#SdmsBab 46 Pesan di group RT"Aku bisa bantu. Asal kamu juga bantu aku," kata Mbak Susi penuh percaya diri. Mencoba membuat penawaran. Aku terdiam sejenak. Menelaah penawaran dari Mbak Susi barusan. Haruskan aku percaya dan menerima tawarannya? Sedangkan selama ini ia selalu berucap hal-hal yang buruk tentangku. "Gimana?" desak Mbak Susi. Dengan tegas aku menjawab, "enggak!"Mbak Susi menggoyang-goyangkan lenganku. "Haduh kamu itu .. Ayolah. Bantu aku. Aku janji setelah ini aku tobat berbuat jahat ke kamu."Aku terheran-heran melihat tingkah Mbak Susi yang terus membujukku. Seperti anak kecil yang padahal usianya di atasku lima tahun. Ah, pantas saja tak ada yang mau menikahinya. Sekalinya ada malah bapak-bapak. "Enggak, ya, enggak, Mbak," tolakku. Berusaha melepaskan tangan Mbak Susi. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar. "Mbak? Buka pintunya!" suara Mas Hilman setengah berteriak. "Bentaaar!" balasku seraya bangkit dari tempat dudukku. "Ngomong sama siapa, sih?" tan
#SdmsBab 47 Kemarahan Bu WatikKu serahkan kembali hp milik ibu mertuaku itu. Masih tak percaya dengan apa yang dilakukan Mbak Susi. Walaupun hanya sekedar pesan, tapi bagiku itu adalah satu langkah untuk membersihkan namaku. Tapi ... Mengapa tiba-tiba Mbak Susi melakukan hal itu? Padahal sebelumnya aku tak ingin membantunya dalam persembunyiannya ini. ***"Halimaaaaahhh!!!!!"Benar-benar membuatku terkejut mendengar teriakan Bu Watik dari luar. Wanita tua itu bahkan terus mengetuk pintu dengan sangat kasar. Sepertinya amarahnya sedang bergejolak setelah mengetahui pesan yang dikirim anaknya di group Rt beberapa jam yang lalu. "Biar Ibu yang buka." Bulik Erni berjalan ke arah pintu depan.Sedangkan aku mengikutinya dari belakang. Hanya saja aku tak ikut menemui Bu Watik. Aku mengintip dari balik horden yang menjadi pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah. Bulik Erni membuka pintu. "Salam dulu kenapa, sih, Mbak?" "Haduh! Mana menantumu!" Bu Watik tampak emosi. Kedua matanya
#SdmsBab 48 Pergi Meski batin terasa sesak dan tubuh tak sanggup lagi menopang diri, aku berusaha keras menjernihkan pikiranku. Berdiam diri sejenak untuk memantapkan keputusan yang akan aku ambil saat ini. Ya, keputusanku pasti akan menjadi yang terbaik untuk semuanya. ***Malam ini sengaja aku tak tidur duluan. Aku menunggu waktu tengah malam supaya bisa meninggalkan rumah Bulik Erni tanpa sepengetahuan orang-orang rumah. Ini adalah keputusan yang sangat berat. Namun, dari sekian banyak hal yang terjadi, pada akhirnya aku lah penyebabnya. Dan aku merasa kepergianku ini nantinya akan menjadi jalan terbaik untuk semuanya. Hidup Bu Watik akan tenang. Siska yang tak akan lagi mengusik dan mengancamku. Serta Mas Hilman sendiri yang bisa jadi akan menikahi Sarah. Gadis idamannya. Dan aku? Aku akan menjalani hidupku dengan kebahagiaan yang ku ciptakan sendiri tanpa ada gangguan dari orang-orang yang julid terhadapku. "Maafkan aku, Mas. Maafkan aku." Ku tatap wajah Mas Hilman dengan
#SdmsBab 49 Permintaan Maaf Dari Tetangga Julid "Mbak Susi sedang berjuang membersihkan namamu. Jadi tolong, jangan bertindak tanpa mempertimbangkannya lebih dulu denganku," kata Mas Hilman lagi.Kali ini aku tak melihat sosok laki-laki tengil ada pada diri Mas Hilman. Memang, aku pernah melihatnya bersikap dewasa dan bijak. Tapi kali ini ... Sungguh berbeda. Dan hal itu membuat batinku semakin terasa sesak. Karena sampai di titik ini aku telah menyadari jika aku sudah jatuh cinta dengan suami mudaku itu.***Beberapa hari telah berlalu. Di suatu pagi aku dibuat tak percaya dengan kedatangan beberapa ibu-ibu tetangga ke rumah. Dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang selama ini selalu julid denganku. Awalnya perasaan su'udzon sudah menghinggapiku melihat kedatangan mereka. Namun, ternyata aku malah dibuat semakin tak percaya dengan apa yang terjadi. Ya, para tetangga itu memiliki satu tujuan datang kw rumah pagi ini, yakni ingin meminta maaf kepadaku atas sikap julidnya
#SdmsBab 50 Cerita Mbak Susi"Ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Dan ini berkaitan dengan keluargaku. Terlebih ibu kandungku sendiri," kata Mbak Susi dengan seriusnya. Aku, Bulik Erni, Mas Hilman dan Rahma saling melempar pandangan sejenak setelah mendengar perkataan Mbak Susi barusan. Hal apa yang ingin ia sampaikan sehingga membuatnya tiba-tiba datang? "Apa, Nduk?" tanya Bulik Erni tak sabar. Sama hal nya denganku. Mbak Susi menatap buliknya. "Aku dan Mas Aryo sepakat untuk membongkar kejahatan Ibu.""Kejahatan? Kejahatan apa maksdunya?" Bulik Erni tampak bingung. "Jadi, ibu ... Sengaja membuat perjanjian dengan Pak Tejo untuk melunasi utang-utangnya.""Kamu kan udah pernah bilang soal itu," sela Mas Hilman. "Iya, bener." Aku menganggukkan kepalaku. Membenarkan perkataan Mas Hilman. "Iya, emang pernah. Ini kelanjutannya.""Ha?" agak heran aku mendengar ucapan Mbak Susi barusan. Di pikir sinetron kali ya ada kelanjutannya. "Ck! Jangan pada nyela dulu, lah. Dengerin napa!"
