Sebentar lagi Anggara akan mengungkap identitasnya di depan Akira, ditunggu ya 😁🫶
Rumi segera menghampiri mobil dimana Soni telah menunggu. Setelah berpamitan, dan tentunya Ashley tampak sedih dengan pertemuan singkat. Namun Rumi tak ada cara lain selain memaksa.“Daddy berjanji kita akan segera bersama Ash. Sekarang Ash harus pulang, kasihan mami menunggu di rumah,” jelas Anggara tadi, mampu meyakinkan putrinya.“Bik umi, mengapa Ash dan mami tidak tinggal di rumah Daddy saja?” pertanyaan Ashley yang membuat Rumi kebingungan menjawab. Kini mereka berdua telah duduk di dalam mobil.Sebelum menjawab, Rumi dapat melihat sekilas jika Soni menatap ke arahnya dari spion. Sehingga dia mengurungkan niat untuk menjawab. Rumi takut jika Soni akan melapor pada Argi.Rumi segera mengalihkan perhatian Ashley dengan mainan yang sudah dibelikan Anggara, hingga akhirnya bocah perempuan itu melupakan pertanyaannya.***Akira memandang pada buket bunga yang diberikan Rumi padanya. Rumi mengatakan jika itu pemberian dari Ruth untuknya, dia juga menjelaskan jika tadi tak sengaja bert
“Apa? Kerja sama kita ditolak? Apa kau lupa caranya bekerja dengan baik? Dasar tak becus!” bentak Argi pada asistennya dalam sebuah panggilan telepon.Semenjak dia memegang kendali perusahaan Rinega Corp, tak pernah ada satupun perusahaan yang menolak kerja sama darinya. Hal itu melukai harga diri Argi.Semenjak perusahaan AA muncul, posisi Rinega Corp tergeser. Bahkan media sedang gencar-gencarnya memberitakan perusahaan AA, yang berhasil menarik banyak investor dari manca negara. Dan membuat perusahaan Rinega tenggelam beritanya.Tentu hal itu mempengaruhi popularitas yang berguna untuk menarik para investor. Bahkan ada beberapa investor yang sudah tak lagi bekerja sama dengan perusahaan Rinega, namun lebih memilih untuk menanamkan saham di perusahaan yang masih bau kencur itu.“Apa kau sudah menemui pemilik perusahaan itu?” tanya Argi lagi. Namun jawaban Bayu membuatnya tambah naik pitam. “Bagaimana mungkin kau gagal menemuinya? Haruskah aku yang turun tangan? Hah?”“Cari tahu pemi
“Mengapa kau pulang tanpa membawa hasil? Bukankah aku sudah mengatakannya, jika aku tak mengijinkanmu pulang tanpa memberikan apa yang aku mau?” sentak Argi penuh amarah. Membuat Bayu terlonjak kaget. Tak sekali Argi marah, namun kali ini terasa lebih menakutkan dari sebelumnya. “Maaf, bos. Aku tadi sudah berusaha untuk menemui Taufan, tapi sekuriti di sana mengusirku dengan kasar,” jelas Bayu sembari menunduk. “Apa kau kehabisan akal? Kau bisa menemuinya di luar, bodoh!” teriak Argi berapi-api. Bahkan Clara yang berada di sampingnya ikut merasa ketakutan. “Baiklah jika diperbolehkan ijinkan aku untuk pulang ke rumah menemui anak istriku. Besok pagi aku akan kesana lagi.” “Tidak perlu! Pulanglah!” Argi mengibas tangannya ke arah Bayu, lalu kembali duduk dengan raut wajah yang masih memerah. Setelah melihat Bayu keluar dari ruangan, Clara mendekati Argi yang hatinya masih diliputi amarah. “Apa yang membuatmu marah seperti ini? Mungkin kamu bisa ceritakan padaku, untuk meringankan
