Setelah memastikan Sellandra masuk ke dalam rumah, barulah Ero pergi mengambil sepeda bututnya yang dia titipkan di pos satpam. Dia lalu menghubungi seseorang sembari menatap lurus ke arah depan. Tatapan matanya sangat dingin, sangat jauh berbeda dari Ero yang selama ini di kenal oleh istrinya.
“Datanglah kemari. Aku akan pulang ke rumah utama,” ucap Ero pada seseorang yangdi teleponnya.
Seusai menelpon Ero segera memasukkan ponselnya ke saku celana kemudian mulai mengayuh sepedanya. Sembari menunggu kedatangan seseorang, Ero melihat-lihat pemandangan yang ada di sana. Dia lalu menyunggingkan senyum tipis ketika sampai di depan sebuah rumah yang merupakan yang paling bagus di komplek tersebut. Mungkin bagi yang melihat reaksi Ero sekarang akan menganggapnya sebagai orang miskin yang sedang berandai-andai memiliki rumah yang megah. Namun, yang sebenarnya bukanlah seperti itu. Ero, dia adalah pemilik dari rumah megah tersebut. Kenapa Ero? Bagaimana mungkin di
“Tuan Cakra Nyonya Kinara, Tuan Almero dan Tuan Kai datang berkunjung,” ucap seorang pelayan sembari membungkukkan tubuh ke arah majikannya yang kala itu tengah duduk bersebelahan sambil memainkan piano.Gerakan tangan Cakra dan Kinara langsung terhenti saat mereka mendengar laporan dari pelayan. Setelah itu mereka saling berpandangan heran.“Selarut ini?” gumam Cakra.“Jangan mengeluh. Almero sangat sibuk, wajar kalau dia datang di jam seperti ini. Kita harus bisa memahaminya,” ucap Kinara seraya membelai pelan punggung suaminya.“Hmmm, baiklah. Ayo.”Cakra dengan mesra mengulurkan tangan pada Kinara lalu menggandengnya keluar menemui putra mereka yang super sibuk itu. Dan ketika mereka sampai di ruang tamu, Cakra dan Kinara di buat terheran-heran akan penampilan Almero yang terlihat sangat luar biasa formal. Sungguh aneh. Biasanya anak ini hanya akan memakai pakaian santai ketika datang berkun
Karena hari ini adalah hari libur, Sellandra memutuskan untuk jogging di sekitar komplek rumahnya. Waktu yang menunjukkan pukul setengah enam pagi membuat Sellandra bisa merasakan sejuknya udara di pagi hari saat embun masih menyelimuti udara. Dengan mengenakan stelan olahraga yang dipadupadankan dengan jaket berwarna putih, Sellandra berlari-lari sambil sesekali merentangkan kedua tangan menikmati udara yang begitu sejuk. Semenjak mendiang sang kakek sakit-sakitan, Sellandra jarang mempunyai waktu untuk mencari kesenangan seperti ini. Seluruh waktunya hanya di habiskan untuk mengurusi pekerjaan dan merawat kakeknya. Namun setelah Ero hadir, secara perlahan beban yang bertengger di pundak Sellandra mulai berkurang. Entah ini hanya perasaannya saja atau memang seperti itu kenyataannya, yang jelas sekarang Sellandra merasakan kalau segala sesuatunya menjadi jauh lebih mudah setelah dia menikah dengan Ero. Kehadiran suaminya itu seakan mengangkat beban yang hampir membuat Sellandra fru
“Nyonya Kasturi, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda. Mereka dari keluarga Smith,”Bola mata Kasturi, Ziko dan Felita langsung membulat lebar begitu pelayan memberitahu nama belakang dari tamu yang datang berkunjung ke rumah. Setelah itu mereka bertiga saling melempar tatapan bingung sekaligus bahagia. Mimpi apa mereka semalam sampai kediaman mereka di datangi oleh keluarga yang paling berpengaruh di Shanghai.“K-kau … segera siapkan jamuan untuk mereka. Harus yang mewah. Mengerti?” perintah Kasturi pada pelayan. Suaranya sampai tergagap saking senangnya akan kedatangan tamu tersebut.“Mengerti, Nyonya.”“Kalau begitu tunggu apalagi. Cepat pergi. Cepat!”Felita mengelus punggung ibu mertuanya yang sedang kesenangan begitu tahu kalau keluarga Smith datang berkunjung. Entah angin apa yang membawa mereka kemari, yang jelas ini adalah sebuah keberuntungan yang sangat luar biasa. Meski tak ikut campur dengan urusan kantor, tapi Felita tahu dengan pasti kalau ada hubungan tak biasa anta
