Share

Perdebatan

Author: Nathania Lee
last update Last Updated: 2022-01-08 14:54:54

Mobil hitam yang membawa Leah tiba di sebuah restoran mewah dekat komplek perkantoran elit.

"Silahkan, Nona." Seorang pengawal membuka pintu untuk Leah.

"Ah, iya." Leah turun sambil menatap sekitar, dia pernah melihat restoran ini di media sosial. Tetapi tidak pernah mencoba untuk datang ke sana. Karena Leah pikir, mereka hanya menjual tempat, untuk rasa makanannya paling juga lebih enak masakan ibunya.

"Tuan Nero sudah menunggu." Pria itu mempersilahkan Leah untuk mengikutinya.

"Kok jantungku berdebar sih, aku tidak akan dieksekusi di sini kan. Ayah, selamatkan aku. Kenapa calon suamiku sepertinya menakutkan." Leah berbicara dalam hati.

Setelah beberapa saat mereka tiba di sebuah private room, dan hanya orang dari kalangan tertentu yang boleh masuk. Terlihat dari tulisan VVIP yang membuat mata Leah silau saat melihatnya.

Pintu itu digeser perlahan oleh pengawal yang membawa Leah ke sini. "Silahkan, Nona."

"Iya, terima kasih." 

"Tidak perlu sungkan, Nona." Pengawal itu menundukkan kepalanya dan menutup pintu tanpa mengeluarkan suara, meninggalkan Leah dan Nero di sana.

Leah mematung sesaat setelah pintu tertutup. Dia mengedarkan pandangannya, interior ruang VVIP ini sangat berkelas, sesuai dengan namanya. Bukannya menghampiri Nero, Leah malah berpikir berapa harga sewa ruangan itu.

"Apa yang kau lakukan di sana?" Mata elang Nero memicing ke arah Leah yang terdiam seperti patung.

"Ah, maaf." Leah seperti kembali pada kesadarannya, dia lekas menghampiri pria yang tak lama lagi menjadi suaminya itu.

Leah duduk di kursi yang berhadapan dengan Nero, ditatapnya dengan lekat pria itu, "Hah, jika dilihat sedekat ini dan dengan pencahayaan yang tepat, wajahnya memang seperti tokoh fiksi di novel dan komik."

"Apa yang kau lihat?" Nero menajamkan mata saat Leah memperhatikannya dengan tatapan aneh menurutnya.

"Tersisa enam hari lagi, ini adalah contoh konsep pernikahan yang sudah dikumpulkan oleh pegawaiku." Nero memberikan sebuah map berwarna biru pada Leah.

Leah tidak begitu saja menerima map tersebut, karena banyak hal yang harus dia tanyakan.

"Maaf, sebelum kita menikah ada beberapa hal yang akan aku tanyakan." Leah menatap Nero, gadis pertama yang berani menatap Nero dengan tatapan tenang.

"Apa?" Nero memalingkan wajah, dia yang malah tampak gugup sekarang.

"Kenapa kamu ingin menikah denganku?" tanya Leah.

"Bukankan sudah aku jawab kemarin? Apa butuh alasan khusus bagi seorang pria untuk menikahi seorang wanita?" Nero kini berbicara serius.

"Tentu saja harus ada." Leah kini melotot, seperti tidak terima jika Nero menikahinya tanpa alasan.

"Apa?" tanya Nero acuh.

"Kau harus menikahi seseorang atas dasar cinta." 

Nero tertawa terbahak mendengar pernyataan Leah. "Cinta katamu? Lalu kau mau makan cinta?" Nero balik bertanya. Baginya cinta adalah alasan klasik, tidak ada yang namanya cinta untuk tujuan menikah. Yang ada adalah komitmen hidup bersama, menyatukan dua kepala dan dua hati yang berbeda. Jika cinta tanpa komitmen maka dipastikan pernikahan tidak akan berlangsung lama. Jadi di dalam pernikahan yang paling penting adalah komitmen itu sendiri.

"Tentu tidak. Uang kan bisa dicari bersama," kata Leah. Karena seperti itulah orangtuanya dulu. Ayah dan ibu sama-sama bekerja untuk mereka kuliah, ayah dan ibu pernah bekerja di berbagai tempat, sampai pada akhirnya ayah menetap di pekerjaan yang sekarang dan ibu menjadi pengusaha katering yang cukup sukses.

