Beranda / Pernikahan / Suami Preman Ternyata Sultan / 102. Terpandang dan Terhormat

Share

102. Terpandang dan Terhormat

Penulis: Emma Shu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aku sebenarnya juga nggak suka Mas Qasam menikah dengan wanita yang nggak Mas Qasam cintai. Itu pasti hanya akan membuat beban hidup Mas Qasam jadi makin berat. kasihan sekali Mas Qasam,” sambung Wafa lagi.

Qasam diam saja. membiarkan Wafa mengungkapkan apa saja.

Jika Qizha memiliki suami yang mencintainya, tentu sang suami akan membelanya., menjaga hatinya dari serangan kalimat- kalimat julid yang menyakiti. Tapi ini Qizha harus berjuang sendiri.

“Cepat habiskan makanmu! Kita akan ke kantor!” Qasam melangkah pergi meninggalkan meja.

Qizha buru- buru menghabiskan makan, lalu meneguk minum separuh.

“Hei, jangan tinggalkan minummu begitu saja! ini maish ada separuh. Kau harus menghabiskannya. Sususmu ini mahal!” seru Amira.

Qizha yang sudah dua langkah meninggalkan meja, kembali ke meja dan meneguk susu sampai habis. Sebenarnya perutnya mual menghabiskan susu itu karena sudah kenyang, tapi nenek itu pasti akan memakinya jika ia membantah.

Beginilah nasib menantu yang sed
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
qasam,awas ya kalo kamu nanti bucin kepada qizha
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
sabar, qizha.g'usah dengerin omongan orang.mereka hanya iri kepadamu
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Hadapi mereka yg tdk suka dg elegan tanpa mengotori tanganmu, mereka tdk tahu kebenaran yg terjadi....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Preman Ternyata Sultan   103. Bikin Merinding

    “Nona Qizha!” Gafar yang berjalan dari arah ujung koridor, berseru seraya mendekati Qizha.“Ya, pak?” Qizha menghadap Gafar.“Selamat ya, Nona. Akhirnya posisi Anda kembali seperti yang seharusnya yaitu menjadi sekretaris,” ungkap Gafar bangga.“Terima kasih, Pak.” “Tidak sia- sia Nona Qizha selama ini menjadi OB. Pada akhirnya kesabaran Nona pun terjawab juga.”Qizha tersenyum. “Oh ya, tolong sampaikan kepada Bu Weni, suruh temui sekretaris sekarang. Saya ada perlu.”“Bu Weni?”“Iya. Staf administrasi itu.” “Apakah ada pekerjaan Non Qizha yang berkaitan dengan Bu weni? Ataukah ada hal pentingdi luar pekerjaan yang perlu dibahas dengan Bu Weni?” gafar bingung. Setahunya, tak ada kaitan antara pekerjaan Qizha dan Weni.Qizha hanya tersenyum, kemudian berkata, “Saya minta tolong panggil saja beliau. Sampaikan supaya dia menghadap saya ya, Pak!”Qizha kemudian masuk ke ruangannya. Ia tersenyum melihat ruangan itu. sudah sejak dulu ia mendambakan kursi tersebut, akhirnya Allah

  • Suami Preman Ternyata Sultan   104. Kegilaan

    “Saya nggak yakin Pak Qasam akan memecat saya,” balas Weni.“Kok bisa?”“Karena saya kan disuruh Pak Qasam.”“Maksudmu?” Qizha membelalak.“Mm… duh keceplosan.” Weni menabok bibirnya sendiri sambil menunduk.“Udah. Bicara saja. Nggak apa- apa kok.”Weni menggeleng.“Kalau nggak mau bicara, ya nggak apa- apa. palingan masuk daftar nama- nama yang dipec…”“Kemarin itu yang menyuruh saya menindas Bu qizha ya Pak Qasam,” potong Weni cepat.Qizha mendengus. Owalah, rupanya biang keroknya Qasam juga. Pantesan Weni berani berbuat semena- mena terhadapnya, rupanya dibackingi sama bos besar.“Saya nggak berani membantah, ya sudah saya lakukan saja. Jadi tolong jangan kasih saya nilai jelek untuk kemudian dipecat. Semua itu saya lakukan atas perintah Pak Qasam.” Weni memohon.“Lalu… OB bernama Zola dan semua orang yang menjahatiku itu juga atas perintah Pak Qasam?” tanya Qizha.“Benar. Mereka melakukannya karena disuruh Pak Qasam. Sebenarnya kami juga tidak tega berbuat hal itu. T