“Aku tidak mau!”Sellandra dengan tegas menolak perintah sang nenek yang memintanya agar menceraikan Ero. Dia yang baru saja kembali dari berolahraga sangat syok ketika diminta untuk bercerai setelah keluarga Smith datang berkunjung. Sudah pasti permintaan tidak masuk akal ini langsung di tolak tegas oleh Sellandra. Sudah gila apa. Sellandra tidak seserakah itu sampai harus mengorbankan hubungannya dengan Ero yang mulai … menghangat.“Nenek, tanpa mengurangi rasa hormatku kepada Nenek dengan tegas aku menolak untuk bertemu dengan Tuan dan Nyonya Smith. Aku ini sudah menikah dengan Ero, Nek. Jadi bagaimana mungkin aku menemui keluarga dari pria asing yang bahkan aku sendiri tidak mengenalnya. Dan juga … sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikan Ero. Dia suamiku. Akan selalu seperti itu sampai kapanpun juga!” ucap Sellandra dengan lantang menegaskan kalau dia tidak akan menceraikan Ero. Tidak akan.PlaaakkkkZik
Nadia duduk diam sambil memperhatikan Ero yang tengah mengompres luka lebam di pipi Sellandra. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka kalau Ero akan muncul dan membela mereka di hadapan keluarganya. Moment ini benar-benar sangat mengharukan. Terlebih lagi setelah Nadia menyaksikan sendiri betapa Ero begitu peduli akan Sellandra, hatinya semakin yakin kalau menantu yang dipilihkan oleh mendiang ayah mertuanya adalah yang terbaik.“Awwhhh,” ringis Sellandra ketika luka di pipinya sedikit tertekan tangan Ero.Fuuhh fuuhhhhMelihat Sellandra meringis kesakitan, Ero dengan hati-hati meniup luka memar di pipinya. Entahlah. Perasaannya saat ini sangat sulit untuk digambarkan. Selalu dan selalu saja dia terlambat menyelamatkan Sellandra dari kejahatan nenek tua itu. Andai saja tadi Ero datang lebih cepat, pipi Sellandra pasti tidak akan terluka seperti ini. Benar-benar keluarga yang sangat kejam. Tega sekali Nyonya Kasturi memperlakukan cucunya sendiri sam
Sellandra tersenyum ke arah sang ibu yang tengah berdiri di sebelahnya. Dia kemudian mengelus tangannya dengan lembut, paham kalau sang ibu tengah mengkahwatirkan perasaannya.“It’s oke, Bu. Aku baik-baik saja.”“Bagaimana bisa kau berkata baik-baik saja di saat Ibu tahu kalau kau sebenarnya sangat tidak ingin bertemu dengan mereka, Sell,” sahut Nadia seraya menghela nafas panjang. Di tatapnya wajah Sellandra penuh rasa iba. Putrinya begitu baik, tapi kenapa selalu mendapat perlakuan tak adil dari keluarganya sendiri. Nadia sungguh tak habis pikir setiap kali mengingat perbuaant kejam yang dilakukan oleh ibu mertua dan juga adik iparnya. Bagi Nadia, tidak ada apa-apa kalau dia yang disakiti, Nadia sabar menghadapinya. Akan tetapi Sellandra, Nadia sungguh tak tega. Apa mereka sama sekali tidak merasa kasihan menyakiti seorang anak yang sudah tidak memiliki ayah lagi? Entahlah, hanya Tuhan dan mereka saja yang tahu.Mas Riandi, putri kita disakiti sampai sebegini dalamnya oleh nenek dan
