Halo teman-teman kesayangan 🫶, minta ulasan bintang 5, komentar dan dukungan untuk karya ini. Biar author makin semangat. Terima kasih banyak 😘🫶
Selang beberapa hari, Argi sudah mempersiapkan acara pernikahan sesuai dengan keinginan Akira. Sebuah pernikahan sederhana.Bahkan Akira menolak membeli gaun pernikahan mewah khusus dibuat designer ternama. Akira lebih memilih gaun kebaya khusus yang terlihat sederhana namun begitu memukau di tubuhnya.Hiasan payet yang terlihat gemerlap, membuat Akira tampak bersinar. Polesan make up tipis sesuai dengan permintaannya, namun mampu mengubah penampilan Akira menjadi berkali lipat cantiknya. Rambut panjangnya tergulung rapi, menyisakan beberapa helai rambut di sisi kanan dan kiri menjuntai ke pelipis bawah.Padang rumput yang luas kini sudah didekorasi sedemikian rupa. Rangkaian bunga tulip dan mawar putih yang begitu indah menghias setiap sudut tempat yang dipenuhi dengan nuansa putih.Beberapa tamu undangan tampak hadir memenuhi bangku yang dilapisi dengan kain putih. Bangku yang berjajar melingkari meja-meja yang berbentuk lingkaran. Mengelilingi panggung altar yang nantinya dijadikan
Malam itu Akira sudah berada di sebuah villa yang sengaja dipilih Argi untuk beristirahat. Karena lokasi pernikahan yang cukup jauh dari rumah. Bahkan Argi sudah membelinya.Ashley sudah tidur di kamar yang lain, bersama Rumi yang setia menjaga. Sementara Akira menempati kamar utama yang letaknya berlainan dari bangunan utama villa.Akira sudah membersihkan diri, mengenakan bathrobe yang membalut tubuhnya yang polos. Dia tengah mengeringkan rambutnya, duduk di depan meja rias.Bagi para pengantin baru, ini adalah malam pertama yang harus mereka lalui. Sudah dua tahun lamanya Akira tidak pernah merasakan sentuhan pria, semenjak kepergian Anggara.Meskipun belum siap, Akira mencoba menyiapkan mental untuk melayani Argi sebagai suami pengganti.Rasa cinta belum tumbuh di hatinya, namun bukankah nanti akan muncul seiring berjalannya waktu? Akira merasa berhutang budi pada Argi, yang telah mencintai putrinya dengan tulus. Kini saatnya Akira membalas cinta tulus Argi. Apapun yang nantinya A
Mas Anggara? Hah? Jadi kamu masih memikirkan si pengkhianat itu?Gerakan Argi terhenti karena rasa amarah yang memadamkan gairahnya. Membuat nafsu Argi menghilang, memunculkan kembali api kebencian yang selama ini terpendam.Argi beranjak dari tempat tidur, meninggalkan istrinya yang masih terkulai di ranjang. Bahkan dirinya tidak berniat menutup tubuh polos Akira, membiarkannya begitu saja.Air dingin dari shower membasahi kepala dan tubuhnya. Tangannya terkepal menahan amarah yang membuncah dalam dada.‘Mengapa? Mengapa hanya ada nama Anggara di hati Akira? Bukankah aku sekarang yang menjadi suaminya?’ pertanyaan yang terus berputar dalam pikiran Argi. Hatinya begitu panas terbakar rasa cemburu pada sosok pengkhianat itu.Hingga Argi menyelesaikan acara mandinya, dan segera mengenakan setelan formal. Hari ini dia akan bekerja seperti biasa. Meskipun niatnya akan mengambil cuti beberapa hari, namun Argi begitu kecewa.Tanpa membangunkan Akira, Argi keluar dari kamar. Terus melangkah,
