Share

Bab 7 Mengejar Cinta Akira

Wajah Akira tampak tegang mendengar ucapan Argi di luar dari dugaan. Dia tidak menyangka jika Argi kembali ingin mengejar cintanya.

“Aku rasa, cintaku padamu sangatlah besar, hingga aku tidak bisa melupakanmu. Meski aku terus berusaha, namun sepertinya aku tidak berdaya.” Wajah Argi begitu menyiratkan harapan, menatap Akira dengan tatapan lembut penuh cinta. Namun Akira tidak ingin mengecewakan Argi untuk kedua kalinya.

Dulunya dia bersikap tidak enakan, namun kini dia sudah dewasa. Dia harus bersikap lebih tegas agar tidak menyakiti hati Argi.

“Maafkan aku, Gi. Aku tidak bisa, kamu tahu aku sudah punya suami? Dan aku adalah seorang ibu.” Ucap Akira mencari alasan. Dia tidak ingin memberi harapan palsu pada pria itu.

“Apa kau lupa, jika Anggara sudah pergi? Aku bahkan sudah siap untuk menggantikan posisi Anggara. Aku akan menjadi bagian hidupmu. Bayimu butuh seorang ayah, dan aku sanggup menyayanginya seperti anakku sendiri. Ketahuilah Akira, aku akan membalut lukamu. Ijinkanlah kali ini aku melakukannya untuk wanita yang aku cintai.” Argi mencoba meraih tangan Akira yang terkulai di atas kasur.

Akira tertegun mendengar ucapan Argi, menurutnya ini terlalu cepat. Hatinya masih berkabung, bahkan Akira belum mengunjungi makam suaminya. Bukankah ini adalah sebuah kesalahan jika dia kembali berhubungan dengan pria lain, di kala pusara sang suami masih basah?

Akira menarik tangannya dari genggaman Argi.

“Maaf Gi, aku rasa ini belum waktunya. Hatiku masih ada yang memiliki. Aku tidak ingin memberi harapan padamu, sementara aku belum yakin apa aku bisa melupakan suamiku.” Air mata kembali menetes membasahi pipi Akira. Dia merasa telah mengkhianati cinta suaminya, dengan kehadiran Argi di sini.

“Kamu tidak perlu melupakan Anggara, hanya perlu belajar menerimaku. Ketahuilah, jika aku memiliki cinta yang tulus untukmu dan juga bayimu. Aku hanya meminta kesempatan satu kali lagi, untuk aku membuktikan ucapanku ini.” Ucap Argi dengan penuh keyakinan.

“Beri aku waktu.” Ucap Akira akhirnya. Dia sendiri merasa banyak berhutang budi. Walau bagaimanapun Argi yang menyelamatkan hidupnya dan bayinya. Di saat hidupnya terpuruk, Argi datang membawa perhatian dan cinta. Akira tidak menampik jika dia memiliki sedikit rasa simpati pada sosok pria di sampingnya.

“Baiklah, aku akan terus menunggu hingga kamu siap. Selama menunggu ijinkan aku untuk membantumu.”

“Aku masih ada orang tua—”

Belum Akira menyelesaikan ucapannya, Argi sudah menyela. “Aku tahu orang tuamu sudah meninggal Akira. Maafkan aku, tidak sempat menghadiri pemakaman kedua orang tuamu.” Argi menunjukkan raut penyesalan. Dia sudah mengenal Lidiya, ibunya Akira. Dan sikap wanita itu begitu hangat ketika beberapa kali Argi menyambangi rumahnya dulu.

“Tidak masalah, Gi. Jangan pikirkan itu, ibu dan ayah kini sudah bahagia di surga. Namun yang aku maksud adalah kedua orang tua Anggara, aku masih mempunyai mereka.” Seketika Akira teringat jika selama ini belum pernah menghubungi Ruth dan Bustomo. Padahal kini dia sudah melahirkan cucu pertama untuk kedua mertuanya. Namun dia belum memberitahu apapun.