Ruth terkejut tatkala melihat isi pesan dari Rumi. Memang cukup mudah untuk menutupi kebohongan, namun menutup mulut anak usia dua tahun tentu sangat sulit.Wajah Ruth tampak cemas memikirkan hal yang akan terjadi jika Akira mengetahui keberadaan Anggara masih hidup.Hal itu tertangkap oleh Baskoro yang baru saja membuka matanya setelah tidur siang.“Apa Ruth? Mengapa wajahmu terlihat cemas? Apa terjadi sesuatu?” Baskoro mendekati istrinya, namun Ruth hanya berdiam tak menjawab, malah menyodorkan ponsel ke arahnya. Membuat wajah Baskoro mengerut bingung.“Rumi baru saja mengirim pesan, mas,” ucap Ruth menatap pada suaminya.Baskoro mengalihkan pandangannya pada layar ponsel yang masih belum terkunci. Kini matanya melihat dan mulai membaca isi pesan yang dikirim Rumi. Namun Ruth tak melihat perubahan raut wajah dari Baskoro. Baskoro tersenyum tipis, lalu mengembalikan ponsel ke istrinya.“Untuk apa kau cemas? Bukankah harusnya seperti itu? Akira memang harus tahu jika Anggara masih hid
“Apa maksudmu? Kau tahu kan jika aku sudah memiliki istri dan sebentar lagi akan memiliki anak?” ujar Argi yang merasa tak senang mendengar permintaan Clara. Sungguh dia mengira Clara sudah menjebaknya.“Tapi, sayang. Aku sudah memberikan semua milikku hanya untukmu, bahkan aku yang menemanimu selama beberapa bulan ini. Aku tahu bagaimana hubunganmu dengan istrimu. Kau tidak mencintainya, maka kau menerimaku.” Argi mendorong tubuh Clara untuk menjauh darinya. Lalu bangkit berdiri sembari memasukkan kedua tangan dalam saku celana.“Kau jangan sok tahu, Clara. Aku menikahi istriku karena memang dahulu aku mencintainya. Bahkan dulunya istriku adalah cinta pertamaku, sebelum pria pengkhianat merebutnya dariku.” Ekspresi Argi kembali dingin.“Lalu bagaimana denganku? Apa kau hanya menganggap aku sebagai pemuas nafsumu sesaat? Kau akan membuangku jika kau sudah tak membutuhkanku? Itu yang akan kau lakukan?” Clara sangat cemburu mendengar ucapan Argi, sungguh dia tidak terima jika pria yan
Akira terus menggedor pintu kamar Rumi, untuk mencari pertolongan. Perutnya kembali merasakan nyeri tak tertahankan, hingga dia memutuskan untuk meminta bantuan Rumi. Bahkan untuk menopang tubuhnya sendiri, Akira sudah tidak mampu. Hingga dia terjatuh di depan pintu kamar Rumi dengan tangan yang terus menggedor pintu. Tak lama Rumi membuka pintu kamar, dan alangkah terkejutnya melihat kondisi majikannya. “Non, non Akira kenapa non?” wajah Rumi tampak panik, lalu segera bersimpuh di hadapan Akira. “Tolong bawa aku ke rumah sakit, bik. Perutku rasanya sakit, aku sudah tidak tahan lagi, bik,” jawab Akira dengan lirih. “Baik non, kita akan ke rumah sakit.” Rumi memapah Akira untuk duduk di sofa. Lalu dia segera menghubungi Soni, sang supir. Namun hingga berkali-kali panggilannya tak dijawab. Membuat Rumi semakin bingung. “Duh, gimana ini? Non Akira harus segera mendapat pertolongan.” Rumi terlihat kebingungan, hingga akhirnya terlintas di pikirannya untuk meminta pertolongan pada Ru
Anggara terus berjalan mondar-mandir di depan pintu. Ukuran perut Akira masih belum terlalu besar, sehingga Anggara bisa memastikan jika kandungannya masih muda dan belum saatnya bayi itu lahir.Waktu terus berlalu, namun pintu ruangan tak kunjung terbuka. Membuat perasaan Anggara tidak tenang, dadanya derus berdegup kencang karena rasa cemas.Hingga tak lama pintu ruangan terbuka, terlihat dokter wanita keluar dari sana. Anggara pun segera menghampiri dokter itu.“Bagaimana dok? Bagaimana kondisinya?” “Apa tuan adalah suami pasien?”Tanpa berpikir Anggara mengangguk. Ya, tentu dia masih menjadi suami Akira.“Ada satu hal yang ingin saya sampaikan. Dan mohon maaf sebelumnya, saya ingin bertanya sesuatu.” Dari raut wajah sang dokter, Anggara menangkap jika dirinya akan mendengar kabar buruk.“Katakan, dok! Apa yang ingin dokter tanyakan?” ujar Anggara sembari menghembuskan nafas berat.“Pasien sepertinya mengalami tekanan yang berat, maksud saya kondisi mental ibu hamil sangat mempeng