"Itu adalah pemikiran kuno, jaman sekarang hanya ada wanita matrealistis yang hanya menikah karena uang dan mengorbankan segalanya demi uang."

"Aku tidak seperti itu." Leah protes karena seperti itu cara Nero memandang semua wanita. Atas dasar uang.

Nero menatap Leah yang enam hari lagi akan mengubah statusnya dari lajang menjadi seorang suami. Tatapan mata Leah memang tidak seperti tatapan mata wanita yang menginginkan uang.

"Ya ya ya, baiklah." Nero menyerah karena Leah tidak mau kalah.

"Apa aku masih boleh bekerja nanti?" tanya Leah.

Nero mengangguk, terserah apa yang mau Leah lakukan nanti. Dia tidak peduli.

"Kita akan tinggal di mana nanti?" Leah terus memberi pertanyaan.

"Di rumahku." Nero menjawab singkat.

"Berarti aku akan tinggal satu atap dengan mertua?" Leah bergidik ngeri karena sering menonton drama tentang hubungan mertua dan menantu yang tidak akrab satu sama lain karena tinggal satu atap.

"Tidak. Aku tinggal sendirian di rumah." 

"Jadi aku tidak punya mertua?" Mata Leah berbinar saat mendengar jawaban Nero.

"Kenapa kau ini banyak sekali bertanya. Kau punya mertua tapi mereka tidak akan datang di pernikahan kita nanti. Jadi anggap saja tidak ada. Puas?" Nero membuang nafas kasar.

Leah terdiam, dia mencoba mencerna setiap perkataan Nero barusan. Punya mertua tapi tidak akan datang ke acara pernikahan. Kenapa? Ada apa? Apa hubungan mereka tidak baik? Pertanyaan di kepala Leah malah semakin banyak. Ditatapnya pria di depannya itu. Sepertinya, banyak sekali yang Nero sembunyikan darinya.

"Jadi kau mau pernikahan seperti apa? Waktu kita tidak banyak." Nero melirik sambil mengetuk-ngetuk map biru itu dengan telunjuknya. Kesabarannya seperti dikuras habis oleh gadis di depannya ini.

Meski banyak pertanyaan yang masih bersarang di kepala, tetapi Leah menuruti perintah Nero. Dilihatnya map biru itu dengan seksama, satu persatu halaman di balik oleh Leah. Dan matanya tertuju pada halaman terakhir, pernikahan di taman dengan konsep sederhana tapi tampak elegan.

"Aku mau yang ini." Leah menyodorkan halaman yang dia pilih pada Nero. Terlihat Pria itu mengerutkan keningnya.

"Baiklah," kata Nero.

"Tidak seru." Leah mendengus kesal.

Nero hanya menatap Leah dengan wajah heran bercampur bingung. Tidak mengerti apa maksud gadis itu.

"Kamu harusnya berdebat dulu denganku, perdebatan orang yang mau menikah, kamu tidak mau ini, aku mau ini. Begitu kan seru." Leah menjelaskan seperti tahu arti tatapan Nero.

"Kenapa harus berdebat kalau sudah menemukan jawabannya," ucap Nero.

"Jadi kamu setuju?"

Nero menggangguk, tak lama pintu diketuk. Seorang pramusaji yang mengenakan pakaian yang sangat rapi masuk. 

"Selamat siang, Tuan Nero." Pria itu menyapa.

"Selamat siang, Nona Leah."

Leah menggangguk canggung, dari mana pria ini tahu namanya. Seketika Leah bergidik ngeri, sebenarnya sebesar apa pengaruh calon suaminya ini.

Setelah mengatakan tentang menu makan siang hari ini, pria itu membuka tutup saji, terlihat steak yang membuat mata Leah takjub.

"Silahkan menikmati, tuan dan nona." Pria itu membungkukkan badan lalu mundur tiga langkah. Kemudian berbalik dan keluar dari pintu, tanpa suara.

Nero mengambil piring Leah. Setelah memotong-motong steak, Nero memberikan piring itu pada Leah.

"Hah, dia tahu cara memperlakukan wanita," ucap Leah dalam hati.

