#SdmsBab 45 Kaburnya calon pengantin Setelah beberapa saat menunggu, sang calon pengantin perempuan alias Mbak Susi tak kunjung muncul. Padahal sudah dipanggil beberapa kali. Alhasil membuat suasana menjadi agak riuh. Tak sedikit dari para tamu yang saling bertanya-tanya. Serta ada juga terdengar dari gosipan para ibu-ibu di sekitarku yang mengatakan jika Mbak Watik mungkin saja sudah melarikan diri karena tak ingin dinikahi laki-laki tua itu. Duh, jangan-jangan ... Benar juga yang dikatakan ibu-ibu itu. Astagfirullah .... "Pengantin wanitanya gak ada!" Serempak semua orang mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang baru saja keluar dari rumah Bu Watik dengan wajah yang panik. Wanita itu mendekati Bu Watik yang terlihat gelisah. "Kok, bisa gak ada gimana ceritanya?" bentak Siska ke wanita di depannya itu. Wanita yang ternyata adalah perias untuk Mbak Susi hari ini. "Tolong gak usah bentak saya," balas wanita perias itu. "Kaburnya pengantin bukan kuasa saya. Lagian tugas saya
#SdmsBab 46 Pesan di group RT"Aku bisa bantu. Asal kamu juga bantu aku," kata Mbak Susi penuh percaya diri. Mencoba membuat penawaran. Aku terdiam sejenak. Menelaah penawaran dari Mbak Susi barusan. Haruskan aku percaya dan menerima tawarannya? Sedangkan selama ini ia selalu berucap hal-hal yang buruk tentangku. "Gimana?" desak Mbak Susi. Dengan tegas aku menjawab, "enggak!"Mbak Susi menggoyang-goyangkan lenganku. "Haduh kamu itu .. Ayolah. Bantu aku. Aku janji setelah ini aku tobat berbuat jahat ke kamu."Aku terheran-heran melihat tingkah Mbak Susi yang terus membujukku. Seperti anak kecil yang padahal usianya di atasku lima tahun. Ah, pantas saja tak ada yang mau menikahinya. Sekalinya ada malah bapak-bapak. "Enggak, ya, enggak, Mbak," tolakku. Berusaha melepaskan tangan Mbak Susi. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar. "Mbak? Buka pintunya!" suara Mas Hilman setengah berteriak. "Bentaaar!" balasku seraya bangkit dari tempat dudukku. "Ngomong sama siapa, sih?" tan
#SdmsBab 47 Kemarahan Bu WatikKu serahkan kembali hp milik ibu mertuaku itu. Masih tak percaya dengan apa yang dilakukan Mbak Susi. Walaupun hanya sekedar pesan, tapi bagiku itu adalah satu langkah untuk membersihkan namaku. Tapi ... Mengapa tiba-tiba Mbak Susi melakukan hal itu? Padahal sebelumnya aku tak ingin membantunya dalam persembunyiannya ini. ***"Halimaaaaahhh!!!!!"Benar-benar membuatku terkejut mendengar teriakan Bu Watik dari luar. Wanita tua itu bahkan terus mengetuk pintu dengan sangat kasar. Sepertinya amarahnya sedang bergejolak setelah mengetahui pesan yang dikirim anaknya di group Rt beberapa jam yang lalu. "Biar Ibu yang buka." Bulik Erni berjalan ke arah pintu depan.Sedangkan aku mengikutinya dari belakang. Hanya saja aku tak ikut menemui Bu Watik. Aku mengintip dari balik horden yang menjadi pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah. Bulik Erni membuka pintu. "Salam dulu kenapa, sih, Mbak?" "Haduh! Mana menantumu!" Bu Watik tampak emosi. Kedua matanya
