Share

Suami Licik Istri Cerdik
Suami Licik Istri Cerdik
Penulis: Maheera

Mertua Zalim

Penulis: Maheera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 23:26:17

Aku menghela napas pelan melihat sampah berserakan di setiap sudut pekarangan rumah Ibu mertua. Selalu seperti ini setiap hari, padahal tempat sampah sudah disediakan tepat di depan rumah, tetapi tidak ada yang berniat membuang ke sana. Entah malas atau menungguku melakukannya. Yah, seperti inilah keseharianku. Datang siang hari selepas mengerjakan pekerjaan rumah, bukannya rehat aku harus ke kediaman Ibu Mas Dayat untuk membantu bersih-bersih. Permintaan Mas Dayat kupikir berlebihan karena Ibunya masih sangat kuat, lagipula setiap ke sana aku disuruh mengerjakan ini dan itu layaknya asisten rumah tangga, padahal Kakak perempuannya selalu datang berkunjung untuk sekadar tidur, makan, dan main ponsel, sementara Ibu mertua bertandang ke rumah tetangga sampai sore.

"Anak Bunda turun dulu, yuk." Aku menggendong Gio yang tampak lemas. "Gio sakit?" Tatapanku fokus di wajahnya yang memerah.

Gio hanya diam lalu memel-ukku. Risau menghampiri ketika merasakan hawa panas dari badan bocah lelaki itu.

"Gio demam, Nak? Pusing kepalanya?" Aku bertanya lagi, merasakan anggukan Gio aku berniat memutar kembali sepeda motor.

"Eh, mau ke mana lagi?" Suara Ibu Mas Dayat membuatku urung bergerak. Wanita paruh baya itu berdiri bertolak pinggang di depan pintu, seperti biasa wajah masamnya menyambutku. "Udah sampai sini mau pergi lagi."

"Gio demam, Bu. Aku mau bawa ke dokter sebentar." Aku menjelaskan kondisi Gio agar Ibu Mas Dayat mengijinkanku. Alih-alih beliau memasang raut menge-jek.

"Hallah, jangan lebay jadi orang tua. Anakmu itu baik-baik aja. Ayo masuk, bersih-bersih. Ibu mau ke rumah Surti dulu. Jangan lupa sekalian masak."

"Tapi, Bu ...."

"Gak ada tapi-tapi, jangan cari alasan, ya. Nanti aku adukan ke Dayat tahu rasa!" Setelah berkata seperti itu, Ibu Mas Dayat ngeloyor pergi ke rumah tetangga.

Aku mengusap punggung Gio sekadar memastikan bocah itu baik-baik saja. "Gio baik-baik aja, kan? Bunda bersih-bersih dulu setelah itu kita ke dokter minta obat, ya?"

Aku sedikit lega merasakan anggukan Gio, mengeratkan pelukan berharap demam Gio berpindah ke badanku. Aku mere-bahkan bocah itu di sofa yang ada di ruang tamu. Lagi-lagi aku harus menahan sesak melihat kondisi rumah yang berantakan. Piring-piring kotor, gelas, dan sampah berserakan. Aku berjalan ke dapur bermaksud mengambil baskom untuk mengumpulkan semua piring kotor tadi, tetapi keadaan dapur tidak  jauh berbeda dari ruang tamu, sampah bekas mie dibuang di wastafel. Bercak-bercak minyak membuat lantai dapur terasa licin. Aku benar-benar frustasi melihat kondisi rumah Ibu Mas Dayat, tetapi tak punya waktu berlama-lama untuk berdiam diri. Dengan cekatan aku mulai membersihkan ruang tamu, memasukkan semua sampah ke plastik lalu membersihkan setiap bagian ruangan, sambil mengepel sesekali mengecek kondisi Gio.

Saat mencuci piring kotor di dapur, lamat-lamat  aku mendengar rengekan Gio.  Aku berlari ke ruang tamu dan melihat bocah laki-laki itu sedang dimandikan oleh ibu mertuaku di teras.

"Bu, kenapa Gio dimandikan?" Aku segera memeluk Gio yang sudah basah kuyup, d@rahku mendidih melihat putraku menggigil karena ibu memandikannya langsung dengan pakaian yang melekat di badannya.