"Makanlah." Nero memotong steak miliknya. Sungguh, pemandangan itu seperti sedang syuting drama. Caranya memotong steak sangat elegan menurut Leah.

"Tidak usah menatapku seperti itu. Aku tahu aku tampan." Nero berbicara tanpa menatap Leah.

Leah menundukkan pandangannya, dan mulai menikmati makan siangnya. Sesekali dia melirik Nero yang makan dengan cara yang sangat elegan.

Related chapters

  • Suami Tantrum   Cincin Pernikahan

    Nero melirik Leah yang fokus pada makan siangnya. Tapi sebelum gadis itu sadar jika dia mencuri pandang, Nero dengan cepat mengalihkan pandangannya."Dia memang cantik sih." Nero seolah membenarkan ucapan Alton waktu itu."Aku sudah selesai, apakah aku boleh kembali ke kantor?" tanya Leah sesaat setelah menghambiskan makanannya."Kau lapar?" Nero melihat piring Leah yang kosong, tak ada satu makanan pun yang tersisa."Kata Ibu tidak boleh mubazir pada makanan, kau harus menghargainya walaupun makanan itu tidak enak sekali pun." Leah mengulangi apa yang pernah dikatakan oleh ibunya."Kan memang aku membayar makanan ini." Sikap Nero acuh, baginya jika makanan sudah dibayar maka dia bebas melakukan apapun."Jadi, aku sekarang bisa kembali ke kantor kan?" Leah mengulang pertanyannya. Karena sepertinya urusannya dengan Nero sudah selesai."Tidak, kita akan memilih gaun untukmu." Nero masih melanjutkan acara makannya."Cincin?" tanya

    Last Updated : 2022-01-23
  • Suami Tantrum   Hadiah Nero

    Akhirnya Leah tidak kembali ke kantornya. Setelah dibuat kesal oleh Nero, Leah diantar pulang oleh sopir dan seorang pengawal. Tanpa Nero tentu saja karena pria sibuk itu harus kembali bekerja."Nona, ini." Pengawal menyerahkan sebuah paper bag berwarna biru muda."Apa ini?" tanya Leah."Tuan Nero hanya meminta saya untuk memberikannya pada anda, Nona.""Terima kasih." Leah menerima paper bag yang cukup berat itu."Kalau begitu kami permisi, Nona." Pengawal itu mengganggukkan kepala, lalu masuk ke dalam mobil.Leah masuk ke dalam rumah, dilihatnya mobil ayah sudah terparkir, tanda bahwa ayah sudah pulang. Setelah masuk ke rumah Leah melihat orangtuanya berada di ruang tengah. Ayah sedang mengecek grup pesan berlogo hijau, sementara ibu sedang berkutat dengan catatan, ponsel dan kalkulator kesayangannya."Ada-ada saja." Ayah menghela nafas pelan."Kenapa?" tanya ibu."Biasa, ada kesalahan internal pada tim In-Bound." 

    Last Updated : 2022-01-24
  • Suami Tantrum   Lamaran Resmi

    Pagi ini adalah pagi yang cerah, burung-burung berkicauan dengan merdu, terdengar dari balik jendela kamar gadis yang sebentar lagi akan melepas status singlenya."Leah." Suara ibu terdengar memanggil anak semata wayangnya."Iya, Bu. Ini juga sudah bangun." Tapi gadis itu masih nyaman di dalam selimutnya."Segera mandi, Leah," perintah ibu."Iya."Akhirnya gadis itu beranjak dari kasurnya, mengerjapkan mata dan mencoba mengumpulnya nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya. Leah berencana tidur tadi malam, tetapi drama on-going yang dia tunggu selama seminggu ternyata tayang malam itu. Bahkan tayang tiga episode sekaligus. Hal itu membuat Leah melupakan janjinya untuk beristirahat, dia justru begadang."Hah, aku masih ngantuk." Leah menguap tapi dia ingat jika hari ini Nero akan datang. Dengan cepat gadis itu meraih lulur dan masker rambut. Dia harus melakukan sedikit perawatan agar terlihat baik saat bertemu Nero nanti."Leah!" Ter

