Bab 75Sementara itu, di kediamannya. Dhifa sedang menunggu Riko dengan khawatir. Dia sudah berusaha menghubungi suaminya tersebut, akan tetapi ponselnya tidak aktif. Sesekali suara petir yang menggelegar di angkasa membuat Dhifa kaget lalu beristighfar. Dia sangat khawatir dengan keadaan suaminya. "Mas Riko, kamu kemana, sih. Masa sudah lebih dari dua jam sejak kamu keluar kantor belum sampai juga," keluh Dhifa sambil kembali berusaha menghubungi suaminya. Tetap tidak aktif, Dhifa pun menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas sofa di ruang tamunya. Dhifa merasa gelisah dan khawatir, sementara itu suasana di luar rumah masih diwarnai dengan air hujan yang masih sangat deras. "Apa Mas Riko terjebak banjir, ya. Jadi harus mencari jalan lain. Tapi kenapa ponselnya malah tidak aktif?" Tok? Tok! Tok!Dhifa bergegas bangkit saat mendengar suara pintu yang diketuk. "Itu pasti Mas Riko, karena sendag hujan deras jadi aku tak mendengar suara mobilnya," pikir Dhifa senang. Setelah sampai di pint
Bab 76"Halo, Tante. Selamat pagi!" seru Vanessa mengejutkan mamabya Riko yang sedang menyiram bunga di halaman rumahnya. Mamanya Riko pun menoleh demi melihat siapa yang datang. Keningnya mengernyit saat melihat Vanessa lah yang datang."Vanessa! Ini beneran kamu?" tanyanya tak percaya. "Iya, Tante. Ini Vanessa. Masa Tante lupa. Batu juga tiga tahun gak ketemu," Rajuk Vanessa. "Bukan lupa, hanya sedikit pangling saja. Kamu makin cantik saja sekarang," balas mamanya Riko berbasa-basi.Wajah Vanessa semakin sumringah demi mendengar pujian dari mamanya Riko. Orang yang sangat dicintainya sejak dulu. Bahkan sejak kakaknya masih hidup."Ah, Tante bisa aja memujinya. Aku kan jadi malu.""Memang kenyataanya begitu, kok. Oh ya jadi lupa. Ayo kita duduk di teras, malah jadi ngobrol di sini. Sebentar, Tante cuci tangan dahulu."Mamanya Riko pun membersihkan tangannya kemudian mengajak Vanessa duduk di teras. Dia sengaja tidak mengajak gadis itu k dalam rumah karena tidak ingin Vanessa berla
Bab 77Mama Riko benar-benar marah dengan anaknya. Dia meminta Riko datang ke rumah secepatnya. Riko pun menuruti permintaan mamanya. Setelah makan siang, Riko mendatangi kediaman mamanya. Kebetulan siang itu tidak ada jadwal atau pun pertemuan penting dengan kliennya. "Datang juga kamu, Riko. Mama itu sebal sama kamu, tahu, gak?" Emosi mamanya Riko masih besar hingga dia langsung memarahi anaknya begitu Riko tiba di rumahnya. "Sabar Ma, ada apa sebenarnya?" Riko bertanya dengan pelan, dia tahu kalau mamanya sedang emosi. "Mama gak suka kalau kamu masih berurusan dengan Vanessa. Kenapa kamu menolongnya, Riko?" "Oh, masalah itu. Mama tenang saja, Riko hanya kasihan saja malam tadi. Lagi pula Riko tak tahu kalau dia yang meminta tolong, Ma. Pokoknya, Mama tenang saja. Gak akan jadi masalah, kok." "Gak jadi masalah gimana, Riko. Tadi pagi saja dia sudah berani datang ke sini dan mencari kamu. Alasannya ingin mengucapkan terima kasih. Tapi mama tahu tujuan dia sebenarnya," ucap Mama
Bab 78"Kurang ajar! Aku terlambat lagi! Ke apa sih Mas Riko gak sabar menunggu aku! Sebal!"Vanessa melemparkan apa saja yang bisa digapainya di dalam kamar. Suara benda pecah dan dibanting bergantian terdengar dari dalam kamarnya membuat para pembantu ketakutan. Mereka tahu bagaimana kelakuan Vanessa jika sedang marah begitu, dia bisa bersikap kasar dan brutal. Jadi mereka tidak ada yang berani mendekat. Prang!Vanessa melempar cermin di meja riasnya dengan botol parfum. Dia sangat kesal dan marah karena baru tahu kalau Riko, mantan suami kakaknya itu sudah menikah lagi. Sementara itu, Vero, mamanya Vanessa baru saja kembali dari arisan bersama geng sosialitanya merasa heran melihat para pembantu berkumpul di depan kamar Vanessa. "Ada apa ini? Kenapa kalian berkumpul di sini?" "Eh, Nyonya sudah pulang? Itu, Neng Vanessa ngamuk di dalam kamarnya," jawab pembagi paling senior di rumah itu. "Vanessa mengamuk? Kenapa lagi itu anak?" gerutu Vero lalu mengetuk pintu kamar anaknya.