Akira tertegun mendengar ucapan terakhir suaminya. Bagaimana mungkin Ashley tidak ikut serta? Bahkan Akira sudah terlanjur berkata jika Ashley akan ikut menemui papa. Akira tidak tega untuk mematahkan hati putrinya, yang seharian ini terus bertanya tentang papa Argi. “Tapi mas…” selanjutnya hanya terdengar nada terputus. Panggilan ditutup sepihak oleh Argi, membuat Akira semakin terkejut dengan sikap Argi yang begitu berubah. Apa kesalahan yang telah diperbuat Akira hingga sikap suaminya berubah drastis? Bahkan semalam dia sudah menuruti keinginan suaminya untuk menghabiskan malam pertama. Sikap Argi yang dulunya hangat kini berubah sangat dingin. Akira mengurungkan niatnya untuk melepas gaun itu. Sesuai keinginan Argi, dia akan menurutinya. Akira membubuhkan cream untuk menutupi bekas merah keunguan yang tersebar di beberapa bagian tubuhnya. Memastikan jika noda itu sudah tertutup seluruhnya. Akira sengaja mengurai rambut panjangnya untuk menutup bahunya yang terbuka. Penampilanny
“Mas Argi?” Ucap Akira senang, karena orang yang menyelamatkannya adalah suaminya sendiri.Argi hanya menatap sejenak ke arah istrinya, dan hendak melayangkan pukulannya ke pria itu lagi.‘Buaghhh!’ Pria tak sopan terhuyung mundur merasakan kuatnya pukulan dari rekan bisnisnya sendiri.“Dia istriku! Beraninya kau mengganggu istriku!” Teriak Argi dengan nafas memburu. Dia sudah tidak peduli dengan keadaan di sekitar, menjadi bahan tontonan dan bahkan tak ada seorang pun yang melerai perkelahian tak seimbang itu.Hingga akhirnya Akira menarik lengan Argi agar segera berhenti memukul.“Mas Argi, berhenti mas! Jika kau terus memukul maka dia akan mati!” Ucap Akira terdengar cemas. Bagaimana tidak cemas jika pria yang dihadapi suaminya sudah babak belur. Bahkan wajahnya sudah tidak berbentuk, karena begitu banyaknya pukulan yang menghujami.Ucapan Akira didengar oleh Argi, dan seketika membuat tangannya melayang di udara. Dia kembali menghembuskan nafasnya yang berat, mencoba menetralkan
Akira berusaha mengimbangi langkah panjang suaminya. Meskipun sedikit kerepotan karena heels runcing yang dia pakai sangat tinggi, ditambah lagi dress ketat yang membungkus erat tubuhnya, membuat pergerakan kakinya terbatas.Sebelum memasuki ruangan pertemuan, Argi menghentikan langkahnya.“Kemarilah, sayang!” Ucap Argi seraya mengulurkan satu tangannya.Akira memandang sejenak ke arah suaminya yang tengah menatapnya dengan senyum tipis. Lalu menyambut tangan Argi. Kini Argi menuntun langkah mereka memasuki ruangan pertemuan, dimana Bayu telah menunggu di samping podium.Bayu segera mengakhiri pembicaraannya dan mengisyaratkan sang CEO untuk segera naik ke podium.“Tunggulah di sini, aku akan berbicara sebentar. Naiklah nanti jika aku memintamu.” Bisik Argi tepat di depan daun telinga Akira. Memberikan ciuman manis di pipi Akira, lalu segera naik ke podium.Argi menyapa semua tamu yang hadir di sana. Kebanyakan mereka adalah orang penting dari berbagai perusahaan yang menjalin kerjasa
“Sayang?” Ucap Argi, berusaha menutupi rasa terkejutnya dengan senyum kaku.Akira tampak menatap tajam pada suaminya, tadinya Akira sempat mendengar kata terakhir yang diucapkan Argi sebelum mengakhiri panggilan.“Siapa dia, mas?” Tanya Akira penasaran. Mabuknya sudah hilang, hanya rasa pusing yang tersisa“Hum? Siapa? Bukan siapa-siapa hanya orang tidak penting.” Ujar Argi lalu merangkul Akira menuju kamar.“Aku tadi mendengarmu menelpon seseorang? Siapa, mas?” Akira masih merasa penasaran.Argi memutar otaknya mencari alasan yang masuk akal agar istrinya tidak curiga.“Aksara, ya pria yang sudah memperlakukanmu buruk. Aku sedang menghukumnya.” Akhirnya itulah alasan yang terlontar dari mulut Argi.Akira mengangguk paham, “Jangan bertindak gegabah, mas. Lebih baik ijinkan polisi yang menghukumnya.”“Tentu aku akan menyerahkannya pada polisi, tapi nanti setelah orang suruhanku menghukumnya dengan caraku.” Jawaban Argi membuat Akira sedikit bergidik ngeri. Entah bagaimana Argi memperla