    Last Updated : 2022-01-27
  • Suami Tantrum   Masa Lalu Nero

    Nero masuk ke dalam mobil, meninggalkan Leah yang masih berdiri dengan wajah merah."Suamiku sayang. Hih! Apa-apaan itu." Leah memegang tengkuknya yang merinding. Bukan panggilan yang disebutkan Nero yang membuat Leah malu, tapi berada sedekat itu dengan Nero membuat jantung Leah berirama tidak karuan."Aku ini kenapa sih? Dengan Kevin dulu saja aku tidak pernah seperti ini." Leah masuk ke dalam rumah. Lalu menghela nafas saat melihat hadiah pernikahan yang berjajar memenuhi rumah.***Nero menatap gedung-gedung tinggi dari dalam mobil. Dia menghela nafas pelan."Ada apa, Tuan. Anda terlihat tidak senang." Ken menatap Nero dari kaca mobil."Tidak."Mereka tiba di gedung utama Aditama Group. Semua pegawai yang melihat kehadiran Nero dan asistennya tampak menundukkan kepala."Silahkan, Tuan." Ken mempersilahkan Nero masuk ke dalam lift khusus, lift yang hanya menuju satu lantai saja, tempat Nero menghabiskan harinya."Ruan

    Last Updated : 2022-01-29
  • Suami Tantrum   Nasehat Ibu

    Nero merasakan angin berhembus dari jendela yang di buka lebar, saat ini dia sedang merilekskan tubuh dan pikirannya di sebuah ruangan yang atapnya terbuat dari kaca transparan. Melihat langit pekat tanpa dihiasi bintang membuatnya sedikit tenang.Tadi dia mencoba menahan semua rasa takutnya, mencoba menjadi pria kuat saat bertemu Veronica. Tapi Nero hanyalah manusia yang pasti memiliki rasa takut. Dan rasa takut terbesarnya adalah ibu tiri yang tidak pernah dipanggilnya ibu."Aku harus menghindari wanita itu mulai sekarang. Jangan sampai dia bertemu dengan gadis itu nanti." Nero bergumam, dia bertekad tidak akan membuat Leah atau pun Veronica bersinggungan. Tidak akan ada hubungan mertua dan menantu antara dua orang itu.Nero mengambil ponselnya yang ada di meja bundar di samping tempat dia duduk sekarang. "Sedang apa dia? Kenapa tidak ada basa-basinya, padahal sebentar lagi menikah." Nero meletakkan lagi ponselnya yang tidak ada notifikasi dari Leah, mengurung

    Last Updated : 2022-01-29
  • Suami Tantrum   Rencana Ibu Tiri

    Leah dibawa ke sebuah salon dan spa terbesar di kota itu. Gadis itu memandang sekeliling, banyak wanita berkelas yang sedang melakukan perawatan. Dari perawatan wajah, rambut hingga kuku."Kita mau apa di sini." Leah berbicara pada Nero yang ada di sebelahnya, tapi matanya masih memandang orang-orang yang ada di sana."Apalagi? Mencangkul? Memang apa yang kau kerjakan di salon kalau bukan perawatan?" Ketus Nero berbicara."Iya maksudku untuk apa?" tanya Leah."Tidak usah kau bilang aku juga tahu kalau tempat ini untuk perawatan." Leah menggerutu dalam hati.Mereka berdua disambut oleh seorang pegawai wanita yang menggunakan seragam berwarna hitam."Bawa gadis ini." Nero melirik Leah yang memasang wajah bingung."Baik, Tuan." Wanita itu membungkukkan badan."Mari nona.""Hei, kamu mau kemana?" Leah bertanya karena melihat Nero yang ingin pergi meninggalkannya."Memangnya aku kurang kerjaan sampai harus menunggumu d

    Last Updated : 2022-01-29
  • Suami Tantrum   Bertemu

    "Panggilkan Nona Leah." Ken memberi perintah pada seorang karyawan."Baik." Karyawan itu masuk ke dalam.Tak lama Leah muncul, dia sudah mengenakan pakaian lengkap."Kamu datang menjemputku?" Leah bertanya."Tidak. Aku kebetulan lewat sini." Nero berkilah tapi matanya mengedarkan pandanganny ke sekeliling."Kalau sudah sebaiknya kau pulang." Nero memberikan titahnya, seperti seorang raja yang tidak bisa dibantah.Leah menggangguk pelan. Lalu berjalan melewati Nero dan Ken. Wajah Leah tak tertebak, apakah dia sudah bertemu Vero atau belum, Nero tidak tahu."Cari wanita itu, mobilnya masih ada." Nero berjalan menyusul Leah yang sudah lumayan jauh.Ken mengangguk, pria itu mengambil ponselnya, menelepon seseorang. "Cari Nyonya Vero di seluruh tempat.""Nyonya sudah pergi sebelum tuan memerintahkan untuk berjaga." Seorang pria berjas hitam dengan alat komunikasi di telinganya berbicara.Ken mengerutkan keningnya. "Kau