"Anakmu itu badannya panas. Ya, sudah aku mandikan saja pakai air dingin." Jawaban Ibu ketus membuatku mati-matian meredam emosi agar tak tersulut.

"Bu, kalau demam bukan dimandikan dengan air dingin, tapi dikompres!" Aku membalas lebih keras. Bukannya tidak hormat dengan ibu mertua, tetapi tindakan beliau sudah sangat kelewatan.  Aku menggendong Gio masuk ke dalam kamar yang biasa aku tempati kalau aku dan Mas Dayat menginap di sana. Segera kukeringkan badan Gio. Jantungku berdenyut melihat bibirnya bergetar. Dia seperti ini mengatakan sesuatu, tetapi tak bisa.

"Sabar, ya, Nak, setelah ini kita langsung berobat. Gio kuat, kan?" Aku bertanya untuk memastikan kondisi Putraku

Gio tidak menjawab, dia hanya diam sambil mendekap badannya sendiri. Hatiku teriris melihat kondisi Putraku. Bagaimana mungkin Ibu tidak tahu kalau anak demam harusnya diberi obat dan dikompres dengan air hangat Namun, beliau malah melakukan sebaliknya. Gerakan tanganku terhenti ketika tidak sengaja melihat map berwarna merah tersembul di laci meja. Rasanya aku dengan familier benda itu, seperti ....

"Bunda, sakit ...." Keluhan Gio membuatku harus mengurungkan niat membuka laci. Aku menggendongnya lalu berjalan tergesa-gesa keluar kamar.

"Eh, mau ke mana? Pekerjaanmu belum selesai!" Ibu menghadang langkahku.

"Aku mau bawa Gio ke dokter. Lihat, sekarang bibirnya biru, aku tidak terjadi sesuatu pada anakku." Aku melewati Ibu Mas dayat setengah berlari menuju sepeda motor yang kuletakkan di pekarangan rumah.

"Lebay kamu, dikasih obat turun panas dari warung, jangan biasakan kasih obat dokter. Kamu pikir berobat ke dokter sekarang murah?"

"Tenang saja, Bu, yang kupakai u@ngku bukan punya Mas Dayat. Lagi pula, bukankah selama ini u@ng yang Ibu terima dari tokoku juga?!" balasku sambil meletakkan Gio di jok belakang.

Aku tidak peduli apa reaksi Ibu mertuaku. Masa bod0h penilaiannya padaku. Toh selama ini dia tidak pernah menganggapku sebagai menantu, mungkin di kepalanya aku ini hanyalah mesin u@ng sekaligus membantu gratisan untuknya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
serunya cerita mertua yang mau menang sendiri
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
klu anakmu kenapa2 itu kamu penyebabnya. jadi istri koq goblok banget kayak g berpendidikan aja. berbakti sama suami bukan berarti jadi babu mertua ,nyet!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Licik Istri Cerdik   Ipar Tak Tahu Diri

    "Imah, mana nasi sama lauk untuk Ibu?"Suara Mbak Anis terdengar keras membuatku harus menjauhkan ponsel dari daun telinga. Ini bukan pertama kali Kakak Iparku berkata ketus seperti itu. Bisa dibilang sudah menjadi kebiasaannya dan selama ini aku hanya bisa diam. Pernah membantah justru fitnahan yang dia lontarkan padaku."Maaf, Mbak, aku tidak masak hari ini." Aku menjawab sambil menepuk-nepuk bokong Gio yang tertidur di gendongan."Aku tidak mau tahu, kamu harus antar lauk ke sini. Kalau tidak aku lapor ke Dayat." Nada suara Mbak Anis semakin keras. Lazimnya orang meminta pasti akan bersuara lemah-lembut, tetapi berbeda dengan Kakak iparku itu. Dia selalu ketus dan sinis, apa yang dia perintahkan harus dikerjakan. Tidak peduli aku sedang repot. Pernah mengeluh pada Dayat, suamiku, namun dia menyuruhku sabar, sebab Mbak Anis memang dimanja sejak kecil. Apa pun yang diminta pasti dipenuhi oleh Ibunya. Apalagi dia baru cerai dari suaminya sehingga emosinya tidak stabil."Gio demam, M

