Share

Hati Yang Terluka

Penulis: Afnasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-22 23:34:24

Alden tersentak mendengar peringatan yang diucapkan Darren. Kedua matanya langsung menatap lekat ponsel yang tergeletak di depannya. Dahinya berkerut dalam sebagai pertanda bahwa dia sedang berpikir keras.

“Jangan berpura-pura lagi, Alden! Aku tahu kamu menyuruhnya untuk memata-matai Elea.”

Alden mengalihkan tatapan dari ponsel di depannya kepada Darren. Tahu ke mana arah pembicaraan pria itu, Alden mendengkus kesal. Lalu, menyandarkan punggung sambil menatap penuh ejekan kepada sepupunya.

“Kalau iya kenapa?” Alden tersenyum miring sebelum bangkit dari duduk dan mencondongkan tubuhnya ke depan. “Aku akan merebutnya kembali darimu, Darren. Lihat saja nanti.”

Darren mendengkus kesal sebelum berbalik dan hendak berlalu, tetapi suara Alden berhasil membuat langkahnya terhenti.

“Kamu tak akan berhasil mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku, Darren!”

Darren mengepalkan kedua tangannya sebelum segera pergi meninggalkan ruangan. Tidak ada gunanya juga meladeni semua omong kosong sang sepupu. Dia memilih untuk menjaga apa yangvsudah ditakdirkan Tuhan untuknya.

Pria itu segera melajukan mobil menuju kediamannya begitu keluar gedung Wijaya Grup. Hatinya meradang karena teringat ucapan Alden, sehingga mencengkeram erat kemudi.

“Aku tidak akan membiarkan kamu menyakitinya lagi, Alden!”

Darren segera menginjak pedal gas agar cepat sampai di rumah. Setibanya di sana, dia langsung masuk rumah dan mencari keberadaan sang istri. Namun, setelah mencari di setiap sudut dalam rumah, wanita itu tak kunjung ditemukan.

Darren berhenti sejenak di ruang keluarga setelah nihil mencari istrinya. Saat itulah telinganya mendengar suara gemericik air di halaman belakang. Dia berbalik dan berjalan menuju arah suara, kemudian menemukan Eleanor sedang menyiram tanaman sambil bersenandung lirih.

“Astaga!” seru Eleanor saat berbalik dan melihat sang suami sedang menatapnya. “Sejak kapan kamu di situ?”

“Baru saja.”

“Oh, maafkan aku jika tidak mendengar kamu masuk. Aku lihat tanaman di sini mulai layu, makanya aku sirami.” Eleanor mengulas senyum tipis di akhir kalimat, lalu menelisik wajah sang suami yang tegang. “Ada masalah? Sudah ketemu sama orangnya, kan?”

Darren mengangguk sebelum memutar tumit dan hendak berlalu. Namun, Eleanor segera memegang lengannya.

“Aku siap kalau seandainya kamu mau cerita apa saja.”

Darren menghela napas berat sebelum perlahan melepaskan tangan Eleanor. Lalu, menatap lekat wanita itu sebelum mengulurkan tangan untuk mengusap lembut pipinya. Namun, sedetik kemudian, Darren segera melepaskan tangannya dan pergi meninggalkan Eleanor.

“Dia kenapa lagi, sih! Sedetik lembut, sedetik judes.” Eleanor mengerucutkan bibir sebelum kembali menyiram tanaman di depannya.

Tanpa disadari wanita itu, Darren diam-diam melihat semuanya dari balkon kamarnya. Pria itu tersenyum menatap sang istri sebelum merogoh ponsel di saku celana dan mengambil beberapa foto Eleanor.

Sementara beberapa mil dari tempat Darren berdiri, Alden menggenggam erat ponsel yang tadi dilemparkan Darren ke meja. Amarahnya memuncak kala usahanya diketahui oleh sang sepupu.

“Kamu pikir akan bisa menghentikanku? Semua kata-katamu malah seperti tantangan bagiku, Darren.”

Alden menyeringai sambil menatap nyalang tembok di depannya seolah-oleh melihat wujud sang sepupu. Lalu, mengantongi ponsel itu sebelum kembali duduk dan menautkan kedua jemari di atas meja. Kepalanya penuh dengan ide untuk membawa kembali Eleanor ke pelukannya. Saat itulah pintu ruangannya dibuka dari luar.