    Last Updated : 2022-01-29
  • Suami Tantrum   Hari Pernikahan

    Sedikit perdebatan terjadi karena Leah belum melihat lokasi pernikahan. Bagaimana tidak, Nero benar-benar memberitahu di mana mereka akan menikah pada malam sebelum pernikahan. Sehingga tidak sempat bagi Leah untuk ke sana."Ini sudah malam. Kau mau apa di sana." Nero tegas melarang Leah untuk datang ke lokasi pernikahan."Tapi kamu tidak bisa memutuskan sepihak seperti ini, yang menikah kita berdua bukan dirimu sendiri." Suara Leah terdengar kesal.Tapi di balik itu, alasan Nero sebenarnya adalah tidak ingin pernikahannya kacau. Meski ada tujuan dalam pernikahan ini, Nero tidak akan menceraikan Leah meski tujuannya tercapai. Ini akan menjadi pernikahan pertama dan terakhirnya. Itu janji Nero yang sudah dia ikrarkan dalam hatinya."Kenapa kau ini keras kepala sekali." Nero menghela nafas kasar. Ayah dan ibu Leah saja bisa mengerti, kenapa anaknya tidak."Besok pagi tim MUA akan datang untuk merias dirimu dan ibu. Sekarang istirahatlah, jangan

    Last Updated : 2022-01-29

Latest chapter

  • Suami Tantrum   Toko Buku

    "Ken.""Ya, Tuan?""Isi ruang kerja dengan buku baru." Nero menatap sekretarisnya."Buku? Buku seperti apa yang anda inginkan, Tuan?" tanya Ken."Isi dengan novel yang pernah kau bawa waktu itu.""Novel? Apa anda yakin?" tanya Ken bingung."Hmm." "Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkannya." Ken berlalu meninggalkan Nero dengan raut wajah penuh tanya.***Vero berjalan melintasi beberapa ruangan, dia menuju ruang private yang sudah disiapkan seseorang yang menghubunginya.Tepat di depan ruangan yang dimaksud, dua orang berbadan besar berdiri."Saya Veronika," ucap wanita itu.Salah satu dari pria itu membukakan pintu. Vero melihat seseorang tengah duduk membelakanginya."Duduklah," ucap pria itu dengan nada serius.Seketika Vero duduk di depan pria itu, dilihatnya pria itu ternyata masih muda. Pria yang terlihat gagah dengan setelan jasnya."Sebelumnya perkenalkan, nama saya Kevin. Ah, tidak perlu dikenalkan, ya. Kau sudah tahu siapa aku," ucap pria itu sambil menyeruput teh hijaunya

  • Suami Tantrum   Seharian di Kamar

    Nero terbangun, kaget saat mendapati kaki Leah menjadi bantalan tidurnya. Dilihatnya Leah yang masih tertidur meski dalam posisi duduk."Apa aku sudah gila sehingga aku tertidur dipangkuan seorang gadis," batin Nero."Kamu sudah bangun?" Leah meregangkan seluruh ototnya, lehernya sedekit sakit karena posisi tidur yang tidak benar."Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa tidur di pangkuanmu?" tanya Nero penasaran, raut wajahnya terlihat malu."Kamu tidak ingat? Semalam kamu bermimpi buruk, aku sudah mencoba membangunkanmu namun tidak bisa. Setelah itu kamu tertidur di sini." Leah menepuk kakinya yang dijadikan bantalan oleh Nero.Nero menggeleng, dia tidak ingat apapun."Aku mau mandi," ucap Leah. Namun kaki Leah mati rasa, dia terjatuh saat akan berdiri."Kaki ku kram," ucap Leah.Nero mengampiri Leah, menggendongnya lalu merebahkan tubuh gadis itu di kasur."Hari ini kau tidak usah bekerja. Besok saja.""Kenapa?" tany