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Suami Licik Istri Cerdik   Aku Juga Manusia

    Mas Dayat menatapku tajam. "Apa benar kamu tidak mau ngasih lauk untuk Ibu?" Suaranya keras melontarkan pertanyaan itu padaku."Iya, Dayat, bahkan dia mau memu-kulku. Kamu lihat sendiri, kan?"Aku melongo mendengar fitna-han yang keluar dari mulut Mbak Anis, benar-benar ular berbisa!"Halimah, kamu sudah keterlaluan. Mbak Anis Kakakku, harusnya kamu lebih hormat padanya."Aku tertawa kecil mendengar ucapan Mas Dayat. Kami sudah menikah selama lama, tetapi dia seolah-olah tidak mengenal karakter istrinya."Mas percaya apa yang dia adukan? Faktanya semua fit-nah. Dia yang memu-kul aku duluan, lihat pipiku!" Aku menunjuk bekas tam-paran Mbak Anis. "Mas tahu kenapa aku kasar padanya? Dia mau ambil u@ngku, gara-gara aku tidak sempat masak lauk untuk Ibu. Mas tahu sendiri Gio demam tinggi dari semalam, jangankan memasak, makan saja aku belum sempat."Mas Dayat diam mendengar kalimat panjang dariku. Mungkin dia tidak mengira aku akan membalas tudingannya lebih keras. Maaf, Mas, aku tidak ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Suami Licik Istri Cerdik   Apa yang Disembunyikan?

    Mataku tak bisa terpejam meski jam sudah berdentang dua belas kali. Aku melirik Mas Dayat yang tertidur pulas di sebelahku setelah meminta haknya sebagai suami. Selalu begitu, setiap berh@srat sikapnya sangat manis, tetapi bila sudah mendapatkan maunya, dia akan kembali acuh tak acuh. Aku mengamati setiap lekuk parasnya, sembari bertanya-tanya apa yang membuatku jatuh cinta padanya hingga bertahan dengan sikapnya. Dia tidak kaya, sangat penurut kepada Ibunya, dan cenderung plin-plan. Akhirnya aku sadar wajah tampan dan mulut manisnya yang membuatku terpikat. Alasan yang sangat b0doh. Kupikir memiliki suami tampan dan bisa berkata-kata manis sangat menyenangkan, rumah tangga kami akan diwarnai canda-tawa. Sebuah kekeliruan besar yang kusesali sampai sekarang. Andai tak ada Gio mungkin hatiku tak berat berpisah dengan Mas Dayat. Aku tumbuh di keluarga broken home. Pernikahan keduanya kandas di tahun ke tujuh, karena Ibu tak tahan menjadi istri kedua yang selalu dipandang hi-na oleh mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Suami Licik Istri Cerdik   Sok Kuasa

    "Sudah, ya, Mas pergi dulu." Aku bergeming meski Mas Dayat menc-ium dahiku. Hatiku sudah hambar padanya, hanya demi Gio aku masih bertahan di pernikahan ini. Aku menatap datar sarapan yang terhidang di atas meja. Usahaku sejak subuh sia-sia, dia bahkan melupakan bekal makan siangnya. Aku mengingat-ingat sejak kapan rasa di hatiku hilang? Mungkinkah sejak Mas Dayat selalu mementingkan keluarganya dibanding anak dan istri? Atau sejak dia menyuruhku menjadi b-abu untuk Ibunya? Aku tersenyum getir, manisnya pernikahan kurasakan hanya di satu tahun pertama, di tahun selanjutnya aku menjadi pemba-ntu gratisan untuk keluarganya. Seperti kerbau dicucuk hidung aku menurut saja, bahkan hin-aan demi hin-aan aku telan dalam diam. Bukan apa-apa, aku berharap Mas Dayat bisa melihat usahaku membahagiakan Ibunya. Harusnya aku sadar kalau tidak selamanya kebaikan akan dibalas kebaikan juga. Tangis Gio membuyarkan lamunanku. Aku gegas menghampiri putra kecilku yang menggemaskan. Sayangnya, demam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Suami Licik Istri Cerdik   Tidak Mengira