“Alden, pelajari ini sebagai bahan presentasi sebelum rapat dengan investor besok. Jangan mengecewakan Papa, oke?”

Roni datang dan langsung melempar sebuah map berisi berkas ke hadapan Alden. Lalu, segera pergi meninggalkan ruangan. Namun, saat sampai di pintu, pria paruh baya itu menoleh.

“Ini kesempatan bagus untuk menarik perhatian kakekmu, jadi jangan buat kesalahan apapun.”

Alden mengangguk mendengar kalimat bernada tegas yang diucapkan sang ayah. Lalu, mengambil berkas di meja dan mulai mempelajarinya. Sayangnya sekuat apapun dia berusaha untuk memahami, tetap saja tidak bisa. Isi kepala pria itu penuh dengan Eleanor. Akhirnya Alden memilih untuk meletakkan kembali berkas itu di meja, kemudian mengambil ponsel dan menekan kontak dengan nama Eleanor.

Alden menggeram kesal karena lima panggilannya tak ada satu pun yang dijawab. Dia mendengkus kesal sebelum memejamkan mata sejenak untuk mengusir gelebah dalam dada, lalu membuka galeri dan menatap foto Eleanor.

“Kamu masih saja bersemayam di hatiku, El. Tahukah kamu kalau aku makin tersiksa melihatmu bersama Darren.”

Alden mengusap foto Eleanor sambil tersenyum miris. Namun, senyum itu lindap saat mendengar suara ketukan pintu. Dia menoleh dan langsung meradang begitu melihat siapa yang datang.

“Mau apa kamu ke sini?”

“Kamu pasti belum makan siang, kan, Sayang? Aku sengaja ke sini mau ngajakin kamu makan bareng di luar.”

Agatha mendekat sambil mengumbar senyum menggoda. Namun, senyum itu lesap ketika tanpa sengaja melihat foto Eleanor di ponsel Alden. Wanita itu mendengkus kesal dan langsung menyambar benda pipih yang masih dipegang oleh suaminya.

“Apa ini! Kenapa kamu masih menyimpan foto Elea? Apa kamu masih mencintainya?”

Alden menghela napas panjang sebelum merebut kembali ponsel yang ada di tangan Agatha. “Kalau iya, kenapa? Sampai kapan pun aku tetap mencintai Elea.”

“Jahat kamu, Alden! Tega kamu menyakitiku!”

Agatha meraung sambil memukul dada sang suami. Hatinya kembali tersayat karena kenyataan yang diucapkan Alden. Kedua pipinya bahkan basah oleh air mata. Namun, sebanyak apapun dia memukul sang suami, tetap saja pria itu bergeming.

Agatha langsung merosot ke lantai setelah melampiaskan kekesalannya. Alih-alih menolong, Alden memilih untuk bangkit dari duduk dan berjalan menuju pintu.

“Pulanglah! Aku masih banyak pekerjaan.”

Raungan Agatha perlahan berubah menjadi isakan. Dia perlahan bangkit dan menghapus kasar jejak kesedihan di wajahnya. Lalu, berjalan menuju pintu dan melayangkan tatapan tajam kepada Alden. Sayangnya, pria itu bergeming dan langsung menutup pintu begitu Agatha keluar.

Sakit hati yang mendalam membuat Agatha mengepalkan tangan dengan erat. Dia mendengkus kesal sebelum berlalu menuju lift. Lalu, mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang setelah sampai di tempat parkir.

“Kamu di mana, Kevin? Aku ingin bertemu sekarang.” Agatha bungkam sejenak sebelum kembali membuka mulut. “Baik, aku langsung ke sana.”

Agatha langsung menghentikan taksi yang melintas sebelum naik dan menyebutkan tujuannya. Lalu, duduk sambil mengambil bedak untuk membetulkan riasannya. Tak lupa lipstik berwarna merah dioleskan kembali pada bibirnya.

Setelah sampai, wanita itu menatap apartemen di depannya sebelum melangkah menuju lift dan menekan angka tiga puluh dua. Lalu, menunggu beberapa saat sebelum pintu lift terbuka. Langkahnya mantap menuju kamar dengan tulisan angka tiga dua empat lima sebelum mengetuk pintu.

Senyumnya langsung terkembang begitu pintu di depannya terbuka. Tanpa ragu dia melenggang masuk dan langsung mengedarkan pandangan, kemudian menuju meja bar dan mengambil satu botol minuman beralkohol. Lalu, membuka botol itu dan langsung menenggaknya hingga tersisa separuh.