  • Suami Tantrum   Mimpi Buruk

    Sesuai janji Leon, dia menemani Leah berkeliling rumah. Rumah yang ternyata memiliki satu rumah lagi di bagian belakang, khusus untuk para pelayan. Tampak pelayan yang tanpa sengaja berpapasan dengan mereka terlihat menundukkan kepala hormat. Leah merasa canggung meski dia tahu jika dia adalah nyonya rumah ini. Setelah selesai Leah dan Leon duduk di kursi yang berada dekat kolam setelah berkeliling rumah, hari ini bintang-bintang tidak diselimuti awan membuat pemandangan langit dari sana sungguh sangat indah."Kak, bolehkah aku bertanya?" tanya Leon membuka perbicaraan."Boleh." Leah kini menatap Leon."Apakah kakak mencintai kakakku? Aku tahu kakak terpaksa kan menikah dengan Kak Nero? Aku tidak tahu apa alasan di balik kakak menyetujui pernikahan ini. Tapi, aku tahu kakak orang baik. Kakak tidak akan menyakitinya kan?" ucap Leon."Kenapa kamu bertanya seperti itu? Tentu saja aku tidak akan meninggalkannya, aku akan jadi istri yang baik seperti ibu

  • Suami Tantrum   Makan Malam Bersama

    Leon menatap kakaknya dengan mata memicing, banyak sekali pertanyaan yang harus dia tanyakan. Dia melihat kakaknya yang sedang duduk di kursi malah sedang santai makan aneka buah-buahan."Katakan, Kak!" Leon bersuara dengan nada yang lumayan tinggi.Nero menatap adiknya sekilas, lalu kembali fokus pada buah kiwi yang segar dan dingin."Kakak." Kali ini suara Leon merengek."Kau ini kenapa?" Nero tampak acuh menjawab adiknya."Kenapa kakak ipar memakai baju yang kakak ambil di rak?""Kenapa? Apa ada yang salah dengan itu?""Tidak, tidak ada," ucap Leon. Kakaknya adalah suami Leah, tentu saja bisa melakukan apapun. Pantas saja Leon dilarang masuk ke kamar, ternyata benar jika kakak iparnya tidak memakai baju. Seketika wajah Leon memerah lalu dia menatap kakaknya lagi yang wajahnya masih terlihat tenang."Bagaimana rasanya, Kak?" tanya Leon yang kini duduk mensejajari kakaknya."Apa?" Yang ditanya malah balik bertanya

  • Suami Tantrum   Kecelakaan Kecil

    Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Nero keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar, sekali lagi dia menoleh ke belakang, memastikan Leah tidak mengikutinya.Nero menatap Ken seolah memberi isyarat jika keadaan sudah aman dan mereka bisa meletakkan barang-barang itu ke dalam kamar.“Satukan saja dengan pakaianku,” perintah Nero yang ditanggapi dengan tatapan bingung Ken. Namun, pria bertubuh tinggi itu menganggukkan kepalanya, menuruti apapun yang tuannya inginkan.Hanya seorang karyawan laki-laki yang berstatus sebagai menager di galeri tersebut dan Ken beserta kepala pelayan yang masuk untuk menyusun semua barang-barang yang akan menjadi milik nyonya rumah. Leon yang mencoba untuk ikut masuk ditahan oleh Nero di depan pintu.“Mau apa kau masuk?” Nero menatap sinis adiknya.“Aku mau bertemu kakak ipar,” kata Leon, pria itu melirik ke arah kamar yang pintunya terbuka.“Aku akan memanggilnya na

  • Suami Tantrum   Semua Baru

    "Kakak ipar?" Nero duduk di sofa, memandang adiknya dengan tatapan menyelidik."Iya, dia kan istrinya kakak tentu saja harus aku panggil kakak ipar. Bukankah begitu?" Leon ikut duduk di sofa mensejajari kakaknya."Aku sudah cuci tangan." Leon seolah mengerti arti tatapan kakaknya."Di mana kakak ipar?" tanya Leon."Di kamar." Nero menjawab singkat."Kenapa di kamar?" Kini tatapan Leon yang menyelidik, dia tersenyum seolah mengerti apa yang telah terjadi dan apa yang membuat kakak iparnya berada di dalam kamar."Jadi bagaimana?" Leon mendekati kakaknya, meminta review atas malam pertama semalam."Apa?" Nero manatap sinis."Itu," jawab Leon."Itu apa? Bicara yang benar." Nero berkata ketus."Malam pertamanya lah, Kak." Leon menyerah, dia baru sadar jika kakaknya adalah manusia paling kaku di dunia."Ya, begitulah." Nero tidak perlu menjelaskan apa yang terjadi, karena memang tidak ada yang terjadi diantara me