  • Suami Preman Ternyata Sultan   105. Kehabisan Oksigen

    "Ini nggak lucu!" Qizha sedikit melirik ke arah sekitar, ia menjadi pusat perhatian semua orang."Dimana suamimu?" tanya Hasan."Lebih baik kamu tenangkan dirimu sebelum bicara dengannya.""Aku sudah mencarinya di ruangannya, tapi tidak menemukannya. Sepertinya Qasam tidak akan mau keluar jika tidak dipancing." Hasan menarik pergelangan tangan Qizha."Hei, lepaskan!" Hasan menggeret Qizha, tubuh mungil itu terseret mengikuti tarikan Hasan. "Apa yang kau lakukan?" Fahri mengejar Hasan dan menarik lengan Qizha hingga wanita itu terlepas dari pegangan Hasan. "Ini di kantor. Kenapa kau berbuat seperti ini?""Pecundang itu tidak mau menemuiku. Maka dia harus dipancing dengan cara ini," sahut Hasan."Apa yang kau mau?" tanya Fahri."Aku mau menuntut banyak pada Qasam. Kenapa dia memecatku? Ini menjijikkan sekali.""Sebaiknya kau selesaikan urusan pribadimu dengan Qasam. Kalian punya urusan pribadi yang seharusnya tidak bisa dicampurkan dengan urusan pekerjaan.”“Qasam lakukan ini karena d

  • Suami Preman Ternyata Sultan   106. Dituduh Maling

    Qizha menekan handle, tapi pintu terkunci. Ia meraih hp di tas. Menelepon Qasam. Telepon tersambung, tapi tak ada sahutan. "Qasam, jawab dong. Duh!" Qizha mendengus. Kalau seandainya Qizha keluar dari mobil dan membuka kunci begitu saja, apakah semua akan baik- baik saja? Apakah alarm tidak akan berbunyi? Pastinya alarm akan berbunyi sangat keras dan membuat seisi penghuni rumah kaget. Okelah, sehubungan Qasam tak mau menolongnya, maka jangan salahkan Qizha jika ia membuat ulah.Qizha menekan kunci di sisi handle. Klek. Pintu terbuka dan didorong.Benar, dugaannya. Wing tot wing tot wing tot... Alarm mobil berbunyi sangat kuat sekali. Mana bunyinya naeh sekali. Seketika, satpam pun menghambur ke garasi, mengecek garasi dengan tatapan mata seperti elang, yang menyorot dengan sempurna ke arah mobil milik Qasam."Hei, maling!" Satpam berlari mendekat ke arah Qizha. Ia langsung mencengkeram pergelangan tangan majikannya itu dengan erat. Dia menatap seperti seorang hakim pada terdakw

  • Suami Preman Ternyata Sultan   107. Menjadi Terdakwa

    Habiba melipat tangan di dada. Tatapannya tegas ke Qizha."Benarkah kau berniat maling?" tanya Habiba."Sebelumnya, apakah boleh aku bertanya, Ma?""Apa?""Apakah mama percaya aku memiliki niat maling?"Jika bukan kepada Habiba, Qizha tentu tak akan bersedia menanyakannya. Namun, ia sadar sedang berhadapan dengan wanita berhati baik, maka ia berani mengutarakannya. "Tidak. Aku tidak yakin kamu melakukannya. Rasanya hati busuk itu tidak tercermin dalam dirimu." Habiba mengangkat alis. "Benarkah begitu?"Qizha tersenyum. Betapa beruntung memiliki.mertua sebaik Habiba."Aku pulang bareng sama Qasam. Tapi aku ketiduran di mobil. Jam segini aku baru terjaga karena merasa kehabisan oksigen." Qizha menjelaskan dengan detil. "Pintu mobil terkunci saat aku terjaga, dan mama pasti tahu sendiri apa yang terjadi saat pintu mobil dibuka dari dalam saat dalam keadaan terkunci. Alarmnya bunyi. Akhirnya aku dipergoki sebagai maling."Habiba menatap satpam. "Sudah, Pak. Biar aku yang urus. Bapak kemb

