Tok tok tok
“Hmmm, sepertinya ada yang sedang sibuk. Boleh aku masuk?”
Tanpa menunggu ada jawaban, Bima dengan santainya melenggang masuk tanpa mengindahkan tatapan tak suka dari pemilik ruangan. Dia mendudukkan bokongnya ke sofa kemudian menyilangkan kaki seolah ruangan ini adalah miliknya. Sambil tersenyum, Bima pun mulai membuka percakapan.
“Ayolah, Sell. Kau tidak perlu menatapku seolah aku ini adalah seorang penjahat yang datang untuk membunuhmu. Aku ini Bima, sepupumu. Salah ya kalau sesama sepupu itu saling mengunjungi?” tanya Bima berbasa basi.
“Apa yang ingin kau bahas denganku? Katakan saja sekarang. Aku sedang sangat sibuk, tak punya waktu untuk meladeni orang licik sepertimu,” tanya Sellandra dengan tegas. Dia tahu kalau kedatangan Bima pastilah karena ingin mengetahui sesuatu hal tentangnya.
“Ck, kau terlalu terus terang menunjukkan ketidaksukaanmu padaku. Tapi … aku suka.Setidaknya kau
“Hmmm, sepertinya kau perlu pergi menemui wanita tua itu, Kai. Aku tidak suka melihatnya mempersulit Sellandraku!” ucap Komisaris dengan kedua sisi rahang yang mengetat. Matanya yang tajam semakin bertambah tajam saja setelah tahu kalau Bima mencoba menyakiti wanita pujaannya. Sebenarnya bukanlah hal yang sulit untuknya menyingkirkan semua orang yang coba menghentikan Sellandra dari jalan menuju kesuksesan, tapi dia masih tetap berusaha menahan diri karena tak mau membuat Sellandra merasa tersinggung ataupun merasa curiga. “Baik, Komisaris. Sesuai yang anda perintahkan saya akan langsung menemui Nyonya Kasturi setelah ini,” sahut Kai patuh sambil menundukkan kepala. Namun, Kai tak langsung beranjak dari sana. Masih ada sesuatu yang mengganjal, yang mana membuat Kai merasa tak tenang.“Ada apa?”“Komisaris, apakah tindakan kita tidak akan membuat posisi Nona Sellandra menjadi sulit? Setelah Aeron Group bersedia menjadi investor di Latief Group tanpa mengambil keuntungan apapun, juga d
“A-apa?”Mata Kasturi membelalak lebar begitu dia mendengar perkataan seorang pria berwajah datar yang sedang duduk di hadapannya. Dan keterkejutan tersebut tidak hanya dirasakan oleh Kasturi saja. Akan tetapi Sellandra, Ziko, dan juga Bima yang kebetulan juga ada di sana juga ikut membelalakkan mata mereka begitu mendengar perkataan Tuan Kai, orang kedua paling sulit setelah Komisaris Aeron Group. Tadi saat semua orang tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing, mereka semua di kagetkan oleh kemunculan Tuan Kai yang tiba-tiba datang ke Latief Group. Dan tentu saja kedatangan orang ini membuat semua orang bertanya-tanya ada apakah gerangan? “Benar, Nyonya Kasturi. Komisaris batal menginvestasikan dana ke perusahaan ini jika yang menjadi direktur utama bukan Nona Sellandra. Saya harap anda bisa menimang keputusan yang paling baik sebelum mengatakan jawabannya,” ucap Kai dengan raut wajah yang begitu tenang.“T-tapi, Tuan Kai. Mendiang suami saya telah mewasiatkan perusahaan ini agar
Ero dan Davis saling menatap dalam diam saat mereka berpapasan di pintu masuk perusahaan. Jika biasanya mereka saling bertegur sapa meskipun canggung, kali ini tidak mereka lakukan. Jangankan sikap canggung, yang ada keduanya malah menunjukkan sikap yang berbeda. Ero dengan tatapan serba salahnya, dan Davis dengan tatapannya yang di penuhi api kebencian. “Tuan Davis, anda ….“Aku peringatkan padamu, Ero. Jangan pernah lagi kau menampakkan wajahmu di hadapanku. Kau dan Sellandra … kalian sama menjijikkannya. Aku tidak mau lagi berurusan dengan kalian. Paham?” hardik Davis dengan kasar menyela perkataan Ero. Dia benar-benar sudah sangat muak melihat pria ini yang terus saja memperlihatkan sikap sok polos di hadapannya.“Tuan Davis, sepertinya anda sudah salah paham terhadap hubungan saya dengan Sellandra. Waktu itu kami menikah karena ….“DIAM!”Suara teriakan Davis yang lumayan kuat berhasil menarik perhatian dari beberapa karyawan Aeron Group yang masih berada di perusahaan. Ero yang