  • Suami Tantrum   Tentang Leon

    "Apa?" Vero bingung dengan apa yang dikatakan anaknya."Penulis, Bu. Penulis novel. Aku ingin jadi penulis sekaligus editor." Leon memandang taman yang ada di belakang ibunya.Vero tak menjawab, dia kini menatap tajam anak kandungnya. Selama ini dia mengupayakam segala usaha untuk membuat Leon menjadi ahli waris utama tapi sekarang anaknya hanya ingin jadi penulis novel. Sangat tidak bisa dibiarkan."Aku harap ibu mendukungku." Leon menghela napas, pria itu bahkan sudah diam-diam menjadi penulis dan editor di salah satu platfrom yang lumayan terkenal. Tanpa diketahui ibunya tentu saja, jika ibunya tahu pasti dia akan dipanggang hidup-hidup.Semua itu terjadi karena kecintaan Leon pada buku dan membaca. Dia akan marah saat sebuah tulisan terutama buku atau novel dibuat dengan kalimat yang salah dan tidak tersusun dengan rapi.Bagi Leon mengedit naskah atau buku itu adalah hal yang menyenangkan karena membaca adalah hobinya sejak dulu. Tugasnya bukan

  • Suami Tantrum   Kamar Nero

    Leah sudah memegang handle pintu sebelum membaca tulisan 'Dilarang Masuk Tanpa Izin'."Eh, pintunya menggunakan password," Leah akhirnya mengetuk pintu itu. Tak lama Nero keluar."Ada apa?" tanya Nero dingin."Ya aku mau masuk." Leah masuk ke kamar itu tanpa persetujuan Nero.Leah tampak memperhatikan sekeliling, desain interior kamar tersebut sangat elegan meskipun beberapa perabotan terlihat sederhana tapi pasti sangat mahal, di sisi sebelah kanan ranjang terdapat sebuah pintu lagi."Ada apa di sana?" tanya Leah penasaran."Ruang kerjaku," jawab Nero singkat."Bolehkah aku masuk?" tanya gadis itu.Nero tidak menjawab, dia hanya mengangguk pelan.Leah membuka pintu, ruangan itu sama seperti ruangan kerja pada umumnya. Terdapat meja dengan setumpuk buku dan berkas serta laptop, ada kursi kerja yang nyaman dan perpustakaan mini dengan deretan buku yang rapi berjajar.Di dalam ruangan itu juga terdapat sebuah sofa b

  • Suami Tantrum   Rumah Nero

    Setelah acara sarapan dalam diam selesai, kini Nero sudah mengganti pakaiannya. Setelan jas berwarna abu-abu dengan kaos berwarna putih di dalamnya, membuat Nero terlihat menawan."Apa yang kau lihat?" tanya Nero saat melihat Leah tidak berkedip saat memandangnya."Tidak." Leah menggeleng dengan cepat."Silakan tuan dan nona." Ken mempersilahkan Leah dan Nero masuk ke dalam lift."Kita mau ke mana?" tanya Leah."Ke rumah," jawab Nero singkat."Rumah siapa?" tanya gadis itu lagi."Kau ini kenapa berisik sekali. Tidak bisakah kau kau hanya diam dan ikut saja," kata Nero yang tampak kesal."Aku kan hanya bertanya." Leah protes karena sejak tadi dia disuruh diam.Kali ini Nero tidak menanggapi istrinya. Dia hanya menggelengkan kepala. Lift terbuka dan beberapa orang yang kenal dengan Nero nampak memberi hormat."Sebenarnya dia sehebat dan sekaya apa sih?" batin Leah."Kita tidak pisah mobil lagi kan?" Lea

DMCA.com Protection Status