Share

20. Ancaman

Author: Shifa Asya
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Seiring berjalannya waktu, Alby mulai ikhlas dengan kondisinya yang baru. Berharap ada seseorang yang rela mendonorkan mata untuknya. Keberadaan Shafa dan Fahri di hidupnya, membuat Alby bisa dengan mudah menjalani hidup.

Tiga bulan setelah dinyatakan keguguran, Shafa mengalami trauma. Dia masih ingat kejadian yang Hera dan Sonya lakukan padanya. Apalagi sampai membuat bayi dikandungnya meninggal.

"Shafa, kenapa belum ada kabar dari polisi, ya? Ini udah hampir 3 bulan, loh?"

Alby benar-benar melaporkan Hera dan Sonya ke polisi. Namun, mereka berdua dinyatakan menghilang dan belum ditemukan keberadaannya.

"Aku juga enggak habis pikir. Ke mana mereka pergi sampai polisi enggak bisa menemukan mereka?"

"Permisi?"

Kedatangan Rendi dan Jasmin yang sedari tadi mereka tunggu. Harum dan suara tangis bayi, Shafa menyukainya. Setelah Sonya menghilang, Rendi dan Jasmin yang baru menikah ikhlas merawat Daren sampai kondisi Alby dan Shafa puli
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami Terbaikku   21. Salah Sasaran

    Malam hari seharusnya menjadi waktu yang tepat untuk Shafa beristirahat. Tapi, kehadiran Daren akan membuatnya lebih sering begadang. Tangisan Daren membuat Shafa tidak bisa tidur tenang. Di usianya yang baru menginjak 1 tahun, Daren masih membutuhkan ASI, bukan susu formula."Yang sabar, ya? Nanti mama Daren pulang, kok."Shafa terus berbicara pada Daren yang tidak berhenti menangis. Menggendongnya sambil berjalan bolak-balik. Walau sudah berkali-kali menguap karena kantuk, tapi Shafa tidak mungkin tidur sebelum Daren pulas."Shafa?"Suara Alby membuat Shafa terkejut. Suaminya yang sudah tidur pulas karena obat, terbangun mungkin karena suara tangisan anaknya."Ada apa, Mas?" tanya Shafa sambil duduk dipinggir kasur. "Kamu haus?""Enggak, kok. Daren nangis terus, ya?""Iya, Mas.""Sini, biar aku gantian gendong dia. Kamu istirahat aja."Tidur mungkin Shafa menyerahkan tugas itu pada Alby yang kondisiny

  • Suami Terbaikku   22. Selamat Tinggal Lagi

    Shafa masih syok dengan kedatangan Sonya yang secara tiba-tiba, padahal polisi sudah mencarinya ke mana-mana. Tangannya gemetar hebat karena takut dengan ancaman Sonya kemarin.Yang lebih bikin syok lagi, kedatangan Sonya ternyata baik. Dia mengatakan lelah menjadi buronan dan ingin menyerah saja. Sonya meminta maaf sambil bersimpuh di hadapan Shafa dan Alby."Tolong maafin aku. Sekarang juga, aku akan menyerahkan diri ke polisi. Tapi, tolong jaga Daren."Dalam hati, Shafa iba melihat sahabatnya jadi seperti itu. Namun, Sonya sudah membuatnya kehilangan anak dikandungnya."Saya bakal maafin kamu. Tapi, kamu tetap harus bertanggung jawab," ujar Alby."Iya, Mas. Aku akan bertanggung jawab.""Kalau gitu, saya mau telepon polisi untuk datang ke sini dan kamu jangan pergi."Dengan lembut, Shafa meraih tangan Alby yang duduk disampingnya. "Mas, sabar dulu, ya? Sonya datang dengan niat baik.""Maksud kamu kita harus ma