“Hei, kamu ada masalah, Sayang?” tanya Kevin sambil mendekat.

Pria itu berusaha mengambil botol dari tangan Agatha, tetapi gagal. Wanita itu menepis kasar tangan Kevin sebelum kembali menenggak isi dalam botol. Berulang kali wanita itu mengernyit saat cairan berwarna merah menusuk kerongkongannya, tetapi tak diindahkan dan kembali meminum hingga tandas.

Agatha terhuyung sambil menggeleng, berusaha untuk mengembalikan kesadaran sebelum tertawa lepas. Dia hampir saja terjatuh, beruntung Kevin segera menangkapnya. Mereka berserobok sesaat sebelum Agatha mengulurkan tangan untuk mengusap lembut bibir pria di depannya.

“Puaskan aku malam ini, Kevin.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Dosa Terindah

    Agatha terjaga ketika ingin berkemih. Dia berusaha untuk bangun, tetapi tangan kekar seseorang melingkari perutnya. Dia menoleh dan mendapati Kevin masih tertidur pulas di sampingnya. Tangan wanita itu terulur untuk mengusap lembut pipi sang pria sebelum memindahkan tangan dari perutnya. Perlahan Agatha bangkit dan hendak turun dari ranjang, tetapi Kevin mencekal pergelangan tangannya. “Mau ke mana, Sayang?” “Aku harus ke kamar mandi, Kevin.” “Jangan lama-lama. Aku masih menginginkanmu.” Agatha tersenyum manis sebelum bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Dia sama sekali tak merasa risih meskipun Kevin menatapnya lekat. Lekuk tubuh wanita itu sudah membuat Kevin mabuk kepayang dan ingin kembali mengulang indahnya dosa beberapa jam yang lalu. Saat Agatha keluar kamar mandi, Kevin langsung duduk dan mengulurkan tangan. Senyum lebarnya tersumir di bibir kala sang wanita setengah berlari dan menerjangnya hingga terjengkang di ranjang. “Mau lagi?” tanya Agat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   30

    “Aku juga tidak tahu. Aku ingat plat nomor mobilnya dan aku yakin itu adalah Alden. Tapi waktu aku mau mendekat, dia malah tancap gas.”Darren mendengkus kesal mendengar ucapan istrinya. Dia menggeretakkan gigi karena menahan amarah. Melihat itu, Eleanor segera mengusap lembut lengan suaminya.“Mungkin dia hanya iseng, jangan dimasukkan ke hati, ya?”Eleanor tersenyum manis, berusaha untuk meredam amarah suaminya. Lalu, saat menyadari tindakannya, dia segera menarik kembali tangannya. “Maaf, aku hanya spontan tadi.”Darren menghela napas panjang sebelum bangkit dari duduk. Namun, saat hendak berlalu, suara Eleanor berhasil menahannya.“Sarapan sudah siap. Sebaiknya segera makan sekarang sebelum dingin dan tidak enak lagi.”Darren mengangguk dan menunggu Eleanor bangkit dari duduk. Meskipun kesakitan, wanita itu tetap memaksakan diri untuk berjalan. Eleanor berjalan lebih dulu, sedangkan Darren di belakangnya sambil diam-diam mengamati. Saat tiba di meja makan, senyum yang sejak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Mengulang Kembali

    Eleanor terkejut melihat kaca tempat foto yang terpajang di nakas pecah usai terjatuh karena ulahnya. Dia segera berjongkok dan berusaha untuk mengambil benda itu, tetapi tangannya langsung ditahan seseorang. Wanita itu langsung mendongak dan terkejut melihat sang suami.“Ma-maaf, aku benar-benar tidak sengaja. Ini salahku, nanti akan aku ....”“Lupakan! Memangnya kamu mau ke mana lagi?”Darren menghela napas panjang sebelum mengangkat Eleanor dan membaringkannya ke ranjang. Lalu, mengambil foto tadi dan menaruhnya ke nakas sebelum keluar kamar dan kembali sambil membawa sapu. Tanpa bicara, pria itu membersihkan sisa pecahan kaca dan membawanya keluar.Sementara itu, Eleanor merasa sangat bersalah. Dia menatap hampa foto yang tergeletak asal di nakas sebelum menunduk sambil meremas jemarinya. Mendengar suara langkah mendekat, dia mendongak dan bersitatap dengan sang suami.“Aku minta maaf. Seharusnya aku tidak ....”“Aku bilang lupakan! Itu hanya sebuah foto, yang terpenting kam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Pembatalan Pernikahan

