tahu alasan dia belum pulang sampai sekarang. "Kamu masih betah di rumahku?" tanyaku para Serin. Sudah sekitar 8 jam dia ada di rumahku. Sekedar menemani aku yang ada di rumah ini. Aku tidak tahu alasan Mas Giora menyuruh Serin di sini. "Memangnya kenapa? Kamu mau mengusirku.""Bukan begitu, hanya saja apa orang rumahmu tidak mencarimu?" tanyaku dengan hati-hati. Iya bisa saja dia lagi kabur dari rumahnya. Aku bisa tahu sedikit tentang hal ini, setidaknya semuanya sudah dilakukan dengan baik. "Kamu tidak usah khawatir, tidak ada orang rumah yang mencariku."Jangan bilang kalau Serin mau tinggal di rumah ini? Apa benar kalau wanita itu mau tinggal di sini? Aku tidak Ara kamar untuk Serin. Lagian aku belum tahh betul hubungan antara Serin dengan suamiku. Bisa saja bukan
"Mas!"Aku hampir akan memarahi dirinya ketika dia yang kini sudah mulai pandai sekali mempermainkan aku. Tidak menyangka kalau Mas Giora akan begitu sangat pandai. Dia menyatakan junior miliknya dengan pelan namun pasti, aku hanya bisa mendongak merasakan benda tersebut yang kini sudah mulai masuk ke dalam. Aku memejamkan mata sejenak menikmati sentuhan tersebut. Perlahan namun pasti, Mas Giora menggerakkan pinggulnya dengan ritme yang sesuai. Aku perlahan dibuat melayang hanya karena sentuhan manis tersebut. Lama-lama aku pun akhirnya menyamakan gerakannya dengan panas. "Kamu mulai menikmatinya, Lisa."Mas Giora berbisik di telingaku, membuat aku sedikit malu. Bahkan bisa dipastikan kalau pipiku sudah memerah seperti kepiting rebus. Padahal kami berdua sering melakukan ini sebelumnya. Tetapi entah kenapa, ini sangat nikmat. "Jangan menggodaku," kataku sambil menutup kepala karena malu. Tetapi Mas Giora malah membuka tanyaku dan menariknya ke samping, sehingga mata kami saling