  • Suami Preman Ternyata Sultan   108. Kuat

    Qizha tersenyum lebar menatap wajah sangar Qasam. Biarkan saja Qasam tak menyukai tingkahnya. Qizha tak akan berhenti berusaha mengubah keadaan. Entah keadaan itu akan berubah atau tidak, namun Qizha tak akan putus asa untuk berikhtiar.“Jangan marah padaku, sebab keadaannya memang sulit. Kamu meninggalkan aku dalam keadaan aku sedang tidur pulas. Semuanya nggak akan terjadi kalau kamu…”“Diamlah! Tidur sana!” Qasam melempar bantal ke wajah Qizha, membuat wanita itu spontan menangkapnya.Ya Allah… begini amat menjadi istri yang dibenci suami sendiri. Qizha meletakkan bantal ke lantai. Seperti biasa, ia menggelar selimut untuk dijadikan alas badannya.Tubuhnya direbahkan di atas selimut, tak lupa menyelimuti badan dengan selimut pula. Setengah jam berbaring, ia tak bisa tidur. Gelisah.“Qasam, kamu udah tidur?” Qizha menatap cermin di depannya, wajah Qasam terpantul di sana. Pria tu berbaring menghadap ke arah cermin hingga Qizha dengan mudah menatapnya.“Jangan berisik!”

  • Suami Preman Ternyata Sultan   109. Wanita Menyebalkan

    Tak mau terus mengobrol dengan Qizha, Qasam melenggang keluar. Ingin menjauh dari Qizha supaya telinganya tak lagi mendengar suara wanita itu.Namun, bukannya terlepas dari Qizha, Qasam malah diikuti oleh wanita itu. Istrinya itu bahkan kini mengiringi langkahnya. Dengan cepat, tangan mungil Qizha membukakan pintu kamar untuk suaminya. Senyum Qizha mengembang lebar menatap Qasam yang malah berhenti. Pria itu menoleh. Kemudian melenggang keluar bersamaan dengan Qizha yang juga melangkah keluar kamar.Mereka terkejut saat berpapasan dengan seorang wanita asing. Dipastikan wanita itu adalah pembantu, mengenakan pakaian seragam warna hitam khas pembantu di rumah itu. Bukan karena ada pembantu baru yang membuat keduanya terkejut saat bertemu dengan pembantu baru, tapi wajah pembantu itulah yang membuat mereka merasa kaget. Mereka sangat mengenali wajah itu. “Sina?” Qizha menyebut nama adiknya. Tak lain adik tiri yang selama ini selalu menguji kesabarannya. “Kamu?”Sama terk

  • Suami Preman Ternyata Sultan   110. Demi Qasam

    Qasam bangkit berdiri meninggalkan meja makan.Lagi- lagi ia diikuti oleh Qizha. "Stay di rumah!" titah Qasam."Loh, kenapa? Bukannya aku nggak dikasih ijin buat mangkir? Kok malah disuruh stay di rumah?" Qizha bingung."Aku muak diikuti olehmu. Aku tidak mau sampai khilaf dan memukulmu," sahut Qasam sambil berjalan menuju ke ruang tamu. "Biar aku berangkat ke kantor sendiri. Aku tidak mau melihat mukamu hari ini.""Oh... Baiklah. Meski sebenarnya aslinya kamu itu kasihan padaku dan memberiku ijin dengan alasan nggak mau lihat mukaku lagi, aku bersyukur akhirnya bisa berdiam dan istirahat di rumah. Makasih ya."Qasam rasanya ingin menjitak wanita yang terus mengikutinya itu. Muak sekali. "Aku akan ada pekerjaan khusus dan aku harus fokus. Ini menyangkut dengan prestasiku di mata papa. Jika aku berhasil dalam tugas khusus hingga mempresentasikannya dengan sempurna, maka aku akan bisa memegang jabatan penting di perusahaan lain milik papa. Ini demi prestasiku, dan aku harus mendapatk

Bab terbaru

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status