    "Harusnya aku yang bertanya, siapa wanita ini?" Raut Mas Dayat seketika memucat, dia melirik wanita yang menatapku dengan alis berkerut. "Mas, dia ...." "Eh, sayang, kok, gak bilang mau ke toko?" Mas Dayat menyela perkataan wanita tadi, dia menghampiriku sambil mengulas senyum. Aku sedikit risih ketika dia merangkul pundakku. Entah mengapa aku merasa dia menyembunyikan sesuatu. Apalagi dari sudut mata aku bisa melihat wanita tadi cemberut melihat sikap Mas Dayat. "Kenapa harus bilang-bilang datang ke toko sendiri? Atau ada sesuatu yang aku tidak boleh tahu?" Aku menatap Mas Dayat intens untuk memastikan apakah lelaki itu berbohong atau tidak. "Tidak ada, memangnya apa yang aku sembunyikan?" Tatapan Mas Dayat beralih ke Gio, "Anak Ayah sudah sehat?" Aku muak melihat sikap Mas Dayat, lima tahun kami menikah aku hapal gerak-geriknya. Lelaki itu terlihat gugup meski mencoba disamarkan dengan mencolek pipi Gio. "Mana aku tahu, kalau ma-ling ngaku pasti penjara penuh." "Dek,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Suami Licik Istri Cerdik   Mencari Bukti

    "Sayang, mana es-nya?" Tepukan di bahu membuatku mengusap kelopak mata agar cairan yang tergenang di sana tak jatuh. Aku tak mau Mas Dayat curiga padaku. Aku berbalik dan mengulas senyum, meski s@kit dan rasa muak padu di dalam dada aku harus menahan diri. Aku tak ingin Mas Dayat menaruh syak wasangka yang membuatnya berhati-hati. Mulai hari ini aku harus bisa berpura-pura menjadi istri penurut agar dia merasa bisa membodo-hiku."Rame, Mas, aku malas antri." Tatapanku jauh ke belakang pundak Mas Dayat. Fina, pelakor itu berdiri di belakang lelaki itu. "Dia ngapain ngekorin kamu terus? Abis ngerayu kamu, ya? Atau kalian lagi merencanakan sesuatu?""Sayang!" Mas Dayat berdeham, dia melirik Fina. Aku bisa melihat dia memberi isyarat agar wanita itu pergi. "Kamu kenapa suka nuduh aku yang tidak-tidak? Selama ini apa pernah aku aneh-aneh di belakang kamu?"Aku berdecih melihat lihainya Mas Dayat bersilat lidah. Entah berapa lama dia mencurangiku, yang pasti bukan sebulan-dua bulan ini. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Suami Licik Istri Cerdik   Keluarga Sakit

    Aku sampai di rumah sore hari. Setelah memandikan Gio lalu menyuapinya makan, dia tertidur di depan televisi. Aku tersenyum melihat wajah polos Gio. Ada sesak berkelindan di dalam dada membayangkan putraku akan hidup tanpa sosok seorang Ayah. Tak mungkin aku mempertahankan pernikahan yang telah ternoda. Hatiku yang sudah kebas perlahan mati rasa mengetahui Mas Dayat sering berbagi keringat dengan wanita lain. Aku tidak mengira lelaki yang terlihat baik dengan senang hati menceburkan diri ke lautan dosa. Aku membuka kembali map yang kubawa dari rumah Ibu mertua untuk memastikan kelengkapan sertifikat rumah dan ruko. Apa yang ada di pikiran Mas Dayat? Dia pikir bisa mengalihkan kepemilikan keduanya tanpa tanda-tanganku? Atau mungkin saja bisa kalau dia menyogok oknum di BPN. Mulai hari ini aku harus ekstra hati-hati. Aku teringat kotak perhiasanku, jangan sampai lelaki itu mengetahui tempat penyimpanannya juga. Gegas langkahku ke dapur, mendorong kulkas ke depan untuk mengambil kotak k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Suami Licik Istri Cerdik   Nyaris