Akira mencoba menggapai tas yang berada di atas nakas, dan mencari keberadaan ponselnya. Karena terlalu terburu-buru membuatnya hilang keseimbangan, hingga tangannya terlepas dari pegangan pada sisi kasur.

Argi dengan sigap menangkap tubuh Akira yang hampir terjerembab ke bawah. Wajah Akira melekat pada dada bidang Argi. Namun ia segera menegakkan tubuhnya kembali dengan bertumpu pada bahu Argi.

“Kamu bisa minta tolong sama aku jika memerlukan sesuatu.” Ucap Argi, posisi wajah Akira begitu dekat dengan bibirnya. Bahkan hembusan nafasnya tercium jelas di indra penciuman Akira.

Tak ada yang terjadi, Argi ingin menyatakan keseriusannya tanpa ingin memanfaatkan keadaan. Mencari kesempatan dalam kesempitan, meskipun jauh dalam hatinya begitu ingin mencium Akira.

Akira mengeluarkan seluruh isi dalam tasnya, namun tak juga mendapati ponsel. Karena terburu-buru dia melupakan keberadaan benda penting itu. Kini dia tidak mempunyai cara untuk menghubungi keluarganya. Ingin meminta tolong pada Argi namun rasanya tidak enak hati.

“Ada yang kamu cari, Akira? Apa kamu ingin menghubungi keluarga Anggara?” Seakan Argi mengerti jalan pikiran wanita itu, dia pun segera memberikan ponselnya pada Akira.

“Kau ingin menelpon bukan? Pakailah. Nomor telepon om baskoro masih tersimpan dalam ponselku.” Argi menempatkan diri duduk di tepi ranjang, membantunya untuk mencari kontak Baskoro. Namun hingga berulang kali menghubungi, panggilannya tak kunjung dijawab.

“Gi, punya nomor telpon rumahnya Anggara?” Tanya Akira dengan hati-hati.

“Mungkin, coba kita lihat.” Argi mencoba mencari ke layar ponsel, yang memperlihatkan isi kontak yang tersimpan. “Aku tidak menyimpannya, tapi aku punya nomor perusahaan Anggara Widjaja. Apa kau ingin menghubungi ke sana?”

Akira menggeleng, sudah sangat lama Baskoro tidak pernah berkecimpung dalam perusahaannya semenjak Anggara mengambil alih. Namun bukankah Argi pernah berucap jika kemarin adalah hari Anggara dimakamkan, tentunya atas keinginan mertuanya.

“Apa kamu tahu kemana mama dan papa Anggara sekarang? Bukankah kemarin kamu bilang jika mereka yang menyetujui pemakaman Anggara?”

“Aku sudah menghubungi mereka dan memang benar orang tuanya yang meminta untuk Anggara segera disemayamkan. Namun hingga saat ini belum ada kabar dari mereka. Jika kamu mengijinkan, aku akan menyuruh orangku untuk mencari keberadaan mereka.” Jelas Argi, mencoba mencari solusi.

“Terima kasih, Gi. Maaf selama ini aku selalu merepotkan.” Akira merasa salut akan perhatian Argi padanya.

“Tidak masalah, sudah tugasku bukan?” Argi menyimpan kembali ponselnya. Lalu kembali duduk di kursi.

“Apa kamu sedang tidak sibuk? Jika kamu ingin pulang, maka pulanglah. Aku akan menjaga diri.” ucap Akira.

“Apa kamu menginginkanku untuk pulang, Akira? Sedangkan keberadaanmu hanya sendiri.” Argi masih ingin berada di sana untuk waktu yang lebih lama.

“Tentu, nanti aku akan memanggil suster jika memerlukan sesuatu.”

“Jika kamu menghendaki aku pulang, maka aku akan pulang. Tapi ijinkan aku untuk mengunjungimu setiap hari.” ucapan Argi terdengar tulus, namun membuat Akira bingung.

***

Linda Malik

Halo reader yang selalu mengikuti Cerita Cinta Akira, mohon dibantu untuk dukungan dan semoga kalian berkenan untuk memberi ulasan. Terima Kasih 🙏🫶

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status