Bab 79"Mami, ada tamu!" Alea mengetuk pintu kamar mamanya. Dhifa yang baru selesai mandi pun segera membuka pintu kamar lalu bertanya kepada Alea. "Siap, Le?" "Gak tahu, Mi. Katanya teman Papa," jawab Alea. "Ya, sudah suruh tunggu sebentar. Bilangin kalau Papa belum pulang," kata Dhifa. Alea pun mengangguk kemudian menemui kembali tamu yang sedang menunggu di teras. Alea memang tidak menyuruh tamu itu masuk karena dia tidak mengenalnya. "Sebentar, ya, Tante. Mami masih berpakaian, kalau Papa belum pulang," beritahunya pada sang tamu. "Iya, Sayang. Gak apa-apa, Tante tunggu di sini saja," sahut Vanessa, sang tamu yang dimaksud tadi. Vanessa merapikan hijab yang dipakainya. Sebenarnya dia merasa gerah dan tidak nyaman dengan pakaian tertutup seperti itu. Namun, demi berhasilnya rencana bersama mamanya, terpaksa Vanessa menjalaninya. Karena penampilannya yang sudah berubah, maka Alea pun tidak mengenali Vanessa. Orang yang sudah menghina mama dan adiknya dahulu. Tak lama menung
Bab 80"Argh, sial. Sia-sia aku kepanasan pakai hijab ini. Mas Riko nya malah lembur. Huh!"Vanessa melampiaskan kekesalannya di dalam mobil. Dia sudah agak jauh dari kediaman Dhifa. Dia mengemudikan mobil dengan kecewa karena rencananya lagi-lagi berantakan. Padahal dia masih berada di dalam komplek perumahan kediaman Dhifa. Cit!Vanessa mengerem mobilnya dengan tiba-tiba. Karena asyik melamun dia pun menabrak seorang wanita yang akan menyeberang jalan. Ups! Hampir saja. Batin Vanessa kesal. Wanita yang tak lain adalah Irena itu meringis karena terbentur mobil Vanessa. Untung saja Vanessa bisa mengerem tepat waktu sehingga dia tidak terlindas mobilnya. Dengan gugup Vanessa keluar dari dalam mobil untuk melihat keadaan korban Dia menoleh ke sekitar. Untung masih ada di dalam komplek, jadi tidak ada pengendara lain yang lewat, pikirnya senang. "Aduh, kakiku," erang Irena. "Maafkan saya, Mbak. Saya gak sengaja, ayo kita ke rumah sakit saja!" kata Vanessa dengan gugup. "Gak usah,
Bab 81"Jadi dia nekat datang ke sini tadi?" Riko bertanya dengan heran. Heran dengan keberanian Vanessa mendatangi kediamannya. Riko baru saja pulang dari kantor, Dhifa pun langsung menceritakan tentang kedatangan Vanessa siang tadi. "Iya, Mas. Dan kamu tahu gak, dia sekarang sudah merubah penampilannya. Vanessa sekarang memakai hijab dan tampak anggun sekali, meskipun kelihatannya dia tidak nyaman dengan pakaiannya itu," beritahu Dhifa. "Memakai hijab? Tapi waktu malam itu pakaiannya sangat seksi dan terbuka. Aneh," ujar Riko makin heran. "Entahlah, Mas. Biarkan saja dulu, kita lihat apa yang akan dilakukan Vanessa Selan itu tanya. Lebih baik kamu sekarang mandi, terus kita makan malam di luar. Soalnya, Bik Ijah belum gak ada. Aku juga lagi malas masak.""Malas masak? Tumben?" Riko menggoda istrinya. Biasanya Dhifa akan memasak walaupun baru pulang dari kantor. "Tubuhku rasanya lemas dan tak bertenaga, Mas. Sangat lelah," jawab Dhifa. "Hm, wajah kamu juga sedikit pucat. Apa k
Bab 82Riko dan Dhifa baru saja kembali dari makan malam di luar. Saat itu sudah hampir larut malam. Setelah makan malam, sebelum kembali, Riko mengajak Dhifa untuk bersantai di taman yang masih ramai meskipun hari telah malam. Mereka berkeliling area taman sambil sesekali mampir di lapak pedagang kaki lima yang menjajakan aneka jenis makanan dan camilan yang enak. Tak terasa sudah hampir dua jam mereka berada di sana. "Enak juga bisa bersantai di tempat seperti ini, ya, Mas?" Dhifa melirik suaminya yang tengah duduk bersandar sambil menatap hamparan bintang di langit malam."Iya, Fa. Rasanya, Mas gak ingin malam ini cepat berlalu."Dhifa tersenyum mendengar jawaban Riko, dia melihat waktu di ponsel pintarnya. Dhifa pun berdiri lalu mengajak Riko untuk pulang. "Sayangnya, kita harus pulang sekarang, Mas. Sudah hampir tengah malam, taman juga sudah sepi."Riko menoleh ke sekitarnya, benar saja. Taman yang tadinya ramai dengan pengunjung, kini sudah mulai sepi. Hanya tinggal beberapa