#SdmsBab 48 Pergi Meski batin terasa sesak dan tubuh tak sanggup lagi menopang diri, aku berusaha keras menjernihkan pikiranku. Berdiam diri sejenak untuk memantapkan keputusan yang akan aku ambil saat ini. Ya, keputusanku pasti akan menjadi yang terbaik untuk semuanya. ***Malam ini sengaja aku tak tidur duluan. Aku menunggu waktu tengah malam supaya bisa meninggalkan rumah Bulik Erni tanpa sepengetahuan orang-orang rumah. Ini adalah keputusan yang sangat berat. Namun, dari sekian banyak hal yang terjadi, pada akhirnya aku lah penyebabnya. Dan aku merasa kepergianku ini nantinya akan menjadi jalan terbaik untuk semuanya. Hidup Bu Watik akan tenang. Siska yang tak akan lagi mengusik dan mengancamku. Serta Mas Hilman sendiri yang bisa jadi akan menikahi Sarah. Gadis idamannya. Dan aku? Aku akan menjalani hidupku dengan kebahagiaan yang ku ciptakan sendiri tanpa ada gangguan dari orang-orang yang julid terhadapku. "Maafkan aku, Mas. Maafkan aku." Ku tatap wajah Mas Hilman dengan
#SdmsBab 49 Permintaan Maaf Dari Tetangga Julid "Mbak Susi sedang berjuang membersihkan namamu. Jadi tolong, jangan bertindak tanpa mempertimbangkannya lebih dulu denganku," kata Mas Hilman lagi.Kali ini aku tak melihat sosok laki-laki tengil ada pada diri Mas Hilman. Memang, aku pernah melihatnya bersikap dewasa dan bijak. Tapi kali ini ... Sungguh berbeda. Dan hal itu membuat batinku semakin terasa sesak. Karena sampai di titik ini aku telah menyadari jika aku sudah jatuh cinta dengan suami mudaku itu.***Beberapa hari telah berlalu. Di suatu pagi aku dibuat tak percaya dengan kedatangan beberapa ibu-ibu tetangga ke rumah. Dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang selama ini selalu julid denganku. Awalnya perasaan su'udzon sudah menghinggapiku melihat kedatangan mereka. Namun, ternyata aku malah dibuat semakin tak percaya dengan apa yang terjadi. Ya, para tetangga itu memiliki satu tujuan datang kw rumah pagi ini, yakni ingin meminta maaf kepadaku atas sikap julidnya
#SdmsBab 50 Cerita Mbak Susi"Ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Dan ini berkaitan dengan keluargaku. Terlebih ibu kandungku sendiri," kata Mbak Susi dengan seriusnya. Aku, Bulik Erni, Mas Hilman dan Rahma saling melempar pandangan sejenak setelah mendengar perkataan Mbak Susi barusan. Hal apa yang ingin ia sampaikan sehingga membuatnya tiba-tiba datang? "Apa, Nduk?" tanya Bulik Erni tak sabar. Sama hal nya denganku. Mbak Susi menatap buliknya. "Aku dan Mas Aryo sepakat untuk membongkar kejahatan Ibu.""Kejahatan? Kejahatan apa maksdunya?" Bulik Erni tampak bingung. "Jadi, ibu ... Sengaja membuat perjanjian dengan Pak Tejo untuk melunasi utang-utangnya.""Kamu kan udah pernah bilang soal itu," sela Mas Hilman. "Iya, bener." Aku menganggukkan kepalaku. Membenarkan perkataan Mas Hilman. "Iya, emang pernah. Ini kelanjutannya.""Ha?" agak heran aku mendengar ucapan Mbak Susi barusan. Di pikir sinetron kali ya ada kelanjutannya. "Ck! Jangan pada nyela dulu, lah. Dengerin napa!"