Bima dan Ziko hanya bisa memendam kekesalan mereka saat Tuan Ibrahim mengumumkan kalau mulai hari itu Sellandra telah resmi menjadi direktur utama di Latief Group. Dan pengumuman ini di sambut dengan penuh sukacita oleh para pegawai, khususnya bagi mereka yang pro terhadap kepemimpinan Sellandra. Berbagai ucapan selamat tak henti di terima oleh Sellandra, yang mana hal tersebut membuat Bima dan Ziko kian meradang.“Selamat atas jabatan baru anda, Nona Sellandra. Kami berharap Latief Group akan semakin sukses di bawah kepemimpinan anda,” ucap salah seorang karyawan.“Terima kasih. Kalau begitu mari kita sama-sama berjuang untuk memajukan perusahaan ini. Oke?” sahut Sellandra dengan ramah.Tak tahan melihat Sellandra yang seperti di dewakan oleh semua orang, Bima diam-diam menyelinap pergi dari sana. Dia lalu berjalan cepat menuju ruangannya sambil melonggarkan dasi yang terpasang di kerah baju. Sungguh, yang di takutkan oleh Bima ben
Sellandra tersenyum hangat saat Ero masuk ke dalam mobil. Sambil memperhatikannya yang sedang memakai seatbelt, Sellandra menanyakan sesuatu hal yang seharian ini sangat amat mengganggu perasaannya. Dia merasa sangat tidak nyaman.“Ero, kemarin aku belum sempat bertanya tentang apa yang kau katakan pada sekertaris Fang. Seharian ini aku terus di buat penasaran mengapa Komisaris Aeron Group mengirimkan bunga sebagai ucapan selamat atas di angkatnya aku sebagai direktur utama di Latief Group. Kalau boleh tahu kata apa yang telah kau sampaikan pada sekertaris Fang sehingga atasannya bisa langsung menyetujui rencana kita dan mengirim Tuan Kai ke perusahaan. Jujur, ini sangat menyita perhatianku. Jadi bisakah kau menceritakan apa yang kau bicarakan dengan sekertaris Fang kemarin?”“Waktu itu aku hanya bilang kalau kau sedang kesulitan menghadapi seseorang yang begitu ingin menjatuhkan Latief Group. Aku juga meminta tolong pada sekertaris Fang agar menyampaikan pada Komisaris kalau kau seda
Setelah memastikan Sellandra masuk ke dalam rumah, barulah Ero pergi mengambil sepeda bututnya yang dia titipkan di pos satpam. Dia lalu menghubungi seseorang sembari menatap lurus ke arah depan. Tatapan matanya sangat dingin, sangat jauh berbeda dari Ero yang selama ini di kenal oleh istrinya.“Datanglah kemari. Aku akan pulang ke rumah utama,” ucap Ero pada seseorang yangdi teleponnya.Seusai menelpon Ero segera memasukkan ponselnya ke saku celana kemudian mulai mengayuh sepedanya. Sembari menunggu kedatangan seseorang, Ero melihat-lihat pemandangan yang ada di sana. Dia lalu menyunggingkan senyum tipis ketika sampai di depan sebuah rumah yang merupakan yang paling bagus di komplek tersebut. Mungkin bagi yang melihat reaksi Ero sekarang akan menganggapnya sebagai orang miskin yang sedang berandai-andai memiliki rumah yang megah. Namun, yang sebenarnya bukanlah seperti itu. Ero, dia adalah pemilik dari rumah megah tersebut. Kenapa Ero? Bagaimana mungkin di
“Tuan Cakra Nyonya Kinara, Tuan Almero dan Tuan Kai datang berkunjung,” ucap seorang pelayan sembari membungkukkan tubuh ke arah majikannya yang kala itu tengah duduk bersebelahan sambil memainkan piano.Gerakan tangan Cakra dan Kinara langsung terhenti saat mereka mendengar laporan dari pelayan. Setelah itu mereka saling berpandangan heran.“Selarut ini?” gumam Cakra.“Jangan mengeluh. Almero sangat sibuk, wajar kalau dia datang di jam seperti ini. Kita harus bisa memahaminya,” ucap Kinara seraya membelai pelan punggung suaminya.“Hmmm, baiklah. Ayo.”Cakra dengan mesra mengulurkan tangan pada Kinara lalu menggandengnya keluar menemui putra mereka yang super sibuk itu. Dan ketika mereka sampai di ruang tamu, Cakra dan Kinara di buat terheran-heran akan penampilan Almero yang terlihat sangat luar biasa formal. Sungguh aneh. Biasanya anak ini hanya akan memakai pakaian santai ketika datang berkun
Karena hari ini adalah hari libur, Sellandra memutuskan untuk jogging di sekitar komplek rumahnya. Waktu yang menunjukkan pukul setengah enam pagi membuat Sellandra bisa merasakan sejuknya udara di pagi hari saat embun masih menyelimuti udara. Dengan mengenakan stelan olahraga yang dipadupadankan dengan jaket berwarna putih, Sellandra berlari-lari sambil sesekali merentangkan kedua tangan menikmati udara yang begitu sejuk. Semenjak mendiang sang kakek sakit-sakitan, Sellandra jarang mempunyai waktu untuk mencari kesenangan seperti ini. Seluruh waktunya hanya di habiskan untuk mengurusi pekerjaan dan merawat kakeknya. Namun setelah Ero hadir, secara perlahan beban yang bertengger di pundak Sellandra mulai berkurang. Entah ini hanya perasaannya saja atau memang seperti itu kenyataannya, yang jelas sekarang Sellandra merasakan kalau segala sesuatunya menjadi jauh lebih mudah setelah dia menikah dengan Ero. Kehadiran suaminya itu seakan mengangkat beban yang hampir membuat Sellandra fru