    "Ngapain kamu?!"Badanku seketika menegang, keringat dingin mulai keluar melalui pori-poriku. Satu, dua, sampai tiga detik tak ada pergerakan. Dengan perlahan aku menoleh ke belakang, rasa takut yang tadi sempat hinggap di dada seketika lenyap melihat Mas Dayat masih tertidur, rupanya dia ngelindur. Aku menghela napas lega lalu bergerak turun dari pembaringan. Aku memilih duduk di lantai agar lelaki itu tidak memergoki perbuatannya, lagipula dari sini aku bisa mengawasi pergerakan Mas Dayat.Aku mengirimkan semua percakapan Mas Dayat dengan keluarganya ke whatsappku. Selagi bisa aku harus mengumpulkan bukti agar di pengadilan nanti mereka tidak berkutik."Mas, jangan lupa, ya, besok kirim aku u@ng 100 juta. Kamu janji mau bayarin Dp rumah untuk aku."Satu pesan masuk dari Fina segera kubaca. Dasar wanita gat@l, dia pikir nominal 100 juta sedikit?"Iya, liat nanti." Aku membalas pesan Fina. Aku muak melihat wanita itu membalas dengan mengirimkan fotonya yang hanya mengenakan bra dan ce

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26

Bab terbaru

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 58

    "Kamu tidak bisa seperti ini terus, mau sampai kapan kucing-kucingan dengan Kahfi?"Halimah melirik Andar sekilas lalu kembali menunduk menatap cangkir yang masih mengepulkan uap panas, aroma melati menguar memenuhi penciuman Halimah.Andar menghela napas panjang, dia menghampiri Halimah lalu duduk di samping adiknya. "Mas tidak bisa terus-terusan berbohong, hampir tiap hari Kahfi ke sini menanyakan keberadaanmu. Tampangnya terlihat kusut, wajah juga pakaiannya tak terurus. Apa kamu tidak kasihan?"Halimah menggeleng pelan. Sebenarnya dia tak tega, tetapi dadanya masih nyeri mengingat sikap Kahfi belakangan ini. Bukannya meminta maaf lelaki itu seakan menyalahkannya. Halimah tidak mengerti di mana salahnya. Harusnya dia yang marah, harga dirinya sebagai istri diinj4k oleh Sarah dan Kahfi hanya diam. Bukannya menindak wanita itu, Kahfi seakan berpihak ke mantan tunangannya itu."Halimah, rumah tangga tidak selalu tenang, damai, dan menyenangkan. Adakalanya jenuh hadir. Pertengkaran, p

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 57

    Halimah memutuskan kembali ke rumah setelah semua para pelayat pergi. Toh, kehadirannya tidak diperlukan di sana. Setelah kata perceraikan keluar dari mulutnya Kahfi baru bereaksi. Lelaki itu memintanya bersabar, sebab masih dalam suasana berduka. Namun, Halimah tak peduli itu. Bukannya dia tak berempati, tetapi Sarah tak patut dikasihani. Dia yakin wanita itu akan terus mencari cara mendekati Kahfi. Tak masalah, bagi Halimah kalau suaminya memberi celah wanita lain maka pergi adalah keputusan terbaik. Dia tak takut menyandang status janda lagi daripada makan hati melihat Kahfi tak bisa menjaga sikap.Baru saja menutup pintu rumah, ketukan terdengar. Halimah mengintip dari lubang pintu, tampak Kahfi berdiri di sana. Rupanya lelaki itu menyusul ke rumah."Halimah, jangan seperti ini. Kita harus bicara." Halimah diam, dia berdiri bersandar ke pintu membiarkan Kahfi bicara."Sayang, kita bicarakan ini baik-baik. Jangan seperti anak remaja labil, dikit-dikit cerai."Halimah mendengkus. S

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 56

    "Saya pergi dulu, terima kasih waktunya." Halimah memasukkan ponsel ke dalam tas lalu bergegas bangkit dari kursi."Tunggu, tadi Anda menyebut Tiara, ada apa dengannya?" Arman ikut bangkit membuat gerakan Halimah tertahan. Raut penasaran terlihat di wajahnya."Tiara drop lagi, tadi Kahfi bilang kecil kemungkinan anak itu bertahan."Arman terdiam. Tiara memang bukan dar4h dagingnya, tetapi sejak Sarah mengandung dialah yang paling menjaga kondisi wanita itu. Apa saja yang diinginkan Sarah pasti dituruti, sebab Arman ingin calon anaknya sehat dan selamat. Pun selama dua tahun dia mencurahkan kasih sayang pada anak itu. Kenyataan kalau Tiara bukan berasal dari benihnya tidak hanya menghancvrkan hatinya, tetapi juga membuatnya tidak berharga sebagai lelaki di mata Sarah. Namun, bukan berarti dia membenc1 Tiara, tidak! Arman hanya jij1k pada obsesi sang mantan istri."Anda mau ke mana?" Arman gegas mensejajari langkahnya dengan Halimah menuju pintu keluar restoran."Ke rumah sakit. Kahfi m