  • Suami Terbaikku   23. Depresi

    Malam terasa sangat panjang. Shafa hanya tidur beberapa menit, lalu terbangun, dan tidur sejenak, lalu terbangun lagi. Dia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena terus memikirkan Sonya. Masih ada yang ingin dia sampaikan pada Sonya. Namun Sonya sudah pergi untuk selamanya sebelum Shafa mengatakannya.Sambil melihat langit-langit ruangan itu, Shafa terus menahan tangisnya walau air mata gagal dihadang. "Sonya, aku mau ngomong sesuatu sama kamu."Jadwal Alby bangun pagi ada di jam setengah tujuh. Dia terbangun, namun pura-pura tertidur saat mendengar Shafa berbicara dengan suara yang lemah dan sedikit serak.Shafa kembali melanjutkan kalimatnya dengan pelan. "Aku enggak punya sedikitpun perasa dendam ke kamu. Aku pikir, hari itu aku bisa memperbaiki hubungan kita. Tapi, kamu malah pergi untuk selamanya secepat ini. Maafin aku karena ingkar janji sama kamu. Dulu, kita pernah janji untuk saling menjaga, menolong, dan menyayangi. Tapi aku enggak bisa menolong k

  • Suami Terbaikku   24. Kehidupan Baru

    1 bulan setelah Alby dapat kembali melihat berkat mata yang Sonya donorkan, pria tampan itu memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Dia meninggalkan pekerjaan dan semua kenangan buruk di kota yang indah itu.Shafa perlahan dapat menerima semua yang terjadi di hidupnya. Kehilangan beberapa orang yang dia cinta, tidak boleh membuatnya menyerahkan hidupnya. Berkat Alby, Shafa mampu bertahan."Aku deg-degan banget buat wawancara besok," ucap Alby sambil memeluk Shafa yang tertidur di lengannya."Aku yakin kamu pasti diterima." Alby mencium kening Shafa dengan lembut."Kalau aku enggak lolos lagi, terpaksa aku harus kerja di perusahaan papa.""Kali ini kamu pasti lolos, kok. Toh, kamu udah mempersiapkan semuanya, udah memperbaiki kesalahan dan kekurangan dari lamaran sebelumnya. Jadi kali ini kamu pasti lolos."Shafa selalu membuat Alby hangat dan nyaman. Ucapannya yang membuat hati tenang dan wajah cantiknya yang membuatnya makin jatuh cinta. Alby menarik perlahan dagu Shafa dan mulai mencium

  • Suami Terbaikku   25. Mimpi Buruk

    Alby merasa sangat kesal. Dia sampai memutuskan untuk tidur di ruang tengah. Shafa takut untuk membangunkan Alby. Tapi, Mbok Dewi memberikan saran agar Shafa berani. Dia membuat teh tawar hangat yang setiap pagi Alby minum."Mbok Dewi aja, deh, yang bangunin. Saya takut.""Kalau kayak gitu gimana Mbak Shafa sama Mas Alby bisa baikan? Mending Mbak Shafa bangunin dan langsung minta maaf. Mungkin pikirannya Mas Alby udah enakan sekarang." Saran Mbok Dewi dapat Shafa terima, namun sulit dilakukan.Setelah beberapa menit melihat Alby dari dapur, Shafa memberanikan diri membawa teh yang dia buat dan duduk disamping sang suami."Mas Alby, bangun. Kamu harus ke sekolah, 'kan?"Alby bukan tipe orang yang sulit dibangunkan. Dia mudah bangun saat mendengar bunyi yang mengganggunya. Matanya setengah terbuka. Dia duduk sambil melihat Shafa dihadapannya."Aku bikin teh buat kamu, nih."Sudah kembali sadar akan kejadian semalam, Alby m

  • Suami Terbaikku   26. Salah Paham?