Setelah menyelesaikan sarapan, keluarga kecil itu segera bersiap akan melakukan perjalanan menuju tempat wisata. Ashley tersenyum ceria, seakan dia sudah melupakan kesedihannya kemarin. Papa kesayangan sudah membayarnya dengan mengajaknya jalan seharian. Tawa riang Ashley mengiringi perjalanan mereka. Hingga tak terasa mereka telah sampai di sebuah tempat wisata. Sebuah tempat yang dipenuhi berbagai macam bunga, serta hewan-hewan ternak dimana nantinya Ashley bisa memberi makan. Ashley begitu riang berjalan kesana kemari, tanpa melepas genggaman tangannya dari Argi. Akira memandang pada putrinya yang tengah menyodorkan wortel pada beberapa kelinci yang mengelilingi. Senyum terukir di wajah Akira, menatap pada suaminya yang kembali bersikap hangat. Membuat benih cinta mulai bersemi di hatinya. Hingga tarikan Argi membuat lamunannya buyar. “Sayang kemarilah! Ash menginginkan satu di antara kelinci ini. Mana kira-kira yang bagus?” Ucap Argi sembari melihat pada kelinci-kelinci yang
Argi Rinega menerima hukuman pidana penjara selama dua belas tahun. Itulah keputusan dari hakim yang menangani kasusnya.Tentu hal ini membuat orang tua Argi kecewa. Putra semata wayangnya harus menjalani hukuman berat.Meskipun pihak dari pengacara yang disewa oleh Raditya meminta pengajuan banding untuk meringankan hukuman. Namun dengan tegas putranya malah menolak.“Biarkan aku menjalani hukumanku. Mungkin dengan ini putraku akan memaafkan kesalahanku,” ucapnya sembari memeluk ibunya yang tengah terisak.Hati Lina hancur. Ibu mana yang tidak merasa sedih jika harus hidup terpisah dengan putranya.“Kami sudah tua nak, dua belas tahun itu bukan waktu yang sebentar. Biarkan pengacara papa untuk kali ini membantumu. Setidaknya untuk memotong masa hukumanmu,” ucap Lina sembari terisak.Argi bergeming, tangannya mengusap pelan punggung wanita yang telah melahirkannya.“Maaf, aku sudah mengecewakan kalian dengan perbuatanku,” hanya itu yang mampu terucap di mulut Argi. Hingga salah beber
Akira segera menjalani perawatan di sebuah klinik. Hal ini karena Anggara hanya menemukan klinik yang terdekat dengan lokasi pemakaman.“Dari kalian, siapa yang menjadi suami pasien?” tanya seorang petugas nakes yang bertugas. Melihat pada dua pria tampan yang mengantar satu wanita, tentu petugas tampak bingung.Anggara sedikit terkejut mendengar pertanyaan suster, sedari tadi dia tidak menyadari keberadaan Argi yang ternyata mengikutinya hingga klinik.“Saya suami pasien,” jawab Anggara setelah menoleh sekilas ke belakang.“Baik, ikuti saya. Dokter ingin berbicara dengan anda,” ucap suster, lalu membuka pintu ruangan lebih lebar.Anggara segera memasuki ruangan, sementara suster mencegah Argi yang hendak masuk.“Maaf, hanya suami pasien. Anda bisa menunggu di luar.”Suster segera menutup pintu ruangan. Lalu mengantar Anggara untuk menghampiri dokter.Sekilas Anggara melihat pada Akira yang tengah berbaring di atas ranjang pasien. Kondisinya masih memprihatinkan, kedua matanya masih t