“Kintan, ayo kita menikah!”PraanngggKintan tak sengaja menjatuhkan gelas yang sedang dipegangnya saat mendengar ucapan Davis yang mengajaknya untuk menikah. Meski hal ini sudah termasuk ke dalam rencana Kintan dan kakaknya, tetap saja Kintan merasa keget mendengarnya. Bukannya apa. Dia hanya tak menyangka kalau Davis akan secepat ini mengajaknya menikah. Apalagi selama dua minggu ini Davis terkesan menghindar dan menolak untuk bertemu. Jadi wajar sajakan kalau Kintan bereaksi seperti sekarang saat pion yang sedang dia incar mendadak mengajaknya masuk ke dalam permainan yang baru? Luar biasa.Pucuk di cinta ulampun tiba. Akhirnya kau masuk juga ke dalam perangkapku, Davis. Haha, ujar Kintan membatin.“Bagaimana? Kau bersedia tidak kalau kita menikah?” tanya Davis mendesak Kintan agar segera menjawab tawarannya.“Ekhmmm, Davis. Jujur aku sangat kaget mendengar hal ini. Bukannya aku tidak bersedia, hanya saja kita ini k
Bima dengan penuh sukacita memeluk Kintan yang baru saja menyampaikan kabar bahagia. Akhirnya setelah beberapa hari Bima dibuat stress gara-gara Davis yang terus menghindari adiknya, malam ini dia mendengar kabar baik juga. Si pion bodoh itu akhirnya berdiri di pihak mereka juga. Bahkan dengan kesadaran diri menyatakan ingin membalas dendam pada Sellandra. Ini kabar yang sangat luar biasa baik bukan? Ibarat kata pepatah, sekali tepuk dua tiga pulau terlampaui. Haha.“Kebodohan Davis adalah jackpot yang sangat luar biasa untuk kita berdua, Kak. Aku sungguh tidak menyangka kalau dia akan langsung mengajakku menikah begitu kami berjumpa. Beruntung sekali bukan?” ucap Kintan saat sang kakak mengurai pelukan mereka. Dan Kintan patuh-patuh saja saat sang kakak mengajaknya untuk duduk di sofa.“Kau benar, Kintan. Haihh, tidak kusangka seorang manager dari perusahaan sebesar Aeron Group bisa sebodoh ini. Sulit dimengerti,” sahut Bima seraya mendudukkan
Tujuh tahun kemudian .... "Ayaahhh!"Suara teriakan lucu langsung menyambut kepulangan Almero yang baru saja kembali dari melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Melihat kedua anaknya berlarian ke arahnya membuat Almero tampak kegirangan. Segera dia berjongkok di lantai lalu merentangkan kedua tangannya untuk menyambut pelukan dari Rogert dan Adriana. "Aduhh anak-anak Ayah yang cantik dan tampan. Apa kabar, hm? Rindu Ayah tidak?" tanya Almero sambil mencium pipi kedua anaknya secara bergantian. Dia gemas sekali melihat kedua bocah ini. Sungguh. "Kabar kami sangat baik, Ayah. Ibu juga baik," jawab Rogert dengan lancar. Dia lalu mengelus rambut adiknya yang sedang merebah manja di bahu sang ayah. "Sekarang kau sudah tidak sedih lagi, kan? Ayah sudah kembali ke rumah. Jangan menangis lagi ya?""Iya, Kak," sahut Adriana patuh. "Lho, kenapa adikmu bisa menangis? Apa yang terjadi?""Adriana bilang dia sangat merindukan Ayah. Jadi setiap mau tidur dia akan selalu menangis dan bertanya
"Hati-hati, sayang," ucap Almero sambil membantu mengantarkan Sellandra ke dalam kamar mandi. "Ughhh, begah sekali perutku. Aku sampai sulit bernafas, Ero," sahut Sellandra terengah. "Apa yang harus aku lakukan agar kau bisa merasa lebih nyaman? Rasanya sakit melihatmu kesulitan seperti ini, sayang."Sellandra tertawa. Suaminya selalu saja berkata manis. Dan sialnya Sellandra sangat suka itu. "Kau hanya perlu terus berada di sisiku. Dengan begitu kau sudah membantu membuatku merasa nyaman. Sungguh.""Hmmm,"Usia kandungan Sellandra sudah mencapai bulan kelahiran sekarang. Hal itu membuat semua orang menjadi sangat waspada. Terutama Almero. Setengah dia tak bisa tidur saat di malam hari karena takut Sellandra mulas mendadak. Agak berlebihan memang. Tapi Almero memang seantusias itu menyambut kelahiran anak pertama mereka. Dan setelah melewati perdebatan panjang, akhirnya di ketahui kalau Sellandra hamil kembar. Ini dilakukan karena Almero merasa panik melihat ukuran perut Sellandra