    Lagi-lagi kembali ke tempat yang selama ini ingin sekali di hindari. Tapi Alby selalu datang karena masalah serius. Dokter mengatakan Shafa mengidap anemia sejak beberapa tahun lalu.Wajahnya sangat pucat dan tubuhnya lebih panas dari suhu normal. Tangan Alby terus menggenggam jemari Shafa yang putih bersih. Sesekali dia menciumnya sambil berdoa."Shafa?"Memang dokter sudah mengatakan sebelumnya kalau Shafa akan sadar dengan cepat. Mata sayupnya terbuka dan langsung melihat ke suaminya yang duduk disampingnya."Mas, aku mau pulang.""Mamu harus dirawat di sini sampai sembuh.""Aku enggak suka di sini, Mas."Tidak lama dokter datang dengan seorang perawat. Dia kembali mengecek kondisi Shafa setelah sadar. "Apa yang Mbak rasakan sekarang? Apa masih pusing?""Udah mendingan, Dok. Apa saya harus di rawat inap?""Kondisi Mbak Shafa sudah membaik dari sebelumnya. Saya perbolehkan untuk rawat jalan. Tapi, leb

  • Suami Terbaikku   27. Bertengkar

    Baru saja menyelesaikan kelasnya, Alby dengan cepat pergi ke ruang guru dan bersiap untuk pulang. Sambil berjalan dan membalas sapaan murid-muridnya, Alby memainkan ponsel untuk menghubungi Shafa lagi."Kebiasaan banget kalau ditelepon enggak langsung diangkat," gumam Alby.Entah sejak kapan, seorang wanita sudah menunggu di depan mobil Alby. Saat Alby mendekatinya, "Dateng, ya? Sebentarrr aja.""Siska, saya harus cepet-cepet pulang.""Gini, deh. Kalau kamu dateng, aku janji setelah ini enggak akan ganggu kamu lagi."Masa bodo dengan apa yang Siska ucapkan, Alby langsung masuk ke dalam mobilnya dan wanita itu pergi dengan ojek online yang dia pesan.Bukannya pergi, Alby terus berusaha menghubungi Shafa walau tidak diangkat juga. Tiba-tiba pikirannya putar balik pada Siska. Dia tidak ingin ada masalah lagi di dalam rumah tangganya. Jika kali itu dia menuruti mau Siska, apa wanita itu benar tidak akan mengganggunya lagi?M

  • Suami Terbaikku   28. Diculik

    Setelah bertengkar hebat untuk yang pertama kalinya, mereka jadi lebih banyak diam tapi saling berdekatan. Bahkan, mereka saling berpelukan di kasur sejak pertengkaran itu berakhir. Berkali-kali Alby mencium pucuk kepala Shafa dengan rasa bersalah yang masih dia rasakan."Maafin aku, ya, Shaf?""Iya, Mas. Udah, enggak usah minta maaf terus. Aku capek jawabnya.""Sebagai permintaan maaf aku yang terakhir, gimana kalau malam ini kita jalan-jalan?""Aku mau di rumah aja, Mas.""Katanya kamu mau jalan-jalan?""Enggak sekarang.""Terus kamu mau apa?"Tiba-tiba Shafa menangis. Tentu saja Alby terkejut. "Kenapa nangis? Tangan kamu sakit, ya?""Maafin aku, ya, Mas? Aku belum bisa kasih kamu anak lagi."Anak adalah karunia terbesar yang Tuhan berikan. Tuhan pasti memberikannya. Hanya saja kita tidak tau kapan waktunya, waktu terbaik menurut Tuhan. Sejujurnya, Alby memang sangat menantikan seorang anak s

Latest chapter

  • Suami Terbaikku   45. Tamat?