#SdmsBab 51 POV Mas Aryo"Sarah, kita gak bisa tinggal diam kayak gini," kata Siska sesaat setelah kepulangannya dari rumah Bulik Erni."Bener kamu, Sis. Ini semua gak bisa dibiarin. Jangan sampai wanita kampung itu menang atas kita." Ibu pun terlihat sama saja dengan Siska. Aku hanya bisa menggeleng melihat sikap istri juga ibuku itu. Mengapa setelah sekian banyak kejadian masih saja membuat mereka tak sadar akan kesalahan yang diperbuatnya? Astaghfirullah ... Mungkinkah ini hukuman untukku karena telah mempermainkan ikatan suci kala aku menikahi Halimah. "Terus Sarah harus apa, Bu?" tanya Sarah. Menatap serius kedua wanita di depannya itu. "Kamu pepet terus Hilman. Kamu kasih perhatian, kasih hadiah atau terselah lah. Yang jelas, kamu harus bisa buat Hilman jatuh cinta lagi ke kamu. Biar Halimah tau rasa! Dua kali menikah tapi gak bisa ngerasain cinta dari seorang suami," ucap Ibu dengan senyum liciknya. "Tolong lah, Bu, hentikan semua ini. Dan kamu Siska, sebagai anak seharus
#SdmsBab 52 Rahasia tentang Mas AryoPagi itu aku yang sedang menyapu halaman dihadapkan pemandangan yang tak biasa. Sehingga membuatku tanpa sadar menghentikan aktivitasku itu. "Mbak?" panggil Mas Hilman yang tiba-tiba muncul. Tanpa mengalihkan pandanganku, aku menjawab, "apa?" "Lihat apa, sih, Mbak?" Mas Hilman menelisik kemana arah tatapan mataku. "Ooh, Mas Aryo ...," ujar Mas Hilman yang sudah menyadari alasan mengapa aku berhenti menyapu. Dimana Mas Aryo yang tengah berdiri berdekatan dengan Sarah. "Gitu amat liatnya, ampe gak kedip." Seketika aku menoleh ke arah Mas Hilman. "Cemburu, ya, Mbak?" goda suami mudaku itu. "Cemburu? Gak, lah!" sewotku. Lantas melanjutkan menyapu sekaligus sedikit menjauh dari Mas Hilman. "Kamu kali, tuh, yang cemburu liat Sarah. Kan, kakak sepupumu itu buaya. Jadi, kalau gak hati-hati ntar bisa-bisa gadis idamanmu itu di ambil juga," gerutuku sambil terus menyapu. Terdengar Mas Hilman terkekeh. "Aku, sih, gak gak cemburu. Kan, aku udah puny
#SmdsBab 53 Sebuah Pengungkapan Cinta? Sekuat tenaga aku menahan air mataku. Dugaan tentang alasan Mas Hilman menyampaikan hal ini supaya ia bisa menceraikanku pun muncul. Mengingat aku yakin Mas Hilman masih berharap bisa menikahi gadis idamannya itu. Ditambah Sarah sendiri juga rela mengorbankan dirinya jauh dari keluarga agar bisa lebih dekat dengan Mas Hilman. Aku takut ya Allah. Aku takut jika harus berpisah dengan Mas Hilman disaat aku mulai mencintainya. Walaupun aku tahu, saat ini hatinya tidak sedang untukku. "Lalu, siapa yang kamu cintai, Mbak?" suara Mas Hilman terdengar lebih dekat di telingaku. "Siapa lagi kalau bukan ... Suamiku." Meskipun posisiku membelakangi Mas Hilman, namun nyatanya aku sama sekali tak ingin ia melihatku di titik ini.Aku merasa jika perkataanku barusan seperti ungkapan cintaku pada seseorang yang jelas-jelas ia tak akan membalasnya. Satu tetes air mata berhasil membasahi pipiku. Dan tetesan lain aku berusaha menahannya kembali. Aku tak ingin