#SdmsBab 51 POV Mas Aryo"Sarah, kita gak bisa tinggal diam kayak gini," kata Siska sesaat setelah kepulangannya dari rumah Bulik Erni."Bener kamu, Sis. Ini semua gak bisa dibiarin. Jangan sampai wanita kampung itu menang atas kita." Ibu pun terlihat sama saja dengan Siska. Aku hanya bisa menggeleng melihat sikap istri juga ibuku itu. Mengapa setelah sekian banyak kejadian masih saja membuat mereka tak sadar akan kesalahan yang diperbuatnya? Astaghfirullah ... Mungkinkah ini hukuman untukku karena telah mempermainkan ikatan suci kala aku menikahi Halimah. "Terus Sarah harus apa, Bu?" tanya Sarah. Menatap serius kedua wanita di depannya itu. "Kamu pepet terus Hilman. Kamu kasih perhatian, kasih hadiah atau terselah lah. Yang jelas, kamu harus bisa buat Hilman jatuh cinta lagi ke kamu. Biar Halimah tau rasa! Dua kali menikah tapi gak bisa ngerasain cinta dari seorang suami," ucap Ibu dengan senyum liciknya. "Tolong lah, Bu, hentikan semua ini. Dan kamu Siska, sebagai anak seharus
#SdmsBab 52 Rahasia tentang Mas AryoPagi itu aku yang sedang menyapu halaman dihadapkan pemandangan yang tak biasa. Sehingga membuatku tanpa sadar menghentikan aktivitasku itu. "Mbak?" panggil Mas Hilman yang tiba-tiba muncul. Tanpa mengalihkan pandanganku, aku menjawab, "apa?" "Lihat apa, sih, Mbak?" Mas Hilman menelisik kemana arah tatapan mataku. "Ooh, Mas Aryo ...," ujar Mas Hilman yang sudah menyadari alasan mengapa aku berhenti menyapu. Dimana Mas Aryo yang tengah berdiri berdekatan dengan Sarah. "Gitu amat liatnya, ampe gak kedip." Seketika aku menoleh ke arah Mas Hilman. "Cemburu, ya, Mbak?" goda suami mudaku itu. "Cemburu? Gak, lah!" sewotku. Lantas melanjutkan menyapu sekaligus sedikit menjauh dari Mas Hilman. "Kamu kali, tuh, yang cemburu liat Sarah. Kan, kakak sepupumu itu buaya. Jadi, kalau gak hati-hati ntar bisa-bisa gadis idamanmu itu di ambil juga," gerutuku sambil terus menyapu. Terdengar Mas Hilman terkekeh. "Aku, sih, gak gak cemburu. Kan, aku udah puny
Bab 124 EndingTak lama setelah kabar gembira itu mencuat, tiba-tiba kami semua yang berada di teras rumah Bu Watik itu pun seketika dibuat terkejut lantaran terdengar teriakan dari arah dalam rumah. Dan sudah bisa ditebak teriakan yang cukup kencang itu pasti berasal dari Bu Watik.Di waktu yang bersamaan itu pula lah Mas Aryo lantas berlari dengan cepat menuju dalam rumah. Pastilah ia merasa khawatir jikalau terjadi sesuatu pada ibunya itu. Bulik Erni, Sarah, Rahma, serta aku yang menggendong Abrisam pun dengan panik menyusul Mas Aryo ke dalam. Dan disaat kami semua berada tepat di depan kamar Bu Watik, kedua mata kami dibuat tercengang dengan pemandangan di depan sana.Dimana Bu Watik ternyata ... Terjatuh dari tempat tidurnya.Entahlah apa yang sebelumnya wanita paruh baya itu perbuat hingga membuatnya terjatuh dari kasurnya. Namun yang jelas hal tersebut membuat Mas Aryo begitu terkejut. Begitu juga dengan diriku dan yang lainnya.Mendapati ibunya dalam kondisi demikian, tanpa b
Bab 123 Kondisi Mantan Mertua Setelah memberikan jawabanku tersebut, aku tidak lagi mendengar suara dari Mas Hilman. Dan entah mengapa di momen itu aku merasa kalau suami mudaku itu sedang memikirkan sesuatu yang ujung-ujungnya aku diminta untuk mengembalikan satu set perhiasan itu.Astagfirullah ... Aku terus berucap istighfar dalam hati sembari terus berharap kalau Mas Hilman tidak memintaku untuk mengembalikan satu set perhiasan itu. Karena bagaimanapun aku berusaha menghargai hadiah yang dikirim Siska itu. Walaupun perihal permintaan maaf dari Siska belum juga diketahui secara pasti. Namun yang jelas jika memang benar Siska ingin meminta maaf dan sudah menyesali perbuatannya, hal itu lah yang membuatku senang dan bukan semata-mata karena perhiasan saja.Namun ternyata dugaanku salah. Ketika aku meminta untuk menyudahi aktivitas memijat ini, Mas Hilman masih sama seperti sebelumnya. Tetap tak bersuara. Tentu saja hal ini sudah bisa dipastikan kalau suami mudaku itu pasti tertidur.