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 55

    "Jadi kita bisa bertemu?" Halimah meyakinkan lagi tempat pertemuan dengan lawan bicaranya di telepon. Setelah waktu, tempat, dan di meja berapa pembicaraan itu beralkhir.Halimah menatap keluar melalui jendela kamar ketika melihat mobil sedan hitam masuk ke pekarangan rumah. Tak perlu mencari tahu sebab dia hapal si pemilik kendaraan tersebut. Dia lalu menatap pantulan wajahnya di cermin untuk memastikan mata sembabnya sudah tersamarkan. Setelah itu dia bangkit bertepatan bunyi bel."Mama." Halimah menyalami ibu mertuanya. Dia tidak mengira wanita itu mendatanginya pagi-pagi."Kamu mau ke mana, kok udah rapi?" Citra menatap penampilan sang menantu.Halimah tersenyum, merangkul ibu mertuanya sembari mengajak masuk ke dalam rumah. "Mau ketemu teman, Ma."Citra duduk di atas sofa di ruang tamu tepat di sebelah Halimah. Dia menggenggam tangan sang menantu."Mama minta maaf, ya, udah nyembunyiin semua dari kamu." Sorot mata Citra penuh penyesalan, genggaman tangannya semakin erat. "Iya, M

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 54

    "Benar sudah tidak apa-apa?" Kahfi menelisik wajahku, sorot matanya terlihat cemas.Aku tersenyum tidak tahu harus bahagia atau sedih. Kahfiku sudah kembali seperti dulu, tetapi fakta yang terungkap membuat hatiku gundah.'Kahfi pasti setuju dengan ideku. Kau tidak lihat betapa dia sangat mencintai Tiara. Anak kami sangat dekat dengannya satu tahun terakhir. Bahkan, saat Tiara menjalani kemo Kahfi sampai menitikkan air mata. Apalagi kau tak mampu memberinya an4k, tentu kesembuhan Tiara prioritas baginya.'"Hei, ditanya kok bengong?" Kahfi mencubit pelan pipiku membuatku meringis sekaligus meletuskan gelembung ingatan tadi, percakapan terakhir sebelum Sarah meninggalkan ruang perawatanku."Nggak, aku terharu dengan perhatianmu padaku. Aku sedang mengingat-ingat kapan terakhir kali kau bersikap manis seperti ini."Kahfi tersenyum tipis, jemarinya menyusuri setiap lekvk wajahku. "Maafkan aku, " lirih suara Kahfi berucap, riak-riak penyesalan terlihat jelas di pelupuk mata yang biasanya

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 53

    "Kamu ingat tiga tahun yang lalu saat kita melakukan program bayi tabung? Saat itu Sarahlah yang menangani kita bukan?"Aku masih diam, berusaha menenangkan kecamuk di dalam dada, hanya karena Mama Citra aku bertahan mendengar penjelasan Kahfi."Halimah, kamu dengar yang aku katakan?" Kahfi menatapku lekat, tapi aku membu4ng wajah, hatiku masih panas mendengar pengakuan Kahfi tadi."Apa hubungannya?" tanyaku dengan ketus. Enggan rasanya meneruskan percakapan ini. Pengakuan Kahfi kalau Tiara putrinya sudah cukup sebagai bukti kalau lelaki itu tak setia."Sayang, dengarkan aku. Mungkin kamu nggak percaya, tapi di sanalah semua ini bermula.""Apa maksudmu?" Aku menatap Mama Citra, Sarah, dan Kahfi bergantian. "Tolong lebih singkat dan padat, aku nggak punya waktu bertele-tele." Aku gusar melihat Sarah yang terlihat tenang. Apa wanita itu merasa menang dariku karena berhasil memberi Kahfi seorang an4k. Membayangkan seperti apa keduanya berhubungan membuat dadaku berdenyut nyeri."Sarah m