    Shafa merasa kalau dia penyebab semua kekacauan itu. Kekacauan di hidupnya dan di hidup orang-orang terdekatnya. Karena menikah dengannya, Alby jadi banyak menderita. Lalu karena mengenalnya, Rendi jadi harus merasakan jatuh cinta yang tak berbalas.Di halaman belakang rumah, Shafa duduk termenung sampai lupa waktu. Bahkan Mbok Dewi yang menjemput Bizar di sekolah. Sudah 2 hari Shafa banyak melamun dan tidak pergi bekerja."Mbak Shafa?"Lamunannya tersadarkan dan Shafa menengok. "Ada apa, Mbok?""Tadi Bizar di jemput kakeknya. Dia merengek minta ikut kakeknya untuk ketemu Mas Alby. Enggak apa-apa, toh?""Enggak apa-apa, Mbok.""Ada masalah apa, toh, Mbak? Beberapa hari ini melamun terus?""Kalau Mbok di posisi aku, siapa yang bakal Mbok pilih? Mas Alby atau Rendi?""Loh, itu soal perasaan masing-masing, Mbak. Mbok enggak punya alasan untuk kasih jawaban ke Mbak.""Mereka tulus cinta sama aku, Mbok. Tapi aku enggak bisa balas ketulusan itu.""Mbak pernah bersama Mas Alby. Harusnya Mbak

  • Suami Terbaikku   44. Jawaban Shafa Untuk Rendi

    Walau tidak sejauh Indonesia-Australia, Shafa tetap merasakan dirinya jauh dari Alby. Di luar ruangan dengan kaca besar sebagai pembatas, Shafa terus menatap Alby sambil menangis sesenggukan. Satu persatu kenangan kebersamaan mereka saat dulu berputar bergantian. Sampai Bizar datang dan menghentikan putaran memori itu."Bunda!"Bersama Rendi, Bizar datang dengan masih mengenakan seragam sekolah dan ransel berkarakter Superman kesukaannya. Seperti tau apa yang bundanya rasakan, Bizar memeluk Shafa dengan sangat erat."Ayah kenapa, Bunda? Ayah sakit, ya?" tanya Bizar yang juga ikut menangis."Iya, ayah sakit. Tapi Bizar enggak usah khawatir. Pasti sebentar lagi ayah sembuh, kok."Anak lelaki dengan tubuh yang masih sangat kecil itu berusaha memeluk Shafa agar sepenuhnya masuk dalam pelukannya. "Aku sedih banget. Pasti Bunda lebih sedih, 'kan? Selama ini aja Bunda selalu nangis padahal enggak tau keadaan ayah. Apalagi sekarang saat bunda liat ayah sakit?" Bizar memeluknya lagi sambil mene

  • Suami Terbaikku   43. Ungkapan Alby

    Hari yang sangat melelahkan untuk Alby lewati. Tapi juga membahagiakan karena mungkin itu keinginan terakhir yang telah terpenuhi. Dia hanya ingin memiliki anak dari Shafa, walau dengan status yang sudah berbeda.Sepertinya Shafa sadar kalau Alby terlihat jauh lebih kurus dari terakhir bertemu 5 tahun lalu. Bahkan, otot yang dulu selalu menjadi bantalan sudah tidak nampak lagi. Iya, itu semua karena penyakit yang dia alami sejak 3 tahun lalu. Kalau dipikir, itu lebih baik daripada dia meninggal Shafa dan anaknya disaat keluarga mereka utuh dan penuh kebahagiaan. Kepergiannya akan sangat menyakitkan untuk berikan, 'kan?"Iya, Pa. Aku di Yogya dari 2 hari lalu. Maaf aku enggak kasih tau Papa dulu." Sembari tiduran, Alby sengaja menelpon Fahri yang sudah beberapa kali menghubunginya."Kamu sendirian? Ngapain kamu ke sana?""Iya, aku pergi ke sini sendirian. Aku kangen sama Shafa, makannya aku ke Indonesia.""Tapi kamu lagi sakit, Al. Papa takut kamu kenapa-napa di sana. Kamu ngerti perasa

  • Suami Terbaikku   42. Pesan Alby?