Bab 122 Satu Set Perhiasan "O ya, udah hubungi nomor di paket mu itu belum?" tanya Mas Hilman yang membuatku teringat sesuatu."Astaghfirullah, belum, Mas," balasku.Benar, setelah menerima paket beberapa hari yang lalu, dimana paket yang berisikan satu set perhiasan emas itu membuatku dan Mas Hilman terkejut saat mengetahuinya. Alhasil karena tidak ada nama pengirim dan hanya ada nomor telepon yang sepertinya dari toko perhiasan itu dibeli, aku berencana untuk menghubungi toko tersebut. Dengan tujuan untuk mengkonfirmasi apakah satu set perhiasan yang aku terima benar-benar ditujukan untukku.***"Mas, Mas, Mas!!" dengan terburu-buru aku mendekati Mas Hilman yang baru saja pulang dari sekolah."Kenapa?" tanyanya heran."Lihat, deh," ucapku seraya meminta Mas Hilman melihat ke arah layar hp yang berada di tanganku.Setelah membaca isi pesan yang aku tunjukkan lantas saat itu juga Mas Hilman menatapku dengan raut wajah kebingungan. Sontak hal itu membuatku yang tadinya ceria seketika
Bab 121 Kepergian Mbak SusiSayangnya, ketika Mbak Susi belum sempat memulai ceritanya disaat yang bersamaan tiba-tiba muncul Rahma, adik iparku. Ia datang dengan nafas terengah-engah sambil membawa Abrisam."Maaf semuanya," kata Rahma sembari menurunkan keponakannya.Abrisam pun berjalan dengan wajah riangnya ke arahku. Sedangkan Rahma diminta untuk duduk terlebih dahulu dan menenangkan diri sebelum bercerita. Sampai akhirnya Rahma diminta untuk menceritakan apa yang menjadi sebab ia menyusul ke rumah ini dengan kondisi seperti itu tadi. Dimana ternyata ... Ada seseorang yang mencariku.Mendengar hal itu Mas Hilman lantas bergegas keluar rumah dan berjalan pulang ke rumahnya. Sedangkan aku menitipkan Abrisam ke ibu mertuaku dan segera menyusul suami mudaku itu. Begitu juga dengan Rahma yang mengikutiku dari belakangku. Sementara yang lainnya lebih memilih untuk tetap berada di tempatnya sembari memantau dari kejauhan.***Bersamaan dengan kehadiranku, saat itu pula lah Mas Hilman me
Bab 120 Pesan Untukku"Gak pa-pa, kok, Bulik," jawab Mbak Susi dengan suara pelan seraya tersenyum ke arah Bulik Erni.Melihat kondisi Mbak Susi yang berjalan seperti itu, ditambah adanya luka lebam dibeberapa titik wajahnya membuatku merasa kasihan padanya. Aku betul-betul tak menyangka jika pernikahan yang awalnya dulu penuh drama kini harus berakhir seperti ini. Sungguh menyedihkan dan sungguh malang nasib mantan kakak iparku itu.Di momen ini pula lah yang membuatku semakin bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi? Dan adakah kesalahan yang diperbuat Mbak Susi hingga Pak Tejo dan ketiga istrinya yang lain sampai tega meninggalkan bekas luka-luka di tubuh Mbak Susi seperti itu.Sampai akhirnya setelah melihat Mbak Susi lebih tenang dan lebih rileks, Bu Watik yang memang sejak tadi malam mengkhawatirkan anaknya sampai-sampai dia pingsan pun mulai mengajukan pertanyaan terkait apa yang sebenarnya terjadi. Selain itu aku sendiri juga teramat penasaran dengan apa yang membuat Mbak S
