Bima dan Ziko hanya bisa memendam kekesalan mereka saat Tuan Ibrahim mengumumkan kalau mulai hari itu Sellandra telah resmi menjadi direktur utama di Latief Group. Dan pengumuman ini di sambut dengan penuh sukacita oleh para pegawai, khususnya bagi mereka yang pro terhadap kepemimpinan Sellandra. Berbagai ucapan selamat tak henti di terima oleh Sellandra, yang mana hal tersebut membuat Bima dan Ziko kian meradang.“Selamat atas jabatan baru anda, Nona Sellandra. Kami berharap Latief Group akan semakin sukses di bawah kepemimpinan anda,” ucap salah seorang karyawan.“Terima kasih. Kalau begitu mari kita sama-sama berjuang untuk memajukan perusahaan ini. Oke?” sahut Sellandra dengan ramah.Tak tahan melihat Sellandra yang seperti di dewakan oleh semua orang, Bima diam-diam menyelinap pergi dari sana. Dia lalu berjalan cepat menuju ruangannya sambil melonggarkan dasi yang terpasang di kerah baju. Sungguh, yang di takutkan oleh Bima ben
Sellandra tersenyum hangat saat Ero masuk ke dalam mobil. Sambil memperhatikannya yang sedang memakai seatbelt, Sellandra menanyakan sesuatu hal yang seharian ini sangat amat mengganggu perasaannya. Dia merasa sangat tidak nyaman.“Ero, kemarin aku belum sempat bertanya tentang apa yang kau katakan pada sekertaris Fang. Seharian ini aku terus di buat penasaran mengapa Komisaris Aeron Group mengirimkan bunga sebagai ucapan selamat atas di angkatnya aku sebagai direktur utama di Latief Group. Kalau boleh tahu kata apa yang telah kau sampaikan pada sekertaris Fang sehingga atasannya bisa langsung menyetujui rencana kita dan mengirim Tuan Kai ke perusahaan. Jujur, ini sangat menyita perhatianku. Jadi bisakah kau menceritakan apa yang kau bicarakan dengan sekertaris Fang kemarin?”“Waktu itu aku hanya bilang kalau kau sedang kesulitan menghadapi seseorang yang begitu ingin menjatuhkan Latief Group. Aku juga meminta tolong pada sekertaris Fang agar menyampaikan pada Komisaris kalau kau seda
Setelah memastikan Sellandra masuk ke dalam rumah, barulah Ero pergi mengambil sepeda bututnya yang dia titipkan di pos satpam. Dia lalu menghubungi seseorang sembari menatap lurus ke arah depan. Tatapan matanya sangat dingin, sangat jauh berbeda dari Ero yang selama ini di kenal oleh istrinya.“Datanglah kemari. Aku akan pulang ke rumah utama,” ucap Ero pada seseorang yangdi teleponnya.Seusai menelpon Ero segera memasukkan ponselnya ke saku celana kemudian mulai mengayuh sepedanya. Sembari menunggu kedatangan seseorang, Ero melihat-lihat pemandangan yang ada di sana. Dia lalu menyunggingkan senyum tipis ketika sampai di depan sebuah rumah yang merupakan yang paling bagus di komplek tersebut. Mungkin bagi yang melihat reaksi Ero sekarang akan menganggapnya sebagai orang miskin yang sedang berandai-andai memiliki rumah yang megah. Namun, yang sebenarnya bukanlah seperti itu. Ero, dia adalah pemilik dari rumah megah tersebut. Kenapa Ero? Bagaimana mungkin di
“Tuan Cakra Nyonya Kinara, Tuan Almero dan Tuan Kai datang berkunjung,” ucap seorang pelayan sembari membungkukkan tubuh ke arah majikannya yang kala itu tengah duduk bersebelahan sambil memainkan piano.Gerakan tangan Cakra dan Kinara langsung terhenti saat mereka mendengar laporan dari pelayan. Setelah itu mereka saling berpandangan heran.“Selarut ini?” gumam Cakra.“Jangan mengeluh. Almero sangat sibuk, wajar kalau dia datang di jam seperti ini. Kita harus bisa memahaminya,” ucap Kinara seraya membelai pelan punggung suaminya.“Hmmm, baiklah. Ayo.”Cakra dengan mesra mengulurkan tangan pada Kinara lalu menggandengnya keluar menemui putra mereka yang super sibuk itu. Dan ketika mereka sampai di ruang tamu, Cakra dan Kinara di buat terheran-heran akan penampilan Almero yang terlihat sangat luar biasa formal. Sungguh aneh. Biasanya anak ini hanya akan memakai pakaian santai ketika datang berkun