Di bandara, terlihat Kintan berjalan sendirian sambil menarik koper yang tidak terlalu besar. Di matanya bertengger sebuah kaca mata hitam yang dia pakai untuk menyembunyikan matanya yang membengkak. Ya, semalaman penuh dia menangis menunggu Davis menghubunginya. Tapi nihil. Pria itu benar-benar tak peduli dengan kehamilannya. Akhirnya dengan sangat berat hati dia menghubungi Ero dan mengatakan kalau bersedia untuk tinggal di luar negeri. "Tidak apa-apa ya Nak kita hanya hidup berdua. Ibu janji nanti di sana Ibu akan merawatmu dengan baik. Maaf ya karena sudah membuatmu hadir dengar kondisi keluarga yang tidak lengkap," ucap Kintan lirih sambil mengelus-elus perutnya. Pagi tadi saat Kintan berpamitan pada semua keluarganya, Bima sempat melarangnya pergi ke luar negeri. Bahkan ibunya sampai menangis dan memohon agar dirinya tetap tinggal di kota ini. Meski sedih melihat keadaan itu, Kintan tetap memaksakan diri untuk pergi. Terlalu sakit jika harus bernafas di satu kota yang sama de
“Selamat pagi, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?”“Di mana ruangan Davis?” tanya Sellandra. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang sedang menyimpan amarah.“Ruangan Tuan Davis ada di lantai sembilan. Mau saya antarkan?”“Tidak usah. Terima kasih,”“Sama-sama, Nyonya.”Kedatangan Sellandra yang begitu tiba-tiba membuat heboh semua karyawan Aeron Group. Para karyawan itu saling berbisik, bertanya-tanya gerangan apa yang terjadi sehingga membuat wanita kesayangan bos mereka datang hanya dengan memakai daster saja. Pagi tadi saat Sellandra bangun, dia tak sengaja mendengar percakapan Ero dan Kai yang sedang membahas soal Kintan. Awalnya Sellandra ingin menimbrung, tapi setelah mengetahui apa yang terjadi diapun mengurungkan niatnya. Beralasan ingin pergi jalan-jalan sebentar dengan kepala pelayan, Sellandra nekad datang ke Aeron Group guna menemui Davis. Ya. Sellandra sudah mengetahui tentang kehamilan Kintan. Termasuk juga dengan penolakan Davis yang malah meminta Kintan agar menggug
Flashback"Aku hamil,".... Kintan meremas baju bagian bawahnya setelah memberitahu Davis kalau dirinya hamil. Gugup, dia gugup sekali. Kintan begitu takut pria ini akan menolak mengakui janin yang ada di dalam perutnya. "Kau yakin itu adalah anakku?" tanya Davis. Jujur dia syok sekali setelah Kintan memberitahu kalau dirinya sedang hamil. Setelah hati Davis langsung bereaksi keras dengan meminta untuk tidak menerima kehadiran janin tersebut. Bayi itu bukan miliknya."Dav, hanya denganmu aku pernah melakukan hal seperti itu. Bukankah kau juga tahu kalau itu adalah yang pertama untukku?" sahut Kintan resah menyadari adanya penolakan di diri pria ini. "Aku memang yang pertama, tapi setelah itu aku mana tahu kau melakukannya dengan pria lain atau tidak. Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi, bukan?"Kintan tersentak kaget mendengar tuduhan keji yang dilayangkan oleh Davis. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangka kalau Davis akan sekejam ini padanya. Kejam sekali. "Berhenti memper