Bab 119 Menjemputnya pulang ke rumahMelihat nama dari orang yang meneleponku malam-malam itu seketika aku dibuat mendelik. Mendadak pula jantungku berdebar-debar karena aku merasa yakin kalau ada hal yang penting untuk disampaikan malam itu juga. Ku angkat lah panggilan telepon tersebut dan mendapati kabar yang sangat-sangat membuatku terkejut seketika. Bahkan saking terkejutnya aku sampai tidak bisa menggerakkan badanku untuk beberapa detik. Sampai akhirnya tiba-tiba Mas Hilman terbangun dan melanjutkan obrolan dari orang yang cukup kami kenal itu lewat telepon.Setelah beberapa saat kemudian panggilan telepon berakhir. Dan saat itu juga Mas Hilman memintaku untuk bersiap karena kami akan segera pergi ke tempat sesuai yang disampaikan orang yang belum lama menelepon kami tadi. Dengan perasaan yang masih syok, aku tetap berusaha tenang. Karena bagaimanapun nanti setelah sampai di tempat tujuan, aku lah yang akan berperan penting di sana.***"Ada apa, Sar?" tanyaku panik ketika aku
Bab 118 Dalang"Maksudnya udah biasa?" tanyaku.Sembari menarik selimut suami mudaku itu lantas menjawab, "udah biasa kamu curigain!" dengan cepat Mas Hilman menutupi seluruh tubuhnya dengan selimutnya yang seolah ingin berlindung dariku.Dan memang tepat apa yang dilakukan Mas Hilman tersebut. Pasalnya usai mendengar jawabannya itu reflek aku mengambil bantalku dan menggunakannya untuk memukul-mukul tubuhnya. Enak saja memberi jawaban seperti itu. Apa dia pikir aku adalah tipe wanita yang selalu curigaan padanya?! Haduh! ***Pagi harinya ketika aku ingin melihat nomor tanpa nama di hp ku, yang kemarin ku kira milik Dewi, aku dibuat terkejut karena aku tidak menemukan nomor tersebut. Baik di daftar pesan maupun di riwayat panggilan. Tidak ku temukan nomor itu sama sekali.Mendapati hal demikian seketika itu juga aku teringat akan Mas Hilman yang membuka-buka hp ku tadi malam, yang katanya hanya sekedar ingin melihat-lihat saja. "Pasti kamu, Mas!" rutukku lalu berjalan mencari kebera
Bab 117 Sebuah NasihatKarena pesan yang membuatku begitu syok ketika aku membacanya itu, aku sampai tidak sabar ingin menyampaikannya kepada Mas Hilman yang mana suami mudaku itu belum pulang dari masjid. Ingin sekali ku telepon Mas Hilman tetapi sayangnya hp nya di rumah. Dan memang kebiasaan suami mudaku itu lah yang selalu tidak membwa hp jika pergi ke masjid seperti ini.Sampai setelah beberapa saat menunggu akhirnya Mas Hilman pulang. Dan dengan semangat serta rasa ingin tahu akan ekspresi juga tanggapan dari Mas Hilman, aku pun langsung menyodorkan pesan dari nomor tanpa nama tersebut. Dan tebakanku akan tanggapan Mas Hilman pun terjawab ketika suami mudaku itu telah tuntas membaca pesan tersebut. Dimana Mas Hilman berkata jika ia juga tidak menyangka dengan isi pesan tersebut. Dan sama dengan diriku, Mas Hilman juga menyakini jika pesan tersebut berasal dari Dewi.Akhirnya di pagi itu tanpa banyak berpikir aku dan Mas Hilman langsung keluar kamar dan berjalan dengan terburu-b
Bab 116 Sebuah VideoDimana ia bilang jika sebetulnya selama di rumah Bu Mira, ia dan Mas Aryo tidak banyak mendapatkan informasi mengenai apa yang menjadi tujuan mereka. Malah yang ada Bu Mira terus mengajak dua bersaudara itu bercerita ke hal-hal yang terbilang tidaklah penting. Saking banyak omong nya, sampai-sampai setiap kali Mas Hilman dan Mas Aryo ingin pamit untuk pulang selalu saja merasa sungkan karena cerita yang belum kelar tersebut.Sampai di titik ini aku merasa semakin yakin kalau sebenarnya ada yang tidak beres dengan kejiwaan Bu Mira. Tapi, bagaimana aku bisa menemukan jawaban dari dugaanku itu jika Bu Mira saja bersikap buruk ketika berhadapanku. Dan ... Apa mungkin kejadian yang menimpaku ini ada hubungannya dengan Dewi yang katanya adalah anak kandung dari Bu Mira?"Bu Mira bilang gak kalau Dewi tau soal ini?" tanya Bulik Erni yang membuat kami semua menoleh ke arahnya.Mas Hilman menggeleng lalu menjawab pertanyaan ibunya barusan. "Enggak, Bu. Tapi menurut Hilman