Karena hari ini adalah hari libur, Sellandra memutuskan untuk jogging di sekitar komplek rumahnya. Waktu yang menunjukkan pukul setengah enam pagi membuat Sellandra bisa merasakan sejuknya udara di pagi hari saat embun masih menyelimuti udara. Dengan mengenakan stelan olahraga yang dipadupadankan dengan jaket berwarna putih, Sellandra berlari-lari sambil sesekali merentangkan kedua tangan menikmati udara yang begitu sejuk. Semenjak mendiang sang kakek sakit-sakitan, Sellandra jarang mempunyai waktu untuk mencari kesenangan seperti ini. Seluruh waktunya hanya di habiskan untuk mengurusi pekerjaan dan merawat kakeknya. Namun setelah Ero hadir, secara perlahan beban yang bertengger di pundak Sellandra mulai berkurang. Entah ini hanya perasaannya saja atau memang seperti itu kenyataannya, yang jelas sekarang Sellandra merasakan kalau segala sesuatunya menjadi jauh lebih mudah setelah dia menikah dengan Ero. Kehadiran suaminya itu seakan mengangkat beban yang hampir membuat Sellandra fru
“Nyonya Kasturi, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda. Mereka dari keluarga Smith,”Bola mata Kasturi, Ziko dan Felita langsung membulat lebar begitu pelayan memberitahu nama belakang dari tamu yang datang berkunjung ke rumah. Setelah itu mereka bertiga saling melempar tatapan bingung sekaligus bahagia. Mimpi apa mereka semalam sampai kediaman mereka di datangi oleh keluarga yang paling berpengaruh di Shanghai.“K-kau … segera siapkan jamuan untuk mereka. Harus yang mewah. Mengerti?” perintah Kasturi pada pelayan. Suaranya sampai tergagap saking senangnya akan kedatangan tamu tersebut.“Mengerti, Nyonya.”“Kalau begitu tunggu apalagi. Cepat pergi. Cepat!”Felita mengelus punggung ibu mertuanya yang sedang kesenangan begitu tahu kalau keluarga Smith datang berkunjung. Entah angin apa yang membawa mereka kemari, yang jelas ini adalah sebuah keberuntungan yang sangat luar biasa. Meski tak ikut campur dengan urusan kantor, tapi Felita tahu dengan pasti kalau ada hubungan tak biasa anta
“Aku tidak mau!”Sellandra dengan tegas menolak perintah sang nenek yang memintanya agar menceraikan Ero. Dia yang baru saja kembali dari berolahraga sangat syok ketika diminta untuk bercerai setelah keluarga Smith datang berkunjung. Sudah pasti permintaan tidak masuk akal ini langsung di tolak tegas oleh Sellandra. Sudah gila apa. Sellandra tidak seserakah itu sampai harus mengorbankan hubungannya dengan Ero yang mulai … menghangat.“Nenek, tanpa mengurangi rasa hormatku kepada Nenek dengan tegas aku menolak untuk bertemu dengan Tuan dan Nyonya Smith. Aku ini sudah menikah dengan Ero, Nek. Jadi bagaimana mungkin aku menemui keluarga dari pria asing yang bahkan aku sendiri tidak mengenalnya. Dan juga … sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikan Ero. Dia suamiku. Akan selalu seperti itu sampai kapanpun juga!” ucap Sellandra dengan lantang menegaskan kalau dia tidak akan menceraikan Ero. Tidak akan.PlaaakkkkZik
Nadia duduk diam sambil memperhatikan Ero yang tengah mengompres luka lebam di pipi Sellandra. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka kalau Ero akan muncul dan membela mereka di hadapan keluarganya. Moment ini benar-benar sangat mengharukan. Terlebih lagi setelah Nadia menyaksikan sendiri betapa Ero begitu peduli akan Sellandra, hatinya semakin yakin kalau menantu yang dipilihkan oleh mendiang ayah mertuanya adalah yang terbaik.“Awwhhh,” ringis Sellandra ketika luka di pipinya sedikit tertekan tangan Ero.Fuuhh fuuhhhhMelihat Sellandra meringis kesakitan, Ero dengan hati-hati meniup luka memar di pipinya. Entahlah. Perasaannya saat ini sangat sulit untuk digambarkan. Selalu dan selalu saja dia terlambat menyelamatkan Sellandra dari kejahatan nenek tua itu. Andai saja tadi Ero datang lebih cepat, pipi Sellandra pasti tidak akan terluka seperti ini. Benar-benar keluarga yang sangat kejam. Tega sekali Nyonya Kasturi memperlakukan cucunya sendiri sam