Share

36. Neraka Baru

Penulis: Emma Shu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Yang sebelah sana itu. agak kuat dong ngelapnya! Ya ampun, ini malah membekas nih. Sebelah sana lagi!” Wanita berjilbab biru yang dipanggil dengan nama Weni itu terus saja memerintah.

Qizha menurut saja.

Jika begini kondisinya, Qizha berniat minta pindah tempat saja pada Vina. Setidaknya jangan membersihkan ruangan itu lagi. Penghuninya galak semua, tidak ada yang bernurani.

“Nih, bersihin ya!” salah seorang membuang kulit apel ke lantai. Padahal lantai sudah dipel. “Aku malas jalan ke tong sampah. Mumpung ada kamu, bersihkan sekalian!”

Qizha membersihkan kulit apel.

“Qziha, nanti sore jam lima kamu temui aku di lobi ya!” titah Weni.

“Maaf, Bu. Itu udah jam pulang kerja. Dan saya nggak di kantor lagi,” sahut Qizha.

“Hei, kamu itu OB. Harus nurut. Aku mau suruh kamu rapikan file milikku. Kamu kerjanya mesti di luar jam kerjaku, sebab aku fokus kerja saat di jam kerja begini. paham?”

“Baik,” jawab Qizha tak bisa mengelak lagi. Apa lagi ia menjadi pusat perhatian semu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
semoga qizha diberikan kesabaran menghadapi semua ini
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
sepertinya weni dan semua orang dikantor itu diperintah oleh qasam untuk mengerjai qizha dengan pekerjaan-pekerjaan yang bukan ranahnya qizha
goodnovel comment avatar
inggrid LARUSITA Nganjuk
yg sabar qizha......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Preman Ternyata Sultan   37. Tugas Di Ruangan CEO

    Qasam menekan bel pintu rumah besar dengan corak warna putih. Tak lain rumah milik Ameena.Tangan di belakangnya menyembunyikan sebuket bunga.Pintu dibuka. Pembantu dengan seragam biru putih tersenyum menyapa. “Selamat malam, Tuan Qasam!” pembantu menganggukkan kepala.“Ameena ada?”“Ada di kamar. Perlu saya panggil?”“Biar aku temui saja.” Qasam melangkah masuk dan langsung naik ke lantai dua. Ia sudah tahu letak kamar gadisnya. Beberapa kali mengetuk, pintu tak kunjung dibuka. Qasam akhirnya masuk.Kamar sepi. Rapi sekali. Harum.“Ameena!” Mata Qasam menatap ke segala penjuru. Pintu balkon terbuka. Qasam melangkah menuju ke balkon, ternyata Ameena berdiri di balkon. Wanita itu tengah menatap pemandangan indah di luar, menikmati sepoi- speoi angin malam.Piyama tidur lengan pendek membalut tubuhnya. Rambutnya beterbangan dimainkan angin. Sekilas saja Ameena menatap Qasam, kemudian pandangannya kembali ke depan dengan kedua tangan berpegangan pagar balkon.“Ngapain

  • Suami Preman Ternyata Sultan   38. Bersama Qasam

    “Apa yang kau lakukan?” Suara itu memuat Qizha mendongak, menatap Qasam yang sudah berdiri di ambang pintu. “Saya membersihkan ruangan ini, Pak!” jawab Qizha dengan enggan.“OB yang lama kemana?”“Rolling tugas, Pak.”Tatapan Qasam tertuju pada bingkai foto yang terjatuh di lantai. Segera ia memungut benda itu dan membiarkannya dalam posisi menelungkup. Kemudian dengan suara tegas ditambah tatapan lekat, ia berkata, “Apa yang kau lakukan dengan foto ini?”“Maaf, tadi sepertinya tersenggol. Biar saya betulkan posisinya.”“Kau sudah melihat foto ini?” tanya Qasam tegas. Jika wanita ini sudah melihat foto itu, tentunya dia tahu kalau Qansha satu keluarga dengan Qasam.Qizha menggeleng. “Belum, Pak. Mari saya susun kembalike meja.” “Tidak usah!” Qasam meletakkan bingkai foto ke laci.“Saya sudah selesai bekerja. Permisi.” Qizha melangkah menuju pintu. Tatapan Qasam tajm sekali menatap punggung Qizha yang berlalu ke pintu. Wanita itu berhenti, punggungnya berputar dan me