    “Aku mau pernikahan ini dibatalkan!” Suara lantang Eleanor langsung menarik perhatian semua anggota keluarga, pun dengan tamu yang hadir di sebuah gedung resepsi. Ya, hari itu rencananya Eleanor akan menikah dengan Alden, pria yang telah berpacaran dengannya selama lima tahun. “Jangan bercanda kamu, El. Kamu akan menikah sebentar lagi.” Suara tegas dan berwibawa milik seorang pria paruh baya bernama William itu terdengar memenuhi ruangan. “Aku tidak bercanda, Kek. Aku serius akan membatalkan pernikahan ini karena ....” Eleanor menarik napas berat sebelum menatap calon suami yang duduk di sampingnya. “Karena Alden telah menghamili Agatha.” “Elea, a-apa maksud kamu?” tanya Alden tergagap. Wajahnya seketika memucat. Alden langsung menatap Agatha yang tengah menyunggingkan seringai tipis di sebelah ibunya. Kakek William yang sedang duduk langsung berdiri dan menatap Eleanor dengan tatapan tidak senang. “Hari ini adalah hari baik, Elea. Bagaimana bisa kamu bercanda dengan memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Menerima Keputusan

    Siapa yang tak mengenal Darren di kota Malima ini? Pria itu adalah sosok anomali yang selalu dianggap sebagai aib bagi keluarga Wijaya. Sebab sepeninggal ayah dan ibunya yang merupakan pewaris utama, Kakek William melewatkan Darren sebagai pewaris selanjutnya. Dia langsung memberikan perusahaan kepada orang tua Alden. Padahal usia Darren saat itu sudah cukup untuk memimpin perusahaan. Tindakan itu memunculkan rumor kalau Darren adalah sosok yang tak berguna dan tak memiliki kemampuan berbisnis. Bahkan ada rumor lain yang mengatakan kalau Darren adalah sosok yang buruk rupa dan mengerikan sehingga tak pernah memunculkan dirinya pada siapa pun. Bahkan kepada sesama anggota keluarga Wijaya. Membayangkan itu saja membuat Eleanor merinding. “Elea?” Eleanor tergagap mendengar namanya disebut. Dia menoleh ke arah Kakek William dan menatapnya penuh tanya. Apa sebenarnya maksud pria paruh baya itu menikahkannya dengan Darren. Apakah Kakek William hendak menjerumuskannya ke dalam pelu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Pernikahan

    Eleanor menghela napas berat sebelum mengangguk, lalu berjalan beriringan keluar ruangan. Sepanjang koridor menuju pelaminan, jantung wanita itu tak pernah berhenti berdegup kencang. Kedua tangannya sedingin es dan berkeringat. Bayangan tentang wajah Darren terus saja berkelebat di kepala. “Tenang saja, Elea. Semua pasti baik-baik saja.” Eleanor mencoba mengulas senyum. Namun, bibirnya terasa sangat kaku, bahkan kakinya bergetar pelan saat pelaminan sudah tampak di depan mata. Dia berhenti sejenak kala melihat sosok pria yang mengenakan baju pengantin berwarna putih duduk membelakanginya. Eleanor menelan ludah yang terasa pahit saat melewati tenggorokan. Jika dilihat dari belakang, Darren adalah pria yang gagah. Tubuhnya tampak proporsional. Namun, Eleanor langsung menggeleng ketika mengingat julukan yang diberikan untuk pria itu, si buruk rupa. Wanita yang memakai kebaya berwarna putih dengan bagian belakang yang menjuntai menyapu lantai itu mengalihkan tatapannya kepada sang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Kesepakatan