Operasi dilakukan demi menyelamatkan dua nyawa, ibu dan bayi. Setelah dua tahun berlalu semenjak melahirkan anak pertamanya, kini bekas sayatan di perut Akira mulai dirobek kembali.Akira masih dalam keadaan setengah sadar, karena bius anestesi yang hanya menghilangkan sensasi nyeri dari pinggang ke bawah.Sayu-sayu Akira bisa mendengar obrolan dokter dan suster yang masih berusaha mengeluarkan bayinya. Waktu terasa berjalan sangat lambat, begitu yang dirasakan Anggara yang tengah menunggu di luar.Keadaan begitu berbalik. Dulunya kelahiran Ashley, justru Argilah yang berada di sisi Akira. Namun kini ketika bayinya akan lahir, justru Anggara yang menjaga.Meskipun Anggara tahu jika bayi yang sedang berjuang di dalam bukanlah darah dagingnya, namun Anggara tidak bisa bersikap abai. Jika hal ini menyangkut tentang Akira dan bayi itulah yang kelak akan menjadi adik bagi Ashley, putrinya.Anggara melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Waktu menunjuk pukul dua dini hari. Sudah
Dokter wanita menghembuskan nafas pelan, lalu kembali memandang Akira. “Jangan khawatir nyonya Akira, bayi-bayi anda tumbuh dengan baik. Kabar yang akan kalian dengar justru adalah kabar baik.” Dokter menjeda ucapannya. Anggara yang sedari tadi memperhatikan ucapan dokter dengan serius, kini bisa bernafas lega. Dokter mengalihkan pandangan ke Anggara lalu berkata, “pak Anggara, istri anda tengah mengandung bayi kembar.” Ucapan dokter sontak membuat Anggara terkejut hingga matanya membulat sempurna. Namun hanya sesaat, raut wajahnya berganti dengan kebahagiaan. “Benarkah?” tanyanya seakan ingin memastikan perkataan dokter. Dokter wanita itu segera menunjuk ke arah monitor, memperlihatkan rahim Akira yang memiliki dua kantong janin yang terpisah. Masing-masing kantong terlihat calon buah hati mereka yang terlihat sangat kecil. Rasa kebahagian Akira kini semakin lengkap. Kehilangan putra tercinta setahun yang lalu, namun kini Tuhan menggantinya dengan dua anak sekaligus. Tak henti
“Seperti dugaan saya, nyonya Akira hamil. Dan usia kandungannya masih lima Minggu,” ucap dokter Arya. “Nanti jika ingin mengetahui detailnya, anda bisa mengunjungi rumah sakit. Kami bisa melakukan USG untuk memastikan.” Orang-orang yang berdiri mengelilingi Akira sangat terkejut, terlebih Anggara yang sudah berbulan-bulan menantikan kabar baik ini. “Secepatnya kami akan mengunjungi rumah sakit. Lalu apa ada obat untuk mengurangi mual? Hari ini istri saya sering merasakan mual,” tanya Anggara sembari menggenggam erat tangan Akira. “Saya akan resepkan obat mual dan vitamin. Nanti tolong pak Anggara menebusnya di apotik terdekat.” Dokter pun segera menulis resep dan memberikannya pada Anggara. “Terima kasih, dok.” Anggara hendak mengantarkan dokter itu, namun Baskoro menahannya. “Temanilah istrimu! Biar papa yang mengantar dokter Arya,” ucap Baskoro terdengar seperti sebuah perintah. Anggara pun mengangguk, kembali menghampiri istrinya dan duduk di sisi ranjang. “Kau dengar? Anak k