Senyum Sellandra langsung mengembang begitu melihat wajah ibunya. Karena merindu, dia merengek meminta Ero agar mengantarkannya pulang ke rumah. Dia rindu sekali pada ibu dan juga neneknya. "Halo sayang, apa kabar?" tanya Nadia sembari berjalan cepat menghampiri putrinya yang baru saja keluar dari mobil. Begitu sampai di dekatnya dia langsung memeluknya penuh sayang. "Ibu rindu sekali padamu, Nak. Bagaimana? Kandunganmu sehat-sehat saja, kan?""Kami sangat sehat, Ibu. Ero menjagaku dengan begitu baik. Dia sangat siaga," jawab Sellandra. "Syukurlah kalau kalian sehat. Ibu lega mendengarnya,"Nadia mengurai pelukan. Dia lalu berganti memeluk menantunya yang begitu membanggakan. "Terima kasih sudah menjaga Sellandra dengan baik, Ero. Mungkinkah ini alasan kenapa Kakek menjodohkan kalian berdua. Beliau tahu kalau kau adalah suami yang paling tepat untuk Sellandra. Sekali lagi terima kasih banyak ya," ucap Nadia penuh haru. "Jangan berterima kasih seperti ini, Ibu. Menjaga Sellandra da
Hoeekk hoeekkTubuh Sellandra sampai terbungkuk-bungkuk saat dia kembali memuntahkan isi perutnya. Dia lalu berpegangan ke dinding saat kakinya bergetar karena lemas. "E-Ero," .... Suara Sellandra begitu lirih. Almero yang sedang terlelap pun tak bisa mendengarnya. Sekarang waktu menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Dan tiba-tiba saja perut Sellandra bergejolak. Dia yang tidak tega membangunkan Almero memutuskan untuk pergi ke kamar mandi seorang diri. Awalnya Sellandra pikir rasa mual itu hanya sebentar. Tapi siapa sangka kalau dia tak henti mengeluarkan seluruh sisa makanan yang ada di perutnya yang mana membuat sekujur tubuhnya menjadi gemetaran dan juga lemas. "Ero, tolong aku," ucap Sellandra masih berusaha memanggil Ero dengan suaranya yang begitu kecil. Matanya sudah berkunang-kunang sekarang. Almero yang sedang terlelap samar-samar seperti mendengar ada orang yang memanggilnya. Dia lalu berusaha membuka mata sambil meraba kasur di sebelahnya. (Kosong) Tak butuh waktu la
FlashbackKintan buru-buru keluar dari dalam mobil begitu melihat Davis muncul. Dia kemudian berlari mengejarnya. "Davis, tunggu. Aku ingin bicara padamu!" teriak Kintan ketika melihat Davis hendak masuk ke dalam lift. Mendengar suara teriakan memanggil namanya Davis akhirnya berbalik. Dia yang sedang kelelahan setelah seharian berkutat dengan pekerjaan merasa bebannya semakin bertambah saja begitu mengetahui siapa yang memanggilnya. Kintan, mantan tunangannya. Wanita itu tengah berlari menuju padanya. Entah apa yang di inginkan. Hmmmm. "Beri aku kesempatan untuk bicara. Please?" ucap Kintan begitu sampai di hadapan Davis. Dia memohon dengan tatapan memelas. "Apalagi yang ingin kau bicarakan, Kintan? Semuanya sudah selesai. Kau dan aku tidak lagi terikat tali pertunangan," sahut Davis dengan dinginnya. Dia enggan sekali bicara dengan mantannya ini. Membuat hati jadi berdenyut nyeri. "Dav, aku tahu aku salah. Tapi tidak bisakah kau memberiku kesempatan untuk memperbaikinya?"Kinta
Flashback“Bima, akhirnya kau pulang juga, Nak!” seru Felita sembari berjalan cepat menghampiri putranya yang sudah beberapa bulan hilang tak berkabar. Seketika air matanya mengalir deras begitu mereka saling memeluk. “Kau kemana saja, Bim. Ayahmu bilang kau berada di panti rehabilitasi, tapi kenapa Ibu dan yang lain tak bisa mengunjungimu? Apa yang sebenarnya terjadi?”Sebelum menjawab pertanyaan sang ibu, Bima terlebih dahulu melepas pelukan mereka kemudian mencium keningnya penuh sayang. Rindu sekali dia pada wanita ini. Sungguh.“Ceritanya panjang sekali, Bu. Mungkin tidak bisa selesai diceritakan seabad lamanya,” ucap Bima berseloroh.“Ei kau ini. Ibu serius, Bima. Tolong jangan bercanda!”“Hehe, baiklah.” Bima berdehem. “Ibu tahu tidak saat Sellandra mengalami lebam di lehernya?”“Iya Ibu tahu. Kenapa memangnya?” tanya Felita sambil mengerutkan kening. Agak bingung dia dengan yang sedang dibicarakan oleh putranya.“Itu aku yang menyerangnya,” jawab Bima. “Saat itu aku tidak tahu