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 52

    "Tolong jelaskan sejak kapan kalian berselingkuh?!"Aku refleks menoleh ke arah suara dan melihat Halimah berdiri dengan tatapan nyalang ke arah kami. Tajam sorot matanya membuat tenggorokanku terasa kering hingga harus menelan liur berkali-kali, lidah pun seakan kelu tak mampu menjawab pertanyaan Halimah."Apa kalian semua tiba-tiba bisu? Bukankah tadi terdengar seperti sebuah keluarga yang harmonis dan kompak?"Sinis, jelas sekali kemarahan di nada suaranya. Aku tak menyalahkan dia kalau berpikiran buruk padaku dan Sarah. Harusnya sejak lama kuceritakan hubunganku dengan Sarah, tetapi aku belum menemukan waktu yang pas. Aku juga tak mau menyakiti Halimah dengan kenyataan yang ada kalau aku dan Sarah memiliki anak."Sayang, kamu tenang dulu, ya. Ini nggak seperti yang kamu pikiran?" Mama mencoba menenangkan Halimah. Sama sepertiku Mama pasti merasa cemas. Ah, mengapa jadi serumit ini?"Tenang? Melihat suamiku bersama wanita lain, lebih peduli wanita lain daripada aku istrinya Mama bi

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 51

    "Aku mengajukan khuluk!"Tegas, tidak ada keraguan sedikit pun di dalam hatiku. Mungkin memang sudah takdirku gagal lagi dipernikahan ke dua. Entah dosa atau ujian yang aku jalani hingga ketenangan hanya beberapa tahun kurasakan. "Halimah, kamu jangan gegabah. Aku nggak mau mengabulkan permintaanmu. Sekarang tenangkan dirimu. Kita nggak bisa bicara dalam kondisi panas seperti ini. Kamu harus percaya padaku seperti yang sudah-sudah."Aku berdecih, pandanganku mulai mengabur karena genangan air di pelupuk mata. Sekuat hati aku menahan agar linangan itu tak tumpah lagi. Lelah, ya, aku sangat lelah dengan prasangka yang tak menemukan jawaban pasti."Aku selalu percaya sama kamu sampai nggak sadar kepercayaanku kamu balas dengan dusta. Kalau kamu nggak ada hubungan apa-apa dengan Sarah, kenapa harus sepeduli itu? Kenapa saat dia menelepon kamu langsung bergegas."Aku masih menuntut penjelasan dari Kahfi, tak peduli lelaki itu gelisah karena ponselnya terus berdering. Aku berani bertaruh y

  • Suami Licik Istri Cerdik   Bab. 50

    "Mbak, aku nanya, untuk apa beli diapers sementara tidak ada anak kecil di rumah?" Aku mulai kesal karena Mbak Sukma tak kunjung menjawab pertanyaanku. Prasangka buruk kembali bercokol di benak. Apa Kahfi menikah diam-diam lalu memiliki anak? Tidak, gegas kuhalau hasutan ses4t itu. Sepertinya aku sudah mulai gil4 akibat fyp tok-tokku semua tentang perselingkuhan. Tak mungkin Kahfi tega menusvkku dari belakang. "Maaf, Non, tapi Non jangan marah. Nanti jangan bilang kalau saya yang ngomong." "Ya, udah, cepat bilang." Aku semakin gregetan karena bahasa tubuh Mbak Sukma terlihat gelisah. Apa ada yang disembunyikan di rumah mama mertuaku? "Mbak!" Aku mendesak lagi. Mbak Sukma meringis sambil memilin jarinya satu sama lain. "Anu, Non, sebenarnya diapers ini milik Non Tiara." Dahiku berkerut. "Tiara?" Mbak Sukma mengangguk pelan. "Non Tiara anak Non Sarah. Dia sering dititipkan di rumah Nyonya Citra." Kepalaku seperti dihant4m godam besi. Jadi, Sarah sering ke rumah Mama Cit

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status