    Eleanor segera berbalik dan tergemap melihat wajah dan sebagian rambut Agatha basah. Namun, belum sempat bertanya apa yang terjadi, suara bariton milik Darren terdengar. “Kelakuanmu tak ubahnya seperti rubah, sangat licik. Jika berani hadapi dari depan.” Dengan susah payah, Eleanor berusaha menelan ludah yang terasa kelat melewati tenggorokan saat mendengar nada dingin dan tajam milik Darren. Sedikit banyak dia tahu apa yang hendak dilakukan Agatha kepadanya. Lalu, tatapannya tertuju kepada sang suami yang berdiri tak jauh darinya. Mereka berserobok sesaat sebelum Darren memilih untuk berlalu. “Sialan! Awas saja kamu, Darren!” seru Agatha sambil mengentakkan kaki. Dia segera berlalu sambil menarik tangan ibunya. Eleanor mengedikkan bahu dan kembali menikmati kudapan di tangannya. Tanpa dia sadari ada seseorang di samping gedung yang menatap sejak tadi. Orang itu mengepalkan tangan sambil menggeram kesal. Lalu, pergi meninggalkan tempat dengan memendam amarah. Tiga jam yang melelah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Menjalankan Peran

    Eleanor memukul kepalanya ketika mengingat pertanyaan konyol yang meluncur dari mulutnya. “Bodoh! Kenapa juga ini mulut enggak bisa direm!” rutuk Eleanor sambil memukul mulutnya. “Untung saja tadi ada telepon, jadi aku bisa langsung kabur. Coba kalau enggak?” Eleanor merebah dan menatap langit-langit kamarnya. Kamar dengan cat dinding berwarna putih itu tampaknya lega karena hanya ada ranjang, lemari serta kursi yang terletak di sudut. Jendela berukuran besar pun menambah kesan luas, sehingga cahaya matahari masuk dengan leluasa. Wanita itu segera bangkit dan berjalan menuju pintu kaca yang mengarah ke balkon. Dia menghirup udara sore hari sambil tersenyum lebar. Lalu, berjalan keluar dan bersandar di pagar besi. Dia mengedarkan pandangan, kemudian tatapannya tertuju pada kolam renang yang berada tepat di bawah. Eleanor berbalik dan berjalan keluar kamar. Bosan yang melanda membawa langkahnya menjelajahi seisi rumah. Dia turun ke lantai satu dan berjalan menuju dapur. Tangannya me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20

Bab terbaru

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Mengulang Kembali

    Eleanor terkejut melihat kaca tempat foto yang terpajang di nakas pecah usai terjatuh karena ulahnya. Dia segera berjongkok dan berusaha untuk mengambil benda itu, tetapi tangannya langsung ditahan seseorang. Wanita itu langsung mendongak dan terkejut melihat sang suami.“Ma-maaf, aku benar-benar tidak sengaja. Ini salahku, nanti akan aku ....”“Lupakan! Memangnya kamu mau ke mana lagi?”Darren menghela napas panjang sebelum mengangkat Eleanor dan membaringkannya ke ranjang. Lalu, mengambil foto tadi dan menaruhnya ke nakas sebelum keluar kamar dan kembali sambil membawa sapu. Tanpa bicara, pria itu membersihkan sisa pecahan kaca dan membawanya keluar.Sementara itu, Eleanor merasa sangat bersalah. Dia menatap hampa foto yang tergeletak asal di nakas sebelum menunduk sambil meremas jemarinya. Mendengar suara langkah mendekat, dia mendongak dan bersitatap dengan sang suami.“Aku minta maaf. Seharusnya aku tidak ....”“Aku bilang lupakan! Itu hanya sebuah foto, yang terpenting kam

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   30

    “Aku juga tidak tahu. Aku ingat plat nomor mobilnya dan aku yakin itu adalah Alden. Tapi waktu aku mau mendekat, dia malah tancap gas.”Darren mendengkus kesal mendengar ucapan istrinya. Dia menggeretakkan gigi karena menahan amarah. Melihat itu, Eleanor segera mengusap lembut lengan suaminya.“Mungkin dia hanya iseng, jangan dimasukkan ke hati, ya?”Eleanor tersenyum manis, berusaha untuk meredam amarah suaminya. Lalu, saat menyadari tindakannya, dia segera menarik kembali tangannya. “Maaf, aku hanya spontan tadi.”Darren menghela napas panjang sebelum bangkit dari duduk. Namun, saat hendak berlalu, suara Eleanor berhasil menahannya.“Sarapan sudah siap. Sebaiknya segera makan sekarang sebelum dingin dan tidak enak lagi.”Darren mengangguk dan menunggu Eleanor bangkit dari duduk. Meskipun kesakitan, wanita itu tetap memaksakan diri untuk berjalan. Eleanor berjalan lebih dulu, sedangkan Darren di belakangnya sambil diam-diam mengamati. Saat tiba di meja makan, senyum yang sejak