    "Albizar, bangun, yuk? Katanya mau jalan-jalan sama ayah?"Sebenarnya bukan hanya kali itu, tapi setiap harinya Bizar selalu mudah jika dibangunkan. Bahkan, dia selalu bangun saat mendengar bundanya menangis di malam hari."Emangnya ayah udah dateng, Bun?""Nanti ayah jemput di kafe. Sekarang, Bizar siap-siap dulu. Mandi, terus sarapan, oke?"Mandi pun, Bizar sudah bisa melakukannya sendiri, tapi masih tetap dipantau sang bunda. Untuk makan, sudah sejak usia 3 tahun Bizar mulai makan tanpa di suapi. Shafa tidak heran kalau Bizar tergolong anak yang cerdas sejak kecil, karena itu pasti turunan dari ayahnya."Ayo, Bunda! Pasti ayah udah dateng."Shafa masih sibuk menguncir rambutnya disaat anaknya sudah menunggu di luar rumah. "Tunggu, Sayang.""Cepet, Bunda.""Iya, sabar."Bizar duduk dengan resah, tidak sabar bertemu ayahnya. Bukan salah liat, Bizar langsung memanggil saat melihat Alby datang. "Ayah?!""Assalamualaikum?""Wa'alaikumsalam, Ayah! Bunda, ayah dateng!"Walau tidak bisa mem

  • Suami Terbaikku   41. Penyakit

    Acara telah selesai. Kafe sudah sepi, hanya menyisakan para karyawan yang merapikan sisa acara. Alby duduk diposisi paling ujung, dekat jendela yang memperlihatkan hujan di malam hari. Ditemani secangkir mocaccino coffee, Alby menunggu dengan sabar."Bunda, itu siapa? Dari tadi om itu liatin aku terus, sih?" tanya Bizar pada sang bunda."Ayo, ikut Bunda."Shafa menggendong Bizar dan mendekati Alby. Rasanya sangat canggung saat kembali bertemu setelah sekian lama. Kalau Alby, dia canggung pada sang anak yang baru kali pertama dia temui.Bizar melihat Alby sebentar, kemudian memeluk bundanya yang masih menggendongnya. "Bizar, dengerin bunda dulu coba." Tangan Shafa mengelus kepala anaknya seakan merapikan rambut. "Bizar mau ketemu ayah, kan?""Iya, mau.""Ini ayah Bizar. Om yang dari tadi liatin Bizar itu ayah. Ayahnya Bizar."Kepalanya yang kecil kembali menengok dan menatap Bizar dengan wajah polosnya. "Ayah?"Setelah mencoba memberanikan diri, Alby akhirnya benar-benar berani untuk me

  • Suami Terbaikku   40. Pertemuan

    5 tahun berlalu. Shafa mengurus anak laki-lakinya tanpa suami. Tapi tidak sendirian, ada Mbok Dewi yang masih setia menemaninya. Mbok Dewi memutuskan untuk tidak lagi bekerja sebagai ART karena ingin kembali berjualan, ditemani dengan Shafa. Sudah 2 tahun mereka berjualan keliling menjajakan kue buatan sendiri. Sampai akhirnya, Shafa memiliki sebuah kafe, modal dari sang kakak.Keberadaannya di Yogya diketahui oleh Rendi setelah Shafa melahirkan. Tapi, Alby dan ayahnya–Fahri–sama sekali tidak terdengar kabarnya. Rindu. Iya, itu yang Shafa rasakan walau mereka sudah lama bercerai.Bizar tumbuh menjadi anak tampan dan pintar. Usianya sudah menginjak 5 tahun. Tentu dia banyak bertanya tentang ayahnya. Di mana ayah? Kapan aku ketemu ayah? Dan beberapa pertanyaan lain yang selalu diulang.Hari itu, Shafa sengaja memboking sendiri kafe miliknya untuk ulang tahun Bizar. Dia mengundang teman sekelas Bizar dan guru-gurunya juga."Ayo, silahkan masuk. Di pakai topinya, ya?" Shafa memberikan topi