  • Suami Preman Ternyata Sultan   39. Pelukan CEO

    “Qizha, kamu dipanggil Bu Weni, tuh.”Suara itu membuat Qizha mengangkat wajah dan menatap sosok yang memanggilnya. Staf itu berdiri di ujung koridor.“Maaf, aku nggak kerja di bagian ruangan Bu Weni lagi. Jadi Bu Weni nggak bisa menyuruh- nyuruh aku,” balas Qizha berushaa untuk tegas. Dia menang telak saat ini. jangan harap mau disuruh-suruh oleh mereka yang tak punya perasaan.“Bu Weni Cuma mau ketemu saja kok. Bukan mau menyuruhmu. Temui saja dia dulu.”“Maaf. saya nggak punya urusan lagi sama Bu Weni.” Qizha berjalan mendekati wanita itu. “Sampaikan saja ke beliau kalau saya nggak bisa menemuinya. Dia bisa memanggil OB yang berkepentingan dengan beliau. Bukan saya. Permisi.” Qizha berlalu pergi.Masih ingat di pikiran Qizha bagaimana perlakuan Bu weni terhadapnya, yang dengan semena- mena memerintah Qizha, bahkan mengatur- ngatur dengan suara keras, tatapan bengis, bahkan sok berkuasa. Terakhir kali, Weni memintanya menyusun file di gudang di luar jam kerja, namun j

  • Suami Preman Ternyata Sultan   40. Dibawa Pergi CEO

    "Apa yang terjadi?" tanya Qasam, pria dengan wajah bersih, rambut klimis oleh minyak rambut, plus penampilan khas stelan jas yang menunjukkan kewibawaannya. Dia benar- benar jauh berbeda dengan sosok Qasam yang menjadi suaminya. Wajahnya bersih sekali. Sedangkan Qasam yang selama ini berpenampilan seperti preman itu memiliki kulit wajah yang kusam, rambut gondrong acak- acakan, tentu saja Qizha tak bisa mengenali wajah itu. Penyamaran Qasam sungguh sempurna.Brak brak brak...Terdengar suara pintu gudang digedor dari arah dalam, berisik sekali."Qizha, keluarkan aku!" Suara keras itu bersumber dari dalam gudang."Siapa itu?" tanya Qasam masih merangkul tubuh Qizha yang lemas."Bu Weni.""Kau mengurungnya?" tanya Qasam."Dia menyerang saya sampai saya jadi begini," sahut Qizha, takut disalahkan. Jika pandangan Qasam terhadapnya berubah gara- gara kejadian ini, bisa mampus dia. Tak ada lagi orang yang melindunginya.Qasam menatap darah yang mengalir di sudut bibir Qizha. Penampilan Qiz

  • Suami Preman Ternyata Sultan   41. Disentuh CEO

    “Ada masalah apa kau dengan Weni?” tanya Qasam dengan suara tenang.Qizha mendadak merasa canggung dan tegang. Apakah ia akan dihakimi?“Nggak ada masalah apa- apa. Saya bahkan nggak tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran Bu Weni, kenapa dia nggak suka sama saya. Dia terus- terusan saja memusuhi saya. Dia menghina, memojokkan, bahkan menyerang saya. Sampai akhirnya mau mencelakai saya. Saya nggak punya kesalahan apa- apa sama dia, tapi dia terus membenci saya seolah saya ini musuh besarnya.”Capek- capek Qizha menjelaskan sesuatu yang jelas sudah diketahui alasannya oleh Qasam. Andai saja Qizha tahu kalau penjelasannya itu percuma, tentu dia tak akan bicara panjang lebar hanya untuk hal yang sia- sia.“Setahuku Weni adalah staf yang baik,” ucap Qasam.“Apakah ini maksudnya bapak nggak percaya sama saya?” lirih Qizha.“Tidak ada asap jika tidak ada api. Awalnya kau mendapatkan jabatan sekretaris, lalu kini menjadi OB. Apakah itu alasannya sehingga kau bersikap semena- mena pa

