“Brengsek! Arggghhhh, Sellandra, aku akan membunuhmu!” teriak Yollanda histeris sambil melemparkan remot tv ke dinding. Setelah itu dia berdiri, berkacak pinggang sambil menengadahkan wajahnya ke atas.Kabar kehamilan menantu di keluarga Smith sedang riuh menjadi bahan perbincangan dari segala penjuru kota. Dan hal inilah yang membuat Yollanda terbakar emosi. Dia yang baru saja bangun dan ingin menonton televisi, seketika terbakar api amarah menyaksikan bagaimana Almero terlihat sangat bahagia saat mengumumkan kabar kehamilan istrinya di hadapan awak media. Sungguh, tak pernah Yollanda menyangka kalau rencana yang dia atur sedemikian manis malah mendatangkan kepahitan beruntun untuknya. Mulai dari dirinya yang menjadi bulan-bulanan anak buah Almero, juga dengan nasib cintanya yang terpaksa harus kandas karena pria itu malah mengumumkan pernikahannya dengan Sellandra. Kedua hal ini membuat Yollanda merasa sangat frustasi sekali. Dia mendendam, tapi tak tahu bagaimana cara untuk memelam
“Hati-hati!” ucap Almero sembari membantu Sellandra berbaring di ranjang. Dia dengan penuh perhatian menyelimuti tubuh istrinya kemudian duduk di tepian kasur. “Karena sekarang kau sedang hamil, untuk sementara waktu biar aku yang akan membantu mengurus pekerjaan di Latief Group. Kau tidak keberatan, bukan?”“Ero, aku hanya hamil. Bukan sedang sakit keras. Tolong biarkan aku tetap berangkat bekerja ya? Aku tidak terbiasa tinggal di rumah tanpa melakukan aktifitas apa-apa. Sangat membosankan. Ya?” ucap Sellandra merengek agar di izinkan untuk tetap beraktifitas seperti biasa.“No no no. Pekerjaan itu sangat beresiko untuk kehamilanmu yang masih sangat muda, sayang. Kau bisa kelelahan, dan itu akan berdampak pada kesehatanmu dan juga calon anak kita. Tidak bisa. Aku tidak akan mengizinkanmu bekerja. Titik!” tukas Almero sambil menggelengkan kepala.Setelah kabar kehamilan Sellandra di umumkan pada semua orang, sejak saat itu Almero menjadi sangat posesif padanya. Di keseharian Sellandra
Brukk"Ah, maaf, Tuan. Saya tidak sengaja," ucap seorang karyawan sambil membungkukkan badan. Dia baru saja bertabrakan dengan seorang pria yang akan masuk ke dalam lift. "Tidak apa-apa."Kai acuh. Segera dia masuk ke dalam lift setelah tadi tak sengaja di tabrak oleh seorang karyawan. Kai baru saja kembali setelah mengurus sesuatu di luar kantor. Dia memindahkan Bima ke salah satu apartemen setelah kemarin bajingan itu meminta maaf pada Nona Sellandra. Ya, karena keinginan istri atasannya Bima berhasil keluar dari tahanan pulau. Namun karena Kai masih belum percaya, dia tak membiarkan pria itu pulang ke kediaman keluarga Latief. Harus di pantau dulu, baru nanti dilepas. TingPintu lift terbuka. Kai melangkah keluar dari sana dan langsung menuju ruangan atasannya. Tok tok tok"Komisaris!"Almero menoleh. Dia yang sedang sibuk memandangi foto Sellandra di layar ponsel segera mempersilahkan Kai untuk masuk. "Bagaimana?""Saya tidak mengantarkan Bima pulang ke rumahnya. Raut wajah ba
Tok tok tok"Siapa?"Hening. Tidak ada suara apapun yang terdengar. Sellandra yang sedang istirahat di dalam kamar menoleh saat tak mendengar sahutan dari luar orang yang mengetuk pintu kamar. Keningnya mengerut, heran mengapa orang tersebut tak mau menjawab pertanyaannya. "Siapa di luar?" tanya Sellandra sekali lagi. Dadanya berdebar dan perasaannya menjadi tak nyaman. "Ini saya, Nona. Dokter Sinta."Dokter Sinta? Oh, dia rupanya, ujar Sellandra dalam hati. Tadi saat Sellandra sedang tidur siang, Kai pulang ke mansion. Kai memberitahu Sellandra kalau sore ini akan datang seorang dokter yang akan bertanggung jawab memeriksa kehamilannya. Kai juga menyampaikan pesan dari Ero yang mengatakan kalau suaminya itu sangat mencintainya. Sellandra malu, tentu saja. Ero memesan kata romantis seperti itu pada seorang asisten dan meminta agar di sampaikan padanya. Kadang-kadang memang. Hmm. "Masuk saja, dokter. Pintunya tidak di kunci," perintah Sellandra sembari menyenderkan tubuh ke kepala