Karena tamu undangan sudah hadir, maka acara segera dimulai. Anggara dan Akira berdiri di samping putri kesayangannya.Ashley tampak cantik dengan balutan dress putih. Rambut hitam lebatnya terurai berhiaskan sebuah mahkota di atas kepala.Lagu selamat ulang tahun berkumandang, mengiringi orang-orang yang bernyanyi. Setelah lagu selesai, Ashley meniup lilin angka tiga itu dengan antusias.Kini giliran Ashley menyuapkan kue pertama pada kedua orang tuanya. Ashley mengambil sesendok kue, hendak memberikan suapan pertama pada ibunya.Akira menerima suapan itu, lalu mencium kening Ashley dengan penuh kasih. Namun saat hendak menelan kue, mendadak perutnya bergejolak. Diapun segera menutup mulutnya dengan telapak tangan.“Ada apa sayang?” tanya Anggara dengan raut wajah panik. Namun Akira hanya menepuk bahu Anggara dan segera menuruni panggung dengan langkah terburu-buru.Anggara kehilangan konsentrasi, namun tak mungkin jika dirinya pergi dari sana meninggalkan putrinya sendiri. Maka dari
Dalam sepekan, Anggara dan keluarganya menghabiskan waktu liburnya di Pulau Dewata, tentu waktu yang membahagiakan dan banyak kenangan yang terukir.Janji Anggara dua tahun lalu sudah digenapi. Sebelum dia berangkat ke Jepang, Anggara telah berjanji akan mengajak istrinya untuk berlibur ke Bali. Namun karena kasus kematian palsunya, membuat janji itu tertunda.Namun takdir kembali mempertemukan dirinya dengan Akira dan keluarga kecilnya.Waktu berjalan sangat cepat, kehidupan rumah tangga Akira dan Anggara hanya dipenuhi oleh kebahagian.Pagi itu keluarga Anggara tengah menyiapkan sebuah pesta untuk ulang tahun Ashley yang ketiga.Pekarangan rumah telah ditata oleh tim pendekor yang sengaja disewa Anggara. Dekorasi layaknya pesta kebun. Dengan sebuah panggung kecil di tengah taman. Serta beberapa pernak pernik anak perempuan, dari bunga dan balon warna-warni.Anggara sengaja meliburkan seluruh karyawannya agar bisa datang memeriahkan acara. Juga tetangganya yang memiliki anak kecil ju
Malam semakin larut, ketika mereka tiba di tempat penginapan. Jarak yang tak terlalu jauh, namun karena kondisi macet membuat perjalanan terasa lambat.Kini Anggara dan Akira berada di kamar mereka yang berada di bangunan terpisah dengan bangunan utama, dimana kedua orangtuanya beristirahat.“Mas Aang, mau mandi duluan?” tanya Akira yang merasa tubuhnya terasa lengket karena perjalanan panjang.“Mandilah terlebih dulu, nanti aku menyusul,” jawab Anggara, lalu membimbing istrinya untuk memasuki kamar mandi terlebih dulu.Akira memutuskan untuk merendam tubuhnya dalam bathup yang telah terisi dengan air hangat. Mungkin dengan ini, bisa membuat tubuhnya rileks dan rasa lelahnya hilang.Akira segera mengikat rambut panjangnya dan menanggalkan seluruh kain yang melekat di tubuhnya, lalu melangkah memasuki bathup.Dan benar, tubuhnya terasa rileks ketika terendam dalam air hangat yang dipenuhi busa itu.Hingga beberapa menit berlalu, Akira menyadari jika suaminya tak kunjung datang. Bukanka
Anggara sudah merencanakan liburan keluarga. Selama satu pekan menghabiskan liburan di Pulau Dewata. Menyerahkan segala tugas kantornya pada Taufan dan Bayu.Meskipun awalnya Anggara hendak melakukan bulan madu berdua, namun hatinya tidak tenang jika tidak mengajak Ashley.Baskoro dan Ruth turut serta dalam perjalanan kali ini.“Ang, papa dan mama tinggal di rumah saja. Bukankah ini liburan untuk kalian berdua? Maksud mama, kamu dan istrimu?” “Justru itu ma, aku akan tenang jika putriku juga ikut. Maka dari itu, Aang meminta mama dan papa juga ikut. Kita bisa menghabiskan akhir tahun di sana,” jelas Anggara.Hingga akhirnya Ruth dan Baskoro pun menuruti permintaan putranya, karena Anggara sudah terlanjur memesan tiket untuk semua keluarganya.“Baiklah, anggap saja mama jadi pengasuh Ash nanti dan kalian cepatlah memiliki momongan lagi. Mama tidak sabar ingin menggendong cucu lagi,” balas Ruth mengerlingkan mata ke arah menantunya. Membuat Akira tersipu dengan pipi merona merah."Ini