  • Suami Preman Ternyata Sultan   42. Dinodai CEO

    Pemandangan yang menyembul di balik kemeja menjadi pusat perhatian Qasam. Pria itu menundukkan kepala dan berkata pelan, "Kau akan menyerahkan milikmu kepadaku sekarang."Seluruh tenaga Qizha benar- benar hilang, bahkan untuk mengangkat kepala pun tak bisa lagi, Jika ia memiliki kekuatan, tentu ia sudah melakukan perlawanan kuat.Sedikit demi sedikit, kesadarannya pun mulai memudar. Namun ia masih bisa merasakan apa yang terjadi dengan jelas ketika sang CEO menikmati sisi sensitif di dadanya, pria itu nyaris seperti bayi. Kemeja Qizha dilepas sempurna, kemudian celananya dipelorotkan ke bawah. Kini Qizha tanpa busana. Tak sehelai pun menutupinya. Ah, kemana tenaganya? Kenapa tubuhnya jadi lemas sekali tanpa kekuatan apa pun? Sama sekali tak bisa melakukan pemberontakan.Tangannya terangkat hendak melawan, namun kembali terjatuh dengan lemas.Ia merasakan sentuhan demi sentuhan, bahkan ia merasakan sensasi saat area inti menjadi pusat sasaran lelaki itu. Air mata Qizha berderai dari

  • Suami Preman Ternyata Sultan   43. Bujukan Qasam

    Qizha membuka kelopak mata secara perlahan, kepalanya berdenyut. Tubuhnya pegal semua. Bagian sensitifnya terasa ngilu saat ia bergerak.Hah? Apa yang telah terjadi padanya? Qizha menatap tubuhnya yang terbaring di sofa tanpa lapisan sehelai benang pun. Pakaiannya berserakan di segala arah.Lalu tangisnya pecah saat teringat kejadian terakhir. Ah, pria kejam itu telah melecehkannya. Pria itu telah merenggut kesucian yang dia jaga dengan baik selama ini. Benar- benar pria biadab! Dengan segala bujuk rayu, pria itu berusaha mendapatkan Qizha. Cih, tapi Qizha sama sekali tidak tertarik. Dia pasrah saat lelaki itu menggagahinya bukan karena rela, tapi tak sanggup melawan rasa lemas.Qizha ingat bagaimana lelaki itu menggagahinya, ingat bagaimana pria itu memberikan sentuhan- sentuhan hangat, juga ingat bagaimana benda asing itu mengoyak selaput dara miliknya. Kini ia tidak lagi memiliki mahkota yang bisa dia banggakan kepada sang suami.Qizha benar- benar merasa hancur. Ia m

  • Suami Preman Ternyata Sultan   44. Jangan Cerai

    Tatapan Qasam fokus ke tubuh Qizha yang terbaring di atas kasur. Hidungnya mungil dan mancung. Bulu matanya lentik, bibirnya merah ranum. Kembali bayangan insiden hangat itu terekam di kepala Qasam. Ia ingat bagaimana Qizha terlihat pasrah di bawahnya, lalu dengan leluasa Qasam melakukan apa saja terhadap Qizha. Termasuk melakukan penyatuan panas itu. Tubuh Qasam tiba- tiba memanas mengenang hal itu. Namun detik berikutnya kepalanya menggeleng.Plak!Tangan Qizha terhempas dan jatuh ke bawah, menempel tepat di paha Qasam. Sentuhan tangan Qizha di paha Qasam membuat pria itu merasakan sensasi yang berbeda. Aneh, semenjak ia melakukan hubungan badan dengan Qizha, kenapa perasaannya jadi berubah begini? Seperti ada sesuatu yang menggelora bilamana ia berdekatan apa lagi sampai bersenggolan begini?Ah ya ampun, jangan bilang Qasam menikmati hubungan itu hingga menimbulkan perasaan yang menagih.Tapi… apakah salah kalau seorang suami menikmati berhubungan dengan istrinya sendiri?“Eumhh

Bab terbaru

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status