Selama di perjalanan, mobil Anggara terus mengikuti mobil milik Argi yang berada di depannya.Perjalanan menuju ke suatu tempat yang entah kemana.“Mas, aku takut,” ucap Akira yang entah mengapa hatinya mendadak diliputi rasa khawatir dan ketakutan. Padahal Argi akan mengantarkan mereka untuk bertemu putranya.Namun mengapa justru Akira merasakan dadanya terasa sakit tanpa sebab. Air mata terus jatuh bercucuran. Apakah karena kerinduan yang mendalam pada putranya?Anggara menggenggam tangan Akira dengan tatapan fokus ke depan. Dia tidak ingin kehilangan jejak Argi, tentu Anggara sedikit merasa was-was akan ajakan Argi.Mungkinkah Argi semudah itu menyerah untuk memberikan putranya pada Akira?Atau apakah ini sebuah jebakan?“Bersabarlah, kita akan segera bertemu dengan putra kita. Tidak perlu takut, sayang. Ada aku!” ucap Anggara menenangkan hati istrinya.Anggara dibuat terkejut tatkala mobil mereka terhenti di sebuah pemakaman umum. Kedua alisnya saling bertaut, wajahnya terlihat me
Anggara mulai mengorek informasi dari media berita yang kini dia telusuri. Dan memang benar ucapan Bayu, sudah seminggu berlalu perusahaan itu di tutup.Lalu kemana perginya Argi? Mengapa di saat seperti ini justru dia menghilang? Apakah ini sebuah kesengajaan yang merupakan cara Argi untuk menghindar dari hukumannya?Tapi mengapa dia meminta pengacaranya untuk menolak gugatan cerai?Anggara mengalami jalan buntu, berhari-hari mencari keberadaan Argi namun hasilnya nihil. Hingga hari itu dia mendapatkan kabar dari anak buahnya.“Bos Anggara, kami sudah mengecek di bandara, jika sepuluh hari yang lalu ada penumpang atas nama Argi Rinega, serta Raditya Rinega dan istrinya melakukan penerbangan ke luar negeri,” ucap Dewa dari seberang telepon.“Kemana tujuan mereka?”“Singapura.”Anggara kembali terdiam. Haruskah dia mencari putra Akira hingga ke negeri Singa?Selama persidangan cerai belum usai, maka dia tidak bisa berbuat apapun untuk merebut putra Akira. Tentu hal asuh harus jatuh ke
“Baiklah, karena berkas sudah lengkap, nanti saya akan segera mengurusnya,” ucap pengacara Kim pada Anggara dan Akira, yang saat itu berkunjung ke kantornya.“Kapan persidangan pertama akan dilakukan, Kim?” tanya Anggara memastikan.“Nanti akan saya kabari, pak Anggara. Kemungkinan besar satu hingga dua Minggu ke depan, tergantung dari pihak pengadilan yang memberi jadwal. Mungkin dua hari ke depan kita akan mengirim surat gugatan cerai kepada yang bersangkutan. Jika pihak yang digugat menyetujuinya, maka proses akan semakin cepat,” jelas Kim.Tentu hal itu tidak mungkin terjadi, Anggara tahu betul bagaimana ucapan terakhir Argi. Dia tidak akan semudah itu melepaskan Akira. Namun apapun yang terjadi, Anggara akan mengusahakan untuk gugatan cerai itu diterima.“Tolong hubungi aku tentang perkembangan prosesnya nanti,” ucap Anggara akhirnya, sebelum memutuskan obrolan.***Hari berlalu sangat cepat, pihak kepolisian sudah berhasil membuktikan kesalahan pria yang melakukan penculikan, me
“Auwhhh! Apa kalian tidak bisa bekerja dengan benar?” sentak Argi pada suster yang tengah mengobati luka di wajahnya.“Maaf tuan, saya tidak sengaja,” suster menunduk dengan tangan gemetar karena ketakutan.“Pergilah! Dasar tidak becus!” Argi mengibas tangannya untuk mengusir suster yang merawatnya.Bayu yang berdiri tak jauh dari sana, tak heran dengan sikap arogan Argi. Namun dia ikut merasa prihatin atas apa yang menimpa teman sekaligus bosnya itu.Dia tidak menyangka akan terjadi keributan seperti tadi. Dua temannya saling berkelahi. Tentu menurut pandangan Bayu, Argi adalah pihak yang salah. Bagaimana tidak, jika Argi memukul lebih dulu saat kondisi Anggara tidak fokus. Jadi wajar jika Anggara memberinya pelajaran.“Hey, apa kau sudah menghubungi para investor? Bagaimana? Apa mereka mau menerima tawaran kita?” pertanyaan yang ditujukan pada asistennya.“Hasilnya nihil, tidak ada satupun yang mau menginvestasi ke perusahaan kita. Mungkin kamu harus memulihkan nama baikmu dulu, bar