  • Suami Terbaikku   39. Lahir Tanpa Ayah

    Kemarin menjadi hari kehilangan kesekian kalinya untuk Shafa. Setelah kehilangan orang tuanya, anaknya, dan sahabatnya, dia juga telah kehilangan suaminya. Sungguh, saat itu ingin sekali Shafa mencegahnya. Bukan gengsi. Tapi entah kenapa sulit dilakukan."Maafin aku, Mas." Itu yang berkali-kali Shafa ucapkan dalam lamunannya."Shafa, ada Mbok Dewi dateng, nih."Berbeda dengan saat Alby yang datang, kali itu Shafa yang menemui tamunya sendiri di ruang tamu. "Mbok Dewi? Apa kabar, Mbok?""Baik. Mbak sendiri gimana kabarnya?""Aku baik-baik aja. Mbok Dewi mau ke mana?" Shafa melihat wanita tua berusia 50-an tahun itu membawa 2 tas besar."Mbok ke sini mau pamit sama Mbak Shafa. Mbok mau pulang kampung karena udah enggak ada kerjaan lagi di sini. Mbok juga harus betul-betul pilih majikan, jadi enggak mau buru-buru, Mbak.""Mas Alby ....""Beliau udah berangkat ke Australia pagi tadi, Mbak.""Jadi, Mas Alby bener-bener pergi?""Iya. Oh, ada sesuatu yang dia titipin ke saya buat Mbak Shafa.

  • Suami Terbaikku   38. Pamit

    Hari pertama tanpa Shafa sangat sulit Alby lalui. Fahri melarangnya untuk menemui Shafa karena keadaan belum baik-baik saja. Alby menurut walau sulit dia lakukan. Mbok Dewi juga banyak memberikan saran dan masukan yang sedikit membuat Alby merasa masih ada harapan untuk dapat kembali bersama dengan Shafa."Selama ini, Mbak Shafa selalu cinta sama Mas Alby dalam situasi apapun. Dia bisa bertahan sendiri, Mas. Jadi, bibi sebenarnya enggak percaya kalau Mbak Shafa bisa semudah itu mau pisah sama Mas Alby.""Jadi maksud Mbok Dewi, mungkin Shafa cuma lagi emosi dan bakal kembali sama saya lagi?""Iya, Mas. Coba sabar aja dulu. Biarin Mbak Shafa tenangin dirinya dulu. Nanti coba Mas Alby temuin dan ngomong baik-baik."Setelah hampir 30 menit mengobrol, Alby yang cuti dari jadwal mengajar dan kuliahnya, pergi menemui Siska di penjara. Polisi berhasil menangkapnya 2 hari setelah laporan di terima dan Siska terbukti bersalah.Penampilan Siska sangat berubah. Saat SMP, Alby jatuh cinta padanya

  • Suami Terbaikku   37. Dendam Shafa

    "Apa salah aku, Mas? Kenapa aku selalu kehilangan orang-orang yang aku cinta?! Kenapa?!!!"Shafa marah besar saat tau dia kembali kehilangan anak dikandungannya. Fahri, Galih, dan Mbok Dewi pun ikut menangis dan ikut merasakan hal yang Shafa rasakan. Bukan hal yang mudah untuk bisa ikhlas dan bangkit setelah kehilangan banyak orang tercinta."Daripada orang-orang dekatku mati, mending aku aja yang mati!"Walau Alby memeluknya, Shafa dapat memberontak karena tenaganya begitu kuat. "Sayang, tenang dulu. Tenangin diri kamu dulu.""Lepas!" Shafa menampar Alby untuk pertama kalinya. "Ini semua gara-gara kamu! Kamu yang bikin hidup aku jadi kayak gini! Setelah nikah sama kamu, kedua orang tua aku meninggal! Kamu juga udah hancurin hidup sahabat aku sampai dia meninggal. Mama kamu yang jahat itu, banyak nyakitin aku dan sampai bikin anak aku meninggal juga! Ini semua karena kamu! Bukan aku, tapi kamu yang pembawa sial! Kamu yang pembawa sial!!!"Sakit. Sangat sakit. Apa yang Shafa tuturkan s

DMCA.com Protection Status