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Dosa Terindah

    Agatha terjaga ketika ingin berkemih. Dia berusaha untuk bangun, tetapi tangan kekar seseorang melingkari perutnya. Dia menoleh dan mendapati Kevin masih tertidur pulas di sampingnya. Tangan wanita itu terulur untuk mengusap lembut pipi sang pria sebelum memindahkan tangan dari perutnya. Perlahan Agatha bangkit dan hendak turun dari ranjang, tetapi Kevin mencekal pergelangan tangannya. “Mau ke mana, Sayang?” “Aku harus ke kamar mandi, Kevin.” “Jangan lama-lama. Aku masih menginginkanmu.” Agatha tersenyum manis sebelum bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Dia sama sekali tak merasa risih meskipun Kevin menatapnya lekat. Lekuk tubuh wanita itu sudah membuat Kevin mabuk kepayang dan ingin kembali mengulang indahnya dosa beberapa jam yang lalu. Saat Agatha keluar kamar mandi, Kevin langsung duduk dan mengulurkan tangan. Senyum lebarnya tersumir di bibir kala sang wanita setengah berlari dan menerjangnya hingga terjengkang di ranjang. “Mau lagi?” tanya Agat

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Hati Yang Terluka

    Alden tersentak mendengar peringatan yang diucapkan Darren. Kedua matanya langsung menatap lekat ponsel yang tergeletak di depannya. Dahinya berkerut dalam sebagai pertanda bahwa dia sedang berpikir keras.“Jangan berpura-pura lagi, Alden! Aku tahu kamu menyuruhnya untuk memata-matai Elea.”Alden mengalihkan tatapan dari ponsel di depannya kepada Darren. Tahu ke mana arah pembicaraan pria itu, Alden mendengkus kesal. Lalu, menyandarkan punggung sambil menatap penuh ejekan kepada sepupunya.“Kalau iya kenapa?” Alden tersenyum miring sebelum bangkit dari duduk dan mencondongkan tubuhnya ke depan. “Aku akan merebutnya kembali darimu, Darren. Lihat saja nanti.”Darren mendengkus kesal sebelum berbalik dan hendak berlalu, tetapi suara Alden berhasil membuat langkahnya terhenti.“Kamu tak akan berhasil mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku, Darren!”Darren mengepalkan kedua tangannya sebelum segera pergi meninggalkan ruangan. Tidak ada gunanya juga meladeni semua omong kosong

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Sebuah Peringatan

    Eleanor tersenyum tipis setelah memasang sabuk pengaman, kemudian melirik sang suami sekilas sebelum menatap jalanan. Sementara, Darren perlahan mulai melajukan mobil meninggalkan rumah. Sepanjang perjalanan, hanya suara musik yang terdengar memenuhi kabin.“Kamu senang, Elea?”Eleanor menoleh saat mendengar suara suaminya. Dia tersenyum sambil mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya, dia kembali menatap jalanan.“Ehm, bukankah ini urusan bisnismu, apa tidak apa-apa jika aku ikut?”Darren melirik sang istri sekilas sebelum kembali fokus menatap jalanan. “Aku lebih tenang jika kamu ikut bersamaku. Dan ... anggap saja ini liburan.”Eleanor kembali tersenyum mendengar jawaban suaminya. Lalu, menikmati musik sambil sesekali ikut bersenandung. Sementara di sebelahnya, Darren memperhatikan sambil tersenyum.Hampir dua jam perjalanan, akhirnya mobil yang dikemudikan oleh Darren sampai di hotel yang dituju. Keduanya turun di lobi sebelum melangkah menuju resepsionis. Lalu, berjalan menuj