“Lakukan, mas! Aku menginginkannya!” ujar Akira dengan nafas terengah-engah, menahan gejolak gairah yang mulai muncul.Anggara kembali memagut bibir Akira, sembari memasukkan miliknya dalam tubuh sang istri. Gerakan perlahan, hingga miliknya terbenam seluruhnya dalam rahim Akira.Menikmati sensasi yang membuat keduanya sama-sama tenggelam dalam lautan kenikmatan.“Mphhhhhh…” Akira mendesah tertahan, karena mulutnya yang terbungkam. Membiarkan lidah Anggara menjelajahi rongga mulutnya.Hingga tak lama, Anggara mengurai tautan bibirnya sebelum Akira kehabisan nafas. Lidahnya kembali menjelajahi daun telinga Akira hingga leher putihnya. Sensasi yang membuat milik Akira semakin basah. Namun Anggara masih dalam posisi diam, membiarkan miliknya terbenam dan terasa diurut.Akira sudah tidak tahan lagi, dia menginginkan lebih.“Mas Aang, bergeraklah! Aku tak tahan lagi!” rintih Akira dengan tatapan memohon. Keinginannya sudah tak bisa ditahan lagi, karena nafsunya yang sudah membumbung tinggi
Seharian ini, Akira menghabiskan waktu untuk bermain bersama putrinya di dalam kamar. Niatnya hanya untuk membayar waktu yang telah terbuang selama beberapa hari ini mengabaikan Ashley.“Mami mungkin bukan ibu yang terbaik, tapi mami akan selalu menyayangi Ash. Maafkan mami jika beberapa hari ini membuat Ash kesepian,” ucap Akira lirih sembari mencium pipi gembul putrinya yang sudah tertidur.“Tidak, kamu adalah ibu yang terbaik untuk anak-anak kita!” suara Anggara terdengar dari belakangnya. Membuat Akira seketika menoleh.“Mas?”Anggara tersenyum hangat, lalu melangkah menuju sisi ranjang.“Akira, aku selalu berjanji akan menjadikanmu wanita yang paling bahagia. Berhentilah menyalahkan dirimu, dan yakinlah kita mampu melewati ini.”Anggara meraih tangan Akira lalu membawanya ke bibir. Sebuah ungkapan cinta yang selalu terdengar romantis di pendengaran Akira.Akira beranjak dari posisinya, duduk di samping Anggara.“Mas tidak perlu melakukan apapun, karena dicintai dengan cara sepert
Hari-hari berlalu terasa begitu menyesakkan bagi hati seorang ibu yang mengalami kehilangan buah hatinya.Semenjak putranya tiada, Akira selalu mengunjungi makam putranya. Bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berada di pusara sang putra.Meskipun kehadiran suami dan putri kecilnya menjadi pelipur lara, namun rasa sakit belum sepenuhnya hilang dari hati Akira.“Ikhlaskan kepergian putra kita, sayang. Apa kamu tahu, putra kita kini sudah bahagia di surga. Bisa bertemu dengan nenek dan kakeknya,” hibur Anggara yang kini duduk bersimpuh di samping istrinya.Tak henti-hentinya Anggara mencari cara untuk menghibur hati Akira. Kepergian putra Akira juga menjadi pukulan terberat untuknya.Akira memaksakan senyumnya. Dia tahu Anggara begitu cemas melihat kondisinya.“Mas, aku sudah ikhlas jika memang ini jalan yang terbaik untuk Odelio.”Akira menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Kepergian putranya bukan berarti membuat hidupnya terpuruk. Ada Ashley yang masih ha