Setelah Yollanda berhasil membawa Sellandra keluar dari mansion, dia dengan santainya memberikan segepok uang pada masing-masing penjaga yang telah bekerjasama atas penculikan ini. Jujur, Yollanda sedikit heran karena ternyata orang-orang ini mudah sekali di suap mengingat kalau selama ini mereka telah di didik dengan sangat keras Kai dan Almero. Tapi ya sudahlah. Yang terpenting rencananya bisa berjalan dengan lancar. Haha. Srettt"Masukkan wanita itu ke jok mobil!" perintah Yollanda dengan kejam. "Wanita itu sedang hamil, Yollanda. Jangan terlalu keras padanya. Nanti bayinya meninggal!" ucap Horsen sembari memilin bibir. Dia lalu meminta anak buahnya agar memasukkan Sellandra di kursi tengah saja. "Tidak seru kalau bayinya mati sekarang. Karena kita jadi tidak bisa melihat raut depresi di wajah Almero. Iya, kan?""Terserah kau sajalah. Aku tidak peduli mau bayi itu mati atau tidak. Yang paling penting sekarang kita harus segera pergi dari sini sebelum Almero dan anak buahnya yang
Wajah semua orang terlihat ketakutan melihat pria di hadapan mereka mengamuk seperti orang gila. Almero, ya, dia pelakunya. Saat sedang meeting, Kai tiba-tiba memberikan kabar kalau Sellandra telah diculik. Kabar tersebut sontak membuat Almero murka. Dengan marahnya dia menghajar Kai dan juga para penjaga yang ada di sana. Bahkan beberapa karyawan yang tidak tahu apa-apa pun ikut menjadi korban. "Apa saja yang kalian kerjakan hah! Bagaimana bisa mereka menculik anak dan istriku! Dasar bodoh kalian semua. K*parat!" amuk Almero setelah menghajar seorang penjaga sampai pingsan. Dia tak peduli lagi dengan penampilannya yang sangat kacau. Baju berantakan serta tangan yang berlumuran darah. Almero kesetanan. "Komisaris, tolong tenanglah. Kalau Anda tidak bisa mengendalikan diri seperti ini yang ada kita tidak bisa mendapatkan solusi untuk menemukan keberadaan Nona Sellandra dan mencari tahu siapa yang telah menculiknya. Tenang. Tarik nafas perlahan!" ucap Kai mencoba menenangkan amarah sa
Almero menggeretakkan giginya melihat keadaan mansion yang sangat kacau. Hampir semua barang pecah berantakan dan darah bercecer di mana-mana. Kekacauan yang terjadi membuat semua pengawal yang ditempatkan di mansion ini mati dengan cara yang sangat mengenaskan. Membuat dada Almero serasa di bakar api besar karena merasa tak terima. Sraaakkk"Komisaris, saya minta Anda jangan buru-buru melakukan penyerangan. Lebih baik kita tunggu saja kabar dari Tuan Ronald dan yang lainnya. Ya?" ucap Kai sambil menahan tubuh atasannya yang ingin masuk ke ruang rahasia. Ruangan ini sengaja dibuat untuk menyimpan berbagai macam senjata api. Dan biasanya baru akan di gunakan ketika saat genting saja. Seperti sekarang contohnya. "Istriku di culik, Kai. Sellandra dibawa pergi dalam keadaan hamil. Kau tahu itu!" sentak Almero dengan mata berkilat merah. "Saya tahu, Komisaris. Tapi tetap saja Anda tidak boleh mengambil tindakan gegabah. Bersabarlah sebentar!""Bersabar kau bilang?"Almero tertawa. Dan s
"Siapa kau?"Almero mencoba berbicara dengan seseorang yang hanya diam sejak panggilan di jawab. Dia yakin orang ini pasti adalah salah satu penculik yang membawa Sellandra pergi. Entah Horsen atau Yollanda, pasti salah satu dari mereka. "Yow Almero, santai. Kenapa suaramu terdengar buru-buru sekali. Tenanglah!""Brengsek! Cepat katakan apa maumu!" sentak Almero begitu mengetahui kalau yang baru saja bicara adalah Yollanda, salah satu dalang di balik kegaduhan yang sedang terjadi. Sambil menggeretakkan gigi, sebisa mungkin dia menahan diri untuk tidak memakinya dulu. Almero khawatir hal tersebut akan membuat keselamatan Sellandra dan anak mereka jadi terancam. "Aku tidak tahu apa motifmu menculik istriku. Tapi jika itu karena kau menginginkan sesuatu, tolong beritahu aku sekarang juga. Apapun itu pasti akan kuberikan selama kau tidak menyakiti istriku. Oke?""Hmm, kau cukup pandai bernegosiasi, Almero. Kecerdasanmu benar-benar tidak diragukan lagi. Aku salut!" sahut si penculik. "Tap