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Merindukannya

    Eleanor mengerjap pelan kala suara alarm menyapa rungu. Dia meraba untuk mencari ponsel dan segera mematikan alarm. Lalu, beringsut duduk dan menggeliat sejenak sebelum mengedarkan pandangan. “Selamat pagi, Eleanor,” ucap Eleanor pada dirinya sendiri sambil tersenyum. Lalu, mengangkat kedua tangan ke atas dan meregangkan otot. Masih teringat jelas dalam benak kejadian semalam saat Darren memintanya untuk tinggal sejenak di dapur. Wanita itu bergeming sambil menatap tangan sang suami sebelum beralih untuk menatap wajahnya. Aura dingin yang biasanya hinggap berganti dengan kesedihan. Entah apa yang sudah terjadi, yang pasti Darren sedang tidak baik-baik saja. Maka Eleanor memutuskan untuk berdiam diri dan menunggu apa yang akan dilakukan suaminya. Sekian menit berlalu, Darren hanya bungkam sehingga membuat Eleanor mengernyit heran. “Ada yang mau kamu sampaikan?” “Lupakan. Tidurlah!” Darren kembali seperti biasa. Dingin dan misterius sehingga membuat Eleanor menghela napas

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Rahasia Yang Terpendam

    Agatha menatap Alden sebelum mengumbar senyuman. Dia mendekat dan hendak memeluk sang suami, tetapi langsung ditepis. “Tadi tanya ke mana aku pergi, sekarang malah cuek.” Agatha mengerucutkan bibir sambil bersedekap. “Aku cuma bertanya. Lagipula bukan urusanku juga mau ke mana saja kamu pergi.” Alden berlalu menuju pintu, tetapi Agatha segera mencegahnya. “Kita sudah menikah dua Minggu lebih, Alden. Tidak maukah kamu melewati malam pertama kita sebagai pengantin baru?” Alden kembali menepis kasar tangan Agatha yang mulai bergerilya di lengannya. Lalu, menatap nyalang sang istri sambil mendengkus kesal. “Inilah risiko yang harus kamu tanggung, Agatha. Kamu tahu aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Jadi jangan berharap ada malam pertama bagi kita.” Usai berucap demikian, Alden langsung keluar kamar dan membanting pintu di belakangnya sehingga membuat Agatha tersentak. Wanita itu mendengkus kesal sebelum mengempaskan kasar tubuhnya ke ranjang. Lalu, memukul bant

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Cinta Lama

    Menjelang malam, Agatha mematut diri di cermin setelah mengenakan gaun sebatas lutut yang membentuk lekuk tubuh. Bibir bergincu merah terang itu mengulas senyum tipis sebelum menyambar tas selempang. Lalu, keluar kamar sambil berjalan mengendap-endap.Wanita itu menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tak ada orang yang melihatnya keluar rumah. Sayang harapannya hanya sebatas angan karena sang mertua memergokinya saat membuka pintu utama.“Mau ke mana kamu, Agatha?”Agatha tergagap karena tak menyangka akan bertemu mertuanya. Dia mengusap tengkuk sambil tersenyum canggung sebelum menjawab.“Aku mau ke acara ulang tahun temanku, Ma. Terus pulangnya mau mampir ke rumah Papa dulu.”Erina menelisik penampilan sang menantu dari atas sampai bawah sebelum tersenyum sinis. “Alden sudah tahu?”“Nanti aku kasih tahu lewat pesan saja, Ma.” Agatha kembali mengusap tengkuk karena merasa diintimidasi oleh tatapan mertuanya. “Aku pergi dulu, Ma. Takut kemalaman.”Agatha berlalu begit

  • Suami Penggantiku Bukan Pria Buruk Rupa   Sebuah Impian

    Darren mengikuti arah pandang Eleanor, tetapi orang yang dimaksud tersebut sudah pergi. “Siapa?”Eleanor mengernyit heran sebelum menjawab. “Aku tidak yakin, tapi tadi sepertinya ... ah, lupakan saja.”Eleanor mengulas senyum sebelum menyendok makanan dan memasukkannya ke mulut. Dia berbinar karena rasa masakannya yang enak. Sementara di depannya, Darren menyantap makanan sambil sesekali melirik istrinya.Selama sesi makan itu, Eleanor dimanjakan lidahnya oleh berbagai rasa masakan. Meskipun terbilang masakan sederhana, tetapi rasanya seperti di restoran mewah.Usai menyantap makanan hingga selesai, mereka meninggalkan rumah makan itu setelah berpamitan kepada Hana.“Semua masakannya enak, padahal hanya menu sederhana. Seperti masakan rumahan, tetapi rasanya bisa diadu sama restoran mewah. Apa Hana yang memasak semuanya?”Eleanor menoleh dan menatap penuh harap kepada suaminya. Namun, sekian detik menunggu, hanya hening yang terasa. Wanita itu menghela napas panjang sebelum me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status