Anggara membawa Clara menuju rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis. Wajah Clara terlihat pucat dengan beberapa bekas tamparan yang masih membekas di pipinya. “Apa anda suaminya?” tanya dokter yang menangani Clara. “Bukan, aku hanya menolong,” balas Anggara singkat. “Apa yang terjadi dengan nona ini?” tanya dokter lagi. Sebelum memberikan tindakan, tentu dia harus mengetahui kronologi yang terjadi sehingga pasien seperti ini. “Beberapa orang menculiknya, dan aku berhasil menemukannya. Sepertinya dia mendapatkan perlakuan kasar, dan wanita ini sedang hamil,” jelas Anggara. Mata dokter melebar mendengar penjelasan Anggara. “Baiklah saya akan memberikan tindakan pertolongan, dan memeriksa kondisi janinnya. Apa anda bisa menghubungi keluarga nona ini?” tanya dokter lagi. “Akan saya usahakan,” jawab Anggara, meskipun dia tidak tahu perihal tentang Clara. Anggara pun digiring keluar ruangan, saat dokter mulai memeriksa keadaan pasien. Mungkin saat ini istrinya sedang kebi
“Permisi, Pa. Apa ada mas Anggara di dalam?” ucap Akira sembari mengetuk pintu ruang kerja ayah mertuanya. Meskipun pintu ruangan itu sedikit terbuka, namun Akira tidak langsung masuk. Karena takut mengganggu pembicaraan Baskoro dengan suaminya. Yang dia tahu Anggara berada di dalam.“Masuklah, Akira!” suara Baskoro terdengar dari dalam. Akira segera membuka pintu lebih lebar. Tatapannya merotasi ke sekeliling ruangan. Namun tak melihat keberadaan suaminya di sana.“Dimana mas Anggara, pa?” tanya Akira penasaran.“Aang masih ada urusan sebentar. Kamu tidak perlu khawatir,” jawab Baskoro dengan mimik datar. Sesuai dengan permintaan putranya, dia tidak akan memberitahu Akira.“Kemana, pa? Kok tumben mas Anggara gak ijin ke aku?” tanya Akira lagi dengan kedua alis saling bertaut, wajahnya masih terlihat cemas.Baskoro menghela nafas, memandang pada menantunya dari balik kacamatanya.“Tadi suamimu buru-buru, sepertinya ini mengenai perusahaan. Kamu tidak perlu khawatir, secepatnya suamim
Sementara itu, setelah mendengar kabar jika anak buahnya sudah mendapatkan wanita yang diminta, Argi segera memacu kendaraan roda empatnya menuju lokasi persembunyian.“Kita mau kemana?” tanya Bayu yang duduk di samping Argi. Terlihat bingung karena secara tiba-tiba bosnya mengajak keluar.“Kita akan menemui Clara,” jawab Argi tanpa menoleh ke samping. Tatapannya fokus ke jalanan, menyalip setiap kendaraan yang menghalangi jalannya.“Apa mereka sudah menemukannya?” tanya Bayu lagi. Sebenarnya Bayu masih bingung, kenapa dia diikutsertakan dalam urusan yang dia sendiri tidak terlibat.“Apa kau bodoh? Untuk apa aku pergi jika anak buahku belum menemukan wanita murahan itu!” jawab Argi dengan amarah. Entahlah, semenjak berita tentang dirinya menyebar, sikap Argi menjadi sangat sensitif. Hampir setiap waktu dia melampiaskan amarahnya pada orang terdekat.Bayu terdiam, dengan dada bergemuruh. Dia masih tak mengerti maksud temannya. Sifat Argi sangat berubah, tidak seperti dulu lagi. Namun